• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 462007076 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga T1 462007076 BAB IV"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden Penelitian

Demografi responden penelitian dapat lihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Distribusi Umur mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357)

Variabel Mean SD Minimal Maksimal Umur 19,980 1,50 18 tahun 24 tahun

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden penelitian adalah 19,98 tahun (SD = 1,50). Umur termuda responden penelitian adalah 18 tahun dan tertua 24 tahun.

Gambar 4.1

Demografi Responden Penelitian Secara Umum (n=357)

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas responden penelitian berumur 19 tahun.

73

81

68 69

52

9 5

JUM LAH

18 t ahun 19 t ahun 20 t ahun 21 t ahun 22 t ahun 23 t ahun 24 t ahun

(2)

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat ini digunakan untuk memberikan gambaran tiap variabel secara tersendiri, yaitu gambaran tentang pengaruh orang tua, pengaruh teman, pengaruh iklan, kepribadian dan perilaku merokok mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

4.2.1.1 Pengaruh Orang Tua Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengaruh Orang Tua Mahasiswi di Universitas Kristen Satya

Wacana Salatiga (n=357) Pengaruh orang tua Frekuensi

(f)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 246 dari 357 responden (68,9%),

4.2.1.2 Pengaruh Teman

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pengaruh Teman Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga (n=357) Pengaruh teman Frekuensi

(f)

(3)

teman dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 262 dari 357 responden (73,4%).

4.2.1.3 Pengaruh Iklan

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Iklan Rokok di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357)

Iklan Frekuensi

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori tidak kuat, yaitu sejumlah 247 dari 357 responden (69,2%).

4.2.1.4 Kepribadian

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Keperibadian Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga (n=357) Kepribadian Frekuensi

(f)

(4)

4.2.1.5 Perilaku Merokok

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga (n=357) Perilaku merokok Frekuensi

(f)

Prosentase (%)

Tidak merokok 236 66,1

Merokok ringan 40 11,2

Merokok sedang 57 16,0

Merokok berat 24 6,7

Jumlah 357 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai perilaku merokok dalam tidak merokok, yaitu sejumlah 236 dari 357 responden (66,1%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Untuk menguji pengaruh ini digunakan uji chi square, dimana hasilnya disajikan pada tabel berikut ini.

4.2.2.1 Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok

(5)

Tabel 4.7

Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(n=357)

Pengaruh orang tua

Perilaku merokok

X2

Berdasarkan Tabel 4.7 yang menunjukkan hasil analisis hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 154 (43,1%) orang tua yang mendukung responden merokok terlihat responden tidak merokok. sementara orang tua yang tidak mendukung hanya 82 responden (23,0%) dengan responden tidak merokok.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,040 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh X2 sebesar 8,309 artinya ada hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok.

4.2.2.2 Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok

(6)

Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Tabel 4.8

Hubungan Pengaruh Teman dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

(n=357)

Pengaruh teman

Perilaku merokok

X2

Berdasarkan Tabel 4.8 yang menunjukkan hasil analisis hubungan pengaruh teman dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 69 responden (19,3%) menyatakan pengaruh teman tidak mendukung perilaku merokok terlihat responden tidak merokok. Sedangkan sebanyak 167 responden (46,8%) menyatakan pengaruh teman yang mendukung perilaku merokok terlihat responden tidak merokok.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,032 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh nilai X2 sebesar 8,780 artinya ada hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok 4.2.2.3 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok

(7)

menunjukkan data hasil tabulasi silang hubungan pengaruh iklan dengan perilaku merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Tabel 4.9

Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357)

Iklan

Perilaku merokok

X2

Berdasarkan Tabel 4.9 yang menunjukkan hasil analisis hubungan iklan dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 78 responden (21,8%) menyatakan iklan dalam kategori tidak kuat terlihat responden tidak merokok. Sedangkan 158 responden (44,3%) menyatakan pengaruh iklan yang kuat terlihat responden tidak merokok.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok. Hasil analisis chi square diperoleh nilai X2 sebesar 18,84 artinya ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok.

(8)

Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Tabel 4.10

Hubungan Kepribadian dengan Perilaku Merokok Mahasiswi di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (n=357)

Kepribadian

Perilaku merokok

X2

Berdasarkan Tabel 4.10 yang menunjukkan hasil analisis hubungan kepribadian dengan perilaku merokok diperoleh bahwa sebanyak 53 responden (14,8%) mempunyai kepribadian baik terlihat responden tidak merokok. Sedangkan 183 responden (51,3%) mempunyai kepribadian tidak baik terlihat responden tidak merokok.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,886 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan kepribadian dengan perilaku merokok.

4.2.3 Analisis Multivariat

Tabel 4.11

Hasil analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman. Iklan dan kepribadian terhadap

(9)

Analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman, iklan dan kepribadian terhadap perilaku merokok menunjukkan hasil pengaruh orang tua meningkatkan kemungkinan perilaku merokok pada mahasiswi sebanyak 32 kali lipat dibandingkan dengan bila tidak terdapat pengaruh teman (OR 1,839, Cl 95% 1,087 hingga 3,112). Variabel pengaruh teman, iklan dan kepribadian tidak mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Analisis Univariat

4.3.1.1 Pengaruh Orang Tua

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung, yaitu sejumlah 246 dari 357 responden (68,9%). Sedangkan responden yang menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori tidak mendukung, yaitu sejumlah 111 dari 357 responden (31,1%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung.

(10)

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu (Gunarsa dalam Soekanto, 2004).

Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi kepribadian remaja karena mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Dosen di kampus merupakan pendidik yang kedua setelah orang tua di rumah. Mahasiswi merupakan insan yang masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa dalam hal ini adalah ayah dan ibu. Jika orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan dasar kepribadian yang baik maka akan sangat berat untuk berharap kampus mampu membentuk mahasiswi mempunyai perilaku yang baik (Gunarsa dalam Soerjono Soekanto, 2004).

4.3.1.2 Pengaruh teman

(11)

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, Pertama, remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al. Bachri, 2001).

Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian keluar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu (Al. Bachri, 2001).

(12)

orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari perilaku yang baik (Al. Bachri, 2001).

4.3.1.3 Iklan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat, yaitu sejumlah 247 dari 357 responden (69,2%), sedangkan responden yang menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori tidak kuat, yaitu sejumlah 110 dari 357 responden (30,8%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden menyatakan pengaruh iklan rokok dalam kategori kuat.

Menurut Suyanto (2005) periklanan merupakan penggunaan media bayaran oleh seorang penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk (ide, barang, jasa) ataupun organisasi sebagai alat promosi yang kuat. Iklan mempunyai berbagai macam bentuk (industri, konsumen, merek, produk, lokal dan sebagainya) yang dirancang untuk mencapai berbagai macam tujuan (penjualan seketika, pengenalan merek, preferensi dan sebagainya).

(13)

iklan ini. Iklan rokok yang begitu marak di televisi. Tidak bisa dipungkiri memiliki dampak buruk, terutama pada anak dan remaja. Dengan maraknya iklan rokok yang dilihat oleh remaja khususnya remaja putri akan memberikan rasa keingintahuan untuk mencobanya. Sehingga saat ini sebagian remaja putri pernah mencoba rokok (Suyanto, 2005).

4.3.1.4 Kepribadian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mempunyai kepribadian ekstrovert, yaitu sejumlah 276 dari 357 responden (77,3%), sedangkan responden yang mempunyai kepribadian introvert, yaitu sejumlah 81 dari 357 responden (22,7%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai kepribadian ekstrovert

Remaja merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa serta membebaskan diri dari kebosanan. Remaja yang berisiko tinggi adalah remaja-remaja yang memiliki sifat pemuasaan segera, kurang mampu menunda keinginan, merasa kosong dan mudah bosan, mudah cemas, gelisah, dan depresif. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari CASA (Columbian University`s National Center On Addiction and Substance Abuse), remaja perokok

(14)

bahwa merokok dan depresi merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan. Depresi menyebabkan seseorang merokok dan para perokok biasanya memiliki gejala-gejala depresi dan kecemasan (ansietas) (Hidayat, 2007).

Setiap interaksi pergaulan yang intens kepada teman akan membawa pengaruh. Karena sifat, sikap, tingkah laku jika bersentuhan dengan pribadi seseorang maka akan memberikan dampak bagi orang tersebut. Perilaku yang buruk biasanya akan lebih cepat menular kepada pembentukan kepribadian seseorang. Ibarat penyakit menular yang akan menjangkiti siapapun yang berada didekatnya (Sunaryo, 2002).

(15)

cenderung cepat melakukan tindakan tanpa pertimbangan yang matang (Sunaryo, 2002).

Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih efektif belajar melalui pengalaman yang konkret, kontak dengan dunia luar dan berhubungan dengan orang lain. Mereka akan merasa lebih bersemangat ketika bersama orang lain dan berinterakasi dengan mereka, serta sering dapat mengungkapkan ide terbaik mereka jika dapat mengungkapkannya pada orang lain. Mereka tergantung pada stimulasi dari luar dan interaksi dengan orang lain (Sunaryo, 2002).

Mahasiswi dengan tipe kepribadian ekstrovert, mengawali aktivitas merokoknya sebagai aktivitas sosial. Mahasiswi dengan kepribadian ekstrovert biasanya memulai perilaku merokoknya karena konformitas teman sebaya dan melakukannya di tempat-tempat umum yang memungkinkan mereka berada di area pergaulan dengan banyak orang. Dengan intensitas perilaku merokok mereka yang terkadang menghabiskan 1-15 lebih setiap harinya, dengan selang waktu 5 menit sampai 1 jam setelah bangun tidur dipagi hari (Sunaryo, 2002).

4.3.1.5 Perilaku merokok

(16)

(11,2%),responden tidak merokok, yaitu sejumlah 236 dari 357 responden (66,1%). Hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden tidak merokok.

Menurut Ogawa dalam Ulhaq (2008), ada tiga indikator fisik yang biasanya muncul pada perokok berupa aktivitas fisik yaitu memegang rokok, menghisap rokok, dan menghembuskan asap rokok. Aktivitas psikologis, merupakan aktivitas yang muncul bersamaan dengan aktivitas fisik. Aktivitas psikologis berupa asosiasi individu terhadap rokok yang dihisap yang dianggap mampu meningkatkan daya konsentrasi, memperlancar kemampuan pemecahan masalah, meredakan ketegangan, meningkatkan kepercayaan diri dan penghalau kesepian.

4.3.2 Analisis Bivariat

4.3.2.1 Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok

Hasil analisis data menunjukkan 154 responden (43,1%) menyatakan pengaruh orang tua dalam kategori mendukung akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,040 maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan pengaruh orang tua dengan perilaku merokok.

(17)

Orang tua yang memberikan hukuman fisik yang lebih keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibandingkan anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson (2006).

Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang bukan perokok sebagian menyatakan berasal dari rumah tangga yang bahagia dan orang tua yang senantiasa memperhatikan anak.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Musdalifah dan Setijadi (2011), tentang latar belakang pendidikan, stress, orang tua, teman dan iklan dan perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4.3.2.2 Hubungan Pengaruh teman dengan Perilaku Merokok

Hasil analisis data menunjukkan 167 responden (46,8%) menyatakan pengaruh teman dalam kategori mendukung akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,032 maka dapat disimpulkan ada

hubungan yang signifikan pengaruh teman dengan perilaku merokok.

(18)

merokok diidentikan sebagai anak yang nakal (Hurlock, 2002).

Hampir semua orang mulai merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan kenikmatan. Dalam pikiran remaja, rokok merupakan lambang kedewasaan. Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Untuk membuktikannya mereka melakukan dengan sadar melakukan kebiasaan orang dewasa yakni merokok. Remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa, dengan sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena seringkali mereka melihat orang dewasa melakukannya (Hariyadi, 2007).

(19)

tetapi kenyataannya ia melakukannya (merokok). Hal ini tentu ada faktor lain yang mempengaruhinya. Di sinilah terjadinya kontradiksi antara sikap dan perbuatan.

Mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang tidak perokok menyatakan teman-temannya yang bukan perokok mendukung mereka untuk tidak merokok karena dorongan dari teman-teman sehinga mereka semua bukan perokok

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Komalasari dan Helmi (2011), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh lingkungan teman sebaya terhadap perilaku merokok pada remaja SMU 9 Yogyakarta.

4.3.2.3 Hubungan Iklan dengan Perilaku Merokok Hasil analisis data menunjukkan 158 responden (44,3%) menyatakan iklan dalam kategori kuat akan tetapi responden tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan iklan dengan perilaku merokok.

Menurut Mu’tadin (2002), melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat mahasiswa seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.

(20)

iklan di media massa dan televisi bahwa merokok adalah glamour dan budaya manusia modern membuat sebagian dari mereka menjadi perokok

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ginting (2011) tentang pengaruh iklan terhadap perilaku merokok. Hasil penelitian menujukkan ada pengaruh iklan terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta 4.3.2.4 Hubungan Kepribadian dengan Perilaku

Merokok

Hasil analisis data menunjukkan 183 responden (51,3%) mempunyai kepribadian tidak baik akan tetapi tidak merokok. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0,886 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan kepribadian dengan perilaku merokok.

Menurut Atkinson (2006), orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada penggunaan obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.

(21)

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Mulyono (2012) tentang dimensi kepribadian big five dengan perilaku merokok. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara dimensi kepribagian big five dengan perilaku merokok pada remaja akhir di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.

4.3.4 Analisis Multivariat

Hasil analisis regresi logistik ganda pengaruh orang tua, teman, iklan dan kepribadian terhadap perilaku merokok menunjukkan hasil pengaruh orang tua meningkatkan kemungkinan perilaku merokok pada mahasiswi sebanyak 32 kali lipat dibandingkan dengan bila tidak terdapat pengaruh teman (OR 1,839, Cl 95% 1,087 hingga 3,112). Variabel pengaruh teman, iklan dan kepribadian tidak mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa.

Masa remaja merupakan masa dimana seseorang berada pada ambang dewasa sehingga mereka mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa salah satunya merokok. Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut akan memberikan citra seperti yang mereka inginkan yaitu dianggap sebagai orang yang telah dewasa.

(22)

berpengaruh besar pada anak-anaknya yang berusia remaja. Ihal ini disebabkan masa remaja merupakan masa pencarian identitas dan masa dimana individu mulai ingin mencoba-coba sesuatu hal yang baru termasuk merokok. Banyak dari orang tua terkadang tidak menyadari bahwa setiap kepulan asap yang dihembuskan dari rokok yang dihisapnya tidak luput dari perhatian anak.

Perilaku meniru merupakan perilaku individu terhadap perilaku dari model yang ditiru yang memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan atau proses menirukan tingkah laku orang lain. Salah satu tipe dari perilaku modeling adalah model yang ditiru berada di kehidupan nyata, contohnya orang tua, teman-teman, dan orang-orang yang berada di lingkungan pengamat. Orang tua sebagai panutan bisa menjadi figur yang akan ditiru perilakunya. Tidak hanya perilaku yang baik, tetapi perilaku yang tidak baik pun bisa ditiru oleh remaja.

(23)

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Umur mahasiswi Universitas Kristen Satya
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Iklan Rokok di Universitas
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok Mahasiswi
Tabel 4.7 Hubungan Pengaruh Orang Tua dengan Perilaku Merokok
+4

Referensi

Dokumen terkait

฀ Mahasiswa diminta merancang business plan (perencanaan usaha) dalam kelompoknya yang nantinya akan.

Seratus Empat Puluh Sembilan luta Tujuh Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskan jenis ,macam dan kualitas bahan baja untuk konst.bangunan.. SUB KOMPETENSI

maka saya Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Anggaran 2017 menetapkan Pemenang pada Paket tersebut di atas

Bahwa proyek MIFEE yang mencaplok dan mengalihkan hak atas tanah Orang Malind secara terpaksa melalui kompensasi yang rendah tanpa pilihan dan merusak kawasan hutan, padang,

Membentuk Tim Perumus yang menentukan kebijakan dalam promosi dan mutasi hakim di lingkungan Peradilan Umum.. Tim Perumus melaksanakan tugas sebagai berikLrt

Game The New Adventurer yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Python ini merupakan game sederhana yang mengambil konsep perpaduan antara permainan yang menyerupai