• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi antarbudaya: studi pada penduduk urban dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi antarbudaya: studi pada penduduk urban dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

(Studi pada Penduduk Urban dengan Penduduk Asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) dalam Bidang

Ilmu Komunikasi

Oleh: Nur Adli Amaliya

NIM. B96213105

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nur Adli Amaliya, B96213105 2017. Komunikasi Antarbudaya (Pola Komunikasi Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya). Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Komunikasi, Antarbudaya, Masyarakat.

Penelitian ini membahas tentang tentang komunikasi antarbudaya masyarakat urban dengan masyarakat asli di kelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya. Segala hal yang dilakukan oleh masyarakat urban dan masyarakat asli dalam berkomunikasi dilingkungannya dikaji dalam penelitian ini. Masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pola komunikasi antarbudaya masyarakat urban dengan masyarakat asli dikelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya ? , 2) Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat mereka dalam berkomunikasi antarbudaya?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Subyek penelitian adalah masyarakat urban yang telah tinggal di kelurahan menanggal selama kurang lebih lima tahun dan masyarakat asli yang telah tinggal kelurahan menanggal ini selama lebih dari tiga puluh lima tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa masyarakat menyampaikan pesan secara verbal dan nonverbal. Pesan-pesan tersebut disampaikan masyarakat secara langsung dan tidak langsung. Model komunikasi komunikasi antarbudaya yang terjadi pada masyarakat urban maupun masyarakat asli terjadi karena aktivitas yang dilakukan sehari0hari bersama dan dalam kurun waktu yang lama.

(7)

DAFTAR ISI

Bagian Pembukaan

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

Bagian Inti (Isi) BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep Penelitian ... 7

a. Komunikasi Antarbudaya ... 8

b. Penduduk Asli... 9

c. Penduduk Urban ... 10

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

H. Metode Penelitian ... 13

a. Pendekatan ... 14

b. Jenis Penelitian ... 15

c. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 15

d. Jenis dan Sumber Data ... 15

e. Tahapan Penelitian ... 16

f. Teknik Pengumpulan Data ... 20

g. Teknik Analisis Data ... 21

h. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22

(8)

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya ... 25

2. Model Proses Komunikasi Antarbudaya ... 43

a) Konsep Dasar Poses Komunikasi Antarbudaya ... 43

b) Dimensi Proses Komunikasi Antarbudaya ... 44

c) Faktor-faktor yang Memengaruhi proses komunikasi ... 45

3. Etika Budaya Penduduk Urban ... 46

4. Komunikasi Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli dalam Komunikasi Sosial ... 51

B. Kajian Teori Teori Interaksi Simbolik ... 52

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian 1) Subjek Penelitian ... 59

2) Objek Penelitian ... 60

3) Lokasi Penelitian ... 60

B. Deskripsi Data Penelitian 1. Pola Komunikasi Antarbudaya yang dilakukan Oleh Warga RW 03 yang berbeda budaya ... 65

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Melakukan Komunikasi ... 70

a. Faktor Pendukung ... 72

b. Faktor Penghambat ... 73

BAB IV : ANALISIS DATA A. Hasil Temuan Penelitian 1) Proses Komunikasi yang Memiliki Latar Belakang Kebudayaan Yang Berbeda ... 76

2) Faktor Pendukung dalam melakukan Komunikasi Antarbudaya .. 83

3) Faktor Penghambat dalam melakukan Komunikasi Antarbudaya . 84 B. Konfirmasi dengan Teori Teori Interaksi Simbolik ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 97

(9)

Bagian Akhir ( Lampiran ) Daftar Pustaka

Biodata Penulis

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuatan pembaharuan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya. Definisi kebudayaan atau budaya adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk serta komunikasi yang mendorong peningkatan intnsitas kontak-kontak budaya, secara langsung maupun tidak langsung. Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan atau percampuran atau akulturasi.

Budaya adalah keseluruhan nilai, norma, kepercayaan dan pemahaman dari interpretasi terhadap pengalaman yang melingkupi sekelompok manusia. Budaya membentuk pola kehidupan dan memandu bagaimana cara manusia berfikir, merasakan dan berkomunikasi. Budaya punya pengaruh yang maat besar dalam mempengaruhi persepsi kita.1

Proses komunikasi merefleksikan nilai dan perspektif dalam kebudayaan. Komunikasi juga dapat membentuk dan mereproduksi kebudayaan. Nama-nama yang diberikan dalam kebudayaan mencerminkan keyakinan yang ada disana. Komunikasi juga mengubah wajah kebudayaan. Komunikasi dapat memberikan

1

(11)

2

makna berbeda pada objek dan situasi. Bahasa mempengaruhi cara pandang dan cara berfikir manusia.

Hubungan antara budaya dan komunikasi sangat penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena itu melalui pengaruh budauya lah orang-orang belajar komunikasi.2 Misalnya seorang yang berasal dari Jawa, Jakarta atau dari Medan belajar berkomunikasi seperti orang Jawa, orang-orang Betawi dan orang-orang Medan lainnya. Perilaku mereka dapat mengundang makna, sebab perilaku mereka tersebut dipelajari dan diketahui. Dan perilaku tersebut terikat oleh budaya. Orang-orang memandang mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep dan label-label yang dihasilkan budaya mereka.

Komunikasi antarbudaya pada dasarnya adalah komunikasi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari orang-orang yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-aspek budaya dalam komuikasi seperti bahas, isyarat, non verbal, sikap kepercayaan, watak, nilai dan orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan sebagai perbedaan besar yang sering kali menyebabkan distorsi dalam komunikasi. Namun, dalam masyarakat yang bagaimanapun berbedanya kebudayaan tetaplah akan terdapat kepentingan-kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi.3

Perilaku komunikasi dengan interaksi tentang pola komunikasi pada masyarakat

Pendatang atau penduduk urban terhadap masyarakat setempat dikelurahan Menanggal kecamatan Gayungan Kota Surabaya menjadi menarik untuk di teliti.

2

Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya (PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2005) Hlm.24

3

(12)

3

Kota Surabaya yang saat ini memang sedang berkembang pesat di bidang perekonomiannya menjadi salah satu destinasi favorit bagi masyarakat pedesaan yang ingin memperbarui kehidupannya di kota besar dengan harapan ketika di kota mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan besar dengan gaji yang melebihi pendapatan mereka selama di tempat asalnya. Secara keseluruhan Kota Surabaya saat ini di dominasi para pendatang dari berbagai suku. Di antaranya adalah suku Madura, suku Sunda, dan suku Betawi.

Sebagian besar para masyarakat urban ini mendatangi suatu wilayah di Kota Surabaya berdasarkan rekomendasi dari tetangga desa atau keluarganya yang telah urbanisasi terlebih dahulu. Di kecamatan Gayungan, terdapat lebih dari 300 jiwa jumlah masyarakat urban. Kecamatan Gayungan memiliki beberapa sumber penghasilan salah satunya adalah pabrik sabun yang telah berdiri lebih dari 35 tahundi Kecamatan Gayungan ini. selain pabrik ada toko atau supermarket yang juga menjadi daya tarik para muda-mudi asal pedesaan untuk memperbaiki karirnya.

(13)

4

Oleh karena itu antara komunikator dan komunikan berasal dari kebudayaan yang berbeda. Fenomena yang sering muncul, yang terkait dengan komunikasi antar budaya adalah sebuah aktivitas komunikasi yang terjadi antara kaum urban dengan masyarakat lokal dalam kehidupan kesehariannya dan sering kali terjadi pada tempat umum. Seperti para pedagang yang terdapat di pasar desa Menanggal, yang dimana pada masing-masing pedagang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda ketika terjadi kontak tatap muka antara pedagang satu dengan pedagang lainnya, maka disitu terjadilah sebuah aktifitas komunikasi. Dalam berbaur antara pedagang satu dengan pedagang lainnya terjadi komunikasi tegur sapa yang tercipta dan terjalin demi menimbulkan suasana kekeluargaan dan nyaman antara para pedagang.

(14)

5

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Agar tidak terjadi masalah diluar lingkup dan kekaburan masalah penelitian, peneliti merasa perlu melakukan pemfokusan penelitian. Adapun pemfokusan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kota Surabaya?

2. Faktor apa saja yang mendukung serta menghambat komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya ?

Adapun proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari proses penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal dalam suatu komunikasi.

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui proses komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya 2. Ingin menemukan faktor-faktor yang menjadi pendukung komunikasi antarbudaya

antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya

(15)

6

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi antarbudaya

2. Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pebendaharaan kepustakaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi prodi ilmu komunikasi khusunya yang berkaitan dengan Komunikasi Antarbudaya Pada Penduduk Urban dengan Penduduk Asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Serta sebagai masukan pada penelitian-penelitian mendatang.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan juga berguna bagi masyarakat. Dimana hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi masyarakat sebagai motivasi agar tetap mencintai dan melestarikan budaya-budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

E. Kajian Hasil Penelitian Tedahulu

Kajian penelitian terdahulu dapat memberikan gambaran ilmu kepada peneliti, agar penelitian dapat dilakukan dengan maksimal. Berikut penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti ;

Moh. Rokhmidin tahun 2012, Skripsi dengan judul “Komunikasi Antar Budaya Dalam Bertetangga Masyarakat Rumah Susun Penjaringan Surabaya”

(16)

7

mereka saling berbincang untuk laki-laki biasanya berkumpul di warung kopi, saat jam jaga malam, atau saat kerja bakti. Sedangkan yang ibu biasanya bertemu biasanya bertemu saat mereka pergi berbelanja, ngobrol sore diwaktu senggang dan saat pertemuan ibu-ibu PKK. Perbedaan penelitian dalam penelitian Moh. Rokhamidin subjek yang diteliti adalah komunikasi antarbudaya dalam bertetangga, sedangkan dalam penelitian ini subjek lebih terfokuskan kepada pola komunikasi antara masyarakat asli atau lokal dengan kaum urban desa menanggal kecamatan gayungan.

Vita Viitriani tahun 2013, Skripsi berjudul “Komunikasi Antar Budaya

Kehidupan Pesantren (Studi Pada Santri Etnid Jawa Madura dan NTT di Pondok Pesantren Nurul Falah Surabaya). Hasil temuan pada penelitian tersebut perilaku komunikasi antar budaya yang terjadi di Pondok Pesantre menunjukkan tidak banyak adanya perbedaan atau diskriminasi antara santri yang beretnis Jawa, Madura dan NTT di Pondok Pesantren Nurul Falah Surabaya. Perebedaan penelitian ini adalah pada penelitian Vita Vitriani, mengambil santri pondok pesantren sebagai informan, sedangkan pada peneliti ini lebih fokus pada budaya masyarakat urban dngan masyarakat atau penduduk asli kelurahan menanggal kecamatan gayungan.

F. Definisi Konsep Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari ambiguitas pada pemahaman beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

(17)

8

1. Komunikasi Antar Budaya

Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya.

Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi4.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok5.

Budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol pemaknaan, penggambaran (image), struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para anggota suatu system sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat.

4

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996) hlm. 236-238

5

(18)

9

Kebudayaan sebagai konsep sistem sekaligus menerangkan bahwa “keseluruhan” seluruh arti dan makna simbol dapat dibedakan namun arti dan

makna simbol-simbol itu tidak dapat dipisahkan. Manusia dapat membedakan arti dan makna simbol melalui kebudayaan.

Apa yang disebut dengan “keseluruhan” tersebut menerangkan bahwa

kebudayaan merupakan sistem untuk mengorganisasikan simbol hasil ciptaan bersama. Simbol-simbol itu kelak digunakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok yang diwujudkan dalam proses komunikasi antar anggota kelompok tersebut.

2. Penduduk Asli

Penduduk adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.6

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa penduduk adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama7.

Selain itu banyak pula para tokoh yang mengemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat, diantaranya :

1) R. Linton: seorang tokoh Antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasaikan dirinya, berpikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

6

Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm.85 7

(19)

10

2) Hasan Sadily mendifinisikan, masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.8

3. Penduduk Urban

Penduduk urban adalah orang-orang yang melakukan kegiatan urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk desa ke kota. Penduduk urban dalam penelitian adalah penduduk yang tinggal di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Adanya istilah penduduk urban yakni dari teori perubahan masyarakat dimana Ferdinand Tonnies berhasil membedakan konsep tradisional dan modern, yaitu Gemeinschaft (yang diartikan sebagai kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai masyarakat modern-istilah Pioter Sztompka). Setelah sebelumnya Weber menegaskan bahwa ia melihat bahwa perubahan masyarakat terlihat pada pola kecenderungan menuju rasionalisasi kehidupan sosial dan organisasi sosial di segala bidang pertimbangan instrumental, penekanan efisiensi, menjauhkan diri dari emosi dan tradisi, impersonalitas, manajemen birokrasi dan sebaliknya.9

8

(20)

11

G. Kerangka Pikir Penelitian

Latar belakang budaya seseorang akan memberikan pengaruh pada persepsinya terhadap tetangga atau masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Latar belakang tersebut meliputi kepercayaan, norma dan nilai yang akan menjadi sebuah makna yang dipahami untuk membentuk suatu penilaian terhadap orang lain, dalam kasus masyarakat urban yang hidup pada daerah tertentu (perkotaan) tersebut adalah masyarakat asli daerahnya. Seiring dengan perjalanan kehidupan bermasyarakat. Persepsi tersebut bisa memberikan pengaruh dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi didalamnya. Komunikasi dalam latar belakang budaya

MASYARAKAT KELURAHAN MENANGGAL

Penduduk Urban Penduduk Asli

Komunikasi

Antarbudaya

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK

(21)

12

dan asal usul yang berbeda merupakan suatu pross yang kompleks untuk mencapai kesepakatan demi mencari solusi atas perbedaan latar belakang budaya masyarakat urban dengan penduduk asli.

Peran komunikasi dalam penduduk urban dan penduduk asli sangat penting, terutama dalam usaha untuk mengurangi ketidakpastian maupun kesalahpahaman yang sering terjadi. Dalam usaha menghindari konflik maupun mengatasi persoalan yang muncul, kedua latar belakang budaya harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut dapat menghasilkan beragam solusi, apakah menganut salah satu budaya yang dianggap sesuai untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari atau memunculkan budaya baru sebagai bentukan dari budaya masing-masing individu (third culture) atau bahkan tetap menerapkan maisng-masing nilai budaya yang sesuai dengan konteks kejadian. Pilihan solusi tersebut akan dapat teramati dalam perilaku sehari-hari antara penduduk urban dengan penduduk asli kelurahan Menanggal kecamatan Gayungan kota Surabaya.

(22)

13

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Cresswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Pendekatan kualitatif mengarahkan kepada pemahaman yang lebih luas tentang makna konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dalam pola-pola amatan dari faktor-faktor berhubungan. Pendekatan itu juga menelaah berbagai persepsi yang dimiliki partisipan pada situasi yang sama dan memungkinkan peneliti menelaah sejarah persona; dan faktor-faktor yang berkembang.10

Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mecakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memp dan rekaman-rekaman resmi jenis lainnya. Dalam pencarian mereka untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain kedalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba menganalisis data dengan segala kekayaan sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transkripnya.11

Pendekatan kualitatif digunakan karena dengan metode ini peneliti ining menemukan dan memahami proses komunikasi antar budaya masyarakat urban dengan masyarakat asli dikeluarahan Menanggal kecamatan Gayungan kota

10

Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hal 17 11

(23)

14

Surabaya, peneliti ingin mendeskripsikan hasil-hasil temuan itu dengan menggunakan metode ini. Metode ini juga digunakan atau diapakiuntuk mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar dan cerita mengenai segala sesuatu yang sebagian besar sudah dan dapat diketahui dan dengan metode ini peneliti mampu untuk memberikan penjelasan suatu penjelasan secara terperinci tentang penumena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif.12

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini menekankan pada komunikasi antarbudaya dalam Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli didesa Menanggal kecamatan Gayungan kota Surabaya. Oleh karena itu, jenis penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskripsif adalah prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seorang subyek yang telah diamati dan emmiliki karateristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena penelitian kualitatif lebih banyak mementingka proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses.13

Dengan menggunakan kualitatif deskriptif, analisa penelitian dapat disajikan dengan memberikan gambaran secara teliti dan detail mengenai informasi-informasi yang diperoleh peneliti berkaitan dengan pokok

12

Anselm Straus & Juliet Corbin, dasar-dasar penelitian kualitatif, PT Bina Ilmu Offset, Surabaya, Hal.13

13

(24)

15

permasalahan. Karena tujuan utamanya untuk memahami fenomena sosial yang ada dilingkungan sekitar, maka penelitian ini merupakan penelitian dasar.14

c. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah penduduk urban yang sudah tinggal dikeluarahn menanggal kecamatan gayungan kota surabaya selama lebih dari lima tahun. Dan penduduk asli yang sudah tinggal dikeluarahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya selama lebih dari tiga puluh lima tahun.

Obyek penelitian adalah kajian ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi antarbudaya yang terdapat pada penduduk urban dan pensusuk asli desa tersebut. Dan lokasi penelitisan ini bertempat di keluarahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya yang emmang sudah disebutkan pada judul penelitian ini.

d. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data dokumen dan lain-lain.15 Data kualitatif merupakan data ataua informasi yang paling terutama digali dan dikumpulkan serta dikaji untuk keperluan penelitian ini

1) Data Primer

Merupakan data pokok dari penelitian ini yakini yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.16 Dalam penelitiana ini yang menjadi sumber data primer adalah infroman penelitian yaitu

14

Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press, 2002) Hlm.112

15

Moleong, Metodologi Penelitian, hlm.157 16

(25)

16

penduduk urban dan penduduk asli yang berada dikelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya. Data primer ini berkaitan dengan aktifitas komunkiasi sehari-hari penduduk urban dengan penduduk aslisetempat.

2) Data Sekunder

Sumber data yanh tidak langsung didapatkan penulizdari informan yang memberikan data kepada penulis, atau data tersrbut yang menyangkut hal yang sangat pribadi sehingga tidak dapat di ungkapkan.17 Data tersebut seperti, data yang diambil dari arsip yang dapat menggambarkan nilai-nilai ataupun kepercayaan yang dianut oleh kedua latar belakang budaya masyarakat tersebut. b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang didasarkan pada kajian pokok penelitian untuk menggali dan berdasarkan tema penelitian yang ada. Informannya adalah masyarakat urban yang telah tinggal selama lebih dari lima tahun didesa menanggal kecamatan gayungan kota surabaya dan masyarakat asli yang telah tinggal didesa tersebut selama lebih dari tiga puluh lima tahun. Obyek penelitian adalah kajian ilmu komunikasi khususnya pada komunikas antarbudaya yang terdapat pada penduduk urban dan penduduk asli kelurahan tersebut. Dan lokasi penelitian ini bertempat di kelurahan Menanggal kecamatan Gayungan Kota Surabaya yang memang sudah disebutan pada judul penelitian ini. 3) Jenis dan Sumber data

a. Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data dokumen dan lain-lain. data kualitatif merupakan

(26)

17

data atau informasi yang paling terutama digali dan dikumpulkan serta dikaji untu keperluan penelitian ini.

1. Data Primer

Merupakan data pokok dari penelitian ini yakni yang diproleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah informan penelitian yaitu penduduk urban dan penduduk asli yang berada di kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Data primer ini berkaitan dengan aktifitas komunikasi sehari-hari penduduk urban dengan penduduk asli setempat.

2. Data Sekunder

Sumber data yang tidak langsung didapatkan penulis dari informan yang memberikan data kepada penulis atau data tersebut yang menyangkut hal yang sangat pribadi sehingga tidak dapat diungkapkan. Data tersebut seperti data yang diambil dari arsip yang dapat menggambarkan nilai-nilai ataupun kepercayaan yang dianut oleh kedua latar belakang buday amasyarakat tersebut.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang didasarkan pada kajian pokok penelitian untuk menggali dan berdasarkan tema penelitian yang ada. Informannya adalah penduduk urban yang telah tinggal selama lebih dari lima tahun di kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabay dan penduduk asli yang telah tinggal di kelurahan tersebut selama lebih dari tiga puluh lima tahun.

(27)

18

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahap ini terdiri atas tahap-tahap pra lapangan, tahap pekerja lapangan, dan tahap analisis data.

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangam adalah tahap yang mempersoalkan segala macam persiapan yang akan dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke dalam kegiatan itu sendiri, dan tahap pra-lapanganterdiri atas:

1) Menysuun rancangan penelitian, dan menentukan saran yang menarik untuk dijadikan fokus oenelitian, kemudian dilanjutkan dengan oemilihan temoat untuk dijadikan tempat penelitian yang sesuai dengan judul yang peneliti ambil. 2) Menurus perizinan, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala program studi ilmu komunikasi dan kemudian diserahkan kepada keluarga atau masyarakat yang akan diajdikan informan

3) Memilih dan memanfaatkan informan, dalam hal ini peneliti harus selektif dalam memilih informan. Peneliti memilih orang yang sudah banyak pengalaman dengan latar penelitian.

4) Menyiapkanperlengkapan penelitian dalam hal ini semua perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis disiapkan secara sempurna, terutama pada saat interview dengan informan mulai dari tape recorder, peralatan tulis menulis dan lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.

(28)

19

b. Tahap Perkerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, fokus peneliti berada pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian.

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelim memasuki lapangan, terlbih dahulu peneliti memahami latar lapangan yang akan diteliti. Dan peneliti juga harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Selain itu, penampilan peneliti harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Mempersiapkan pedoman wawancara kepada masyarakat kelurahan Menanggal Kecamatan gayungan kota surabaya agar peneliti mempunyai gambaran tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada informan yang ada dilapangan.

2) Memasuki lapangan

Peneliti memasuki lapangan penelitian yakni masyarakat urban dan masyarakat asli dan selanjutnya melakukan proses penelitian sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi peneliti :

a. Tahap analisis data

(29)

20

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dari tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penlisan laporan akrena peneliti tinggal menyusun menjadi laporan yang sistematis. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan berdasarkan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian, maka teknik dalam mengumpulkan data adalah sebagi berikut:

a. Wawancara secara mendalam (indept interviewing)

Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kedapatan masyarakat urban dapat menyesuaikan diri dengan amsyarakat asli secara berkala dengan jangka waktu yang pasti berbeda-beda pada setiap orang

b. Observasi langsung

(30)

21

dapat teramati. Didukung dengan teknik wawancara, observasi dapat dilaksanakan.

c. Dokumen

Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari masyarakat mengenai sejarah serta nilai-nilai yang dipahami masyarakat urban dan masyarakat lokal. Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat atau dokumen resmi. Menurut Guba dan Licoln, dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dapat dipertanggung jawabkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam hal menggunakan teknik interaktif, teknik ini digunakan agar data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat selalu diperbandingkan sehingga diperoleh data dan informasi yang akurat. Melalui proses siklus, penelitian akan melakukan aktivitas yang berkelanjutan dalam tahapan-tahapan pengumpulan data yaitu:

a. Reduksi Data

(31)

22

Data lapangan tersebut selanjutnya dippilih dan dipilah dalam arti menentukan derajat relavansinya dengan maksud penelitian.

b. Sajian Data

Yaitu deskripsi kumpulaninformasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bahan.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Membuat rumusan proposisi yang terkait dan mengangkatnya sebagai temuan penelitian. Teknik analisis data dalam hal ini dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianilisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakaai dasar untuk pengumpulan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus. Proses ini berjalan terus tanpa ada akhirnya dan mengkuti jalan tanpa putus-putusnya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data. Cara untuk memperoleh keabsahan data antara lain :

a. Ketekunan Pengamatan

Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Menggunakan watu senbai mungkin dan tekun mengamati dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang relevan dengan fokus masalah.

(32)

23

Setelah data terkumpul melalui proses pencarian yang valid, kemudian peneliti melanjutkan dengan memeriksa keabsahan data. Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian in adalah trianggulasi sumber. Seluruh data dan informasi dikumpulkan dari sumber yang berbeda, sehingga terjadinya keraguan dalam penyusunan dan analisis data dapat dikurangi. Data atau informasi dari suatu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Melalui cara ini informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagagi pihak dapat dibandingkan, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Dan cara ini juga mencegah munculnya subjektivitas yang dapat membuat keraguan pada hasil penelitian.

e. Diskusi dengan Teman Sejawat

Mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat yang mengetahui tentang obyek yang diteliti dan permasalahannya. Peneliti berdiskusi tentang segala hal mengenai penelitian yang peneliti lakukan. Dengan berdiskusi dengan teman sejawat maka akan memberikan masukan-masukan kepada peneliti sehingga pada akhirnya peneliti merasa mantap dengan hasil penelitisnnya.

f. Kecukupan Referensi

(33)

24

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan atau pembahasan terdiri dalinlima bab terperinci sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian peneliti terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, mtode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Kerangka Teoritis

Pada bab ini menguraikan tentang kerangka teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan kajian teoritik yang berkaitan dengan Komunikasi Antarudaya Masyarakat Urban dengan Masyarakat Lokal di Desa Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.

BAB III Penyajian Data

Pada bab ini berisikan gambaran singkat tentang Masyarakat setempat, dan deskripsi data penelitian

BAB IV Analisi Data

Pada bab ini membahas temuan penelitian dan menganalisis data konfirmasi BAB V PENUTUP

(34)

25

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Komunikasi Antar Budaya (Studi Penduduk Urban dengan Penduduk

Asli kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya)

1. Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya

a) Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan ekspetasi, persepsi,

tindakan dan penafsiran. Maksudnya adalah ketika kita berkomunikasi dengan

orang lain maka kita dan orang yang menjadi komunikan akan menafsirkan pesan

yang diterima baik berupa pesan verbal mapun nonverbal dengan standard

penafsiran dari budaya nya sendiri. Kita pun dalam memaknai dan menyandikan

tanda atau lambang yang akan kita jadikan pesan menggunakan standard budaya

yang kita miliki. Yang menjadikan komunikasi antar budaya berbeda dengan

komunikasi pada umumnya adalah latar belakang budayanya. Ada banyak

pengertian yang diberikan para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi

antar budaya, diantaranya adalah ;

1) Menurut Aloweri , Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa sebagaimana

dikutip oleh Arnawati Arbi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi

antara orang-orang yang berbeda kebudayaan. Misalnya antara suku

bangsa, etnik, ras dan kelas sosial.

2) Menurut Guo Ming Chen dan Willian J. Starosta sebagaimana dikutip oleh

Dedy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi antar budaya adalah proses

(35)

26

manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai

kelompok.

3) Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural

Communication) adalah proses pertukaran fikiran dan makna antara

orang-orang yang berbeda budayanya.

4) Stewar L. Tubbs-Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi antar budaya

sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam

arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi)

Dari beberapa definisi diatas, penulis berkesimpulan bahwa komunikasi

antar budaya dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara

orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ada beberapa istilah

yang sering disepadankan dengan istilah komunikasi antar budaya, diantaranya

adalah komunikasi antar etnik ( Inter Ethnic Communication) , dan komunikasi

Internasional.

1) Komunikasi antar etnik adalah komunikasi antar anggota etnik yang

berbeda atau dapat saja komunikasi antar etnik terjadi diantara

anggota etnik yang sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang

berbeda atau sub kultur yang berbeda atau dapat saja komunikasi antar

etnik terjadi diantara anggota etnik yang sama tetapi memiliki latar

belakang budaya yang berbeda atau sub kultur yang berbeda.

Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa

dan asal-usul yang sama. komunikasi antar etnik juga merupakan

bagian dari komunikasi antar budaya, namun komunikasi antar budaya

(36)

27

2) Komunikasi antar ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan

arti biologis yang sama. dapat saja orang yang berasal dari ras yang

berbeda memiliki kebudayaan yang sama, terutama dalam hal bahasa

dan agama. Komunikasi antar ras dapat juga dimasukkan dalam

komunikasi antar budaya, karena secara umum ras yang berbeda

memilki bahasa dan asal-usul yang berbeda juga. Komunikasi antar

budaya dalam konteks komunikasi antar ras sangat berpotensi

terhadap konflik, karena orang yang berbeda ras biasanya memilki

prasangka-prasangka atau stereotip terhadap orang yang berbeda

dengan ras dengannya. Dalam hal ini tentunya mempengaruhi

orang-orang yang berbeda ras tersebut didalam berkomunikasi.

3) Komunikasi Lintas Budaya adalah studi tentang perbandingan

gagasan atau konsep dalam berbagai kebudayaan. Perbandingan antara

aspek atau minat tertentu dalam suatu kebudayaan atau perbandingan

antar suatu aspek atau umat tertentu dengan satu atau kebudayaan lain.

4) Komunikasi Internasional, dapat diartikan sebagai komunikasi yang

dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu Negara untuk

menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dngan berbagai

kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain

dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas.

Keharmonisan dalam komunikasi antarbudaya juga dipengaruhi oleh

keefektifan komunikasi yang dilakukan oleh para pelaku komunikasi tersebut.

Suatu komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang

(37)

28

ditangkap dan dipahami oleh penerima pesan tersebut. Intinya antara sender (S)

dan receiver (R) ada kesamaan dalam memahami makna psan yang telah

disampaikan. Bila ini terjadi maka komunikasi dapat dikatakan berjalan dengan

baik.

b) Karakteristik Aktivitas Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi bahwa para

partisipan yang berbeda dalam latar belakang cultural menjalin kontak satu sama

lain secara langsung ataupun tidak langsung.

Menurut Rahardjo, ketika komunikasi antarbudaya mempersyaratkan dan

berkaitan dengan kesamaan dan perbedaan cultural antara pihak yang terlibat,

karakteristik kultural dari para partisipan bukan merupakan fokus studi dari

komunikasi antarbudaya, melainkan proses komunikasi antara inividu dengan

individu dan kelompok dengan kelompok lainnya.

Karakteristik sebuah aktivitas komunikasi efektif apabila terdapat

persamaan makna pesan antara komunikator dan komunikan, demikian halnya

dengan komunikasi antarbudaya. Akan tetapi, hal ini menjadi lebih sulit karena

adanya unsure perbedaan kebudayaan antara pelaku komunikasinya. Itulah

sebabnya , usaha untuk menjalin komunikasi antar budaya dalam praktiknya

bukan merupakan persoalan sederhana.1

Mc. Daniel menyebutkan beberapa masalah potensial yang sering terjadi

didalamnya, seperti pencarian kesamaan, penarikan diri, kecemasan , pengurangan

(38)

29

ketidak pastian , stereotip, prasangka , rasisme, kekuasaan, etnosentrisme, dan

culture shock.2

Untuk itu, Lewis dan Slade menguraikan tiga kawasan yang paling

problematik dalam lingkup pertukaran antarbudaya, yaitu kendala bahasa,

perbedaan nilai, dan perbedaan pola perilaku kultural.3

a. Kendala bahasa merupakan sesuatu yang tampak, tetapi hambatan tersebut

lebih mudah untuk ditanggulangi karena bahasa dapat dipelajari

b. Perbedaan nilai merupakan hambatan yang serius terhadap munculnya

kesalahpahaman budaya sebab ketika dua orang yang berasal dari kultur

yang berbeda melakukan interaksi, perbedaan tersebut akan menghalangi

pencapaian kesepakatan yang rasional tentang isu-is penting.

c. Kesalahpahaman antarkultural dikarenakan perbedaan perilaku kutural lebih

diakibatkan oleh ketidakmampuan tiap-tiap kelompok budaya untuk

member apresiasi terhadap kebiasaan yang dilakukan oleh setiap kelompok

budaya tersebut.

Rahardjo menyebutkan beberapa faktor penghambat komunikasi

antarbudaya, yaitu :4

a. Etnosentrisme merupakan tingkatan individu menila budaya orang lain

sebagai interior terhadap budaya mereka;

b. Stereotip merupakan generalisasi tentang beberapa kelompok orang yang

sangat menyederhanakn realitas;

2

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta: Salemba Humanika, 2007, hlm. 316

3

Glen Lewis, Christina Slade, Critical Communication, Australia: Prentice Hall, 1994, lm. 211. 4

(39)

30

c. Prasangka merupakan sikap yang kaku terhadap kelompok yang didasarkan

pada keyakinan atau prakonsepsi yang keliru, juga dapat dipahami sebagi

penilaian yang tidak didasari oleh pengetahuan dan pengujian terhadap

informasi yang tersedia.

c) Bentuk Komunikasi Antarbudaya

Menurut DeVito (1997), bnetuk-bentuk komunikasi antarbudaya, yaitu

sebagai berikut ;5

a) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara

orang katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dengan

Yahudi.

b) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang berbeda. Misalnya,

antara dokter dan pengacara, atau antara tunateradan tunarungu.

c) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya,

antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula

dengan kaum muda.

d) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan

wanita.

Dipahami bahwa komunikasi antarbudaya terjadi apabila pengirim pesan

adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan-nya adalah anggota budaya

yang lainnya.

Dalam keadaan demikian, baik penerima pesan maupun pengirim pesan

dihadapkan pada masalah-masalah penyandian pesan. Hal ini karena dalam situasi

5

(40)

31

komunikasi suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik

dalam budaya lain.

Untuk melengkapi pemahaman mengenai pengertian komunikasi

antarbudaya, berikut adalah beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan, yaitu

sebagai berikut :6

a) Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses

pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya.

Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa,

kelompok ras, atau komunitas bahasa komunikasi tersebut disebut

komunikasi antarbudaya.

b) Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji cara budaya

berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi : makna pesan verbal dan

nonverbal menurut budaya bersangkutan, hal-hal yang layak

dikomunikasikan,cara mengomunikasikannya ( verbal nonverbal), dan

pelaksanaan komunikasi tersebut.

c) Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang

paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang

budaya.

d) Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan yang

disampaikan secara lisan,tertulis, bahkan secara imajiner antara dua

orang yang berbeda latar belakang budaya.

e) Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk

informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau

6

(41)

32

model lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar

belakang budayanya.

f) Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seorang

yang berkebudayaan tertentu kepada orang yang berkebudayaan lain.

g) Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk

simbol yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang

budaya.

h) Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang

dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain dari latar

belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu

i) Komunikasi antarbudaya adalah proses pembagian informasi, gagasan

atau perasaan diantara orang-orang yang berbeda latar belakang

budayanya.

Proses pembagian informasi itu, selain dapat dilakukan secara lisan dan

tertulis, juga dapat dilakukan melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi

atau bantuan hal lain sekitarnya yang memperjelas pesan.7

d) Pentingnya Faktor Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya budaya dalam komunikasi

adalah sebagai berikut:8

a) Mobilitas

Mobilitas masyarakat diseluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Hal ini

ditunjukkan dengan semakin banyaknya perjalanan yang dilakukan dari satu

Negara ke Negara lain dan dari satu benua ke benua yang lain.

7

(42)

33

Tujuannya adalah mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda

serta untuk menggali peluang-peluang ekonomi yang berbeda serta untuk

menggali peluang-peluang ekonomi. Hal tersebut menyebabkan hubungan

antarpribadi semakin berkembang menjadi hubungan antarbudaya.

b) Saling kebergantungan Ekonomi

Secara ekonomis banyak Negara bergantung pada Negara lain. dengan

kata lain, ke hidupan eonomis suatu Negara sangat bergantung pada kemampuan

Negara tersebut untuk berkomunikasi dengan Negara lain yang memiliki

kebudayaan yang berbeda. Untuk itu, setiap bangsa harus mampu berkomunikasi

secara efektif dngan kultur-kultur yang berbeda.

c) Teknologi Komunikasi

Pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang masuk

dalam budaya kita. Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah,

praktis, dan tidak terhindarkan. Misalnya, film-film impor yang dilihat secara

tidak langsung mengajari kita untuk mengenal adat dan kebiasaan serta riwayat

bangsa lain.

Kemudian melalui telepon, kita dapat berhubungan langsung sampai

pelosok dunia.

a) Pola Imigrasi

Imigrasi akan menyebabkan masuknya seseorang atau sekelompok orang

kedalam suatu Negara. Hal ini menambah pengalaman kita dalam bergaul,

bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang berbeda budaya. Hal tersebut

(43)

34

b) Kesejahteraan politik

Kesejahteraan politik saat ini sangat bergantung pada kesejahteraan politik

kultur dengan Negara lain. Dengan kata lain, kesejahteraan politik Negara kita

bergantung pada kesejahteraan Negara lain.

e) Aspek yang dikembangkan dalam Komunikasi Antarbudaya

a) Sasaran Pengembangan Komunikasi Antarbudaya

Aspek utama dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi

antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Dalam kajian

ilmu komunikasi, yang dimaksudkan dngan aspek komunikasi adalah semua ihwal

yang menjadi objek materiil ilmu komunikasi.9

Sasaran komunikasi antarbudaya, yaitu :

1) Melaksanakan tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar

belakang budaya kebudayaan yang berbeda;

2) Meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya;

3) Tercapai penyesuaian antarpribadi.

b) Bentuk Sasaran Pengembangan Komunikasi Antarbudaya

Menurut DeVito, bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya, yaitu sebagai berikut:

1) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang

islam dan orang Yahudi.

2) Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter

dengan pengacara, atau antara tunanetra dengan tunarungu.

9

(44)

35

3) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antaa

kaum homoseks dan kaum heteroseks. Atau antara kaum manula dan kaum

muda.

4) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan

wanita.

c) Cara mengurangi Ketidakpastian

Secara khusus, fungsi komunikasi antarbudaya adalah mengurangi

ketidakpastian. Hal ini karena ketika memasuki wilayah orang lain, kit aakan

menemui orang-orang yang berbeda dalam aspek (sosial,budaya,ekonomi,status,

dan lain-lain).

Menurut Gundykunstt dan Kim, usaha untuk mengurangi ketidakpastian

itu dapat dilakukan melalui tiga tahap seleksi, yaitu:

1) Prakontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal ataupun

nonverbal (komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi).

2) Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atau kesan yang

muncul dari kontak pertama, misalnya bertanya pada diri sendiri : apa saya

seperti dia, apa dia mengerti saya, apa merugikan waktu saya jika

berkomunikasi dengan dia, atau pertanyaan lainnya yang serupa.

3) Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi dan

(45)

36

f) Interaksi Dalam Komunikasi Antarbudaya

1) Pengertian Interaksi

Menurut kamus bahasa, interaksi adalah hal saling melakukan aksi,

berhubungan, memengaruhi antarhubungan. Interaksi adalah jenis tindakan atau

aksi yang terjadi ketika dua atau lebih objek memengaruhi atau memiliki efek satu

sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan

dari hubungan satu arah apada sebab akibat.10

2) Interaksi sebagai Proses Asimilasi

Dalam komunikasi, interaksi budaya adalah hubungan antara dua atau

lebih cara/pola hidup pada masyarakat mengenai segala bentuknya dalam proses

komunikasi. Interaksi atau hubungan antarbudaya adalah proses asimilasi dan

akulturasi kebudayaan sehingga saling memengaruhi satu sama lain di antara dua

kebudayaan tersebut.11

Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang

dari kultur (budaya) yang berbeda-beda, antara orang-orang dari kultur (budaya)

yang berbeda-beda, antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau

cara berperilaku kultural yang berbeda.

3) Hakikat Interaksi dan Hubungan Antarbudaya

Hakikat adalah unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat mengacu

pada faktor utama yang lebih fundamental. Hakikat interaksi antarbudaya adalah

mengenai adanya penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik

kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.

10

(46)

37

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua

sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan komunikasi

pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan, atau mewariskan buaya.

Edward T. Hall menegaskan bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah

komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk

menyosialisasikan norma-norma buadaya masyarakat, baik secara horizontal dari

suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, maupun secara vertikal dari suatu

generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan normaatau nilai

yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.

Secara alamiah, proses komunikasi antarbudaya berakar dari relasi

antarbudaya berakar dari relasi antarbudaya yang menghendaki adanya interaksi

sosial. Oleh karena itu, dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak

dapat dikatakan berinteraksi sosial jika tidak berkomunikasi.

Interaksi antarbudaya yang efektif sangat bergantung pada komunikasi

antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi

antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) apabila bentuk hubungan

antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk

memperbarui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan

memperbarui menejemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat

kesetiakawanan, persahabatan, hingga berhasilnya pembagian teknologi,

mengurangi konflik yang seluruhnya merupakan bentuk dari komunikasi

(47)

38

g) Komunikasi dan Proses Simbolik Dalam Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan

kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan

memberinya makna, maka komunikasi telah terjadi terlepas dari apakah kita

menyadari atau tidak dan menyengajanya atau tidak.12 Kita harus menyadari

bahwa tidak mungkin bagi kita untuk tidak berperilaku. Setiap perilaku memiliki

potensi komunikasi. Maka tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak berkomunikasi,

dengan kata lain kita tidak dapat tidak berkomunikasi.

Pendekatan terhadap komunikasi berfokus pada pemberian makna yang

telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi dilingkungan kita. Berbagai

makna telah tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya

kita diri kita dan sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam

budayatersebut. Ketika kita mengamati suatu perilaku dalam lingkungan kita, kita

masing-masing menukik ke perbendaharaan makna kita yang unik dan memilih

makna yang kita yakini sebagai makna paling pantas bagi perilaku yang kita amati

dan konteks sosial dimana perilaku itu terjadi.

Proses pemaknaan dalam komunikasi ini biasanya berlangsung lancar,

tetapi tidak jarang juga terjadi kemacetan dan salah penafsiran terhadap suatu

pesan atau member makna yang salah kepada perilaku yang kita amati. Terutama

dalam konteks komunikasi antar budaya yang mana pelaku-pelaku komunikasinya

memiliki latar budaya yang berbeda.

12

(48)

39

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau

penggunaan lambang. Menurut Susanne K Langer dalam buku komunikasi

antarbudaya satu perspektif multidimensi karya Ahmad Sihabudin yaitu :

“Kebutuhan dasar yang memang hanya ada pada manusia adalah kebutuhan akan

simbolisasi. Fungsi simbol ini adalah satu diantara kegiatan-kegiatan dasar

manusia seperti makan, melihat, dan bergerak. Ini adalah proses fundamental dari

pikiran, dan berlangsung setiap waktu. Prestasi-prestasi manusia bergantung pada

penggunaan simbol-simbol”.13

Pada konteks komunikasi antarbudaya proses simbolisasi merupakan

proses yang sangat penting, baik simbolisasi dalam bentuk verbal maupun

simbolisasi nonverbal. Komunikasi merupakan proses simbolik karena aktivitas

berkomunikasi menggunakan simbol-simbol bermakna yang diubah kedalam

kata-kata (verbal) utuk ditulis dan diucapkan atau simbol (nonverbal) untuk

diperagakan. Simbol komunikasi itu dapat berbentuk tindakan dan aktivitas

manusia, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna disini adalah

persepsi, pikiran atau perasaan yang dialami seseorang yang pada gilirannya

dikomunikasikan kepada orang lain.14 Lambang atau simbol merupakan sesuatu

yang dipergunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan

sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non

verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.15 Kemampuan manusia

menggunakan lambang verbal, memungkinkan perkembangan bahasa dan

13

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013)., Hlm. 64.

14

Alo Liliweri, Mak a Budaya Dala ………, Hl .5

15

(49)

40

menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa

kehadiran manusia dan objek tertentu.

Lambang dan simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk

mengekspresikan gagasan tertentu berdasarkan kesepakatan dalam lingkungan

sosial budaya. Pada hakikatnya lambang tidak memiliki makna, kitalah yang

memberi makna. Jadi makna sebuah lambang adanya ada pikiran atau persepsi

seseorang atau sekelompok masyarakat. Untuk mendukung keberhasilan

komunikasi sosial budaya diperlukan kesepakatan dalam member makna atas

lambang-lambang yang digunakan. Komunikasi akan mengalami distorsi, tatkala

orang-orang yang berkomunikasi itu berasal dari latar belakang sosio budaya yang

berbeda serta memberi arti atau makna lambang yang berbeda pula.

Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ini :

a) Lambang bersifat sembarang, manusaka , atau sewenang-wenang.

Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama.

Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan,

tempat tinggal, jabatan (pekerjaan), olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan,

gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu, dan sebaginya. Semua itu bisa

menjadi lambang. Lambang hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa

kita. Namun alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia

menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu,

baik yang konkret ataupun yang abstrak.16

16

(50)

41

b)Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang member

makna pada lambang.

Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu

sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan kata-kata itu mempunyai makna,

yang dia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk

member makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan

akan timbul bila para peserta komunikasi tidak member makna yang sama pada

suatu kata.

Sebagian orang percaya bahwa angka-angka tertentu mengandung

makna-makna tertentu, misalnya : kualitas (bagus atau jelek), kekuatan keberuntungan,

atau kesialan. Dalam kasus dandanan juga bisa menjadi suatu simbol tetentu bagi

seseorang. Sebagai satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang, manusia

sering lebih mementingkan lambang daripada hakikat yang dilambngkannya.

Meskipun tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan apa yang

dilambangkan , banyak orang yang menganggap bahwa terdapat hubungan

demikian. Sebagian orang bahkan ada kalanyamenggantungkan nasib dan

keselamatan mereka pada lambang-lambang tertentu.17

c) Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat

ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. begitu juga

makna yang diberikan kepada lambang tersebut. Dalam memaknai suatu lambang,

kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat

semua, kita bisa saja menamai suatu hal sesuai dengan kesepakatan yang telah

17

(51)

42

ditentukan. Akan tetapi , makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi

berubah dalam perjalanan waktu, meskipun perubahan makna itu berjalan lambat.

Dalam pandangan masyarakat Bugis-Makassar, ayam betina yang diberikan

kepada seseorang merupakan simbol penghinaan atas kegagalan dan sekaligus

melambangkan pengecutan yang memalukan, yang bisa memancing keberangan

orang yang menerimanya. Namun bagi orang Sunda akan menerima pemberian

ayam betina ini dengan suka cita untuk kemudian disembelih dan digoreng atau

dipanggang. Hal ini jelas menunjukkan bahwa makna yang diberikan seseorang

atau suatu masyarakat berbeda dari suatu budaya dengan budaya yang lainnya.

Pemaknaan terhadap suatu perilaku juga boleh jadi brubah dari waktu ke

waktu meskipun dalam budaya yang sama. Jika diperhatikan lebih seksama,

perilaku kultural manusia itu pada dasarnya berbeda dari masa ke masa dan juga

pemaknaannya.18

h. Komunikasi Antarbudaya dan Kebersamaan Dalam Interaksi

Berkat kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi, peradaban

manusia kini sampai pada tahap yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan

berbagai budaya lain, baik budaya dalam negeri maupun luar negeri. Interaksi

budaya tersebut sebagian bisa bersifat tatap muka dan sebagian lagi lewat media

massa, sebagian interaksi bersifat selintas atau berjangka pendek dan sebagian lagi

berjangka panjang atu permanen.19

Fenomena komunikasi antarbudaya tersebut tampaknya selalu kita alami

setiap saat baik secara sengaja ataupun tidak, sebab dalam komunikasi

18

(52)

43

antarbudaya tidak hanya meliputi budaya antar pelakunya saja yang berbeda

budaya namun masih banyak unsur lain yang dapat dikategorikan sebagai

komunikasi antar budaya. Beberapa contoh yang dapat dikategorikan sebagai

komunikasi antarbudaya meliputi pergaulan antar anak dari luar Jawa dalam

lingkungan masyarakat, konsultasi ibu hamil dengan bidan setempat , dan bahkan

diskusi antara orang tua dan anak juga bisa dikatakan sebagai komunikasi

antarbudaya meskipun tingkat kebudayaan tersebut kecil.

Komunikasi adalah suatu fenomena yang rumit, apalagi bila pelakunya

berasal dari budaya yang berbeda. Komunikasi melibatkan ekspetasi, persepsi,

pilihan, tindakan, dan penafsiran.20 Setiap kita berkomunikasi dengan seseorang,

tidak diragukan lagi orang tersebut berasal dari suatu lingkungan budaya tertentu,

bukan orang yang tiba dari ruang hampa sosial. Oleh karena itu , ia dipengaruhi

oleh latar belakang budayanya, meskipun tidak berarti bahwa semua anggota

budaya tersebut berperilaku seragam. Tetapi anda akan melihat pola yang kurang

lebih sama, menunjukkan kemiripan pada sikap dan perilaku kebanyakan orang

dari budaya tersebut.21

2. Model Proses Komunikasi Antarbudaya

a) Konsep Dasar Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi merupakan sebuah proses dan interaksi antara komunikan dan

komunikator yang melakukan pertukaran pesan secara langsung ataupun tidak

20

John C Condon dan Fathi Yousef, Introduction To Intercultural Communication. New York : Macmillan. 1985. Hlm. 33. Dalam Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Cet ke-2 (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) Hlm. 7.

21

(53)

44

langsung. Komunikasi dapat dikatakan hal yang paling krusial dalam kehidupan

ini.22

Secara umum, komunikasi antarbudaya adalah proses saling berbagi

informasi, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman yang dilakukan oleh mansia

dari berbagai budaya. Setiap budaya memiliki nilai dan sikap yang

dikomunikasikan, mislnya cara orang jepang mmbungkukkan badan satu sama

lain saat menyambut tamu berbeda dengan gaya penyambutan bangsa lainnya.

Pada hakikatnya, proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses

komunikasi lainnya, yakni proses yang interaktif, transaksional, dan dinamis.

Komunikasi antarbudaya yang interaktif dilakukan oleh komunikator dengan

komunikan dalam dua arah/timbal balik.

Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur, yaitu keterlibatan emosi

tinggi yang berkesinambungan atas pertukaran pesan ; berkaitan dengan masa

lalu, kini, da yang akan datang; dan berpartisipasi dalam komunikasi antrabudaya

untuk menjalankan suatu peranan.

b) Dimensi Proses Komunikasi Antarbudaya

Ada tiga dimensi dalam mencari kejelasan dan mengintegrasi berbagai

konsep kebudayaan dalam komunikasi antarbudaya, yaitu tingkat masyaraat

kelompok budaya dari para partisipan, konteks sosial terjadinya proses

komunikasi antarbudaya, dan saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi

antarbudaya, baik secara verbal maupun nonverbal.

(54)

45

Adapun dimensi dalam proses komunikasi antarbudaya, yatitu sebagai

berikut :

1) Komunikasi antarbudaya merujuk pada bermacam tingkatan lingkup dan

kompleksitas organisasi sosial

2) Komunikasi antarbudaya merujuk pada sosial komunikasi antarbudaya

yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, difusi inovasi,

dan sebagainya. Pada dasarnya, komunikasi dalam semua konteks sosial

memiliki persamaan dalam unsusr-unsur dasar dan proses komunikasi,

tetapi dengan pengaruh kebudayaan yang tercakup dalma latar belakang

pengalaman individu membentuk pola persepsi, pemikiran, penggunaan

pesan verbal dan perilaku nonverbal dan hubungan ang ada di dalalamnya.

3) Berkaitan dengan saluran komunikasi. Saluran tersebut dibagi atas saluran

antarpribadi,/perseorangan dan media massa. Bersama dengan dua dimensi

sebelumnya, dimensi ketiga ini memngaruhi proses dari hasil keseluruhan

proses komunikasi antarbudaya.

c) Faktor-faktor yang Memengaruhi proses komunikasi

Menurut Gudykunst dan Kim, ada empat fsktor/filter konseptual yang

memengaruhi komunikasi (melakukan penyandian pesan dan penyandian balik

pesan), yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Budaya

Faktor budaya meliputi faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan

(55)

46

2. Faktor Sosiobudaya

Pengaruh sosiokultur akan tampak pada proses penataan sosial yang

berkemba

Gambar

 Tabel 3.1
Tabel 3.2

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dengan cara memaparkan dan menggambarkan tentang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelurahan Rungkut Menanggal Kecamatan Gunung Anyar tentang partisipasi masyarakat dalam program elektronik Rukun Tetangga

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang menekankan kepada bagaimana strategi komunikasi kesehatan dalam menyebarluaskan informasi thalasemia

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian (field reseach), yang berlokasi di Kelurahan Rejomulyo Kecamatan Kota, Kota Kediri. Data yang

Program Urban Farming pada Kelompok Tani Kelurahan Keputih ini merupakan salah satu kasus praktik sosial yang didalamnya terdapat relasi yang saling terkait antara agent

Penelitian ini berjudul Strategi dan Pola Komunikasi Indonesia Urban Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH) (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi dan Pola Komunikasi IUWASH

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai Pemberdayaan Komunitas

Keseluruhan pelaksanaan urban farming di Kelurahan Made berdasarkan pada enam variabel model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn yaitu tujuan dan ukuran