ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBERIAN
KOMISI KEPADA AGEN PADA
PRULINK
SYARIAH DI PT.
PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA
SKRIPSI Oleh
Zulyatus Sholikhah NIM. C02213081
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah) Surabaya
ABSTRAK
Skripsi dengan judul Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian
Komisi Kepada Agen Pada PRUlink Syariah Di PT. Prudential Life Assurance Ngagel Surabaya adalah hasil penelitian yang akan menjawab pertanyaan, 1) Bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktik pemberian komisi kepada agen
pada PRUlink Syariah di PT. Prudential Life Assurance? Dan 2) Bagaimana
Analisis Hukum Islam terhadap pemotongan premi peserta asuransi pada PRUlink
Syariah di PT. Prudential Life Assurance?
Metode penelitian ini adalah penelitan lapangan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang berupa informasi, uraian dalam bentuk prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan data yang diperoleh tentang praktik pemberian komisi kepada agen pada
produk PRUlink Syariah. Kemudian dianalisis dengan pola pikir induktif, yakni
mengumpulkan fakta-fakta yang bersifat khusus berupa data PT. Prudential Life Assurance, kemudian dikaji, dianalisis dan disimpulkan sehingga mengetahui bagaimanakah praktik pemberian komisi kepada agen di PT. Prudential Life Assurance.
Pemberian komisi dalam Islam harus terdapat adanya dua pihak yang melakukan transaksi, ijab dan qabul dan barang yang dijadikan objek akad. Akan tetapi komisi yang diberikan kepada agen dalam ranah rukun akad tidak terpenuhi, yakni syarat keabsahan belum jelas, karena pada pemberian komisi agen tidak dijelaskan pada kesepakatan awal antara kedua belah pihak saat agen memasarkan
produknya. Pada praktik pemberian komisi agen pada produk PRUlink syariah
tidak diperbolehkan karena bertentangan dengan syara’ yaitu objek yang tidak
jelas dan tidak ada kesepakatan di awal saat agen memasarkan produknya. Serta pemotongan premi oleh agen tidak diketahui oleh pihak peserta suransi, sehingga melanggar prinsip kerelaan dan keadilan bagi peserta asuransi.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ...viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITERASI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Kajian Pustaka ... 14
E. Tujuan Penelitian ... 17
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17
G. Definisi Operasional ... 18
H. Metode Penelitian ... 19
I. Sistematika Pembahasan ... 24
B. Definisi Asuransi Syariah ... 29
C. Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah ... 34
D. Dasar Hukum Asuransi Syariah ... 35
E. Rukun dan Syarat Asuransi Syariah ... 40
F. Jenis dan Produk Asuransi Syariah ... 41
G. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah ... 44
H. Perantara dan Makelar ... 50
BAB III PRAKTIK PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGEGEL SURABAYA A. Gambaran Umum Profil PT. Prudential life assurance ... 54
B. Praktik Pemberian Komisi Kepada Agen Pada PRUlink Syariah ... 65
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA A. Analisis Terhadap Pemberian Komisi Kepada Agen Pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance ... 72
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Komisi Kepada Agen Pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance ... 75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran mengakui hak individu dan kelompok untuk memiliki dan
memindahkan suatu kekayaan secara bebas dan tanpa paksaan. Alquran
memberikan kemerdekaan penuh untuk melakukan transasksi apa saja, sesuai
yang dikehendaki dengan batas-batas yang ditentukan oleh Syariat Islam.1
Syariat Islam merupakan syariat yang bersifat komprehensif dan juga
universal. Hal ini menunjukkan bahwa syariat yang berada dalam ajaran Islam
mencakup berbagai aspek kehidupan umat manusia, baik dalam hal ibadah
maupun sosial, politik, ekonomi. Ibadah sangat diperlukan dalam rangka
menjaga hubungan yang baik dan terus-menerus antara umat manusia dengan
sang Khalik, Allah Swt. ibadah juga berfungsi sebagai sarana untuk secara
terus menerus memperingatkan umat manusia untuk selalu menjalankan
tugasnya di muka bumi secara baik dan bertanggung jawab.
Syariat dalam hal muamalah berfungsi sebagai suatu aturan bagi umat
manusia dalam rangka menjalankan fungsi sosial sebagai khalifah di muka
bumi dalam hal menjalankan sektor muamalah yang berkaitan dengan harta
dan ekonomi.
2
Tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan hidup umat manusia dan juga dalam rangka
melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Allah berfirman dalam surah
Al-Luqma>n ayat20 yang berbunyi:
Artinya: Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.2 (QS. Al-Luqma>n: 20)
Usaha manusia dalam kesejahteraan hidup di muka bumi sangat berkaitan
dengan kegiatan ekonomi. Dalam Islam, kegiatan ekonomi tersebut adalah
kegiatan bisnis dan juga investasi. Sistem ekonomi yang dikembangkan oleh
Islam memiliki tujuan untuk mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi
manusia dalam jangka panjang dan juga meningkatkan kesejahteraan
manusia.3
Kesejahteraan di muka bumi diwujudkan oleh manusia jika mampu
memahami dan memposisikan keberadaanya pada aturan yang telah
ditentukan oleh khalik-Nya, Allah Swt. Manusia harus sadar bahwa
3
keberadaannya tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau
sesamanya.4 Allah berfirman dalam surah Al-Ma>idah ayat 2 yang berbunyi :
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.5 (QS. Al-Ma>idah : 2)
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia dituntun oleh Allah Swt. agar selalu
berbuat tolong-menolong (ta’a>wun) antar sesamanya dalam kebaikan dan
didasari atas nilai takwa kepada Allah Swt. Hal ini merupakan prinsip dasar
yang harus dipegang manusia dalam menjalani kehidupan di muka bumi.
Manusia adalah makhluk yang lemah dan ketidaktahuannya terhadap
kejadian yang akan menimpa pada dirinya. Hanya Allah yang Maha
Mengetahui atas segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang
sudah terjadi ataupun yang belum terjadi.
Manusia mempunyai sifat lemah dalam menghadapi kejadian yang akan
datang. Manusia tidak bisa memastikan bagaimana keadaan pada waktu di
kemudian hari. Allah berfirman dalam surah Al-Tagha>bun ayat 11 yang
berbunyi: ...
Artinya: Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah...6 (QS. Al-Tagha>bun : 11)
4 Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, & Praktis (Jakarta: Kencana, 2004), 99-100.
4
Manusia memiliki kemampuan dasar yang tidak dapat menjangkau hal-hal
yang belum terjadi. Allah Swt. tidak memberikan kemampuan tersebut
kepada manusia. Manusia hanya bisa merencanakan (planning) sesuatu yang
belum terjadi serta memproteksi segala sesuatu atas kerugian di masa
mendatang dan akhirat, salah satu cara adalah menyiapkan bekal (proteksi)
untuk kepentingan di masa mendatang agar segala sesuatu yang bernilai
negatif yang berbentuk musibah, kecelakaan, kebakaran ataupun kematian
dapat diminimalisir kerugiannya.7
Dalam agama Islam terdapat terminologi yang membedakan hubungan
manusia dengan Allah (h{abl min Alla>h) dan hubungan manusia dengan
sesamanya (h{abl min na>as). Hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan seperti peribadatan untuk menjaga ketaatan hubungan manusia
dengan Allah. Sedangkan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dan lingkungan alam adalah bersifat terbuka dalam kaitannya
dengan urusan duniawi dalam pergaulan sosial. Allah Swt. memberikan
aturan di dalam Alquran yang bersifat garis besar, dan selebihnya terbuka
bagi mujtahid untuk mengembangkan melalui pemikirannya.
Usaha perasuransian, digolongkan dalam hukum-hukum yang mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya yang disebut dengan hukum muamalah
yang bersifat terbuka dalam pengembangannya.8 Selain itu prinsip dasar yang
menjadi tolak ukur dari asuransi yang berkembang saat ini yakni semangat
7 Hasan Ali, Asuransi dalam..., 100-103.
5
tolong-menolong, bekerja sama, dan proteksi terhadap peristiwa yang
membawa kerugian.
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian yang mana
seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan
menerima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan karena
suatu peristiwa yang tak tentu.9
Asuransi dalam perusahaan asuransi menurut Syariat tidak jauh berbeda
dengan asuransi konvesional. Keduanya memiliki persamaan yaitu
perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai fasilitator hubungan struktural
antara peserta penyetor premi (penanggung) dengan peserta penerima
pembayaran klaim (tertanggung). Asuransi Syariah diistilahkan dengan
takaful yang prinsip operasionalnya berdasarkan pada syariat Islam dengan
mengacu kepada Alquran dan Sunah.10
Dalam Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 pengertian Asuransi
Syariah (ta’mi>n, taka>ful, tadha>mun) adalah usaha saling melindungi dan
tolong-menolong di antara sejumlah orang-pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan/tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk
mengahadapi risiko tetentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariat.11
9 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 Tentang Asuransi dan Pertanggungan
Seumumnya.
10 Gemala Dewi, Aspek-Aspek..., 121-122.
11Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001Tentang pedoman Umum Asuransi
6
Asuransi takaful berkaitan dengan unsur saling menanggung risiko di
antara para peserta asuransi, peserta yang satu menjadi penanggung peserta
yang lainnya. Tanggung menanggung tersebut dilakukan atas dasar saling
tolong-menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana yang ditujukan untuk menanggung risiko. Perusahaan asuransi bertindak
sebagai fasilitator yang saling menanggung di antara para peserta asuransi.
Lembaga asuransi dijalankan sesuai prinsip syariat untuk melindungi
harta dan jiwa akibat bencana.12 Adapun dasar hukum lembaga Asuransi
dalam surah An-Nisa’ ayat 9 yang berbunyi:
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.13 (QS. An-Nisa’: 9)
Karnaen A. Perwataatmadja mengemukakan prinsip-prinsip Asuransi
Syariah yakni:
1. Saling bertanggung jawab
2. Saling bekerja sama atau saling membantu
3. Saling melindungi penderitaan satu sama lain
4. Menghindari unsur ghara>r, maisi>r dan riba>
12 Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
99.
7
Keempat prinsip itu dapat dipahami bahwa sistem operasional asuransi
Syariah dapat menghindari unsur-unsur yang dilarang oleh syariat Islam
dalam asuransi konvensional.14
Secara umum Tujuan dari asuransi ini untuk mengadakan persiapan dalam
menghadapi kemungkinan kesulitan yang dihadapi oleh manusia dalam
kehidupan, seperti dalam kegiatan perdagangan mereka. Bahaya kerugian
itulah yang mendorong manusia berupaya dengan bersungguh-sungguh untuk
mendapatkan cara-cara yang aman untuk melindungi diri mereka.15
Perusahaan dan peserta asuransi mempunyai hak dan kewajiban yang
harus dikerjakan. Kewajiban tertanggung adalah membayar uang premi
asuransi sekaligus di muka atau angsuran secara berkala. Uang premi
asuransi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan peserta asuransi untuk
mengikat kewajiban pengelola dalam membayar ganti rugi atas terjadinya
risiko. Dalam asuransi Syariah premi disebut dengan istilah kontribusi, yaitu
merupakan dana peserta secara bersama-sama setelah dikurangi fee
pengelola. Dalam asuransi konvensional premi merupakan harga yang
dibayar tertanggung untuk membeli asuransi kepada penanggung yang telah
mengambil alih risiko tertanggung oleh karenanya premi menjadi pendapatan
penuh perusahaan.16
Hak perusahaan asuransi Syariah diantaranya menerima premi,
mengumpulkan dan mempergunakannya untuk kegiatan bisnis serta
14 Gemala Dewi, Aspek-Aspek..., 135.
8
mendapatkan bagi hasil dari kegiatan usaha yang dijalankan. Perusahaan
asuransi Syariah diberi amanah untuk mengelola premi dengan cara yang
halal dan memberikan santunan kepada pihak yang mengalami musibah
sesuai dengan akad yang telah dibuat. Mekanisme pengelolaan premi
nasabah, operasionalnya terbagi menjadi dua sistem, yaitu: sistem produk
saving (tabungan) dan sistem pada produk non-saving (tidak ada tabungan).
Pada produk saving (tabungan) ini peserta wajib membayar premi kepada
perusahaan. Setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dipisahkan
dalam dua rekening, yaitu rekening dana tabarru’ dan rekening tabungan
peserta. Dana pada rekening tabarru’ akan dibayarkan apabila peserta
meninggal dunia dan perjanjian berakhir, sedangkan rekening tabungan dana
yang merupakan milik peserta, dan akan dibayarkan apabila perjanjian
berakhir, peserta mengundurkan diri, atau peserta meninggal dunia.
Produk non-saving (tidak ada tabungan), produk ini premi yang
dibayarkan oleh peserta akan dimasukkan ke rekening tabarru’.17
Asuransi di Dunia bahkan di Indonesia mengalami perkembangan yang
pesat. Hal itu menyebabkan masyarakat tertarik akan asuransi tersebut. Salah
satunya asuransi PT. Prudential Life Assurance, asuransi tersebut memiliki
dua macam asuransi, yakni Asuransi konvensional dan Asuransi Syariah.18
Sebagai perusahaan dibidang jasa keuangan telah terdaftar dan diawasi
oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lembaga ini dibentuk dengan tujuan
17 Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah Berkah Terakhir yang Tak Terduga (Yogyakarta: Andi,
2016). 74-76.
9
agar keseluruhan di dalam sektor jasa keuangan dilakukan secara adil, teratur,
transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan mampu melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat.19
Untuk meningkatkan bisnis asuransi dan memudahkan peserta ikut dan
bergabung di dalam asuransi, PT. Prudential life assurance meningkatkan
jalur pemasaran perusahaan dengan menggunakan tenaga penjualan (agen).
Untuk mempertahankan perusahaan dalam meningkatkan efektivitas dan
efisiensi secara maksimal maka perusahaan asuransi harus mempertahankan
eksistensinya dari agen itu sendiri.
Agen adalah orang atau perusahaan perantara yang mengusahakan
penjualan bagi perusahaan lain atas nama pengusaha.20
Sikap agen dalam ekonomi Islam harus memiliki sikap profesionalisme
dalam perannya sebagai penjualan produk syariah, selain itu agen
menumbuhkan sikap bertanggung jawab, mandiri, kreatif, selalu optimis dan
tidak mudah putus asa, jujur dan dapat dipercaya, sabar dan tidak panik
ketika mengalami kegagalan.21
Untuk menumbuhkan produktivitas agen perusahaan memberikan komisi
atau imbalan ekonomi atas jasa penjualan produk asuransi. Jika ia tidak
berhasil mandapatkan nasabah atau tidak berhasil menjual produk asuransi
19 Riyanti Kumalasari, “Analisis Swot Terhadap Strategi Pemasaran Pada Produk Prulink
Syari’ah di PT. Prudential Life Assurance Team Ponorogo” (Skripsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016), 6.
20 Ernawati Waridah dan Suzana, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, Mahasiswa, & Umum (Bandung: Ruang Kata, 2014), 8.
10
maka agen tidak akan mendapatkan komisi. Komisi diberikan berbeda-beda,
sesuai nilai premi asuransi yang dijualkan. PT. Prudential life assurance
menggunakan sistem API (Annual Premium Income), dimana API sendiri
adalah pendapatan premi pertahun. Penghitungan jumlah API dihitung dari
jumlah total premi berkala tahunan. Komisi ini sebesar 30% dari premi
peserta asuransi dari tahun pertama dan tahun kedua, sehingga dana yang
terkumpul pada tahun pertama dan tahun kedua belum muncul atau belum
punya nilai tunai.22 Kalaupun ada, sangat kecil dibandingkan premi yang
sudah dibayar selama dua tahun. Dalam hal komisi, Prudential Syariah
menawarkan pendapatan komisi agen yang sangat besar. Agen akan
memperoleh dua manfaat, yaitu income (komisi) dan jenjang karir.23 Apabila
si A mengikuti asuransi dengan premi Rp. 500.000/bulan, Rp. 500.000 X 12
bulan (1 tahun) = Rp.6.000.000. Rp. 6.000.000 dibagi menjadi dua, yakni
asuransi dan investasi. Jadi Rp.3.000.000 buat asuransi dan Rp.3.000.000
buat investasi. Komisi yang diberikan dari asuransi tesebut sebesar
Rp.3.000.000 dipotong 30% atas komisi agen, jadi Rp. 3.000.000 30% =
Rp. 900.000,- apabila dalam satu tahun agen mendapat 20 peserta maka Rp.
900.000 20 = Rp.18.000.000/tahun. Penghitungan itu sama halnya dengan
di tahun kedua. Jadi pendapatan komisi agen tergantung berapa besarnya
22 Ibu Wiwin, Unit Manager Prudential Ngagel Surabaya, Wawancara, Surabaya, 12 Oktober 2016.
11
premi asuransi. Semakin besar premi asuransi maka semakin besar komisi
yang diperoleh.24
Untuk menghindari unsur ketidakadilan bagi peserta yang tidak
mengetahui penggunaan dananya oleh perusahaan, perusahaan asuransi
Syariah tidak diperbolehkan membayar uang komisi agen atau biaya lainnya
dengan uang premi, kecuali untuk penggunaan dana tabarru’ yang besarnya
5-10% atas izin dan keikhlasan peserta. Dana tersebut akan dimanfaatkan
untuk dana kebajikan dalam bentuk bantuan kepada peserta yang terkena
musibah. Dengan tidak adanya pemotongan atau penggunaan biaya, peserta
pada tahun pertama telah memiliki nilai tunai yang dapat diambil jika
peserta mengundurkan diri pada tahun pertama atau bulan pertama.25
Pada sisi ini asuransi syariah melakukan koreksi dengan menggunakan
konsep mud}a>rabah, di mana premi yang dibayarkan di tahun pertama tidak
terbebankan biaya komisi, maka peserta apabila mengundurkan diri di tahn
pertama ataukah tahun kedua, uangnya tetap utuh kecuali sebagian kecil
yaitu dana tabarru’ besarnya sekitar 1-12% yang telah di ikhlaskan di awal
akad untuk keperluan dana tolong menolong.26
Di Prudential life assurance menerapkan sistem pemberian komisi kepada
agen dengan besar-besaran sejumlah 30% dari premi peserta pada tahun
pertama dan tahun kedua, sehingga dana pada tahun pertama dan kedua
24 Erik, Wawancara, Surabaya, 19 Oktober 2016.
25 Abdullah Amrin, Asuransi Syari’ah Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2006), 69-70.
26 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional
12
dananya masih belum ada. Selain pemberian komisi besar-besaran, agen juga
diberikan bonus-bonus yang menggiurkan. Sehingga orang banyak
berlomba-lomba menjadi agen di Asuransi Prudential. Pemberian komisi pada agen ini
bisa merusak akad mud}a>rabah dan akad tabarru’. Selain merusak akad,
pemberian komisi kepada agen ini merugikan peserta asuransi, dimana premi
selama dua tahun nilainya belum muncul walaupun ada nilainya sangat kecil.
Selain itu calon peserta asuransi kebanyakan masih awam dalam asuransi di
PT. Prudential life assurance dan tidak tahu atas pemotongan premi untuk
pembayaran komisi agen.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penyusun tertarik meneliti masalah
yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Pemberian Komisi
Kepada Agen Pada PRUlink Syariah Di PT. Prudential life assurance Ngagel
Surabaya”, ini difokuskan pada pemberian komisi kepada agen yang ditinjau
dari analisis Hukum Islam.
B. Identifikasi Dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat
kemungkinan-kemungkinan cakupan yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan judul
penelitian sebagai berikut:
a. Analisis hukum Islam pada praktik pemberian komisi kepada agen
13
b. Analisis hukum Islam terhadap pemotongan premi peserta asuransi
pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance.
c. Kesepakatan agen dengan peserta Asuransi dalam perjanjian
pemotongan premi untuk komisi agen pada PRUlink Syariah di PT.
Prudential life assurance.
2. Batasan Masalah
Dalam rangka menetapkan batas-batas masalah secara jelas sehingga
mana yang masuk dan mana yang tidak masuk sesuai judul skripsi diatas,
maka penulis membatasi pokok-pokok masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
a. Analisis hukum Islam terhadap praktik pemberian komisi kepada
agen pada PRUlink Syariah di PT Prudential life assurance.
b. Analisis hukum Islam terhadap pemotongan premi peserta asuransi
pada PRUlink Syariah di PT Prudential Life Assurance.
C. Rumusan Masalah
Rumusan penelitian yang digunakan dalam penelitian judul skripsi ini
dapat di ketahui dari pertanyaan berikut:
1. Bagaimana praktik pemberian komisi kepada agen pada PRUlink
14
2. Bagaimana Analisis Hukum Islam terhadap pemotongan premi
peserta asuransi pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life
assurance?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.27 Posisi
penelitian yang akan dilakukan harus dijelaskan guna menemukan celah yang
belum terbahas pada beberapa penelitian sebelumnya, antara lain:
1. Skripsi saudari Anggina Levania Noor, Prodi Muamalah UIN Sunan
Ampel Surabaya (2014), “Peran Agen Dalam Peningkatan Volume
Penjualan Polis Asuransi Kerugian (Studi Kasus PT. Asuransi Takaful
Umum Cabang Surabaya)”. Skripsi ini menjelaskan tentang memperluas
jaringan dengan menggunakan Sistem Agency (keagenan) untuk
mempercepat pertumbuhan jumlah pemasar dan penetrasi produk syariah
ke tengah masyarakat, sehingga volume penjualan bisa meningkat dan
memudahkan perusahaan asuransi.28
2. Skripsi saudari Nurul Nur Aisyah, Prodi Muamalah IAIN Sunan Ampel
Surabaya (2010), “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Komisi
27 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis..., 8.
28 Anggina Levania Noor, “Peran Agen Dalam Peningkatan Volume Penjualan Polis Asuransi
15
Penjualan Kepada SPG Konicare Di PT. Arina Multikarya Surabaya”.
Skripsi ini menjelaskan tentang pemberian komisi kepada SPG Konicare
di perusahaan PT. Arina Multikarya. Akan tetapi pemberian komisi
tersebut tidak sesuai dengan perjanjian awal, yakni pemberian dua komisi,
komisi prosentase dan insentif. Karena perusahaan hanya melihat
penjualan yang sudah memenuhi omset penjualan saja.29
3. Skripsi saudara Saepul Amri, Prodi Ekonomi Islam IAIN Walisongo
Semarang (2013), “Pengaruh Komisi Agen Terhadap Produktivitas Kerja
Agen Asuransi Jiwa Syariah (Studi Kasus Di Prudential Syariah Cabang
Semarang)”. Skripsi ini menjelaskan tentang komisi yang ditawarkan
Prudential Syariah menyebabkan produktivitas agen terus mengalami
peningkatan. Besarnya pendapata agen, ditentukan oleh produktivitas
agen. Semakin banyak agen dapat menutup penjulan, semakin banyak
pula komisi yang didapatkan.30
4. Skrispi saudara Agus Salim, Prodi Muamalah IAIN Sunan Ampel
Surabaya (2007), “Tinjauan Hukum Islam Terhadap penutupan
Transasksi Asuransi Syari’ah Dengan Sistem Bagi Komisi Antara Peserta
Dengan Agen Asuransi Di PT. Asuransi Umum Bumi PuteraMuda 1967
Cabang Syari’ah Surabaya”. Skripsi ini menjelaskan tentang penutupan
transaksi asuransi Syariah yang dilakukan oleh agen dengan
29 Nurul Nur Aisyah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemberian Komisi Penjualan Kepada
SPG Konicare Di PT. Arina Multikarya Surabaya” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010), 71-72.
16
menggunakan rekayasa atau trik dari agen untuk memuluskan proses
penutupan asuransi tersebut. Hal ini dikategorikan dengan suap
menyuap.31
5. Skripsi saudara Ach Fauzi, Prodi Muamalah IAIN Sunan Ampel Surabaya
(2004), “Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Dalam Perspektif
Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Analisis Di AJB Bumiputera
1912)”. Skripsi ini menjelaskan tentang perjanjian yang dilakukan antara
pemegang polis/tertanggung dan pihak AJB Bumiputera 1912 secara
tertulis (yang disebut polis) dan terbuka, polis ini dijadikan alat bukti
perjanjian. Perlindungan hukum pemegang polis di AJB Bumiputera 1912
berada pada pihak yang adil.32
Sedangkan skripsi yang berjudul: “Analisis Hukum Islam Terhadap
Praktik Pemberian Komisi Kepada Agen Pada PRUlink Syariah Di PT.
Prudential life assurance Ngagel Surabaya”. Penulis dapat menemukan
perbedaanya dengan penelitian sebelumnya. penelitian ini difokuskan pada
pemberian komisi kepada Agen yang dipotong dari premi peserta asuransi
pada tahun pertama dan tahun kedua sebesar 30% menurut analisis hukum
Islam.
31 Agus Salim, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap penutupan Transasksi Asuransi Syari’ah Dengan Sistem Bagi Komisi Antara Peserta Dengan Agen Asuransi Di PT. Asuransi Umum
BumiPuteraMuda 1967 Cabang Syari’ah Surabaya” (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2007), 8-9.
32Ach Fauzi, “Perlindungan Hukum Pemegang Polis Asuransi Dalam Perspektif Hukum Positif
17
E. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah yang telah dibahas di atas, maka
tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan tentang hukum Islam praktik pemberian komisi
kepada agen pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance
Ngagel Surabaya.
2. Untuk memahami tentang pemotongan premi peserta asuransi pada
PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance Ngagel Surabaya
menurut hukum Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini memberikan hasil yang bermanfaat dan berguna bagi
berbagai pihak, di antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis, sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan
menyempurnakan pengetahuan keilmuan dalam hukum Islam bagi peneliti
mengenai praktik pemberian komisi kepada agen pada PRUlink Syariah di
PT. Prudential life assurance.
2. Manfaat praktis, Sebagai bahan acuan masyarakat dalam memahami
praktik pemberian komisi kepada agen pada Prulink Syariah di PT.
Prudential Life Assuarance. Serta diharapkan berguna bagi pengembangan
PT. Prudential life assurance, memperkuat dan menyempurnakan
18
G. Definisi Operasional
Penelitian skripsi yang berjudul “ Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik
Pemberian Komisi Kepada Agen pada Prulink Syariah Di PT. Prudential life
assurance Ngagel Surabaya”, agar tidak terjadi kesalahfahaman terhadap
variabel-variabel dan untuk memudahkan pemahaman secara jelas maksud
judul penelitian tersebut, maka masing-masing diberi batasan dan penjelasan
sebagai berikut:
Hukum Islam : Hukum yang bersumber dari alquran, hadis,
ijtihad. Dalam hal ini yang hukum Islam yang
berkaitan dengan asuransi Syariah.
Komisi : Tambahan atau bonus yang diberikan kepada
agen dari perusahaan Asuransi sebesar 30% dari
pemotongan uang premi peserta asuransi pada
tahun pertama dan tahun kedua.
Agen : Orang atau perusahaan perantara yang
mengusahakan penjualan produk atas nama
pengusaha. Atau penghubung antara konsumen
dengan perusahaan asuransi.
PRUlink Syariah : Sebuah produk asuransi yang dikaitkan dengan
investasi berbasis syariah dengan fleksibilitas
tak terbatas yang memungkinkan peserta untuk
19
pertanggungan, kontribusi serta cara
pembayaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta, untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan rancangan keuangan masa
depan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh
kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Untuk menemukan
pemecahan masalah dari rumusan masalah, maka tahapan-tahapannya sebagai
berikut:
1. Jenis penelitan
Jenis penelitian ini adalah penelitian field research (lapangan), yakni
peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
konkret. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.33
20
2. Data yang dihimpun
Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali
untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan
lainnya, demikian juga untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan.
Adapun data yang dikumpulkan untuk meneliti rumusan masalah
adalah data tentang praktik pemberian komisi, besarnya komisi yang
diberikan kepada agen, besarnya jumlah premi peserta asuransi yang
dibayarkan ke perusahaan asuransi, daftar peserta asuransi di PT.
Prudential life assurance yang beralamat di Jalan Raya Ngagel No. 77 H,
Ngagel, Wonokromo, Surabaya, Jawa Timur 60246.
a. Sumber Data
1) Sumber Primer
Sumber primer merupakan sumber data yang diterima langsung
dari subjek yang akan diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan
data yang konkret.34 Yang dimaksud dalam hal ini adalah:
a) Ibu Sari Oktaviyanti, Unit Manager PT. Prudential Life
Asurance Ngagel Surabaya.
b) Agen asuransi PT. Prudential life assurance Ngagel
Surabaya.
c) Peserta Asuransi
21
2) Sumber Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, dan
Undang-Undang yang berkaitan dengan penelitian, antara lain:
a) Ahmad Ifham Shilihin, Judul Buku Pintar Ekonomi
Syariah.
b) Sugeng Widodo, Mindset Kaya Agen Asuransi.
c) Novi Satria, Menjadi Agen Asuransi Dahsyat.
d) Nur Rianto Al Arif, Pemasaran Strategi Pada Asuransi
Syariah.
e) Budi Untung, Buku Cerdas Asuransi.
f) Website Resmi PT. Prudential Life Assurance
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menguraikan metode-metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, Pengumpulan
data dapat menggunakan berbagai metode (teknik), antara lain :
a. Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada para informan. Wawancara bermakna
22
kegiatannya dilakukan secara lisan.35 Penulis melakukan tanya jawab
langsung kepada Unit Manager PT. Prudential life assurance, agen
asuransi, dan 5 peserta Asuransi Syariah untuk mendapatkan data yang
diinginkan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengambil
data dari catatan, website resmi dan dokumentasi yang sesuai dengan
masalah yang diteliti. Dokumentasi diperoleh melalui
dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang diteliti.36 Dokumen yang
diteliti adalah dokumen tentang jumlah premi peserta Asuransi,
besarnya komisi yang diberikan kepada agen Asuransi dan segala yang
berkaitan dengan asuransi pada PT. Prudential Life Assurance.
4. Teknik Pengolahan Data
Adapun untuk menganalisa data-data dalam penelitian ini, penulis
melakukan hal-hal berikut:
a. Editing, yaitu salah satu upaya untuk memeriksa kelengkapan data
yang dikumpulkan. Teknik ini digunakan untuk meneliti kembali
data-data yang diperoleh37dari segi kelengkapan, kejelasan makna,
kesesuaian dan kelarasan antara data yang ada relevansinya dengan
penelitian.
35 Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis..., 39.
36 Nasution, Metodologi Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2003). 143.
23
b. Organizing, penyusunan data sedemikian rupa yang diperoleh dalam
kerangka yang sudah direncanakan agar penelitiannya mudah
dipahami.
c. Analizing, menganalisis lebih lanjut data tentang praktik pemberian
komisi kepada agen di PT. Prudential life assurance untuk memperoleh
kesimpulan penulisan skripsi.
5. Teknik Analisis Data
Analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan data sehingga dapat
diperoleh suatu kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesa.
Dalam menganalisis data-data tersebut, penulis menggunakan teknik:
a. Analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang berupa informasi, uraian
dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya
untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau
sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan
suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya. Jadi bentuk analisis ini
merupakan penjelasan-penjelasan, bukan berupa angka-angka statistik
atau bentuk angka lainnya.38 Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan praktik pemberian komisi kepada agen di PT.
Prudential life assurance.
b. Induktif, alur pembahasan yang berasal dari fakta-fakta yang bersifat
khusus atau kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi (nyata) yang
kemudian dianalisis secara general yang bersifat umum. Fakta-fakta
24
yang bersifat khusus tersebut berupa data PT. Prudential life assurance.
Data tersebut kemudian dikaji, dianalisis dan disimpulkan sehingga
mengetahui bagaimanakah praktik pemberian komisi kepada agen di
PT. Prudential life assurance.
I. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini dapat sesuai dengan apa yang direncanakan,
maka disusunlah sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama, adalah bab yang berisi pendahuluan yang menjelaskan
tentang isi pembahasan selanjutnya. Bab ini berisi Latar Belakang Masalah,
Identifikasi dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Kajian Pustaka, Tujuan
Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Definisi Operasional, Metode
Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua, merupakan landasan teori atau Tinjauan Pustaka. Bab ini
membahas tentang pengertian Asuransi Syariah, sejarah dan dasar hukumnya,
syarat dan rukun Asuransi Syariah, Perbedaan umum Asuransi Syariah dan
Asuransi Konvesional, produk-produk asuransi Syariah dan yang berkaitan
dengan asuransi Syariah, Pengertian Perantara/makelar beserta ruang
lingkupnya.
Bab ketiga, merupakan hasil penelitian yang berisi gambaran umum
tentang profil PT. Prudential life assurance yang meliputi: latar belakang
berdirinya PT. Prudential life assurance, visi dan misi perusahaan, produk
25
Bab keempat, analisis Hukum Islam terhadap praktik pemberian komisi
kepada Agen pada PRUlink Syariah di PT. Prudential life assurance.
Bab kelima, bab ini merupakan bab yang terakhir dari pembahasan skripsi
BAB II
ASURANSI SYARIAH DAN
SAMSARAH
(PERANTARA/MAKELAR)
A. Konsep Dasar Asuransi
1. Definisi Asuransi
Asuransi pada awalnya merupakan suatu kelompok yang bertujuan
membentuk arisan untuk meringankan beban keuangan individu dan
menghindari kesulitan pembiayaan.1
Asuransi adalah serapan dari kata “assurantie” (Belanda), atau
assurance/insurance (Inggris). Dalam bahasa Belanda, asurantie, dalam
hukum Belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan yang
kemudian memunculkan istilah assuradeur yang berarti penanggung.
Sedangkan greassureerde berarti tertanggung.2 Ada dua pihak terlibat di
dalam asuransi, yaitu orang yang sanggup menanggung atau menjamin,
bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian yang
mungkin akan diderita sebagai akibat suatu peristiwa yang semula
belum tentu akan terjadi di kemudian hari.3
1 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syari’ah (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), 112.
2 Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariah Berkah Terakhir yang Tak Terduga (Yogyakarta: Andi,
2016), 8-9.
27
Menurut sebagian ahli, kata istilah assurantie berasal dari bahasa
latin yang kemud2ian diserap ke dalam bahasa Belanda yaitu assecurare
yang berarti “menyakinkan orang”.4
Asuransi ialah jaminan atau perdagangan yang diberikan oleh
penanggung kepada yang bertanggung untuk risiko kerugian sebagai
yang ditetapkan dalam surat perjanjian (polis) bila terjadi kebakaran,
pencurian, kerusakan dan kehilangan jiwa, dengan yang tertanggung
membayar premi sebanyak yang ditetentukan kepada penanggung
tiap-tiap bulan.5
Pengertian Asuransi pada Pasal 246 Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang adalah suatu perjanjian, di mana penanggung mengikat
diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan
kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak
mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat
diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti.6
Sedangkan definisi Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Tahun
1999 tentang usaha peransurasian, bahwa asuransi adalah perjanjian
antara pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
4 Nur Rianto Al Arif, Pemasaran Strategi Pada Asuransi Syariah Kesehatan, Pendidikan, Jiwa (Bekasi: Gramata Publishing, 2015), 1.
5 Kuat Ismanto, Asuransi Syari’ah Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 47.
28
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertangggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.7
2. Sejarah Asuransi Konvensional
Asal muasal dari asuransi konvensional adalah dari kebiasaan
masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal perjanjian
Hammurabi, dikumpulkan oleh raja Babilonia dalam 282 ketentuan (code
of Hammurabi) pada tahun 2250 SM. Kemudian berkembang menjadi
praktik perjanjian Bottomry sekitar 1600-1000 SM yang dipraktekkan di
masyarakat Yunani.
Praktik perjanjian ini selanjutnya berkembang ke Roma, India,
Italia, Eropa, dan Amerika. Sejalan dengan perkembangan perdagangan
dan industri di Inggris pada tahun 1668 M di Coffe House London
berdirilah Lloyd of London yang menjadi cikal bakal asuransi
konvensional yang tersebar ke barbagai penjuru dunia yang dikenal
sampai saat ini.8
7 R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, cet. 20 (Jakarta: Pradnya Pramita, 1991), 74.
29
B. Definisi Asuransi Syariah
Asuransi dalam bahasa Arab disebut at ta’mi>n yang berasal dari kata
amana yang berarti memberikan perlindungan, rasa aman, dan bebas dari rasa
takut.9 Asuransi Syariah terdapat pihak tertanggung yang disebut musta’min
dan pihak penanggung yang disebut mu’amin. Pihak tertanggung
memberikan sesuatu kepada pihak penanggung dengan membayar uang
cicilan sehingga kelak ahli waris yang ditunjuk menerima ganti rugi atas
kerugian yang menimpa sesuatu yang diberikan.10
Sebagaimana firman Allah dalam surah quraisy ayat 4 yang berbunyi:
Artinya:Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.11 (QS. Quraisy: 4)
Pengertian asuransi dalam Islam, yang sering digunakan adalah
taka>ful. Secara bahasa, taka>ful (لفاكت) yang artinya menolong, memberi
nafkah dan mengambil alih perkara seseorang. Kata (لفاكت) merupakan bentuk
mashdar dari kata: ا ف اك ت - ل ف ك ت ي – ل ف ا ك ت , yang mempunyai pengertian saling
menanggung satu sama lain, terutama dengan memberikan
bantuan/pertolongan jika yang bersangkutan atau pihak lain tertimpa suatu
musibah.12
9 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Cet. Ke-XIV (Surabaya:
Pustaka Progressif, 1997), 41.
30
Pada hakikatnya konsep Taka>ful didasarkan pada solidaritas,
responsibilitas, dan persaudaraan di antara anggota di mana para partisipan
sepakat untuk sama-sama menanggung kerugian tertentu dan dibayar dari
aset-aset yang telah ditetapkan.13
Taka>ful dalam pengertian muamalah ialah saling memikul risiko di
antara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko dilakukan atas dasar
saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana tabarru’ dana Ibadah, sumbangan, derma yang ditunjukan untuk
menanggung risiko.
Asuransi syariah menerapkan prinsip tolong menolong (ta'awun).
Prinsip ini merupakan fondasi dasar dalam menegakkan konsep asuransi
syariah, selain itu asuransi syariah juga menerapkan beberapa prinsip, antara
lain:
a. Berserah diri dan Ikhtiar
Hamba Allah yang mendapatkan amanah sebagai khalifah di muka
bumi diwajibkan memanfaatkan (harta) yang telah dititipkan oleh-Nya
untuk kemaslahatan (kemanfaatan) manusia. Untuk itu wajib saling
tolong-menolong dan bekerja sama.14
13 Mervvyn Lewis dan Latifa Algaud, Perbankan Syariah ( Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004), 306.
14 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah Keberadaan dan Kelebihannya Tengah Asuransi
31
b. Saling bertanggung jawab
Para peserta asuransi takaful memiliki rasa tanggung jawab
bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami
musibah atau kerugian dengan ikhlas, karena memikul tanggung jawab
dengan niat ikhlas adalah ibadah.
c. Saling membantu
Peserta asuransi takaful yang satu dengan yang lainnya salin
bekerja sama dan saling toling menolong dalam mengatasi kesulitan yang
dialami karena sebab musibah yang diderita
d. Saling melindungi penderitaan orang lain
Para peserta asuransi takaful akan berperan sebagai pelindung bagi
musibah yang dideritanya.15
e. Menghindari unsur gharar, maisir, dan riba.
Gharar adalah semua jual beli yang mengandung perbuatan
memperoleh keuntungan yang merugikan pihak lain karena objek nya
belum jelas. Maisir adalah perbuatan yang bersifat untung-untungan atau
spekulatif yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Riba adalah
tambahan uang atau keuntungan berlipat ganda atas suatu transaksi yang
telah disepakati sejak awal transaksi. 16
f. Bersifat tabarru’
Sumbangan yang diberikan tidak boleh ditarik kembali. Jika tidak
tabarru’ yang dibayarkan adalah berupa tabungan yang kan diterima
32
apabila terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai
dengan kesepakatan, dengan jumalah tidak kurang dan tidak lebih. Jika
lebih, kelebihan itu adalah keuntungan hasil mud{arabah bukan riba.
g. Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental
Asuransi syariah menumbuhkan sikap kekeluargaan karena
memliki sikap tolong-menolong, saling menanggung antara sesama
manusia jika terjadi peristiwa, dengan memberikan dana tabarru’
masing-masing yang diberikan dengan tujuan saling meringankan beban antar
peserta asuransi.
h. Asuransi tidak ada pihak yang kuat
Dalam asuransi tidak ada pihak yang kuat karena keputusan dan
aturan-aturan yang diambil menurut izin kedua belah pihak seperti
asuransi takaful.17
Dasar pijak Taka>ful dalam asuransi mewujudkan hubungan
manusia yang Islami dintara para pesertanya yang sepakat untuk
menanggung bersama diantara mereka, atas risiko yang diakibatkan
musibah yang diderita oleh peserta sebagai akibat dari kebakaran,
kecelakaan, kehilangan, sakit, dan sebagainya. Semangat asuransi
Taka>ful adalah menekankan kepada kepentingan bersama atas dasar rasa
persaudaraan di antara peserta. Persaudaraan disini meliputi dua bentuk:
persaudaraan berdasarkan kesamaan keyakinan (uh{uwah islamiyah) dan
33
persaudaraan atas dasar kesamaan derajad manusia (uh{uwah
insaniyah).18
Asuransi Syariah (Ta’mi>n, Taka>ful atau Tadha>mun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan ketentuan syariah.19
Menurut Husain Hamid Hisan, asuransi adalah sikap ta’awun yang
telah diatur dengan sistem yang baik dan rapi antara manusia. Semuanya
telah mengantisipasi suatu peristiwa, maka semuanya saling
tolong-menolong dalam menghadapi peristiwa dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian
tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh
peserta yang tertimpa musibah. Dengan demikian, asuransi adalah
ta’awun yaitu saling tolong-menolong dalam berbuat kebajikan dan
takwa. Dengan ta’awun mereka saling membantu antara sesama, dan
mereka takut dengan dengan malapetaka yang mengancam mereka.20
Dalam Fatwa DSN MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 pengertian
Asuransi Syariah (ta’mi>n, taka>ful, tadha>mun) adalah usaha saling
melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang-pihak melalui
18 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And General) Konsep dan Sistem Operasional
(Jakarta: Gema Insani Press, 2004), 33-35. 19 Nur Rianto Al Arif, Pemasaran Strategi..., 7.
20 Husain Hamid Hisan, H{ukmu ash-Shari>‘at al-Isla>miyah Fi> ‘Uqu>di at-Ta‘mi>n (kairo: Darul
34
investasi dalam bentuk aset dan/tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk mengahadapi risiko tetentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariat.21
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi
adalah suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung menerima premi asuransi dari tertanggung, dengan imbalan
kewajiban untuk menanggung kerugian atas kerusakan yang diderita
oleh penanggung.22
C. Sejarah Berdirinya Asuransi Syariah
Konsep asuransi Syariah telah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad
Saw dengan sebutan aqilah. Kata aqilah berarti asabah yang menunjukkan
hubungan ayah dengan pembunuh. Berdasarkan konsep tersebut, suku Arab
menyipakan kontribusi keuangan atas nama pembunuh terhadap ahli waris
korban. Kontribusi keuangan tersebut dapat disamakan dengan premi
asuransi dalam praktik asuransi saat ini karena merupakan bentuk
perlindungan keuangan terhadap ahli waris atas kematian yang tidak
diharapkan.
Asuransi syariah tumbuh di Indonesia sekitar tahun 1994. Tumbuhnya
asuransi Syariah di Indonesia tidak lepas dari asuransi takaful yang dibentuk
oleh PT Syariat Takaful Indonesia (PT STI). Dengan terbentuknya asuransi
21Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No 21/DSN-MUI/X/2001Tentang pedoman Umum Asuransi
Syari’ah.
35
takaful, keberadaan Bank Muamalat sebagai pelopor lembaga perbankan
syariah semakin kuat. Tiap-tiap lembaga mengirimkan wakilnya untuk
membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI).
TEPATI dipimpin oleh Direktur Utama PT SI, yaitu Rahmat Saleh.23
TEPATI itulah yang kemudian menjadi perumus dari berdirinya Asuransi
Takaful Indonesia (ATI) dengan mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga
(Asuransi Jiwa) dan PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Kerugian).
Langkah yang dilakukan TEPATI dalam membentuk Asuransi Takaful
Indonesia adalah melakukan studi banding di Malaysia tanggal 7 sampai
dengan 10 September 1993. Hasil studi banding kemudian diseminarkan di
Jakarta pada tanggal 19 Oktober 1994. Langkah selanjutnya TEPATI
merumuskan konsep Asuransi Takaful.
Asuransi Takaful resmi berdiri pada tanggal 25 Agustus 1994.
Pendirian ini dilakukan di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta. Izin
operasional asuransi ini diperolah dari Departemen Keuangan Melalui Surat
Keputusan Nomor: Kep-385/KMK.017/1994 tanggal 4 Agustus 1994.24
D. Dasar Hukum Asuransi Syariah
Adapun landasan syariah yang menjadi dasar hukum berlakunya
lembaga asuransi adalah sebagai berikut:
23 Ari Nugroho, Seluk-Beluk Perusahaan..., 47-48.
36 1. Alquran
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.25(QS. Al-Hasyr:18)
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.26(QS. Al-Ma>idah : 2)
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.27 (QS. An-Nisa’: 9)
Artinya: Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.28 (QS. Yusuf: 49)
25 Departemen Agama RI, Al-Qur’an..., 1115. 26 Ibid., 192.
37 2. Hadis
ََيَضَرَىَسَمَ ََِخََنَع
َ َ َ َََ َ ََ َ ََ َ َ
ََلاَقََهََعَها
َ ََ ََ َ َ َََ َ
:
َ
َاَضَعَ بََهَضَعبََدَشَيََناَيَ َ بَلاَكََنَمَؤَمَلَلََنَمَؤَمَلا
ََ َ َ َََ َ َ َََ َ َ ََ ََ َ ََ ََ ََ ََ َ َ َ َ َ ََ َ َ َ َ ََ
Artinya: diriwayatkan dari Abu> Mu>sa r.a.: Rasulullah Saw. bersabda,
“seorang mukmin lainnya seperti bangunan yang saling
menguatkan satu sama lainnya.” (HR. Muslim)29
َ َلاَقَاَمَهَ َعَهاََيَضَرََرَشَبََنَبََناَمَعَ لاََنَع
َ ََ َََ َ َ ََ َََ ََ َ َ ََ َ َ ََ َ ََ ََ َ َ َََََ َ َ
:
ََمَلَسَوََهَيَلَعَهاََلوَسَرََلاَق
َ َ َ َ ََ َ َ َ َََ ََ ََ َ ََ ََ َ
َ:
ََنَمَؤَمَلاََلَثَم
َ َ َ َ َ َََ َ َ َ
ََدَسَجَاََلَثَمََمَهَفَطَاَعَ تَوََمَهََُاَرَ تَوََمََداَوَ تَََِ
َ َ َ َ ََ َ َ ََ َ َ َ َََ َ ََ ََ َ َ َ َ َ ََ ََ َ َ ََ َ َََ َ
َ,
ََرَئاَسََهَلَىَعاَدَتََوَضَعََهََمَىَكَتَشاَاَذَإ
َ َ ََ َ َ َ َََ ََ َ ََ َ َ ََ َ َ َََ َ َ َ َََ َ َ
ََسلاَبََدَسََْا
َ َ ََ ََ َ َ َ َ
َىَمََْاَوََرَه
ََ َ َ َ ََ َ َ
(
ملسمَ اور
ََ)
Artinya: Diriwayatkan dari Nu’ma>n bin Basyi>r r.a: Rasulullah Saw.
bersabda, “Perumaan orang-orang mukmin dalam saling
mencintai, saling mengasihi, dan saling menyanyangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat tidur dan
merasa demam.” (HR. Muslim dari Nu’man Bin Basyir)30
3. Pendapat-pendapat Ulama
Hukum asuransi Syariah selain bersumber dari Al-Quran dan Hadis,
para ulama banyak berpendapat tentang hukum asuransi yang dijadikan
sebagai pedoman peserta asuransi, meliputi :
a. Para peserta asuransi dan praktisi perusahaan harus saling
bertanggung jawab
b. Saling bekerja sama dan saling membantu
29Imam Abi Zakariya Yah{ya> Ibn Sharaf Nawawi Damshiq, Tharah{ S{ah{i>h{ Muslim, Juz 15, No 2585 (Kairo: Dar At-Taufiqiyah Lil Thibaa’h, 2008), 139.
38
c. Saling melindungi dari berbagai kesusahan
d. Mewujudkan keselamatan 31
Selain sebagai pedoman kesejahteraan peserta asuransi, orang yang
melibatkan diri dalam asuransi, adalah suatu ikhtiar untuk menghadapai
masa depan dan masa tua. Akan tetapi asuransi tidak dijelaskan secara
tegas dalam Al-Quran dan Hadis, maka terdapat pendapat-pendapat
ulama, yaitu perbedaan pendapat mengharamkan dan mengahalalkan,
antara lain:
1) Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, termasuk asuransi
jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayid Sabiq, Abdullah al-Qalqili
(mufti Yordania), Yusuf Qardlawi dan Muhammad Bakhil al-Muth’i
(mufti mesir). Alasan-alasan yang dikemukakan antara lain:
a) Asuransi sama dengan judi
b) Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti
c) Asuransi mengandung riba/rente
d) Asuransi mengandung pemerasan, karena pemegang polis, apabila
tidak bisa melanjutkan preminya, akan hilang premi yang dibayar
atau dikurangi.
e) Premi-premi yang dibayar akan diputar dalam praktek riba
f) Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar mata uang tidak
tunai
39
g) Hidup dan mati manusia dijadikan obyek bisnis, dan sama halnya
dengan mendahului takdir Allah.
2) Membolehkan asuransi dalam praktek di masyarakat
Pendapat ini dikemukakan oleh Abd.Wahab Khallaf, Mustafa
Ahmad Zarqa (guru besar Hukum Islam Fakultas Syari’ah Universitas
Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Islam Universitas
Cairo Mesir, Abd. Rahman Isa (pengarang kitab Muamalah
al-Hadithah wa Ah{kamuha). Alasan-alasan yang dikemukakan antara
lain:
a) Tidak ada nash yang melarang asuransi
b) Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak
c) Saling menguntungkan kedua belah pihak
d) Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab
premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek
yang produktif dan pembangunan
e) Asuransi termasuk akad mud{arabah
f) Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta’awuniyah)
g) Asuransi dianalogikan dengan sistem taspen.32
3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat
komersial diharamkan
Pendukung pendapat ini antara lain: Muhammad Abu Zahra, Guru
Besar Hukum Islam Universitas Cairo Mesir. Alasan mereka
40
membolehkan asuransi yang bersifat sosial garis besarnya sama
dengan alasan pendapat kedua, sedangkan alasan yang mengharamkan
asuransi yang bersifat komersial pada garis besarnya sama dengan
alasan pendapat pertama.
Pendapat-pendapat golongan yang mngatakan syubhat, karena
tidak ada dalil-dalil syar’i yang secara jelas mengahramkan ataupun
menghalalkan asuransi. Apabila hukum asuransi itu syubhat, maka
dituntut bersikap hati-hati menghadapi asuransi, dan baru
diperbolehkan mengambil asuransi apabila dalam keadaan darurat
atau kebutuhan.33
E. Rukun dan Syarat Asuransi Syariah
Rukun kafa>lah (asuransi) adalah sebagai berikut:
a. Kafi>l, yaitu orang yang menjamin, syaratnya adalah sudah baligh,
berakal, tidak anak kecil dan safiih, yaitu orang yang tidak sah
membelanjakan hartanya karena tidak memiliki kemampuan mengelola
hartanya dengan baik dan benar.34
b. Makful lah yaitu orang yang berpiutang syaratnya bahwa yang
berpiutang diketahui oleh orang yang menjamin. Disyariatkan dikenal
oleh penjamin karena manusia tidak sama dalam hal tuntutan, hal ini
dilakukan demi kemudahan dan kedisiplinan.
33 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997), 135.
41
c. Makful ‘anhu yaitu orang yang berutang, syaratnya baligh, berakal,
diketahui identitasnya, ada kemampuan untuk menerima obyek
tanggungan baik atas dirinya atau yang mewakilinya, saling rela /ridha
baik terhadap penjamin maupun yang berutang.
d. Makful bih yaitu utang, baik berupa barang maupun orang syaratnya
objek nya baik barang maupun orang harus diketahui dan tetap ada
keadaaanya, baik sudah tetap maupun akan tetap.
e. Lafaz{ syaratnya keadaan Lafaz{ itu menjamin, tidak digantungkan kepada
sesuatu dan tidak berarti sementara.35
F. Jenis dan Produk Asuransi Syariah
Secara umum, ada dua jenis asuransi asuransi kerugian (general
insurence) dan asuransi jiwa (life insurence). Pembagian ini juga berlaku
dalam asuransi syariah, yaitu asuransi jiwa, asuransi keluarga dan asuransi
kerugian. Dalam perkembangan produk asuransi, telah dikenal asuransi unit
link.
1. Asuransi jiwa syariah (life insurence)
Asuransi jiwa yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa
adalah pertanggungan yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya
seseorang yang dipertanggungkan.36
35 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali Pres, 2014), 191.
42
Dalam asuransi jiwa syariah terdapat dua rekening peserta yakni
produk tabungan dan produk non-tabungan.
a. Produk tabungan
Merupakan suatu produk yang diperuntukkan untuk perorangan
dan dibuat secara khusus, yang didalamnya mengandung unsur
tabarru’ dan unsur tabungan yang dapat diambil kapan saja.37
Adapun macam-macam dari produk tabungan adalah sebagai
berikut:
1) Dana Investasi
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang
menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata
uang Rupiah dan US Dolar sebagai dana investasi yang
diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal
dunia lebih awal atau sebagai bekal di hari tua.
2) Dana Haji
Suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang
menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata
uang Rupiah dan US Dolar untuk biaya menjalankan haji.
3) Dana Siswa
Suatu bentuk pertimbangan untuk perorangan yang
bermaksud menyediakan dana pendidikan dalam mata uang
Rupiah dan US Dolar untuk putri-putrinya sampai sarjana.
43
4) Dana Jabatan
Suatu bentuk perlindungan untuk direksi atau pejabat suatu
perusahaan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan
dana dalam mata uang Rupiah atau US Dolar sebagai dana
santunan yang diperuntukkan bagi ahli warisnya.38
b. Produk non-tabungan
Merupakan suatu produk-produk syariah yang sifatnya individu
dan di dalam struktur produknya tidak terdapat unsur tabungan, atau
semuanya bersifat tabarru’ dana tolong menolong. Adapun
macam-macam produk non-tabungan adalah sebagai berikut:
1) Kesehatan Individu
Program ini diperunt