• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon) T2 932012006 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Independensi Auditor Internal di Lembaga Pemerintahan (Studi pada Kantor Inspektorat Pemerintah Kotamadya Ambon) T2 932012006 BAB IV"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Satuan Analisis

Pada tabel 1 disajikan informasi tentang tingkat penggunaan kuesioner dalam penelitian:

Tabel 1

Tingkat Penggunaan Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner

Kuesioner yang dibagikan 30

Kuesioner kembali 23

Kuesioner yang tidak dapat digunakan 11 Kuesioner yang dapat digunakan 12 Sumber : Data primer diolah, 2014

Terdapat kuesioner yang tidak dikembalikan, dikarenakan adanya pegawai yang cuti dan ada pegawai yang dinas keluar kota pada saat penyebaran kuesioner, akibatnya perantara tidak dapat mengambil dan mengembalikan kuesioner sampai batas waktu yang telah ditentukan. Kuesioner yang tidak dapat dipergunakan, disebabkan karena menyebaran kuesioner tersebut yang tidak tepat sasaran oleh perantara.

Berikut ini ditampilkan adalah karakteristik satuan analisis dalam penelitian ini yang dapat dalam tabel 2:

Tabel 2

Karakteristik Satuan Analisis

Keterangan Jumlah

Auditor Internal

Presentasi (%) Jenis Kelamin

Pria Wanita

4 8

(2)

19

Sumber : Data primer 2014 diolah

Pada tabel 2 menunjukan bahwa auditor internal mayoritas adalah wanita dan sisanya adalah pria. Sebagian besar auditor internal dalam penelitian ini berpendidikan S1, diikuti dengan berpendidikan SMA. Dari kelompok golongan terdapat auditor internal dengan golongan III/a terbanyak, golongan terbanyak kedua yaitu III/b, III/c, III/d, IV/a. Dilihat dari lamanya masa kerja sebagian besar auditor telah bekerja lebih dari 11 tahun dan masa kerja auditor diantara 6 sampai 10 tahun.

(3)

20

4.2 Pemahaman Auditor Internal Mengenai Good

Governance

Dapat diketahui bahwa, secara umum auditor internal dalam mencapai dan menciptakan good governance harus terlebih dahulu mengetahui dan memahami tentang good governance itu sendiri, maka auditor internal dapat menjalankan fungsi pemeriksaan. Dari hasil penelitian secara keseluruhan auditor internal telah memahami dengan baik konsep good governence, maka untuk mencapai good governance tersebut auditor harus memaksimalkan kinerja mereka (terlampir pada hal 40). Hal ini diungkapkan oleh salah seorang auditor internal,

“Pemerintah saat ini berupaya untuk menciptakan good

governance, langkah awal yaitu pemerintah harus terlebih dahulu memahami dan mengerti dengan saksama good governance itu sendiri, sehingga dengan mudah pemerintah

melaksanakannya dan dapat dirasakan oleh masyarakat”.

(4)

21 bagi masyarakat dan pihak swasta (terlampir pada hal 40). Saat ini transparansi merupakan kewajiban baik pemerintah maupun masyarakat dalam mencapai kesejahteraan. Hal ini sesuai yang ditutarakan oleh salah seorang auditor,

“Transparansi saat ini sangat berguna untuk mengembalikan rasa percaya masyarakat kepada pemerintah. Pemerintah harus melaporkan kepada masyarakat selaku pemegang kedaulatan tertinggi, seluruh dana yang dipergunakan, serta melakukan audit atas penggunaan dana yang bersumber dari APBD/APBN oleh inspektorat selaku auditor internal dan BPK selaku auditor

eksternal”.

Terjalin partisipasi antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat dalam optimalisasi pelayanan publik mendukung tercapainya tujuan besar yaitu good governance. Partisipasi masyarakat dalam proses penyelenggaraan pemerintahan merupakan perwujudan rill good governance. Masyarakat akan solit dan berpartisipasi aktif dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah serta menjalankan fungsi pengawasan yang efektif dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah (terlampir pada hal 40). Hal ini diutarakn oleh salah seorang auditor internal,

“Pemerintah dalam mengeluarkan aturan serta kebijakan yang

(5)

22 Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban pelayanan pemerintah kepada masyarakat, dimulai dari individu dan unit kerja yang paling kecil, sampai dengan instansi atau lembaga puncak atas pelaksanaan kebijakan ekonomi, sosial, politik, dan keuangan. Dalam hubungannya dengan auditor internal, auditor harus bertanggungjawab penuh atas hasil pemeriksaan dimana mulai dari awal proses pemeriksaan sampai pelaporan hasil pemeriksaan dengan ditunjang tingkat pengetahuan auditor yang memadai (terlampir pada hal 40). Hal ini disampaikan oleh salah seorang auditor,

“Dalam melaksanakan pemeriksaan, kami auditor internal

melakukannya secara maksimal, karena marupakan bentuk pelayanan kami kepada masyarakat dengan menelusuri semua data-data yang dibutuhkan, sebab ini merupakan kewajiban kami yang harus dipertanggungjawabkan dan menjadi bahan

evaluasi kami kedepannya”.

Penerapan good governance di era reformasi yaitu untuk menjamin terciptanya pemerintahan yang jujur, bersih, dan transparan. Penerapan good governance, pemerintah dihadapkan dengan kendala-kendala baik dari dalam maupun dari luar. Maka dari itu dibutuhkannya semua pihak untuk bersama-sama berpartisipasi aktif dalam mewujudkan good governance (terlampir pada hal 40). Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal,

“Pada dasarnya pemerintah telah berusaha untuk menerapkan

(6)

23

dihadapi pemerintah dan menghambat proses good governance ini, baik dari dalam maupun dari luar oleh pemerintah”.

Sikap dan karakter personal auditor internal dalam

melakukan pemeriksaan yang tujuan akhirnya menciptakan good governance dapat dikatakan bahwa pemahaman auditor internal berhubungan langsung dengan tindakan atau ide yang dilakukan, dipengaruhi oleh faktor internal auditor yaitu bersumber dari dalam diri auditor berupa persepsi diri dan motivasi. Terlihat dari pelaksanaan transparansi dalam pengelolaan keuangan oleh pemerintah, pelaksanaan akuntabilitas dimana pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kebijakan dan pertanggungjawaban keuangan, serta partisipasi (pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan yang demokratis.

4.3 Pemahaman Auditor Internal Mengenai Independensi

Auditor internal telah memahami secara keseluruhan dengan baik tentang independensi dalam proses pemeriksaan. Hal ini menjadi sangat penting bagi seorang auditor, sebab berhubungan langsung profesional dan tidak dapat diganggu gugat oleh pihak pun. Semua ini berpulang kembali kepada pribadi masing-masing auditor dalam mengemban tugas pemeriksaan (terlampir pada hal 42). Hal ini disampaikan oleh salah seorang auditor internal,

(7)

24

berkualitas dan menunjukan buruknya kinerja auditor internal”.

Dalam menjalankan tugas, auditor harus mengetahui dan menguasai standar, prosedur, dan aturan yang berhubungan dengan pemeriksaan. Sehingga independensi seorang auditor dalam program audit dapat dipertahankan, serta tidak mudah dipengaruhi oleh pihak menejerial. Selain itu pemeriksaan pada bidang yang sama atau pernah menjabat, merupakan keadaan yang sangat mempengaruhi independensi auditor dalam program audit. Maka auditor harus memiliki pegangan yang kaut agar menghindari resiko yang mungkin terjadi. (Terlampir pada hal 42). Hal ini diungkapkan oleh seorang auditor internal,

“Auditor dalam melaksanakan pemeriksaan harus menguasai

standar, prosedur, serta aturan yang menjadi modal dalam pemeriksaan. Dengan dasar yang kuat maka auditor tidak mudah diintervensi oleh pihak manapun, auditor mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan jika memeriksa pada tempat

atau bidang yang dulu pernah menjabat”.

(8)

25 fasilitas dari auditee. Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal,

“Tingkat pengetahuan yang memadai oleh seorang auditor,

akan membuat independensi auditor tersebut semakin kokoh. Sebab auditor mampu melaksanakan proses pemeriksaan dengan baik. Selain itu menolak pemberian fasilitas yang sangat menggoyahkan sikap independensi auditor itu dalam melaporkan temuan-temuan audit”.

Independensi dalam pelaporan akan menjadi masalah ketika, auditor melakukan pemeriksaan pada auditee yang memiliki hubungan kekerabatan, baik hubungan darah, sahabat, dan mantan atasan. Terkadang hubungan kekerabatan ini membuat mengendornya sikap independensi auditor. Bagi auditor yang profesional dan menjungjung sikap independensi, akan mengundurkan diri dari kegiatan pemeriksaan, atau auditor tetap melakukan pemeriksaan dengan semestinya tetapi auditor dipantau oleh atasan. (Tabel 4 poin 4 terlampir pada hal 42). Hal ini disampaikan oleh seorang auditor internal,

“Kami tidak akan melakukan pemeriksaan pada auditee yang

memiliki hubungan kekerabatan dengan jalan mengundurkan diri. Karena akan mempengaruhi independensi kami sebagai auditor. Pada keadaan tertentu saja, baru kami harus

melakukan pemeriksaan”.

(9)

26 berasal dari dalam diri berupa kepribadain, kemampuan, serta usaha untuk bersikap independen. Independensi didalam program audit, yang dilaksanakan oleh auditor telah dilakukan berdasarkan pada program pemeriksaan, sehingga independensi auditor dapat dijaga dan dipertahankan. Independensi dalam verifikasi, keterbukaan akses informasi bagi auditor menjadi faktor utama dalam melakukan verifikasi. Dalam melaporkan hasil audit, independensi auditor tetap dipertahankan, sehingga semua bukti dan temuan audit benar-benar dilaporkan.

4.4 Usaha Auditor Internal Untuk Mewujudkan

Independensi

(10)

27 independensi dalam program audit, tidak memberikan dampak sama sekali, sebab semua hal bersumber dari luar diri auditor yaitu lingkungan yang tidak dapat diprediksi sehingga bersifat tidak stabil, serta tidak dapat dikendalikan oleh auditor.

Usaha auditor mewujudkan independensi dalam verifikasi, hasil penelitian menunjukan bahwa (terlampir pada halaman 45), auditor memilih abillity. Hal ini terlihat pada kemampuan dan kreativitas yang bersumber dari dalam diri auditor untuk menyelesaikan masalah dilapangan jika terjadi kesulitan dalam mengakses informasi. Terdapat auditor yang mengusahakan independensi dalam verifikasi audit memilih task difficulty, dimana lingkungan sekitar yang lebih mempengaruhi auditor, karena menurut mereka lingkungan dapat dikendalikan dan bersifat stabil, sehingga resiko yang mungkin terjadi dapat diminimalisasikan. Ada auditor yang memilih effort, dengan berusaha menelusuri semua data-data dan diangkat menjadi temuan, hal ini bersumber dari dalam diri auditor, dapat dikontrol oleh auditor, meskipun tidak bersifat stabil. Faktor luck, hasil penelitian menunjukan bahwa auditor pada kondisi ini sangat jarang terjadi, sehingga menurut mereka luck sangat sedikit diusahakan untuk independensi dalam verivikasi audit.

(11)

28 oleh auditor, kemungkinan yang terjadi auditor lebih berpatokan pada lingkungan sekitar untuk mengusahakan independensi dalam pelaporan. Effort bagi auditor sangat sedikit dipertimbangkan dalam pelaporan hasil akhir audit. Fakor luck, auditor tidak terlalu diperhatikan oleh auditor untuk mengusahakan independensi dalam pelaporan. Karena audior berangapan bahwa semua hal yang berasal dari luar diri auditor tidak dapat mengusahakan independensi dalam pelaporan audit.

Perilaku auditor internal yang melakukan kegiatan pemeriksaan berhubungan langsung dengan karakter dan sikap pribadi auditor dalam mengusahakan sikap independensi. Perilaku profesionalisme merupakan cermin dari sikap profesionalisme, demikian sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang profesional (Yendrawati, 2008 dalam Kristianti 2012). Semakin auditor mengusahakan sikap independensi dengan memilih abillity

Gambar

Tabel 1 Tingkat Penggunaan Kuesioner

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan sub sektor telekomunikasi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2011-2015 dengan melihat

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014. PROVINSI :

Apa yang perlu apoteker informasikan ke pasien terkait cara minum obat tersebut yang tepat untuk menghindari terjadinya.. Oralit diminum untuk mengganti

kepentingan, kesamaan agama, kesamaan wilayah tinggal, kesamaan nasib, kesamaan status 

komunikasi ini disebut komunikasi informal. PT. Galang Putra Dewata, sebagai perusahaan jasa 

Dengan ini kami beritahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi administrasi dan teknis dokumen prakualifikasi perusahaan Saudara telah masuk dalam calon Daftar Pendek untuk

Pada tanaman sawi perlakuan C (tailing plus kotoran ayam) dan F (non tailing) hanya berbeda nyata dengan perlakuan tanah tailing yang ditambahkan bahan organik berasal dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 ordo yang terdiri dari 21 famili dan 307 populasi untuk arthropoda tajuk (Sweep net) sedangkan arthropoda permukan tanah terdapat 5 ordo