• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN POLA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 69

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN POLA

MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI

SMA NEGERI 5 PEKANBARU TAHUN 2015

Erma Kasumayanti

Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara global banyak ditemukan diberbagai negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau 30% dari populasi dunia.Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang anemia dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada repaja putri di SMA Negeri 5 Pekanbaru tahun 2015. Jenis penelitian ini deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII di SMA Negeri 5 Pekanbaru berjumlah 285 orang, sedangkan sampel pada penelitian ini sebanyak 74 orang dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18- 21 September 2015 dengan penyebaran kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Berdasarkan uji statistik, di dapatkan hasil bahwatidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia (p-value =0.129,) dan ada hubungan yang bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian anemia ( p-value=0,0001).Diharapkan bagi sekolah untuk dapat menyediakan fasilitas konseling dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan konseling mengenai anemia dan kesehatan reproduksi khususnya tentang pola menstruasi

Kata Kunci : Anemia, Pengetahuan, Pola Menstruasi

(2)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 70

PENDAHULUAN

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal, kadar hemoglobin normal umumnya berbeda pada laki-laki dan perempuan, untuk pria, anemia biasanya didefinisikan sebagai hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml dan pada wanita sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml (Proverawati, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara global banyak ditemukan di berbagai negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau 30% dari populasi dunia (Lilis, 2011 ).

Masa remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berkisar antara 10-19 tahun, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-peubahan pekembangan baik fisik atau mental, maupun peran sosial, (Kumalasari, 2012).

Anemia dapat menimbulkan berbagai dampak pada remaja putri antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudahterkena penyakit, menurunnya aktivitas dan prestasi belajar. Remaja putriyang menderita anemia kebugarannya juga akan menurun, sehingga menghambat prestasi olahraga dan produktivitasnya. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang sangat cepat, kekurangan zat besi pada masa ini akanmengakibatkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Arisman, 2004).

Anemia pada remaja dapat berdampak pada penurunan produktivitas, aktifitas atau kemampuan akademis di sekolah, karena tidak bergairah dan konsentrasi

(Aryani, 2010).Remaja putri berisiko lebih tinggi dari pada remaja putra, oleh karena remaja putri setiap bulannya mengalami siklus haid (menstruasi) sehingga membutuhkan zat besi 2 kali lebih banyak dari pada pria. Tanda-tanda anemia sering dikenal dengan 5 L yaitu Lemah, Letih, Lesu, Lelah dan lunglai (Proverawati, 2009).

Menurut Aryani (2010), penyebab anemia pada remaja adalah kurangnya asupan gizi, serta pengetahuan kurang tentang anemia. Faktor terkait yamg lain ialah pengetahuan remaja sangat minim sehingga sulit untuk memilih dan mengkonsumsi makan yang mengandung zat besi bagi mereka, banyak remaja putri yang memiliki persepsi yang salah tentang makanan, sehingga menghamburkan uang untuk mengkonsumsi makanan yang tidak berguna untuk pemenuhan gizinya (Andriana, 2009).

Menurut World Health

Organization(WHO) dalam Rahayuni (2012), masalah gizi remaja di Asia Tenggara adalah Anemia yaitu 25-40% remaja putri mengalami kejadian anemia tingkat ringan sampai berat. Anemia karena kurang asam folat 5-10%. Kekurangan Vit B12 6-12%. Anemia zat besi masih lazim terjadi di negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

Hasil data survei Depkes RI Tahun 2012, menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia masih cukup tinggi. Anemia pada balita 40,5%, pada ibu hamil 50,5%, pada ibu nifas 45,1%, dan remaja putri usia 10-18 tahun 57,1%, dan usia 19-45 tahun 39,5%. Dari semua kelompok umur tersebut, wanita memiliki resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri(Febriany, 2013).

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kejadian anemia, penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, dan menstruasi dengan 1

(3)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 71 kejadian anemia. Dari penelitian

Lakasananno (2009) tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya anemia defisiensi besi pada remaja putri di SMU Muhammadiyah Kota Tegal, didapati pada faktor pengetahuan, resiko terjadinya anemia defisiensi besi pada remaja yang memiliki pengetahuan buruk 3,813 kali lebih besar dibandingkan yang pengetahuan baik. Pada faktor menstruasi, resiko terjadinya anemia defisiensi besi pada remaja yang memliki siklus menstruasi dan lama menstruasi tidak normal 6,083 kali lebih besar dibandingkan remaja yang memilki siklus menstruasi dan lama menstruasi normal.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2014 diketahui bahwa kejadian Anemia pada remaja putri masih banyak yaitu (57,8%). sedangkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru didapatkan rekapitulasi kejadian anemia pada tabel berikut ini

Tabel 1.1

Rekapitulasi Hasil Penjaringan Kesehatan angka kejadian anemia pada remaja di Kabupaten/Kota Pekanbaru Tahun 2014

No Nama Puskesmas Kejadian Anemia 1. Langsat 15 2. Melur 7 3. Senapelan 31 4. Rumbai 58 5. Karya Wanita 18 6. Umban Sari 11 7. Pekanbaru Kota 6 8. Limapuluh 23 9. Sail 63 10.Simpang tiga 14 11.Garuda 79 12.Harapan Raya 4 13.Rejosari 71 14.Teneyan Raya 6 15.Payung Sekaki 7 16.Sidomulyo 5 17.Sidomulyo Rawat Inap 2 18.Muara Fajar 1 19.Simpang Baru 0 20.Rumbai Bukit 5 Total 426

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru

Setelah dilihat dari hasil rekapitulasi penjaringan kejadian anemia yang paling banyak terjadi adalah di Puskesmas Garuda, SMA N 5 pekanbaru adalah SMA N yang masuk didalam wilayah kerja puskesmas garuda, mayoritas siswa dan siswi yang ada di SMA N 5 pekanbaru adalah remaja yang tinggal di wilayah tersebut, SMA N 5 pekanbaru juga merupakan SMA N yang memiliki jumlah siswa dan siswi paling banyak diantara SMA N yang lain.

Dari survei awal kepada pihak sekolah SMA Negeri 5 Pekanbaru yaitu dengan mewawancarai kepala sekolah yang bersangkutan, diketahui bahwa disekolah tersebut tidak dilakukan penyuluhan tentang anemia. Selanjutnya, informasi dari pihak Unit Kesehatan sekolah (UKS) diketahui bahwa sering terdapat siswi yang memiliki tanda-tanda terlihat lemah, pucat, pusing yang sering masuk UKS. Pihak sekolah juga menyebutkan setiap upacara selalu banyak siswi yang pingsan, Setelah dilakukan wawancara terhadap 20 orang siswi dan dilakukan pemeriksaan Hb sahli didapati 14 diantaranya mengalami tanda-tanda anemia, dari beberapa remaja putri yang diwawancara masih banyak siswi yang belum mengetahui tanda dan gejala anemia, siswi juga mengatakan bahwa cepat lelah dan sulit berkosentrasi hal ini menunjukkan bahwa masih kurang nya pengetahuan siswi tentang tanda gejala anemia, siswi juga mengatakan lebih sulit berkonsentrasi didalam belajar dan cepat lelah ketika mereka sedang menstruasi.

Berdasarkan masalah di atas maka penliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang anemia dan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 5 Pekanbaru Tahun 2015.

(4)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 72

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi yang dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI dan XII di SMA Negeri 5 Pekanbaru berjumlah 285 orang,sedangkan sampel pada penelitian ini sebanyak 74 orang dengan menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18- 21 September 2015 dengan penyebaran kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanggal 18-21 september tahun 2015 dengan jumlah responden 74 orang didapatkkan hasi:

A. Analisa Univariat

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Anemia Pada

Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden, mengalami anemia yaitu sebanyak 40 orang (54,1%).

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dengan

Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Kurang 29 39,2 %

2 Baik 45 60,8%

Total 74 100 %

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 74 responden,

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (39,2%).

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Resonden Berdasarkan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015 No Pola Menstruasi Frekuensi Persentase 1 Tidak Normal 32 43,2 % 2 Normal 42 56,8 % Total 74 100 %

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2015

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden, memiliki pola menstruasi tidak normal yaitu sebanyak 32 orang (43,2%). B. Analisis Bivariat

Analisa bivariat ini memberi gambaran hubunganpengetahuan dan pola menstuasi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 5 pekanbaruTahun 2015. Analisa bivariat ini menggunakan uji chi-square, sehingga dapat dilihat hubungan antara kedua variabel tersebut. Hasil analisis disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 : Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2015

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 74 responden, remaja putri yang berpengetahuan baik mengalami anemia sebanyak 28 orang (24,3%), di dapatkan hasil p-value =0.129, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia.

No Anemia Frekuensi Persentase

1 Anemia 40 54,1 % 2 Tidak Anemia 34 45,9 % Total 74 100 % Pengetahuan Kejadian Anemia Total P value Anemia Tidak Anemia N % n % % Kurang 12 41,4 17 58,6 100 0.129 Baik 28 62,2 17 37,8 100 Total 40 103,6 34 96,4 100

(5)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 73

Tabel 4.5 : Hubungan Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Sumber : Penyebaran Kuesioner, 2015

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa remaja putri yang memiliki pola menstruasi tidak normal mengalami anemia sebanyak 10 orang (17,7%), dengan nilai p-value=0,0001 artinya ada hubungan yang bermakna antara pola menstruasi dengan kejadian anemia.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan uji statistik, di dapatkan hasil p-value =0.129, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian anemia.

Menurut Eva (2010), bahwa pengetahuan menyangkut banyak hal, pengetahuan yang baik belum tentu menjamin seseorang untuk tidak terkena anemia, ada faktor lain seperti remaja putri tinggal di kost yang kurang memperhatikan kebutuhan gizinya,selain itu keinginan untuk memiliki tubuh yang langsing sehingga membatasi makan makanan yang menunjang untuk memenuhi kadar haemoglobinnya, sehingga masih banyak remaja yang mengalami anemia, meskipun pengetahuan dan pemahamannya tentang anemia atau gizi baik.

Dari beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tidak selalu berhubungan dengan

kejadian anemia seperti hasil penelitian gunatmaningsih (2007) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 kecamatan jatibarang kabupaten brebes, hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,416, berarti pada α = 5 % dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Hapizah dan Yulita (2011) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan status gizi terhadap kejadian anemia remaja putri pada siswi kelas III di SMA N 1 Tinabung kabupaten polewali Mandar. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,258, berarti pada α = 5 % dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian anemia.

Berdasarkan dari beberapa teori dan hasil penelitian terkait, dapat disimpulkan bahwa bukan pengetahuan saja yang mempengaruhi kejadian anemia, sehingga pengetahuan baik belum tentu menjamin seseorang untuk terkena anemia, bisa saja factor lain yang mempengaruhi, seperti pola makan yang tidak baik, ekonomi keluarga, atau tidak suka sayuran sehingga tidak zat gizi tidak terpenuhi, hal ini juga berpengaruh dengan anemia.

2. Hubungan Pola menstruasi Terhadap Kejadian Menstruasi Pada Remaja Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 74 responden, remaja putri yang memiliki pola menstruasi tidak normal mengalami anemia sebanyak 10 orang (17,7%), dengan nilai p-value=0,001 berarti ada hubungan antara pola menstruasi terhadap kejadian anemia pada remaja putrid di SMAN 5 Pekanbaru tahun 2015.

Dari beberapa teori menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia. Pola Menstruasi Kejadian Anemia Total P value Anemia Tidak Anemia N % n % Tidak Normal 10 31,2 22 68,8 100 0.001 Normal 30 71,4 12 28,6 100 Total 40 102, 6 34 97,4 100

(6)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 74 Menurut teori Guyton dan Hall (1997)

dalam gutmaningsih tahun 2007 yang menjelaskan bahwa menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila terjadi kehamilan. Pada menstruasi tidak normal sering terjadi kehilangan darah yang kronis, sehingga penderita sering kali tidak dapat mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk haemoglobin secepat darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit haemoglobin, menimbulkan keadaan anemia bagi penderitanya.

Fungsi gizi sangat erat kaitannya dengan kesahatan saat menstruasi karena zat gizi mempengaruhi seluruh proses yang terdapat dalam tubuh saat terjadinya menstruasi, seperti aliran darah, hormon, daya tahan tubuh, dan emosi. Semua zat gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, bahkan serat, berperan penting dalam pengaturan fisiologis seorang wanita menjelang menstruasi dan saat menstruasi (Devi, 2012).

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa memang ada hubungan antara pola menstruasi dengan kejadian anemia, seperti penelitian yang dilakukan oleh Farida (2006) tentang “Determinan kejadian anemia pada remaja putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus”, menemukan bahwa resiko terjadinya anemia pada remaja putri dengan pola menstruasi tidak normal jauh lebih besar dibandingkan remaja putri dengan pola menstruasi normal. Hasil uji Chi-Squre membuktikan ada hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri (p-value=0,001).

Penelitian Adriana (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian Anemia Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Negeri 2 Bogor, hasil uji statistik didapatkan hasil penelitian p = 0,028, berarti pada α = 0,05% dapat

disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara menstruasi remaja putri dengan kejadian anemia. Hasil penelitian Farida (2006) Tentang Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Dikecamatan Gebog Kabupaten Kudus juga diketahui bahwa resiko terjadinya anemia pada remaja putri dengan pola menstruasi tidak normal, hasil uji statistik membuktikan adanya hubungan pola menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri ( p = 0,001).

Berdasarkan dari beberapa teori dan hasil penelitian terkait, dapat disimpulkan bahwa menstruasi memiliki hubungan dengan kejadian anemia, karena kehilangan darah dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan anemia, bila tidak diimbangi dengan asupan makanan yang sesuai. Perdarahan yang tidak normal pada remaja putri bisa menyebabkan anemia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar remaja putri SMA N 5 pekanbaru tahun 2015 berpengetahuan baik.

2. Sebagian besar remaja putri SMA N 5 pekanbaru tahun 2015 memiliki pola menstruasi yang normal.

3. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian anemia pada remaja putri SMA N 5 pekanbaru tahun 2015 4. Ada hubungan pola menstruasi dengan

kejadian anemia pada remaja putri SMA N 5 pekanbaru tahun 2015 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :

(7)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 75 Mengingat masih banyak nya pola

menstruasi remaja putri yang tidak normal, ada baiknya sekolah membuka fasilitas konseling dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan untuk melakukan konseling tentang anemia dan kesehatan reproduksi khususnya tentang pola menstruasi. 2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian dengan desain yang berbeda yang berhubungan dengan kejadian anemia. DAFTAR PUSTAKA

Adriana, (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan kejadian anemia remaja putri dimadrasah Aliyah Negeri 2 Bogor tahun 2010, diperoleh 25 mei 2015 dari. http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id

Aditian, N.(2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadia anemia defesiansi besi pada remaja putri DI SMA 21 Jakarta.diperoleh tanggal

26 mei 2015 dari

http://lontar.ui,ac.id

Andira, (2009). Gizi pada remaja dan permasalahannya. Jakarta: Rieneka Cipta.

Anong, (2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Aryani. (2009). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Salemba Medika. Bahiyatun. (2011), Psikologi Remaja,

Jakarta: Persada.

Dilla, N. (2009). Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 18 Kota Bogor tahun 2009. Dwi. (2012). Hidup Sehat Berdasarka

Golongan Darah. Jakarta: Dukom

Farida, I. (2006). Detarminan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Diakses tanggal 12 mei 2015 dari http://aprints.undip.ac.id. Gutnamaningsih, D. (2007). Faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 kecamatan jatibarang kabupaten brebes tahun 2007. Diperoleh tanggal 18 mei 2015 dari http://lib.unnes.ac.id.

Handayani. (2008). Kesehatan remaja, Jakarta: Salemba Medika

Hapzah, (2012). Hubungan pengetahuan dan status gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri siswi kelas III di SMA N 1 tinambung kabupaten pelowali mandar tahun 2012.

Hidayat, A.A. (2014). Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika, Jakarta.

Iskandar, (2010). Metodelogi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif) Dan Kuantitatif. Gaung Persada Press (Gp Press), Jakarta

Kusmiran, (2012). Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika.

Laksamono, G.S. (2009). Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya anemia defesiensi besi pada remaja putri di SMU muhammadiyah kota tegal. Diperoleh tanggal 2 juni 2015 dari http://lontar.ui.ac.id.

Laila, (2012), masalah kesehatan pada remaja. Jakarta: Rienika Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi

penelitian kesehatan. jakarta: Rineka cipta.

(8)

Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai Riau | 76 Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan

Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Nadia (2011), kesehatan remaja golongan darah. Jakarta: Persada.

Proverawati. (2009). Kesehatan masyarakat : ilmu dan sni, Jakarta: Rieneka Cipta.

Proverawati. (2011).kesehatan remaja problem, jakarta: salemba Medika. Proverawati. (2012). Anemia, Jakarta:

salemba medika.

Rahayuni. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada siswi di SMA kabupaten rokan hilir tahun 2012. Sumiati. Ddk, (2009). Ilmu kesehatan

masyarakat : teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Tenri, Y. (2013). Hubungan pengetahuan asupan gizi dan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA kabupaten kepulauan selayar tahun 2013.

Wijaya, Y. (2007). Anemia defesiensi zat besi. Diperoleh 02 juni 2015 dari http://last3arthtree.files.wordpress.co m/2009/02/anemia-defesiensi-zat-besi.pdf.

Gambar

Tabel 4.4 : Hubungan Pengetahuan Dengan  Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di  SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015
Tabel  4.5  :  Hubungan  Pola  Menstruasi  Dengan  Kejadian  Anemia  Pada  Remaja  Putri di SMAN 5 Pekanbaru Tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap tingkat kesukaan donat ubi jalar yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan penambahan surimi lele dumbo pada donat ubi

4) Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari setiap titik yang sama. Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan Oksigen Terlarut Pengambilan

Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah sebagai Strategi Pendampingan Program Upsus (Studi Kasus di Kabupaten Jepara) ( Sodiq Jauhari dan Hairil Anwar

Daging dapat berasal dari berbagai jenis hewan ternak atau ikan. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk dari hasil pengolahan jaringan

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar.Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), keterampilan

untuk tenaga baby sitter dilakukan upaya pengkajian terhadap draf Standar Kompetensi Kerja Nasional In- donesia (SKKNI) untuk baby sitter pemula, pencarian berbagai draft standar

RANCANGAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN MENGGUNAKAN MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0.. PADA SMP NEGERI

 Semua teman-teman seperjuangan ku dalam menyelesaikan pendidikan D3 jurusan teknik Elektro program studi teknik Listrik Angkatan 2011 khususnya kelas 6ELA, serta seluruh