1
BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang bersih, adil, akuntabel, dan transparan, menjadi isu penting dalam era reformasi. Hal ini timbul karena adanya praktek-praktek yang tidak terpuji yang dilakukan baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah (Tampanguma: 2013). Selain itu terjadinya krisis ekonomi di Indonesia disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001 dalam Ayuningtyas, 2012).
Penerapan corporate governance ke dalam entitas sektor publik dengan melibatkan audit internal ke arah mengevaluasi karekteristik secara objektif, tidak memihak, bertanggungjawab, mengelola sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan, membuat perubahan dalam kegiatan pelayanan untuk
mengembalikan kepercayaan publik, dan dapat menekan tindak korupsi (Turlea, 2009: 154).
2 Pelaksanaan pemeriksaan baik yang dilakukan oleh auditor eksternal dan auditor internal dikalangan pemerintah terdapat persamaan terutama dalam bidang teknis yaitu sama-sama melaksanakan pekerjaan berdasarkan penugasan yang diberikan, dalam pelaksanaan tugas menggunakan prosedur dan teknik audit yang sama (STAN, 2007). Namun terdapat perbedaan antara auditor eksternal dan auditor internal antara lain: (a) Auditor eksternal ditugaskan oleh lembaga tinggi dalam organisasi, sedangkan auditor internal diperkerjakan oleh manajemen. (b) Auditor eksternal memberikan opini atas laporan keuangan yang diaudit, auditor
internal tidak berhak memberikan pendapat atas laporan keuangan. (c) Kegiatan auditor eksternal berhenti/selesai setelah menyerahkan laporan hasil audit kepada pemberi penugasan, sebaliknya auditor internal setelah menerbitkan laporan harus melakukan pemantauan tindak lanjut yang dilakukan manajemen atas saran/rekomendasi yang diberikan. (d) Auditor eksternal melakukan pekerjaan sebatas penugasan yang diberikan, sedangkan auditor internal selain melakukan audit diharapkan menjadi konsultan bagi institusi di lingkungan organisasi tempat dia bekerja. (e) Kegiatan audit oleh auditor internal dapat direncanakan secara teratur, sedangkan auditor eksternal bekerja berdasarkan pesanan (STAN, 2007).
3 sebagai perilaku profesional berpengaruh terhadap kualitas hasil audit yang diberikan oleh auditor tersebut (Hutami, 2011). Selain itu inspektorat kotamadya Ambon, setiap tahunnya terdapat jumlah auditor yang belum mencukupi serta minimnya biaya yang dibutuhkan untuk peningkatan kualitas dan mutu auditor internal dalam menunjang kegiatan pemeriksaan (BPK). Di dalam pelaksaan audit internal guna mewujudkan good governance bukanlah hal yang mudah dilakukan, walaupun beberapa inspektorat telah memperkenalkan good governance, tetapi belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah dan
masyarakat (Wardoyo, 2010).
Lubis (2009) mengemukan bahwa independensi seorang auditor merupakan faktor penting dalam menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas, serta di tunjang dengan keahlian profesional dengan cermat dan saksama. Pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor internal dengan mempertahankan sikap independensi, secara bertahap pada sektor publik yang kompleks, pada akhirnya dapat menciptakan pemerintah yang baik (Turlea et al., 2009). Auditor internal dalam melaksanakan audit dengan baik, dapat mewujudkan
good governance melalui pelayanan publik, meminimalkan tindakan korupsi, melakukan manajemen resiko, meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan mengurangi tindakan tidak etis (Chevers et al.,
4 Arens (1996) menyebutkan independensi terbagi atas dua aspek yaitu: independensi dalam fakta (in fact) berarti bahwa pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang melaksanakan kegiatan audit. Independensi dalam penampilan (in appearance) adalah hasil intepretasi pihak lain mengenai independensi auditor tersebut. Independensi auditor sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit, sebab hasil pemeriksaan audit yang berkualitas, berfungsi sebagai jaminan dimana akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya (Sari 2011 dalam, Linting
2013).
Dalam penelitian ini menggunakan teori atribusi untuk menjelaskan independensi auditor internal dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Fokus teori atribusi yaitu mengetahui sikap seseorang dengan mengambil kesimpulan dari perilakunya bahwa sikapnya telah berubah atau tidak berubah (Sri Utami, 2008). Dengan melihat sikap, perilaku, dan mental dari auditor internal sepanjang melaksanakan pemeriksaan, dapat dilihat bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang auditor internal dalam mempertahankan sikap independensi dapat dilihat dari abilitty, effort, task difficulty, dan luck (Weiner, 1992).
5 luar diri seorang auditor internal dikarenakan independensi ini dapat berubah-ubah, dan independensi sangat dibutuhan dalam proses auditing guna mewujudkan good governance.