• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya oleh ikatan dai area lokalisasi idial MUI JATIM tahun 2012-2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya oleh ikatan dai area lokalisasi idial MUI JATIM tahun 2012-2015."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Keberadaan lokalisasi mulai dari hingar bingar kehidupan malam, pornografi, seks bebas, kebisingan yang ini dekat dengan minuman keras, perjudian hingga peredaran narkoba dan kriminalitas. Kehidupan yang seperti tentunya memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya, mulai dari pengaruh negatif terhadap tumbuh kembang anak usia sekolah, kepribadian, moralitas dan mentalitasnya pasti akan tergangu. Salah satu solusi terhadap lokalisasi ini adalah penutupan. Namun dalam upaya penutupan yang tidak terencana dengan baik bisa menimbulkan permasalahan baru dan lokalisasi itu tetap ada.

IDIAL MUI JATIM berhasil menutup 47 lokalisasi di Jawa Timur termasuk didalamnya ada 6 lokalisasi di Surabaya pada tahun 2012-2015. Keberhasilan ini pasti disertai dengan perencanaan strategis yang matang. Yang menjadi fokus penelitian adalah penutupan lokalisasi Surabaya, sebab disana ada icon prostitusi terbesar se-Asia Tenggara yakni Dolly. Sehingga rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana perencanaan strategis IDIAL MUI JATIM dalam upaya penutupan lokalisasi di Surabaya pada tahun 2012-2015.

Tujuan penelitian ini ingin mendapatkan gambaran perencanaan strategis yang telah dilakukan IDIAL MUI JATIM dalam penutupan lokalisasi di Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Peneliti melakukan interview terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Kerangka Teoritik ... 10

G. Penelitian Terdahulu ... 14

H. Metode Penelitian ... 18

(8)

2. Data dan Sumber Data... 19

3. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4. Analisis Data ... 21

I. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB IIPERENCANAAN STRATEGIS DAN LOKALISASI ... 24

A. Perencanaan Strategis ... 24

1. Perencanaan & strategi ... 24

2. Pengertian Perencanaan Strategis... 24

3. Manfaat Perencanaan Strategis ... 26

4. Langkah-langkah Perencanaan Strategis ... 27

a. Mengembangkan Misi ... 27

b. Mengenali Peluang dan Ancaman Ekternal Perusahaan ... 30

c. Menilai Kekuatan dan Kelemahan Internal Perusahaan ... 32

d. Menetapkan Sasaran Jangka Panjang ... 34

e. Menghasilkan Strategi Alternatif dan Memilih Strategi ... 35

B. Lokalisasi ... 37

1. Definisi Lokalisasi... 37

2. Sejarah Lokalisasi Indonesia ... 38

3. Lokalisasi Sebagai Patologi Sosial ... 40

C. Penutupan Lokalisasi ... 41

1. Pandangan Pro Kontra terhadap Penutupan Lokalisasi... 41

(9)

BAB IIIGAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 44

A. Profil IDIAL MUI JATIM ... 44

1. Sejarah Terbentuknya ... 44

2. SK dan Struktur Pengurus IDIAL MUI JATIM tahun 2012-2017 .... 46

3. Deskripsi Tugas Pengurus IDIAL MUI JATIM ... 56

B. Lokalisasi di Surabaya ... 59

1. Lokalisasi Dupak Bangunsari... 60

2. Lokalisasi Tambak Asri ... 60

3. Lokalisasi Moroseneng dan Klakah Rejo... 61

4. Lokalisasi Dolly dan Jarak ... 61

BAB IVPENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 64

A. Penyajian dan Analisis Data ... 64

1. Visi Misi IDIAL MUI JATIM ... 64

2. Peluang dan Ancaman Lingkungan Eksternal yang prioritas dalam penetapan strategi penutupan lokalisasi di Surabaya. ... 70

a. Peluang ... 70

b. Ancaman ... 83

3. Kekuatan dan Kelemahan Internal IDIAL MUI JATIM yang dominan dalam penetapan strategi penutupan lokalisasi di Surabaya ... 88

a. Kekuatan ... 88

(10)

4. Sasaran Jangka Panjang dalam Penutupan Lokalisasi Surabaya ... 96

5. Alternatif dan Pilihan Strategi dalam Penutupan Lokalisasi Surabaya ... 98

B. Temuan ... 115

C. Konfirmasi antara Teori dan Temuan ... 118

BAB VPENUTUP ... 119

A. Simpulan ... 119

B. Rekomendasi ... 121

C. Keterbatasan Penelitian ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN PANDUAN WAWANCARA ... xvi

LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA ... xvii

LAMPIRAN SURAT KETERANGAN BUKTI PENELITIAN DARI IDIAL

(11)

DAFTAR TABEL

[image:11.595.135.482.228.566.2]
(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Teoritik Perencanaan Strategis Penutupan Lokalisasi

[image:12.595.134.487.250.560.2]

Surabaya ………14

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan lokalisasi merupakan salah satu gejala sosial yang termasuk penyakit masyarakat yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di samping gelandangan, penyalahgunaan narkotika, alkoholisme, penyakit jiwa dan kriminalitas. Jelas bahwa pelacuran atau prostitusi termasuk salah satu penyakit masyarakat, dikarenakan kemerosotan di bidang pendidikan dan agama bisa mengakibatkan kemerosotan moral.1

Kehadiran lokalisasi di tengah pemukiman masyarakat bisa memberikan dampak negatif yakni ketidaknyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang mengalami kematangan lebih cepat di usia dini dikarenakan tontonan vulgar setiap hari. Keharmonisan rumah tangga dan keluarga yang bisa tergoda dengan seksualitas yang terpampang. Disisi lain, keberadaan lokalisasi bisa mempermudah praktek perdagangan manusia

(human trafficking). Indonesia menempati urutan ke-3 sebagai negara yang

yang paling sulit dalam memberantas human trafficking. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memprediksi sekitar 30% pelacuran wanita di Indonesia adalah perempuan di bawah umur 18 tahun. Sebanyak 40.000 s/d 90.000 per tahun, anak Indonesia menjadi korban kekerasan seksual. Perempuan dan anak Indonesia diperjualbelikan sebagai pemuas

1 Bambang Hermanto, “Penanganan Patologi Sosial Dalam Perspektif Sosiologi Hukum Islam

(14)

2

nafsu seksual. Lokalisasi menjadi tempat transaski perdagangan anak dan perempuan di Indonesia.

Merujuk fakta di atas, mempertahankan keberadaan lokalisasi berarti membiarkan anak-anak dan warga di sekitar lokalisasi terancam secara mental dan kepribadian serta memberi jalan keberlangsungan perdagangan manusia. Prostitusi dan lokalisasi menjadi masalah yang dapat menghambat lajunya pembangunan karena dapat mengancam kesehatan dan ketentraman jasmani, rohani, maupun sosial. Tidak hanya itu, pelacuran telah menempatkan wanita sebagai barang dan menurunkan harkat dan martabat manusia. Pelacuran dan lokalisasi ini bertentangan dengan nilai-nilai dan aturan-aturan yang ada dimasyarakat. Lokalisasi memberikan efek domino berupa munculnya perjudian, peredaran narkoba dan minuman keras, menjalarnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan mangkalnya pelaku kriminal.2

Menurut Direktur Rehabilitasi Tuna Susila Soony W Manalu, jumlah lokalisasi di Indonesia ada 164 lokalisasi dengan 56.000 psk3. Jumlah ini

berbeda seperti yang disampaikan oleh Mentri Sosial Khofifah Indar

2Mutimmatul Faidah, “Pusaran Ekonomi Di Balik Bisnis Prostitusi Di Lokalisasi Dolly-Jarak Surabaya” dalam http://ejournal.unesa.ac.id/article/13647/107/article.pdf (3 Desember 2016), 26-27.

3 Widi Hatmoko, “Wow, Jumlah PSK di Indonesia Capai 56 Ribu”, dalam http://news.

(15)

3

Parawangsa dengan jumlah lokalisasi sebanyak 168 lokalisasi. Dan tahun 2016 masih tersisa 99 lokalisasi yang belum berhasil ditutup.4

Dakwah di area lokalisasi prostitusi merupakan salah satu kewajiban sebagai umat muslim untuk menyeru pada yang ma’ruf dan mencegah yang

mungkar. Sebagaimana tercantum dalam al Quran surat Ali Imran 110:

                                             

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

(Q.S Ali Imron: 110)5

Dakwah terkait dengan mengurangi bahkan menutup lokalisasi prostitusi harus dilakukan dengan strategi yang cantik sehingga tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Masalah lokalisasi adalah masalah yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Tidak hanya berhubungan dengan seks, tapi juga ekonomi, budaya, dan sosial tersendiri. Sehingga prostitusi merupakan masalah sosial tersendiri. Satu sisi praktik prostitusi dilarang oleh agama, pada sisi yang lain praktik prostitusi menjadi aset ekonomi bagi masyarakat sekitarnya, pejabat sekitar lokalisasi juga ikut andil.

4 Edwin Fajerial, “Menteri Khofifah: Masih Ada 99 Lokalisasi yang Belum Ditutup”, dalam

https://m.tempo.co/read/news/2016/03/04/058750580/menteri-khofifah-masih-ada-99-lokalisasi-yang-belum-ditutup (8 Desember 2016)

(16)

4

Bahkan masyarakat bawah yang dihidupi ekonomi dari adanya praktik prostitusi seperti tukang becak, sopir-sopir bahkan warung-warung disekitarnya.6 Untuk mengurangi bahkan menutup lokalisasi prostitusi

dibutuhkan usaha dan kerjasama dari berbagai kalangan karena melibatkan permasalahan sosial yang meliputi berbagai sendi kehidupan.7

Salah satu upaya penutupan prostitusi Cilege Indah (CI) yang berlokasi di Desa Cilege, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu mengalami kegagalan dikarenakan dana kompensasi yang kurang dari pemerintah kabupaten.8 Hal yang sama juga terjadi di Balikpapan,

Kalimantan Timur yang menunda pembongkaran lokalisasi Km 17 di Karang Joang. Penundaaan itu dikarenakan keterbatasan anggaran daerah.9

Realitas diatas menggambarkan dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi prostitusi kurang mempertimbangkan variabel internal, khususnya dalam hal kapasitas pendanaan untuk biaya kompensasi penutupan. Ini semakin menunjukkan bahwa perencanaan strategis menduduki posisi penting yang memungkinkan organisasi melakukan

trendwattching and envisioning lingkungan makro dan lingkungan mikro

serta digunakan untuk menetapkan strategi yang memungkinkan organisasi

6 Sunarto, Kiai Prostitusi Pendekatan Dakwah K.H. Khoiron di Lokalisasi Kota Surabaya,

(Surabaya: Jaudar Press, 2013), 52.

7 Ibid., 53.

8 Dwi Ayu Artantiani, “Terkendala Dana, Lokalisasi Cilege Indah Gagal Digusur”, dalam

http://news.okezone.com/read/2016/04/30/525/1376889/terkendala-dana-lokalisasi-cilege-indah-gagal-digusur (8 Desember 2016)

9 Marifka Wahyu Hidayat, “Anggaran Minim, Balikpapan Tunda Bongkar Lokalisasi Terbesar”,

(17)

5

memasuki lingkungan makro dan lingkungan mikro. Tahap ini sangat menentukan kelangsungan hidup dan kemampuan perusahaan untuk berkembang di masa depan10 atau dengan kata lain sangat menentukan

keberhasilan pencapaian tujuan sebuah organisasi.

Proses perumusan strategi merupakan fungsi perencanaan manajemen. Fungsi ini menempati posisi terpenting untuk menetapkan permasalahan dakwah yang perlu mendapat prioritas pemecahan untuk kemudian dicarikan altematif pemecahan dan strateginya yang paling sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.11 Salah satu kelemahan dan pelaksanaan

dakwah Islam di Indonesia adalah belum atau bahkan tidak adanya perencanaan yang tepat dan memadai yang didukung oleh pemahaman terhadap umat dan permasalahannya. Yang ini bisa dilihat dari model pendekatan dan metode dakwah yang sering kurang tepat dan jauh dari kemungkinan pemecahan masalah.12

Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL MUI JATIM) merupakan perangkat Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur dengan SK No. Kep-02/MUI/Jatim/II/2012.13 Organisasi ini fokus melakukan dakwah di lokalisasi

prostitusi hingga lokalisasi itu ditutup, bukan hanya sekedar menyadarkan

10 Edi Purwanto, “Pentingnya Perumusan Strategi Dalam Sistem Manajemen Strategik”, FORUM AKADEMIKA, Vol. 16, 2012, 71.

11 Muhammad Rasyid Ridla, “Perencanaan Dalam Dakwah Islam”, JURNAL DAKWAH, Vol. IX

No. 2, Juli-Desember 2008, 152.

12 Nawawi, “Strategi Dakwah Studi Pemecahan Masalah”, KOMUNIKA, Vol. 2 No. 2,

Juli-Desember 2008, 270.

(18)

6

akan nilai-nilai moral, mereka juga dibekali ketrampilan hidup sehingga tidak kembali ke lembah hitam. Berdasarkan wawancara dengan bapak Sunarto14,

Kiai Khoiron15 dan bapak Gatot16, IDIAL merupakan organisasi bentukan

MUI JATIM yang ditarget menutup 47 lokalisasi se-Jawa Timur pada tahun 2012-2015. Ide penutupan lokalisasi ini berawal dari Ketua MUI JATIM yang disampaikan pada Gubernur Jawa Timur Soekarwo. Kemudian secara tindak lajut Gubernur menyerahkan kembali kepada MUI JATIM untuk membantu penutupan lokalisasi se-Jatim dengan membentuk IDIAL sebagai perpajangan tangan dari MUI JATIM. Secara hasil IDIAL MUI JATIM mampu menutup semua lokalisasi prostitusi dengan yang paling akhir lokalisasi ke 47 adalah di Balong Cangkring, Mojokerto pada tanggal 29 Mei 201617. Berdasarkan

penuturan bapak Sunarto bahwa Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berkeinginan menjadikan IDIAL MUI JATIM ini sebagai pilot project dalam upaya penutupan lokalisasi se-Indonesia.18 Menteri Sosial berharap bahwa

Indonesia bisa bebas prostitusi pada tahun 2019.19

Dalam upaya menutup lokalisasi se-Jawa Timur strategi utamanya adalah dengan menutup lokalisasi Surabaya lebih dahulu yang menjadi pusat, baru kemudian lokalisasi di luar Surabaya. Yang menarik perhatian adalah

14 Sunarto, Wawancara, Surabaya, 23 Oktober 2016. 15 Khoiron, Wawancara, Surabaya, 23 Oktober 2016. 16 Gatot, Wawancara, Surabaya, 24 Oktober 2016.

17 Fully Syafii, “Gubernur Soekarwo Tutup Lokalisasi Terakhir Di Jawa Timur”, dalam

https://nasional.tempo.co/read/news/2016/05/22/058773037/gubernur-soekarwo-tutup-lokalisasi-terakhir-di-jawa-timur (8 Desember 2016)

18 Sunarto, Wawancara, Surabaya, 23 Oktober 2016.

19 Desi Purnamawati, “ Mensos: Pemerintah Targetkan Bebas Prostitusi 2019”, dalam

(19)

7

upaya penutupan lokalisasi di Surabaya yang notabene yang paling besar ternyata mampu ditutup terakhir di Dolly (ikon prostitusi se-Asia Tenggara) pada tanggal 18 Juni 2014.20

Perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya termasuk perencanaan strategi level bisnis unit bukan level korporat sebab posisi IDIAL merupakan bentukan dari MUI JATIM yang diamanahi oleh PEMPROV JATIM dalam upaya menjadikan Jawa Timur Makmur dan Berakhlak. Dalam upaya merumuskan strategi penutupan ini mempertimbangkan semua pihak baik pihak yang sepakat dan tidak sepakat terhadap penutupan lokalisasi. Termasuk mempertimbangkan kapasitas IDIAL dalam menutup lokalisasi juga berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah kota/kabupaten terkait.21 Perencanaan strategis ini hampir sama

dengan dengan formulasi strategi Fred R. David yang mempertimbangkan aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, peneliti ingin mendalami perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya dengan pendekatan teori formulasi strategi Fred R. David.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Lokalisasi menyuburkan praktek human trafficking.

20 Ahmad Faisal, “Ini Naskah Deklarasi Penutupan Dolly” dalam http://regional.kompas.com/

read/2014/06/18/2211569/Ini.Naskah.Deklarasi.Penutupan.Gang.Dolly (9 Desember 2016)

(20)

8

2. Lokalisasi memberikan efek multiplayer berupa munculnya perjudian, peredaran narkoba dan minuman keras, menjalarnya penyakit menular seksual, HIV/AIDS dan perilaku kriminal.

3. Perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya yang dilakukan oleh IDIAL MUI JATIM.

Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah perencanaan strategis yang dilakukan IDIAL MUI JATIM dalam menutup lokalisasi prostitusi di Surabaya, bukan lokalisasi prostitusi se-Jawa Timur. Upaya penutupan lokalisasi Surabaya itu dilakukan mulai tahun 2012 hingga tahun 2015.

Pemilihan batasan masalah ini didasarkan atas pertimbangan penutupan lokalisasi prostitusi akan mengurangi permasalahan perdagangan manusia, perjudian, minuman keras, narkoba bahkan penyakit menular seksual. Selain itu penutupan lokalisasi merupakan sebuah keniscayaan dalam mewujudkan Visi Jawa Timur Makmur dan Berakhlak.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL-MUI JATIM pada tahun 2012-2015?

Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

(21)

9

2. Bagaimana peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang prioritas dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL MUI JATIM pada tahun 2012-2015?

3. Bagaimana kekuatan dan kelemahan kondisi internal yang dominan dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL MUI JATIM pada tahun 2012-2015?

4. Bagaimana sasaran jangka panjang dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL MUI JATIM pada tahun 2012-2015?

5. Bagaimana alternatif dan pilihan strategi dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL MUI JATIM pada tahun 2012-2015?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengambarkan perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya yang dilakukan IDIAL MUI JATIM.

1. Mendapatkan gambaran dasar pemikiran yang dirumuskan oleh IDIAL MUI JATIM dalam upaya penutupan lokalisasi di Surabaya.

2. Mendapatkan gambaran peluang dan ancaman lingkungan eksternal yang prioritas dalam penetapan strategi penutupan lokalisasi di Surabaya. 3. Mendapatkan gambaran kekuatan dan kelemahan kondisi internal yang

(22)

10

4. Mendapatkan gambaran sasaran jangka panjang dalam perencanaan strategis penutupan lokalisasi di Surabaya.

5. Mendapatkan gambaran alternatif dan pilihan strategi dalam upaya menutup lokalisasi Surabaya.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini harapannya dapat menambah wawasan teori manajemen strategi terutama dalam hal perencanaan strategis.

b. Penelitian ini harapannya dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam hal perencanaan strategis khususnya bagi organisasi dakwah.

2. Kegunaan Praksis

Penelitian ini dapat dijadikan refrensi cara dalam perencanaan strategis bagi organisasi-organisasi non profit khususnya organisasi dakwah.

F. Kerangka Teoritik

Perencanaan strategis adalah proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan diantara stakeholder utama-tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan.22

Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategis. Manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas

22 Michael Allison, Jude Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba Edisi 1, (Jakarta:

(23)

11

fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap yakni perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Perumusan strategi ini lebih banyak dikenal sebagai perencanaan strategis.23

Fokus penelitian yang hendak dijawab yakni perencanaan strategis yang dalam teori Fred R. David adalah tahap perumusan strategi.

Tahap perumusan strategi termasuk mengembangkan misi, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menentukan sasaran jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.24

Langkah pertama, pengembangan misi yang baik bagi sebuah organisasi harus menggambarkan tujuan organisasi, pelanggan, produk atau jasa, pasar, falsafah dan teknologi dasar. Menurut Vern Mc Ginnis, suatu pernyataan misi harus (1) menetapkan apa sebenarnya organisasi dan organisasi ingin menjadi apa, (2) cukup dibatasi untuk tidak menyertakan beberapa usaha dan cukup meluas dan memberi ruang pada pertumbuhan kreatif, (3) membedakan semua organisasi dari organisasi lain, (4) dipakai sebagai kerangka kerja untuk mengevaluasi aktifitas saat ini dan masa depan dan (5) dinyatakan dalam istilah cukup jelas untuk dipahami secara meluas di seluruh organisasi.25

23 Fred R. David, Manajemen Strategis_Konsep, terj. Alexander Sindoro (Jakarta: Prenhallindo,

2002), 5.

(24)

12

Langkah kedua, mengenali peluang dan ancaman eksternal organisasi dikenal sebagai audit eksternal. Audit eksternal menekankan pada mengenali dan mengevaluasi kecenderungan dan peristiwa yang diluar kendali sebuah organisasi seperti faktor ekonomi, politik, sosial budaya dan persaingan. Audit eksternal mengungkapkan peluang kunci dan ancaman yang dihadapi organisasi sehingga manajer dapat membuat merumuskan strategi untuk memanfaatkan peluang dan menghindari atau mengurangi dampak ancaman.26.

Langkah ketiga, mengidentifikasi dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan internal organisasi dikenal sebagai audit internal. Proses melaksanakan audit internal hampir sama dengan audit eksternal. Perwakilan manajer dan anggota organisasi harus dilibatkan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan organisasi. Audit internal memerlukan pengumpulan dan pengolahan informasi mengenai manejemen, pemasaran, keuangan, operasi, litbang dan pengoperasian sistem informasi komputer perusahaan.27

Langkah keempat, menentukan sasaran jangka panjang organisasi. Sasaran jangka panjang ini menggambarkan hasil akhir yang ingin dicapai dalam pelaksanaan sebuah misi. Sasaran ini menjadi pedoman dan petunjuk arah bagi jalannya organisasi.28

Langkah kelima, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan. Proses menjalankan langkah kelima ini masih

(25)

13

hampir sama dengan langkah-langkah sebelumnya yakni dengan melibatkan para manajer dan anggota organisasi dalam sebuah rapat. Semua peserta rapat harus membawa serta laporan audit eksternal dan internal. Informasi ini, ditambah dengan pernyataan misi organisasi dan sasaran akan membantu peserta mengkristalkan dalam benak meraka strategi tertentu yang mereka yakini paling bermanfaat bagi organisasi.

Pertimbangan dalam memilih strategi tertentu meliputi kelebihan, kekurangan, untung-rugi, biaya dan manfaat dari semua strategi. Pertimbangan ini akan menghasilkan prioritas strategi terbaik yang mencerminkan kebijakan kolektif dari kelompok.29

Pemikiran diatas dapat digambarkan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut:

(26)

14

Gambar 1.1 Kerangka Teoritik Perencanaan Strategis Penutupan Lokalisasi Surabaya

G. Penelitian Terdahulu

1. Tri Suci Handayani. Perilaku Permisif Pelecehan Seksual di Sekitar

Lokalisasi Dolly Surabaya. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilaku subyek yang Perencanaan Strategis

Penutupan Lokalisasi di Surabaya

Peluang dan Ancaman

Lingkungan Eksternal Kekuatan dan Kelemahan IDIAL MUI JATIM

Alternatif dan Pilihan Strategi (SOLUSI)

VISI-MISI IDIAL MUI JATIM

[image:26.595.141.509.116.557.2]
(27)

15

cenderung permisif di lingkungan lokalisasi gang Dolly membuat kehidupan di Dolly menjadi acuh, dan menganggap perilaku yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan gang Dolly. Kompleks lokalisasi Dolly menjadi sumber rezeki bagi banyak pihak. Bukan hanya PSK, tetapi juga pemilik warung, penjaja rokok, tukang parkir, tukang becak dan lain-lain. Kebutuhan yang saling melengkapi yang menjadikan subyek di Dolly cenderung permisif dalam kehidupan di sekitar lokalisasi. Lokalisasi Dolly telah menjelma menjadi kekuatan dan sandaran hidup bagi penduduk disana. Hal-hal tersebut menjadikan subyek di Dolly berperilaku permisif terhadap keadaan sosial dan bahkan terhadap norma-norma agama yang ada. Faktor-faktor pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan Gang Dolly juga dikarenakan oleh perempuan-perempuan yang memakai baju yang banyak menonjolkan sisi-sisi sensitifnya. Bukan tidak mungkin pelecehan-pelecehan seksual itu terjadi di lingkungan lokalisasi Dolly. Faktor itulah yang menjadi faktor utama bahwa perilaku permisif terhadap pelecehan seksual subyek di Dolly sering terjadi.30

Ada persamaan subyek penelitian yakni berkenaan dengan lokalisasi. Namun lokalisasi yang diteliti oleh Tri Suci adalah spesifik lokalisasi Dolly sedangkan lokalisasi yang menjadi fokus peneliti adalah

30 Tri Suci Handayani, “Perilaku Permisif Pelecehan Seksual Di Sekitar Lokalisasi Dolly

(28)

16

lokalisasi seluruh Surabaya, termasuk Dolly. Perbedaan penelitian juga terletak pada obyek penelitian. Tri Suci meneliti perilaku permisif pelecehan seksualnya sedangkan peneliti memfokusi perencanaan strategis penutupan lokalisasi.

2. Mutimmatul Faidah. Pusaran Ekonomi Di Balik Bisnis Prostitusi Di

Lokalisasi Dolly-Jarak Surabaya. Penelitian ini termasuk penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Berikut hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kebergantungan beberapa sektor perekonomian dalam bisnis prostitusi ini menjadikan area lokalisasi sebagai tempat yang kokoh berdiri dengan perputaran uang yang melimpah dan tidak mudah tersentuh oleh pemerintah. Terdapat 37 jenis usaha dalam sembilan sektor, yaitu: prostitusi, keamanan, kebersihan, penyedia kebutuhan konsumsi pangan, jasa kesehatan dan supranatural, jasa transportasi, jasa kecantikan, jasa kredit, dan layanan hiburan. Ketergantungan berbagai sektor dan jenis usaha tersebut menjadi mata rantai bisnis prostitusi yang tidak mudah diurai dan diputus.31

Ada persamaan subyek penelitian yakni berkenaan dengan lokalisasi. Namun lokalisasi yang diteliti oleh Mutimmatul Faidah adalah spesifik lokalisasi Dolly-Jarak sedangkan lokalisasi yang menjadi fokus peneliti adalah lokalisasi seluruh Surabaya, termasuk Dolly-Jarak. Perbedaan penelitian juga terletak pada obyek penelitian. Mutimmatul

(29)

17

Faidah meneliti pusaran ekonomi di balik bisnis prostitusi di lokalisasi Dolly-Jarak Surabaya.

3. Ahmad Sunarto AS. Kiai dan Prostitusi: Pendekatan Dakwah KH,

Muhammad Khoiron Suaeb di Lokalisasi Kota Surabaya. Penelitian ini

dilakukan dengan metode analisis isi dan live history, menyimpulkan bahwa K.H. Muhammad Khoiron menggunakan pendekatan mad’u centre, yaitu sebuah pendekatan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi ekonomi, psikologi, sosial dan politik sasaran dakwah.32 Ada

persamaan penelitian dalam hal tempat lokalisasi di kota Surabaya, namun perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya yakni Ahmad Sunarto meneliti tentang pendekatan dakwah K.H. Khoiron Suaeb sedangkan peneliti memfokusi perencanaan strategis penutupan lokalisasinya.

4. Syahri Sauma. Dakwah Persuasif dan Humanis_Studi Pendekatan Dakwah Dan Peran Organisasi Islam Dalam Pengentasan Pekerja Seks

Komersial (PSK) Serta Penutupan Lokalisasi Prostitusi Di Kota

Surabaya. Hasil penelitiannya adalah dakwah persuasif dan humanis

dengan pendekatan dakwah dan peran organisasi Islam dalam pengentasan PSK dan penutupan lokalisasi prostitusi sangat dikedepankan untuk memartabatkan manusia dan memberdayakan masyarakat lokalisasi prostitusi kota Surabaya. Pendekatan dakwah yang efektif dan humanis

32 Ahmad Sunarto AS, Kiai dan Prostitusi: Pendekatan Dakwah KH, Muhammad Khoiron Suaeb

(30)

18

dengan pendekatan makan bubur panas serta konsep penutupan lokalisasi prostitusi bertahap tanpa relokasi, melalui langkah-langkah berikut; 1. Mengkaji peraturan daerah (perda) yang ada disuatu daerah. Sejauh mana kekuatan Perda tersebut saat diterapkan. 2. Konsolidasi dengan pemerintah setempat, aparat hukum, ormas, tokoh agama, tokoh masyarakat setempat. 3. Inventarisir dan evaluasi berbagai program pembinaan yang telah dilakukan terhadap PSK dan mucikari. 4. Eksekusi penutupan yang dikuatkan dengan deklarasi penutupan masyarakat setempat.33

Ada persamaan penelitian dalam hal tempat lokalisasi di kota Surabaya, namun perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya yakni Syahri Sauma meneliti tentang pendekatan dakwah dan peran organisasi Islam dalam pengentasan PSK serta penutupan lokalisasi Surabaya sedangkan peneliti memfokusi perencanaan strategis penutupan lokalisasinya.

Berdasarkan uraian penelitian terdahulu diatas, penelitian perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya belum pernah dilakukan sebelumnya.

H. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

33 Syahri Suama, “Dakwah Persuasif dan Humanis_Studi Pendekatan Dakwah Dan Peran

Organisasi Islam Dalam Pengentasan Pekerja Seks Komersial (PSK) Serta Penutupan Lokalisasi Prostitusi Di Kota Surabaya”, dalam

(31)

19

Penelitian yang digunakan termasuk jenis penelitian kualitatif yakni penelitian yang obyeknya alamiah. Obyek alamiah adalah obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah.34

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian kualitatif ini bersifat deskripstif studi kasus. Penelitian yang menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas obyek tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu, termasuk lingkunganya.35

Pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan dan menganalisa realitas perencanaan strategi IDIAL MUI JATIM dengan menggunakan teori perumusan strategi Fred R. David.

Sehingga dalam penelitian perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya oleh IDIAL MUI JATIM, peneliti akan memaparkan proses perencanaan strategi tersebut secara apa adanya, rinci, mendalam dan menyeluruh sesuai dengan paparan sumber data dan pendekatan teori perumusan strategi Fred R. David.

2. Data dan Sumber Data

Data penelitian yang hendak diperoleh berkenaan dengan data visi-misi IDIAL MUI JATIM, peluang dan ancaman lingkungan eksternal,

34 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), 2.

(32)

20

kekuatan dan kelemahan IDIAL MUI JATIM, sasaran jangka panjang, alternatif strategi dan pilihan strategi penutupan lokalisasi Surabaya.

Sumber data dapat berupa manusia, benda, situasi, kejadian atau peristiwa, penampilan dan perilaku orang (atau makhluk lain seperti hewan) dan berbagai bentuk tulisan, gambar, grafik, serta bentuk-bentuk grafis lainnya.36

Sumber data penelitian perencanaan strategis penutupan lokalisasi Surabaya berupa manusia dan dokumen. Manusia itu adalah pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan proses perumusan strategi penutupan lokalisasi Surabaya yakni meliputi Ketua IDIAL MUI JATIM Dr. H. Ahmad Sunarto AS, M.E.I.; Ketua I Drs. K.H. Khoiron Syuaib; Ketua II Ainul Yakin, S.Si., M.Si. Apt. dan Divisi Humas H. Gatot Subiyantoro.

Sedangkan data tentang Visi-Misi diperoleh salah satunya dengan melihat dokumen dari lembaga.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada empat narasumber diatas yakni, ketua umum, ketua I, II dan divisi humas. Langkah-langkah wawancara yang dilakukan adalah menyiapkan kepada siapa melakukan wawancara itu akan dilakukan, menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembiacaraan, mengawali atau membuka alur wawancara, melangsungkan wawancara, mengkonfirmasikan ikhtiar hasil

36 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi (Jakarta:

(33)

21

wawancara dan mengakhirinya, menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan, dan mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.37

Berdasarkan teknik pengumpulan data wawancara dengan tiga sumber diatas, maka bisa dikatakan menggunakan teknik triangulasi sumber , yakni mendapatkan data dari tiga sumber dengan teknik yang sama.38

Teknik pengumpulan data berikutnya adalah dengan melakukan dokumentasi proses perumusan strategi penutupan lokalisasi Surabaya pada tahun 2012 utamanya dokumen Visi-Misi. Ini dilakukan sebagai upaya menguji validitas data wawancara.

4. Analisis Data

Kegiatan analisis data dilakukan dengan melakukan reduksi data, penyajian data dan verifikasi serta kesimpulan.39 Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.40 Langkah berikutnya penyajian data bisa

dilakukan dengan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.41

Langkah terakhir yakni memverifikasi kesimpulan awal penelitian dengan

37 Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),

235.

38 Ibid., 241.

39 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kombinasi Penelitian Tindakan, Penelitian Evaluasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 412.

(34)

22

bukti-bukti yang valid dan konsisten, maka kesimpulan itu sudah dapat dikatakan sebagai kesimpulan yang kredibel.42

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika yang digunakan pada penelitian perencanaan strategis penutupan lokalisasi prostitusi Surabaya terdiri dari lima bab, yakni:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II Perencanaan Strategis dan Prostitusi, akan membahas lebih dalam mengenai teori perencanaan strategis, konsep lokalisasi dan pro kontra penutupan lokalisasi.

Bab III Gambaran Umum Obyek Penelitian, akan membahas lebih dalam tentang profil IDIAL MUI JATIM dan lokalisasi di Surabaya.

Bab IV Penyajian dan Analisis Data, peneliti akan menjabarkan data terkait visi-misi IDIAL MUI JATIM, peluang dan ancaman lingkungan eksternal, kekuatan dan kelemahan IDIAL MUI JATIM, sasaran jangka panjang, alternatif dan pilihan strategi penutupan lokalisasi Surabaya. Kemudian peneliti akan menganalisis data yang didapatkan dengan teori perencanaan strategi (formulation strategy).

(35)

23

(36)

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS DAN LOKALISASI A. Perencanaan Strategis

1. Perencanaan & strategi

Menurut Robson perencanaan adalah sebuah aktifitas memilih dan menetapkan tujuan, memprediksi hasil yang akan dicapai dari beberapa alternatif langkah baru kemudian menetapkan jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga perencanaan itu sebuah proses memikirkan secara mendalam dan menyeluruh tentang usaha-usaha yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.

Sedangkan strategi menurut Wheelen dan Hunger merupakan perencanaan utama yang holistik, yang menggambarkan upaya sebuah perusahaan dalam mencapai misi dan tujuannya. Perumusan dan penetapan strategi yang tepat akan mengoptimalkan competitif advantage bagi perusahaan. Strategi adalah pola perencanaan yang holistik, yang meliputi serangkaian langkah dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan.1

2. Pengertian Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis ini awal mulanya dikenal sebagai perencanaan jangka panjang. Namun saat ini lebih familiar dengan perencanaan strategis. Istilah ini bernuansa strategis yakni bersifat holistik, cermat dan tepat. Kata

1 Tri Pudjadi, Kristianto, Andre Tommy, Analisis Untuk perencanaan Strategi Sistem dan

(37)

25

strategis ini berawal mula dalam bidang kemiliteran. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep perencanaan strategis ini berasal dari dunia kemiliteran.

Menurut Webster’s New World Dictionary, konsep strategi adalah ilmu tentang pengaturan, perencanaan dan penggerakan operasi militer dalam jumlah besar atau ilmu tentang pengerahan angkatan bersenjata menuju posisi yang lebih menguntungkan agar lebih dahulu menguasai dibandingkan musuh.

Perencanaan strategis dikenal dalam bidang non militer awal mulanya pada tahun 1950-an. Perencanaan strategis dianggap sebagai solusi terhadap segala masalah dan persoalan yang dihadapi oleh organisasi. Konsep ini akhirnya semakin familiar, pada pertengahan 1960-an sampai pertengahan 1970-an. Namun setelah meningkat popularitasnya, konsep perencanaan strategis mulai dilupakan untuk beberapa tahun. Pada tahun 1990-an, perencanaan strategis kembali populer karena dipandang sebagai proses yang memberikan nilai kemanfaatan pada konteks tertentu.

(38)

26

cara untuk menetapkan tujuan jangka panjang dan mengarahkan organisasi pada tujuan tersebut.2

Makna perencanaan strategis ini sama dengan perumusan strategis menurut Fred R David. Perumusan strategis itu dimaknai sebagai penetapan tujuan jangka panjang bagi organisasi dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.3

Perencanaan strategis bisa diterapkan dalam satu kesatuan organisasi secara menyeluruh atau bagian-bagian utama dalam sebuah organisasi.4

3. Manfaat Perencanaan Strategis

Perencanaan merupakan pengamatan terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal sehingga dapat memprediksi kemungkinan-kemungkinan dikemudian hari yang dapat dijadikan pijakan melangkah sehingga organisasi bisa mendapatkan keuntungan lebih.5

Perencanaan strategis memungkinkan organisasi untuk menjadi lebih proaktif, memulai dan mempengaruhi dalam pencapaian tujuan daripada reaktif terhadap permasalahan sekitar.6 Perencanaan strategis ini bisa

memberikan manfaat dalam bidang keuangan maupun non keuangan. Manfaat perencanaan strategis dalam bidang keuangan yakni bisa

2 Tatang M. Amirin, “Model-Model Perencanaan Strategik”, Jurnal MANAJEMEN PENDIDIKAN,

No. 01, Th. I (Oktober, 2015), 24-25.

3 David, Manajemen Strategis, 5.

4 Amirin, “Model-Model Perencanaan Strategik”, 25.

5 Muhammad Kukuh Prawira, Teddle Darmizal, “Perencanaan Strategis Teknologi Informasi

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Menggunakan Framework Ward and Peppard”,

Jurnal CoreIT, Vol.02, No. 01 (Juni, 2016), 9.

(39)

27

meningkatkan laba atau keuntungan. Sebuah penelitian pernah menyebutkan kenaikan keuntungan perusahaan bisa mencapai 80%.

Sedangkan manfaat dalam bidang non keuangan yakni adanya kesatuan pandangan, komitmen dan gerak antara manajer dan karyawan. Mereka mengetahui apa-apa yang harus dikerjakan dan alasan mengapa harus mengerjakan kegiatan tersebut. Mereka mengetahui apa tujuan ahkir yang hendak dicapai.7

4. Langkah-langkah Perencanaan Strategis

Manajemen strategis menurut Fred R David yakni meliputi perumusan strategi, implementasi stragei dan evaluasi strategi8 (Tabel 3.1). Dalam hal ini

yang menjadi fokus penelitian adalah tahap perumusan strategi. Perumusan strategi ini lebih banyak dikenal sebagai tahap perencanaan strategis.

Tahap perencanaan strategis termasuk mengembangkan misi, mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan sasaran jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan.9

a. Mengembangkan Misi

Beberapa organisasi mengembangkan pernyataan Visi dan Misi. Apa yang membedakan diantara kedua hal tersebut? Pernyataan Visi ini menggambarkan harapan organisasi itu di masa depan ingin menjadi organisasi yang seperti apa? “Want to be”. Sedangkan

(40)

28

pernyataan misi itu berbicara tentang mengapa sebuah organisasi itu ada dan dibentuk.10 Misi ini memiliki nilai penting untuk menjadi

pijakan dalam menetapkan sasaran dan strategi organisasi.11

King dan Cleland mengingatkan organisasi dalam membuat pernyataan misi dengan alasan (1) misi itu dapat memastikan kebulatan tujuan dalam organisasi (2) misi itu dapat menjadi acuan atau pijakan dalam melakukan alokasi sumber daya (3) misi itu bisa menjadi pengkondisian budaya organisasi (4) misi itu sebagai alat atau acuan setiap anggota organisasi untuk menempatkan diri dengan tepat (5) misi itu bisa mempermudah dalam pembuatan sistem dan pembagian kerja (6) misi itu bisa menjadi pijakan dalam merinci sasaran-sasaran organisasi secara jangka panjang.12

Menurut Fred David, misi yang baik harus memenuhi kreteria sebagai berikut (1) Merupakan deklarasi sikap organisasi (2) Resolusi pandangan yang berbeda (3) Berorientasi pelanggan (4) Deklarasi kebijakan sosial.13

Deklarasi sikap yang dimaksud adalah pernyataan misi itu menggambarkan seluruh keinginan dan kepentingan seluruh pemegang kepentingan (stakeholder).14 Dalam organisasi bisnis,

(41)

29

digambarkan bahwa misi itu bukan hanya sikap dari pemilik saham namun juga seluruh karyawan.

Misi yang baik juga harus menggambarkan resolusi pandangan yang berbeda. Sebuah misi tentunya bukan sekedar pernyataan yang berisi tentang sederatan kalimat yang memotivasi dan menginspirasi. Kalimat-kalimat pernyataan misi itu tentunya dibuat dengan proses diskusi dan negoisasi yang cukup lumayan di antara para manajer organisasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa pernyataan misi itu menggambarkan sebuah kata sepakat diantara para manajer dan para pemangku kepentingan.15

Ciri yang ketiga misi yang baik adalah berorientasi pada pelanggan, bukan sebaliknya yang berorientasi pada produk atau pengembangan pasar. Maksudnya organisasi harus benar-benar mengerti tentang kebutuhan pelanggan sehingga bisa memberikan yang terbaik, yang tertuang dalam pernyataan misi tersebut. David mencontohkan bahwa jangan menawarkan pakaian tapi tawarkan penampilan yang baik. Intinya adalah jangan menawarkan benda tapi tawarkan ide, suasana dan pelayanan yang bermanfaat. 16

Keempat, misi yang baik itu menggambarkan deklarasi kebijakan sosial. Menurut David, misi bisnis mengandung tanggung jawab sosial terhadap lingkungan sosialnya. Seluruh kegiatan bisnis,

(42)

30

mulai dari manajerial, operasi dan distribusi berdampak pada lingkungan sekitar perusahaan. Sehingga menjadi kewajiban moral bagi perusahaan untuk andil dalam kesejahteraan sosial di lingkungan sekitarnya , yang ini semua tertuang dalam pernyataan misinya.17

b. Mengenali Peluang dan Ancaman Ekternal Perusahaan

Mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan dalam istilah bisnis banyak dikenal sebagai audit eksternal. Jadi dalam audit eksternal ini kita bukan sekedar melakukan list panjang semua variabel eksternal yang mungkin saja berpengaruh dalam organisasi. Sehingga tujuan dari audit eksternal adalah mengenali peluang yang bisa dimanfaatkan dan menghindari faktor yang bisa menjadi ancaman bagi organisasi.18

Peluang adalah sebuah kondisi utama yang menguntungkan dalam lingkungan sebuah perusahaan atau organisasi.19 Sedangkan

ancaman adalah sebuah kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi. Kondisi itu menghambat tercapainya tujuan.20

17 Ibid., 89. 18 Ibid., 104.

19 Jhon A. Pearce II, Ricard B. Robinson Jr, Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi dan

Pengendalian Edisi 12–Buku 1 terj. Nia Pramita Sari (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 156.

(43)

31

Variabel eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar: (1) ekonomi; (2) sosial, budaya, demografi dan lingkungan; (3) politik, pemerintah dan hukum; (4) teknologi dan (5) pesaing.21

Perkembangan ekonomi sebuah negara mempengaruhi perencanaan strategis sebuah organisasi atau perusahan. Kondisi-kondisi inflasi, suku bunga naik, nilai mata uang menurun atau menguat, ini sangat berpengaruh pada pemetaan yang dilakukan organisasi. Misalkan dalam bisnis, ketika suku bunga naik, maka penambahan modal tidak dimungkinkan.22

Perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan berdampak besar pada operasi sebuah perusahan, mulai dari produk, jasa dan pelanggannya.23 Ini memberikan dampak yang cukup

signifikan sebab perubahan sosial dan budaya itu mempengaruhi perubahan pasar. Jika pasar berubah maka bisa mempengaruhi produk yang dijual oleh perusahaan.24

Kebijakan atau situasi politik baik di dalam maupun di luar negeri bisa memberikan pengaruh bagi sebuah organisasi dalam menetapkan sebuah perencanaan strategis. Disadari bahwa pemerintah merupakan pihak yang mengatur jalannya roda hidup bernegara termasuk didalamnya aturan tentang organisasi maupu perusahaan.

21 David, Manajemen Strategis, 104. 22 Ibid., 109.

(44)

32

Sehingga setiap kebijakan pemerintah pasti memberikan efek baik langsung maupun tidak langsung bagi organisasi.25

Variabel teknologi bisa menjadi kondisi yang mengancam dan menjadi peluang bagi perusahaan. Kemajuan teknologi juga bisa mengurangi biaya produksi ketika ditemukan teknologi yang semakin canggih dan mengurangi rangkaian produksi yang panjang. Dalam bisnis juga, kemajuan teknologi bisa mengembangkan pasar, menghilangkan jarak antara penjual dan pembeli dengan adanya pasar on line. Namun tidak semua perusahaan selalu dipengaruhi dengan kemajuan teknologi ini misalkan perusahaan kehutanan, tekstil dan logam.26

Mengetahui dan mengumpulkan informasi tentang pesaing juga akan mempengaruhi perencanaan strategis yang dibuat oleh organisasi.27

c. Menilai Kekuatan dan Kelemahan Internal Perusahaan

Mengenali, mengidentifikasi dan menilai kekuatan dan kelemahan internal perusahaan atau organisasi dikenal juga dengan istilah audit internal. Kekuatan-kelemahan internal digabung dengan ancaman-peluang eksternal dengan pernyataan misi yang jelas memberikan dasar untuk menetapkan sasaran dan strategi bagi organisasi.

(45)

33

Audit internal dilakukan pada bidang-bidang fungsional sebuah perusahaan atau organisasi. Secara umum bidang fungsional itu meliputi manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan dan sistem informasi komputer.

Bidang fungsional pada setiap organisasi atau perusahaan tentunya berbeda, mengikuti jenis organisasi atau perusahaan tersebut. Misal rumah sakit, universitas dan kantor pemerintahan memiliki bidang fungsional yang berbeda dengan perusahaan besi-baja, mobil dan motor. Dalam sebuah rumah sakit misalnya bidang fungsionalnya termasuk kardiologi, hematologi, perawatan dan lain sebagainya.

Demikian juga dengan titik kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap organisasi pasti juga berbeda-beda. Misalkan perusahaan manufaktur lebih kuat dalam operasi dan lemah dalam informasi.28

Penjelasan lain tentang makna kekuatan adalah sebuah keunggulan dari perusahaan atau organisasi yang berupa kapasitas sumber daya, ketrampilan dan kebutuhan dari pasar yang diberikan oleh perusahaan. Sedangkan kelemahan adalah sebuah keterbatasan atau kekurangan dalam hal kapasitas sumber daya, kemampuan dalam

(46)

34

mencapai kinerja yang efektif dalam sebuah perusahaan atau organisasi.29

d. Menetapkan Sasaran Jangka Panjang

Sasaran jangka panjang menggambarkan hasil spesifik yang diharapkan dari pelaksanaan misi organisasi. Makna jangka panjang ini memiliki rentang waktu sekitar dua sampai lima tahun. Sasaran ini diperlukan sebagai petunjuk, pedoman, menciptakan sinergi, menjadikan prioritas dan memfokuskan manajemen organisasi. Sasaran itu harus dapat diukur dan juga terikat oleh waktu.30

Sasaran yang jelas dan disosialisasikan pada seluruh anggota organisasi dapat menciptakan kesuksesan organisasi. Sasaran ini bisa membuat setiap pihak bisa menempatkan posisi atau peran masing-masing terhadap pencapaian tujuan. Sasaran ini juga sebagai dasar pijakan bagi manajemen untuk mengambil sebuah keputsuan. Sasaran ini juga menggambarkan prioritas organisasi bahkan bisa menjadi pendamai bagi pihak yang berkonflik. Sasaran juga dipakai untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh individu, kelompok dan departemen dan organisasi. Sehingga tanpa sasaran jangka panjang organisasi akan kehilangan arah tujuan.31

29Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik (Binarupa

Aksara, 1996), 68.

(47)

35

e. Menghasilkan Strategi Alternatif dan Memilih Strategi

Proses menjalankan langkah kelima ini masih hampir sama dengan langkah-langkah sebelumnya yakni dengan melibatkan para manajer dan anggota organisasi dalam sebuah rapat. Semua peserta rapat harus membawa serta laporan audit eksternal dan internal. Informasi ini, ditambah dengan pernyataan misi dan sasaran organisasi akan membantu peserta mengkristalkan dalam benak meraka startegi tertentu yang mereka yakini paling bermanfaat bagi organisasi. Pertimbangan dalam memilih dan menetapkan strategi dengan melihat kelebihan dan kekuarangan, untung ruginya, manfaat dan resiko yang didapat.32

(48)
[image:48.595.97.505.120.606.2]

36

Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Lengkap33

33 Ibid., 14.

Mengembangkan Pernyataan Misi

Melakukan Audit

Eksternal Melakukan Audit Internal

Menetapkan Sasaran Jangka Panjang

Memilih Strategi

Menetapkan kebijakan dan Sasaran Tahunan

Mengalokasikan Sumberdaya

(49)

37

B. Lokalisasi

1. Definisi Lokalisasi

Makna lokalisasi adalah pembatasan daerah pelacuran. Ada berbagai alasan lokalisasi pelacuran itu dilakukan, mulai dari mengurangi atau menghilangkan pelacuran jalanan dan pelacuran di tengah kota yang bisa menimbulkan kesan dan dampak negatif.34

Keberadaan lokalisasi berawal dari adanya kegiatan pelacuran yang tidak mungkin untuk dihapus sebab pelacuran itu sudah lama, sudah ada sejak dulu. Sehingga lokalisasi ini dianggap sebagai sebuah pemecahan akhir yang sempurna.35

Menurut Siregar, lokalisasi adalah sebuah gambaran masyarakat yang didalamnya banyak terjadi pelanggaran baik norma sosial, hukum dan agama. Disana banyak dijumpai kegiatan seks bebas dan berbagai peristiwa mulai dari penganiayaan, pemerasan, peredaran narkoba, minuman keras dan berbagai kejahatan yang lain.36

Terrence Hull memaknai lokalisasi sebagai sebuah wadah yang dibangun oleh pemerintah. Ini merupakan bagian dari kampanye sosial. Biasanya lokalisasi itu terdiri dari wisma-wisma yang dikuasai oleh seorang germo atau mucikari. Disana tersedia berbagai wanita dengan

34 Soedjono D, Pelacuran Ditinjau dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam Masyarakat (Bandung:

PT Karya Nusantara, 1977), 138.

35 Yogig Sugianto, Totok Suyanto, “Upaya Pemerintah jombang Dalam Membina Moral

Masyarakat Di Daerah Sekitar Lokalisasi Klubuk Kelurahan Sukodadi Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang”, Kajian Moral dan Kewarganegaraan, Vol.02, No. 03 (2015), 912.

36 Thahjo Purnomo Siregar, Dolly-Membedah Dunia Pelacuran Surabaya, Kasus Kompleks

(50)

38

berbagai karakter dan asal daerah. Berikut tujuan diadakannya lokalisasi menurut Kartono adalah:

a. Untuk menghindarkan masyarakat umum terutama anak-anak dari pengaruh kegiatan yang tidak bermoral dan wanita-wanita dari laki-laki yang tidak baik.

b. Memudahkan kontrol dan pengendalian terhadap kesehatan WTS dan penyebaran penyakit kelamin.

c. Mencegah eksploitasi yang berlebihan terhadap WTS.

d. Memudahkan membangun mental para WTS dalam usaha rehabilitasi dan resosialisasi.

e. Bahkan memungkinkan dicarikan pasangan hidup bagi WTS.37

2. Sejarah Lokalisasi Indonesia

Pada masa kerajaan seorang raja memiliki permaisuri dan juga selir. Permaisuri ini merupakan istri resmi sedangkan selir ini bisa dikatakan istri yang tidak resmi. Selir-selir ini merupakan hadiah dari para bangsawan ataupun dari kerajaan lain. Permaisuri inilah yang nantinya akan tinggal di istana kerajaan.

Selir yang banyak bisa memperkuat sistem keamanan kerajaan. selir ini menyebar pada beberapa daerah atau wilayah kerajaan. Selir-selir ini akan memiliki fungsi ganda sebagai mata-mata bagi raja. Semakin banyak informasi yang masuk pada raja, semakin raja bisa mengetahui

37 Nida Issabela, Wiwin Hendriani, “Resiliensi pada Kelurga yang Tinggal di Lingkungan

(51)

39

perkembangan kerajaannya termasuk keamanan kerajaan. Sehingga ini bisa menjadi antisipasi kemanan yang bagus. Jangan sampai pemberontakan itu terjadi. Pemberontakan itu akan bisa dilumpuhkan lebih dulu.

Istilah selir berubah menjadi seks yang diperdagangkan pada masa Belanda. Industri seks ini banyak terjadi di area pelabuhan, tempat singgah pertama kali mereka. Perdagangan seks itu mulai dilegalkan pada tahun 1852 oleh pemerintah. Pelegalan ini disertai dengan beberapa aturan untuk menghindari tindak kriminalitas.38

Lambat laun perdagangan seks itu berubah istilah menjadi Wanita Publik. Kemudian berubah lagi menjadi Wanita Tuna Susila (WTS) dan yang terakhir adalah Pekerja Seks Komersil (PSK). Namun perubahan istilah ini tidak diketahui persis pada tahun kapan.

Ada beberapa pasal yang mengatur perdagangan seks ini. Misalkan pada tahun 1852, terdapat pasal yang mengatur tentang Wanita Publik yang terdaftar diwajibkan memiliki kartu kesehatan dan secara rutin setiap minggu menjalani pemeriksaan untuk mendeteksi adanya penyakit sipilis atau penyakit kelamin lainnya. Pada tahun 1875, para petugas kesehatan bertanggung jawab untuk memeriksa kesehatan para wanita publik. Ini

38 Mujib Ridlwan, “Resiliensi Berbasis religi Bagi Mantan PSK dan Mucikari Pasca Penutupan

(52)

40

dilakukan sebagai bentuk pengawasan supaya penyakit itu tidak tersebar luas.39

Jumlah para WTS itu semakin bertambah pada awal abad 19 meski penyakit kelamin semakin mewabah. Pada saat itu banyak dibuka area perkebunan dan pabrik-pabrik gula akibat perubahan hukun agraria saat itu. Dengan dibukanya perkebunan dan pabrik-pabrik gula ini banyak para pekerja yang masih muda, yang ini memancing semakin banyaknya WTS ini.40

3. Lokalisasi Sebagai Patologi Sosial

Sebuah masyarakat terdiri dari beberapa unsur yakni moral, politik, ekonomi, pendidikan, hukum, agama, budaya dan unsur yang lain. Unsur ini saling terkait satu sama lain. Jika terjadi sebuah perubahan sosial maka masyarakat akan melakukan penyesuaian. Penyesuain yang dilakukan bisa mencapai titik keseimbangan, namun bisa pula masyarakat tidak mampu untuk melakukan penyesuaian itu. Ketidaksesuaian ini bisa mengakibatkan ketegangan hubungan individu dan sosial dalam sebuah masyarakat. Dalam hal ini maka bisa dikatakan bahwa masyarakat sedang sakit (disorganisasi sosial).41

J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa patologi sosial itu bisa berupa disiplin ilmu atau penyakit sosial itu sendiri. Dikatakan sebagai disiplin ilmu sebab patologi sosial itu membahas tentang sebab-sebab

39 Ibid., 5. 40 Ibid.,6.

(53)

41

munculnya penyakit sosial dan usaha-usaha untuk memperbaiki. Patologi sosial itu juga bisa merujuk pada realitas penyakit-penyakit yang ada di masyarakat seperti kemiskinan, penganguran, pelacuran dan lain sebagainya.42 Sehingga dalam hal ini, keberadaan lokalisasi dalam sebuah

masyarakat bisa dikatakan sebagai patologi sosial sebab membuat ketegangan antara mereka yang sepakat dan yang tidak. Kondisi pro kontra ini menimbulkan ketidakseimbangan dan ketidakharmonisan dalam sebuah masyarakat.

C. Penutupan Lokalisasi

1. Pandangan Pro Kontra terhadap Penutupan Lokalisasi

Pandangan yang pro terhadap penutupan lokalisasi memiliki pandangan bahwa prostitusi adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM dan bentuk kekerasan terhadap perempuan dan dianggap bagian dari perdagangan dan eksploitasi seksual dan ekonomi. Dengan dasar argumen bahwa negara telah melanggar hak warga negaranya terutama perempuan dan anak miskin karena mereka tidak bisa menikmati haknya, terutama hak ekonomi dan sosial (pendidikan, kesehatan). Hal inilah penyebab utama jatuhnya perempuan dan anak dalam jurang prostitusi. Selain itu juga ada yang menjadi faktor pendorong utama yaitu kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.

(54)

42

Karena itu mereka menggunakan istilah Prostituted Women atau Perempuan yang Dilacurkan (disingkat dengan Pedila) untuk menyebut perempuan yang dipekerjakan dalam industri prostitusi. Karena diyakini bahwa sejatinya tidak pernah ada perempuan yang sukarela bekerja di dunia prostitusi, sistem yang tidak adillah yang “menjatuhkan” mereka ke jurang yang penuh eksploitasi dan kekerasan tersebut.43

Sedangkan pandangan yang kontra terhadap penutupan lokalisasi memberikan argumen bahwa jika sebuah lokalisasi prostitusi ditutup maka dapat dipastikan akan muncul lokalisasi ditempat lain. Ini dikenal sebagai teori pencet balon. Teori ini bisa dibenarkan jika upaya penutupan itu dilakukan secara parsial dan tidak menyeluruh.44

2. Penutupan Lokalisasi sebagai Bentuk Dakwah Bil Hal

Dakwah dalam Al Quran memiliki makna mengajak pada kebaikan45, sebagaimana yang tercantum pada surat Ali Imron ayat 10446:

               

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

(Q.S Ali Imron: 104)

43 Soka Handinah Katjasungkana, Penutupan Lokalisasi Dolly dan Industri Seks dalam

http://www.jurnalperempuan.org/blog/penutupan-lokalisasi-dolly-dan-industri-seks (8 Juni 2014)

44 Sunarto, Dakwah Networking: Runtuhnya 47 Lokalisasi di Jawa Timur (Yogyakarta: K-Media,

2017), 60.

45 Aswadi, Dakwah Progresif Perspektif Al-Qur’an (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya, 2016), 31.

(55)

43

Ada tiga pendekatan dalam berdakwah yakni dengan lisan, tulisan dan perbuatan. Dakwah dengan lisan berarti menggunakan ujaran-ujaran yang baik dan memotivasi. Dakwah dengan tulisan berarti menggunakan media-media yang tertulis seperti buku, brosur dan media elektronik. Sedangkan dakwah dengan perbuatan berarti lebih pada aksi nyata. Misalkan menyantuni fakir miskin, menciptakan lapangan pekerjaan dan sebagainya.47 Dengan demikian penutupan sebuah lokalisasi dengan

berbagai usahanya merupakan salah satu bentuk dakwah yang berupa perbuatan, yakni mengajak para WTS dan mucikari untuk meninggalkan lembah hitam untuk hidup mulia, berakhlak dan sejahtera dengan diberikan nilai-nilai ruhani, bekal ketrampilan hidup dan modal usaha.

47 Akhmad Sagir, “Dakwah Bil Hal: Prospek dan Tantangan Dai” AlhadharahJurnal Ilmu

(56)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Profil IDIAL MUI JATIM

1. Sejarah Terbentuknya

Latar belakang didirikanya Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL)

MUI Jatim adalah sebagai upaya untuk melakukan kerjasama dengan

Pemerintah provinsi Jawa Timur, Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Jawa

Timur dan segenap elemen masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi

terhadap penataan lingkungan yang bersih dari kegiatan prostitusi dan

asusila, baik di tingkat Provinsi maupun Kota Di Jawa Timur, khususnya

yang ada di lokalisasi prostitusi.

Merebaknya lokalisasi prostitusi membuat sebagian pendakwah

(ustadz dan ulama) berfikir dan bertindak. Upaya mencegah lokalisasi

prostitusi agar tidak semakin bertambah dan meluas di masyarakat umum.

Pada awalnya dakwah di lokalisasi dilakukan oleh individu (dakwah

fardiyah), yang pada waktu itu dipelopori oleh K.H. Khoiron Syuaib,

Ustad Sunarto AS, Ustad Abu Ali dan Ustad Abdurrahman. Keempat

pendakwah tersebut tergabung dalam seksi kerohanian RW 4 Bangunsari.

Dakwah mereka di lokalisasi Surabaya khususnya Bangunsari dari tahun

1980-an hingga tahun 2012.

Dalam perjalanan dakwahnya, para dai yang ada di lokalisasi

(57)

45

pemerintah setempat, antara lain dengan Majelis Ulama Jawa Timur (MUI

JATIM). Sehingga muncul gagasan bersama untuk mengadakan pelatihan

dai yang pesertanya terdiri dari para utusan dai yang ada di enam lokalisasi

kota Surabaya. Masing-masing lokalisasi mengirimkan 10 orang dai.

Sehingga jumlah keseluruhannya yang ikut pelatihan adalah 50 dai.

Untuk menindaklanjuti para alumni dai tersebut, dengan

kesepakatan MUI lATIM diadakan sebuah pertemuan untuk menghimpum

wadah para dai yang telah dilatih oleh MUI tersebut. Dari beberapa nama

yang diusulkan, disepakati nama IDIAL (Ikatan Dai Area Lokalisasi)

sebagai wadah berhimpun mereka. Untuk memberikan legalitas

kelembagaan, maka pengurus dilantik dan diterbitkan SK oleh Dewan

Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur No.

Kep-02/MUI/JATIM/II/20I2 tentang Susunan Pengurus Ikatan Dai Area

Lokalisasi Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur (IDIAL MUI

JATIM) Masa Khidmat Tahun 2012-2017.1

Dalam perkembangannya, organisasi IDIAL ini mempunyai Visi

yakni, terwujudnya masyarakat makmur dan sejahtera, memperoleh ridlo

dan ampunan dari Allah SWT, mampu menuju masyarakat yang

berkualitas demi terwujudnya kejayaan Islam sebagai manivestasi

komitmen untuk menebar rahmat untuk seluruh alam.

1 Moh. Syahri Sauma, Prostitusi dan Kiai-Dinamika Dakwah Di Lokalisasi Pelacuran Kota

(58)

46

Untuk merealisasikan visi di atas, maka misi IDIAL adalah;

pertama, menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan secara efektif,

dengan menjadikan ulama dan dai sebagai panutan (qudwal al hasunah)

sehingga mampu mengarahkan dan membina umat dalam rangka

menanamkan dan memupuk aqidah dan akhlak masyarakat. Kedua,

melaksanakan dakwah Islamiyah, ‘amar ma’ruf nahi mungkar dalam

mengembangkan perilaku yang baik (akhlaq al karimah), agar

terwujudnya masyarakat berkualitas (Khaira Ummah) dalam berbagai

aspek kehidupan. Ketiga, mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan

kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Wahdah al

Ummah) dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan keempat

adalah mengembangkan dakwah di lokalisasi prostitusi dalam rangka

mengentas PSK, mucikari dan masyarakat yang memiliki ketergantungan

terhadap lokalisasi prostitusi sebagai upaya untuk menata lingkungan

bersih dari asusila.2

2. SK dan Struktur Pengurus IDIAL MUI JATIM tahun 2012-2017

a. SK Pengurus IDIAL MUI JATIM3

SURAT KEPUTUSAN

DEWAN PIMPINAN MAJELIS ULAMA INDONESIA PROPINSI JAWA TIMUR

NO. Kep-02/MUI/JTM/II/20l2 Tentang

(59)

47

SUSUNAN PENGURUS

IKATAN DAI AREA LOKALISASI

MAJELIS ULAMA INDONESIA

PROVINSI JAWA TIMUR

(IDIAL MUI JATIM)

MASA KHIDMAT TAHUN 2012-2017

Menimbang :

1. Bahwa dalam rangka mendukung program pemerintah Provinsi

Jawa Timur menata kota bersih asusila dengan mengentas WTS

dan menutup lokalisasi melalui pendekatan integratif, sinergis dan

holistik, Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur telah

membentuk Ikatan Dai Area Lokalisasi Majelis Ulama Indonesia

(IDIAL-MUI) Provinsi Jawa Timur.

2. Bahwa untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara

efektif perlu segera ditetapkan susunan pengurus Ikatan Dai Area

Lokalisasi Majelis Ulama indonsia (IDlAL-MUI) Provinsi Jawa

Timur.

Mengingat:

Surat Keputusan Musyawarah Nasional VIII Majelis Ulama

(60)

48

Perubahan/Penyempurnaan Wawasan. Pedoman Dasar, dan

Pedoman Rumah Tangga Mejelis Ulama Indonesia.

Memperhatikan :

1. Masukan dan saran dari peserta pelatihan Bina Dai Mandiri MUI

Provinsi Jawa Timur tanggal 14 Agustus 2011 di Pesantren

Roaudlatul Khoir Dupak Bangunsari Surabaya

2. Hasil pertemuan Dewan Pimpinan MUI Provinsi Jawa Timur

tanggal 5 November 2011

Maka dengan bertawakkal kepada Allah SWT

Memutuskan

Menetapkan :

1. Susunan Pengurus Ikatan Dai Area Lokalisasi Majelis Ulama

Indonsia (IDIAL MUI) Provinsi Jawa Timur, masa khidmat th.

2012-2017.

2. Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan sampai dengan

Gambar

Tabel 3.1 Banyaknya Lokalisasi, Mucikari dan Wanita Tuna Susila di Surabaya………………………………………………………………………….59
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Lengkap………………………………36
Gambar 1.1 Kerangka Teoritik Perencanaan Strategis Penutupan Lokalisasi Surabaya
Gambar 2.1 Model Manajemen Strategis Lengkap33
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel data 3 tahun terakhir diatas, menunjukkan bahwa pada rentang waktu 2017 sampai dengan 2019 realisaisi pajak secara kumulatif dibawah 50% hanya

Untuk menegetahu lebih jelas mengenai perbedaan air mineral, air minum dalam kemasan, dan yang lainnya, berikut ini pengertian/definisi air menurut SNI (2006) :Air Minum Dalam

Hasil yang diharapkan dari pengabdian in adalah peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola dan mengolah sampah rumah tangga demi terwujudnya lingkungan yang

Froebel adalah salah seorang pendiri Taman Kanak-Kanak di Jerman dengan konsep belajarnya yang mengetengahkan bahwa pendidikan anak lebih baik diselenggarakan melalui bermain

Penelitian Kepustakaan (Library Research), untuk memperoleh data secara teoritis, maka penulis mengum pulkan bahan dan literatur yang berhubungan dengan masalah ppembinaan anak

terlihat bahwa ada delapan kultivar yang mempunyai respon positip akibat perlakuan inokulasi rhizobium menyebabkan fiksasi nitrogen meningkat (berdasarkan hasil pengamatan

implementasi strategi bisnis terhadap kinerja perusahaan garmen. yang beorientasi ekspor di

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 74 responden, remaja putri yang memiliki pola menstruasi tidak normal mengalami anemia sebanyak 10 orang