• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Mar’atul Muslimah (B03213014), Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres Seorang Istri Karena Suami Terkena Stroke di Desa Peganden Manyar Gresik

Fokus penelitian ini adalah : (1) Bagaimana proses bimbingan dan

konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri

karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik? (2) Bagaimana hasil dari proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk

mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Metode

pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada konseli dan

informan. Kemudian hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bab penyajian data

dan analisa data. Adapun hasil penelitian ini bahwa seorang istri dengan suami

stroke mengalami gejala-gejala stres dirasakan meliputi sedih, tidak bersemangat, putus asa, mudah marah, lelah, bosan dalam melakukan perawatan suaminya.

Untuk mengatasi gejala-gejala stres tersebut dengan terapi shalat tahajud dengan

menggunakan tiga tahapan, yakni tahap persiapan yaitu dengan mandi dan

berwudhu, kemudian tahap proses yakni dengan melakukan ibadah shalat tahajud

dimulai dari niat hingga salam dengan meresapi bacaan dan gerakannya, kemudian

tahap penutup yakni dengan melakukan muhasabah, dzikir dan doa. Adapun hasil

dari pemberian terapi shalat tahajud ini memperoleh hasil 70% yang dinyatakan “cukup berhasil” dengan melihat sebelum dan sesudah dilakukannya terapi shalat tahajud.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep ... 8

F. Metode Penelitian ... ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

2. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 11

3. Jenis dan Sumber data ... 12

4. Tahap-tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 19

7. Teknik Keabsahan data ... 20

G. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik... 25

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 25

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 25

(8)

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 28

d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 31

e. Unsur –unsur Bimbingan Konseling Islam... 40

f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 44

2. Terapi Shalat Tahajud ... 46

a. Pengertian Terapi Shalat Tahajud ... 46

b. Keutamaan Shalat Tahajud ... 47

c. Hukum dan Waktu Shalat Tahajud ... 48

d. Shalat Tahajud sebagai Terapi ... 49

e. Aspek Terapeutik dalam Shalat tahajud ... 52

f. Tahapan Terapi Shalat Tahajud ... 55

3. Stres ... ...67

a. Pengertian Stres ... 67

b. Ciri- ciri Stres ... 68

c. Faktor-faktor Penyebab Stres ... 71

d. Stres sebagai Masalah BKI ... 72

e. BKI dengan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres73 B. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 76

BAB : III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 80

1. Lokasi Penelitian ... 80

2. Deskripsi Konselor ... 82

3. Deskripsi Konseli ... 84

B. Deskripsi Hasil penelitian... 85

1. Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke di Desa Peganden Manyar Gresik ...96

(9)

BAB IV : ANALISIS DATA

A. Analisis Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud Untuk

mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke

di Desa Peganden Manyar Gresik ... 111

B. Analisis Hasil Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud Untuk

mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke

di Desa Peganden Manyar Gresik ... 117

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan didefinisikan sebagai ikatan lahir-batin antara laki-laki

dan perempuan sebagai pasangan suami-istri dengan tujuan membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.2

Sunnatullah telah menetapkan, bahwa semua ciptaan Allah di atas bumi ini selalu berpasang-pasangan. Allah SWT berfirman :

خ ئْيش لك ْنمو

ل ْق

ن

ا

ْو

ج

ْي

ن

ل

ع ل

ك

ْم

ت ذ

ك

ْو

ن

Artinya, Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. Adh-Dhaariyat :49). 3

Kebahagiaan dalam berumah tangga tidak diperoleh dengan mudah

begitu saja oleh pasangan suami istri. Didalam kehidupan

berumah-tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang

telah pasangan inginkan dan impikan, ada beberapa faktor yang sengaja

ataupun tidak disengaja yang mengakibatkan terhambatnya kebahagiaan.

Itu semuanya merupakan cobaan dan ujian yang diberikan Allah SWT

untuk mempererat tali perkawinan tersebut.

Permasalahan-permasalahan dalam rumah-tangga yang sering

terjadi salah satunya adalah masalah kesehatan, jika kesehatan suami-istri

terganggu maka dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga, dapat

dibayangkan bila suami-istri dalam keadaan sakit, hal ini akan

2 UU RI 7 Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1

(11)

mengganggu ketentraman keluarga yang bersangkutan karena didalam

sebuah perkawinan memang dibutuhkan keadaan fisiologis yang baik,

tubuh yang sehat akan menciptakan kesejahteraan sebuah rumah

tangga.4

Dalam hidup setiap orang pernah mengalami berbagai peristiwa

baik yang direncanakan atau tidak pernah diharapkan yang akan menimpa

diri mereka. Peristiwa yang tidak diharapkan tersebut bisa meliputi

kecelakaan maupun sakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan

membuat anggota tubuh kehilangan fungsinya. Misalnya terserang

penyakit stroke. Menurut psikiater Dr. Teddy Hidayat, stroke merupakan sindrom gangguan otak yang bersifat vokal akibat adanya gangguan

sirkulasi darah di otak. Gangguan klinis stroke tidak sengaja berupa

gangguan sistem syaraf seperti lumpuh sebagian atau seluruh tubuh, mulut

yang tidak simetris atau kelumpuhan otot mata sehingga sukit untuk di

buka, tetapi juga menimbulkan gangguan fungsi berfikir, tingkah laku dan

emosi.5

Sejauh ini, penyebab seseorang terkena stroke adalah (1) makanan

yang tidak sehat (makanan junk food) yaitu makanan banyak lemak, tinggi kadar gula namun rendah vitamin dan mineral, (2) kurang berolahraga,

karena dengan berolahraga dapat membakar kalori dan gula yang ada

dalam tubuh jika tidak dibakar maka akan meningkatkan resiko berbagai

4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: ANDI,2004), hal. 35.

(12)

penyakit, (3) riwayat keluarga, (4) minum-minuman keras, alkohol

menyebabkan tekanan darah naik sehingga berbahaya bagi otak.6

Menurut Thompson stroke membawa pengaruh terhadap semua

aspek kehidupan seseorang yang mengalaminya baik dari aspek personal,

sosial, vokasional dan fisik. Penderita stroke akan mengalami

ketergantungan pada orang lain khususnya keluarga dan menyebabkan

gangguan relasi sosial.7

Pada umumnya penderita stroke yang hidup ditengah-tengah masyarakat membutuhkan perawatan profesional dan berkelanjutan,

dimana hal ini seringkali melibatkan pengasuh dari kalangan terdekat

penderita yaitu pasangan hidup (suami/istri). Kondisi tersebut secara

psikologis pasti akan dapat mengakibatkan ketegangan dan kelelahan baik

secara fisik terlebih lagi secara psikis.8

Peran pasangan sebagai perawat memberikan dampak negatif,

terkait aspek fisik, emosional, sosial dan finansial. Dengan sedikit

persiapan dan dukungan secara professional yang terbatas, ketegangan dari

pasangan yang menjadi pengasuh dapat mengarah ke stres. Stres negatif

yang tinggi ini akan menghasilkan bentuk stres yang bermacam-macam

6 Namora Lumongga Lubis, Depresi Tinjauan Psikologis,(Jakarta: Kencana, 2009) hal. 124.

7 Dyah Yulistika Handayani, Dinar Sari Eka Dewi, “Analisis Kualitas Hidup Penderita dan Keluarga Pasca Serangan Stroke (dengan Gejala Sisa)” PSYCHO IDEA 7, (Februari,2009), hal. 36-44

(13)

seperti depresi, kecemasan, kemarahan, terganggunya gaya hidup serta

hubungan dengan orang lain, kelelahan dan perasaan terisolasi.9

Terkait dengan tema di atas, terdapat kasus yang terjadi pada

seorang ibu di Gresik. ia merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya

bertugas untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga seperti

memasak, mencuci baju, dan menyiapkan kebutuhan suami dan

anak-anaknya. Pada suatu hari di tahun 2014 terjadilah musibah yang diberikan

Allah SWT untuk keluarga ibu Fadhilah bahwa suami tercinta tiba-tiba

mengalami serangan stroke. Bermula dari sang suami merasakan sakit

diseluruh badannya kemudian ibu Fadhilah menyarankan untuk suami

beristirahat dan tidak bekerja. Hari berikutnya keadaan suami semakin

menurun maka ibu fadhilah dan keluaga besarnya membawa suaminya ke

rumah sakit yakni rumah sakit Ibnu Sina yang terletak di kota Gresik dan

segera dilarikan di IGD disana dilakukan pengecekan seluruh badan dari

atas sampai bawah, kemudian dokter menyarankan untuk rawat inap.

Selama dua minggu ibu Fadhilah berada di rumah sakit untuk menjaga

suaminya, dengan perawatan dan mengomsusi obat dari dokter tubuh

suaminya semakin membaik dan dokter memperbolehkan suami untuk

pulang, berbagai jalan di tempuh ibu Fadhilah untuk memperoleh

kesembuhan sang suami mulai dari rutin cek ke dokter, terapi saraf, uku

(14)

puntur hingga bekam sudah dilakukan tetapi belum ada perubahan yang

berarti.10

Dengan adanya kejadian tersebut membuat kehidupannya berubah

dan mau tidak mau harus melakukan penyesuaian diri dengan

kehidupannya saat ini. Setiap hari ibu fadhilah melakukan tugas rumah

sekaligus merawat sang suami mulai dari mandi, bab, bak, memakai

pakaian dan lain-lain, tugas tersebut tidak dilakukan sendiri oleh ibu tetapi

di bantu oleh anak-anaknya. Perasaan kaget dan rasa tak percaya hingga

kini membuat ibu tersebut merasa sedih, merasa hidupnya tidak berarti lagi

semenjak suaminya sakit, memikirkan keadaan suaminya yang tak

kunjung mendapatkan kesembuhan. Seperti yang dikutip dalam

percakapan singkat dengan peneliti berikut ini :

“uripk e buk fa saiki yo ngene mbak ema biasa-biasa ae gak

semangat blas ket pak san iku loro, ben bengi tak pijeti awak e tak tangisi ae, kadang-kadang yo pegel tapi yeopo maneh wong jenenge bojo”11 Atas dasar itu, peneliti perlu mengatasi permasalahan konseli

dengan terapi sholat tahajud, karena shalat tahajud merupakan shalat yang

paling mustajab yang dilakukan malam hari, saat yang paling tepat untuk

seseorang berdoa dan bermunajat. Dengan melakukan terapi shalat tahajud

konseli diharapkan memperoleh ketenangan jiwa, bisa menerima

kenyataan hidup yang sudah digariskan Allah SWT dan ikhlas menjalani

kewajibannya sebagai seorang istri sehingga diharapkan dapat

(15)

menghilangkan stres pada seorang istri yang suaminya mengalami stroke. Pengaplikasian terapi shalat tahajud ini dilakukan dengan tiga

tahapan yakni tahap pertama mandi dan berwudhu, kemudian tahap kedua

melakukan shalat tahajud dengan meresapi setiap bacaan serta maknanya,

kemudian tahap ketiga yakni melakukan muhasabah dengan memohon

ampunan atas segala dosa, dzikir disertai dengan doa.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti

mengangkat penelitian konseling dengan judul, “Terapi Sholat Tahajud

untuk Mengatasi Stres Seorang Istri Karena Suami Terkena Stroke di Desa

Peganden Manyar Gresik” yaitu dengan mengamati stres yang muncul

pada seorang istri karena suami terkena stroke sebelum diberikan terapi

sholat tahajud dan mengatasi stres dengan memberikan terapi shalat

tahajud.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang tema diatas,

maka peneliti menfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam

dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena

suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik?

2. Bagaimana hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan

terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami

(16)

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling

Islam dengan terapi shalat tahajud dengan untuk mengatasi stres

seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik

2. Untuk mendeskripsikan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling

Islam dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri

karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik

D.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya

pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para

pembacanya. Diantaranya manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan

praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut :

1. Segi Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain tentang

pengembangan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres

seorang istri yang mempunyai suami stroke. .

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa

bimbingan dan konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa

dalam melakukan proses konseling dalam hal mengatasi stres

(17)

2. Segi Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu seorang istri yang

mengalami stres.

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu teknik yang efektif dalam menangani stres

seorang istri.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari kesalah-pahaman terhadap judul, serta

memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan

penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah

bimbingan dan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk

mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik. Adapun rincian definisinya adalah :

1. Terapi Shalat Tahajud

Shalat secara bahasa berarti do’a. Ibadah shalat dinamai do’a

karena dalam shalat itu mengandung do’a. Shalat juga berarti do’a

untuk mendapatkan kebaikan. Secara terminologi, shalat adalah suatu

ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang

diawali dengan takbiratul ihram (mengucapkan takbir) dan diakhiri dengan salam dengan syarat tertentu.12

Sedangkan tahajud berasal dari kata hujud yang artinya tidur. Dan oleh al-Biqai tahajud dipahami untuk meninggalkan tidur dan

(18)

melakukan shalat.13Shalat tahajud adalah shalat sunnah yang

dikerjakan pada waktu malam. Shalat diwaktu malam hanya dapat

disebut shalat tahajud dengan syarat apabila dilakukan sesudah

bangun tidur malam.14

Jadi shalat tahajud adalah sholat pada malam hari yang dilakukan

sesudah bangun dari tidur. Saat malam hari merupakan waktu yang

mustajab untuk bermunajat kepada Allah SWT.

2. Stres

Menurut Dr. Peter Tyler stres adalah perasaan tidak enak yang

disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar kendali kita, atau reaksi

jiwa dan raga terhadap perubahan. Sedangkan menurut Lazarus stres

merupakan bentuk interaksi antara individu dan lingkungan yang

dinilai individu sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui

kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraannya.

Dengan kata lain, stres merupakan fenomena individual dan

menunjukkan respons individu terhadap tuntutan lingkungan.15

Menurut Triantoro, stres adalah keadaan yang membuat tegang

yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan

13 M. Irfan al-Firdaus, 25 Kisah Inspiratif Dibalik Keberkahan Tahajud dan Dhuha, (Yogyakarta: Lafal Indonesia, 2011), hal 5.

14 Moh Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra,2005), hal.88.

(19)

yang belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang

mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang dilakukan.16

Penderita stres yang dimaksud pada penelitian ini merupakan

seorang yang megalami tekanan baik fisik maupun psikologis

disebabkan oleh suami secara tba-tiba terserang stroke. Adapun

indikator stres seperti : perasaan sedih karena memikirkan keadaan

suami, menjalani kehidupan tidak bersemangat, mudah marah dengan

orang sekitar, putus asa dalam kesembuhan suami, konseli bosan dan

lelah merawat suaminya.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian

secara holistic dengan cara mendeskripsikan kedalam bentuk kata-kata

dan bahasa pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.17

Jadi pendekatan kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara

menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk

kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan

definisi umum.

(20)

Jenis penelitian ini berbentuk studi kasus, penelitian studi kasus

adalah penelitian yang mendalam tentang individu, suatu kelompok,

suatu organisasi (komunitas), suatu program kegiatan, dan sebagainya

dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang

utuh dan mendalam. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak

mungkin data - data mengenai subyek yang diteliti.18

Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk

menghasilkan teori. Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif,

terperinci, dan mendalam terhadap suatu gejala tertentu dari kasus

yang diteliti oleh peneliti.19 Jadi, jenis penelitian yang berbentuk studi

kasus adalah penelitian dilakukan secara mendalam, maksudnya

pengumpulan data secara lengkap dan dilakukan secara intensif

dengan mengikuti dan mengamati perilaku stres seorang istri.

2. Subyek dan Lokasi Penelitian

a. Konseli

Dalam penelitian ini adalah seorang istri yang bernama ibu

Fadhilah (nama samaran) yang mengalami stres karena suami

terkena penyakit stroke.

18 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi

danIlmu Sosial Lainnya, cet.VI, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 201.

(21)

b. Konselor

Konselor dalam penelitian ini adalah Mar’atul Muslimah

seorang mahasiswa Bimbingan Konseling Islam di UIN Sunan

Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Peganden RT. 13

RW. 03 Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang

bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam

bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis

data pada penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama

dilapangan, dan data utama bagi keberhasilan penelitian. Dalam

data primer dapat diperoleh berupa data : identitas lengkap konseli,

kegiatan keseharian konseli, tingkah laku keseharian konseli dan

orang sekitar, latar belakang dan masalah konseli, proses serta hasil

(22)

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua

atau guna melengkapi data primer.20 Diperoleh dari gambaran

lokasi penelitian, keadaan lingkungan konseli, buku harian konseli

dan teori-teori yang sesuai dengan penelitian ini.

Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis mendapatkan

informasi dari sumber data. Yang dimaksud dengan sumber data adalah

subyek dari mana data diperoleh.21Adapun sumber datanya adalah:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung

diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yakni

seorang istri yang mengalami stres dengan memperoleh data berupa

gejala-gejala stres ang dialami klien.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh

dari orang lain guna melengkapi data yang penulis peroleh dari

sumber data primer seperti: keluarga klien dan tetangga klien.

dengan memperoleh data pendukung berupa respon dari keluarga

dan orang-orang sekitar.

20 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Univesitas Airlangga, 2001), hal. 128.

(23)

4. Tahap-tahap Penelitian

Dalam tahap-tahap penelitian, peneliti menggunakan 3 tahapan,

sebagaimana yang di tulis dalam buku Lexy J. Moelong dalam bukunya

Metode penelitian kualitatif, 3 tahapan tersebut antara lain:

a. Tahap Pra – Lapangan

Tahap ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian,

untuk itu diperlukan persiapan sebagai berikut:

1. Menyusun Rancangan Penelitian

Peneliti memahami mengenal terapi sholat tahajud untuk

mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di

Desa Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Setelah

mengetahui permasalahan konseli tersebut maka peneliti

membuat dan mengkaji latar belakang masalah berdasarkan

kajian terdahulu yang relevan dan membuat rumusan masalah.

2. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian di Desa

Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik karena dekat

dengan rumah peneliti sehingga mempermudah untuk

melakukan penelitian.

3. Mengurus Perizinan

Peneliti meminta izin kepada klien Ibu Fadhilah (nama

samaran) dan keluarga bahwa peneliti akan melakukan proses

(24)

memberikan surat izin secara tertulis dan ditujukan kepada

kepala desa Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Peneliti melakukan observasi dan mengenali keadaan yang

sesuai dengan kondisi di Desa Peganden RT. 13 RW. 03

Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Serta menyiapkan

perlengkapan yang diperlukan di lapangan.

5. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu

agar secepatnya dan seteliti mungkin dapat membenamkan diri

dalam konteks setempat. Dalam penelitian ini peneliti memilih

konseli itu sendiri, keluarga, tetangga serta aparat desa.

6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan pedoman

wawancara, alat tulis (pensil atau bolpoint, kertas, buku

catatan), perlengkapan fisik, izin penelitian, kertas, buku.

Semua yang bertujuan untuk mendapatkan penelitian deskripsi

data di lapangan.

7. Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian ini pada dasarnya menyangkut hubungan

(25)

perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat.22

Dalam penelitian ini, peneliti bisa menjaga etika

profesionalnya: a) melindungi identitas subyek; b)

memperlakukan subyek dengan rasa hormat; c) memperjelas

persetujuan dan kesepakatan dengan subjek penelitian; dan d)

menulis apa adanya pada waktu menulis dan melaporkan

penemuan-penemuan penelitian. Maka peneliti harus mampu

memahami keadaan, dan bisa berprilaku baik dan sopan saat

melakukan observasi atau wawancara.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti berfokus pada data di lapangan,

adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum memasuki lapangan, peneliti harus mampu

memahami latar belakang penelitian, bisa menempatkan diri,

menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat

penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subjek dan

memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.

2. Memasuki lapangan

Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan

hubungan yang baik antara peneliti dengan subjek (rapport),

agar subjek dengan sukarela memberikan informasi yang

(26)

diperlukan. Keakraban dengan subjek dan informan lainnya

perlu dipelihara selama penelitian berlangsung. Disini peneliti

membangun atau menjalin keakraban terlebih dahulu agar

informan tidak canggung dengan peneliti saat ada tanya jawab.

Pada penelitian ini subyek merupakan tetangga rumah

konselor. peneliti berhubungan baik sehingga memudahkan

peneliti mendapatkan informasi dan juga karna jarak rumah

konselor dan konseli dekat.

3. Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam penelitian ini peneliti berada dilapangan untuk

mendapatkan data dengan berkunjung ke rumah konseli di

Desa Peganden RT. 13 RW. 03 Kecamatan Manyar Kabupaten

Gresik dengan melakukan observasi serta wawancara untuk

mengetahui masalah yang dialami konseli kemudian peneliti

memberikan terapi shalat tahajud kemudian dilakukan

wawancara lagi setelah sesi konseling sebelumnya untuk

mengetahui adakah perubahan yang dialami konseli tentunya

peneliti mendapatkan informasi dari informan (keluarga,

tetangga, aparat desa).

5. Teknik Pengumpulan data

Salah satu tahap penting dalam proses penelitian adalah kegiatan

pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik

(27)

a. Observasi (pengamatan)

Yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode

pengumpulan data penelitian melalui pengamatan dan

penginderaan.23 Data yang akan diperoleh dari hasil observasi ini

kegiatan sehari-hari konseli, perilaku stres, dan lain-lain.

Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini adalah peneliti

mengamati langsung di Desa Peganden RT. 13 RW. 03 Kecamatan

Manyar Kabupaten Gresik, Selanjutnya mengamati keadaan

konseli kemudian mengetahui beberapa gejala stres pada diri

konseli, kemudian peneliti menetapkan terapi shalat tahajud kepada

konseli setelah dilakukannya terapi shalat tahajud peneliti kembali

mengamati perubahan yang terjadi pada konseli setelah

dilakukannya proses terapi shalat tahajud, tentunya sesuai dengan

informasi keluarga, dan tetangga.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung

maupun tidak langsung.24 Dalam wawancara ini peneliti akan

memperoleh data berupa percakapan yang menggambar apa yang

sedang konseli alami dan rasakan, tanggapan keluarga dan tetangga

sekitar.

23 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana,2007), hal.118.

(28)

c. Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data yang

sudah ada seperti foto proses konseling dan sebagainnya.

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1 Gambaran umum lokasi

penelitian Informan W+O+D

2 Deskripsi latar belakang konselor, konseli, dan keluarga

Konselor,konseli Keluarga dan Informan

W+O

3

Bentuk - bentuk masalah yang dialami istri yakni mengalami stres

Keluarga dan

informan W+O

4

Pelaksanaan bimbingan

konseling Islam dengan terapi shalat tahajud

Konseli dan

konselor W+O

5

Perubahan perilaku konseli setelah pelaksaan bimbingan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud

Konseli dan

konselor W+O

Keterangan:

TPD : Teknik Pengumpulan Data

D : Dokumentasi

O : Observasi

W : Wawancara

6. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah - memilih data sesuai dengan katagori yang disepakati

oleh peneliti. Deskripsi yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi

(29)

memperoleh pemahaman komperhensif.25 Dalam melakukan analisis data,

peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif.

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara

membandingkan proses terapi sholat tahajud untuk mengatasi stres secara

teoritik dan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena

suami terkena stroke, Selanjutnya untuk mengetahui hasil akhir penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan stres yang dialami konseli

sebelum diberikan terapi shalat tahajud dan setelah diberikan terapi shalat

tahajud.

7. Teknik Keabsahan Data

Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya langsung menganalisa data lapangan untuk menghindari kesalahan-kesalahan. Maka untuk

mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini harus mengetahui

tingkat keabsahan data, antara lain :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti berarti peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam

waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar

penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan peneliti dapat

menguji ketidakbenaran informasi baik berasal dari responden maupun

kesalahpahaman sendiri dalam menangkap informasi.Hal ini dilakukan

(30)

untuk memperkuat pengumpulan data dengan kata lain supaya data

yang terkumpul benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau

isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci. Sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak

diragukan lagi.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci

secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

Kemudian menelaah secara rinci sampai pada tahap awal tampak salah

satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang

biasa. Untuk keperluan teknik ini menuntut agar peneliti mampu

menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif

dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data. Dengan adanya teknik ini

(31)

memanfaatkan pengamatan lain untuk pengecekan kembali data yang

diperoleh.26

Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data yang

diperoleh dari informan pada waktu di depan umum dengan pribadi,

membandingkan perkataan orang tentang situasi penelitian dengan apa

yang dikatakan kondisi sepanjang waktu, kemudian penulis juga

melakukan perbandingan wawancara dengan isi dokumen yang terkait.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan dalam

skripsi, maka peneliti menyusun sistematik pembahasannya sebagai

berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal terdiri dari : judul penelitian (sampul),

persetujuan pembimbing skripsi, pengesahan tim penguji, motto,

persembahan, penyataan pertanggung jawaban penulisan skripsi,

abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar skema.

2. Bagian Inti

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penetian, manfaat penelitian,

definisi konsep, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan

jenis penelitian, sebjek dan tempat penelitian, jenis dan sumber data,

(32)

tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, teknik keabsahan data dan sistematika pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka, yang berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, di dalam landasan teori yaitu terdapat

pengertian bimbingan dan konseling Islam, tujuan dan fungsi

bimbingan dan konseling Islam, asas-asas dan unsur-unsur, serta

langkah-langkah bimbingan dan konseling Islam. Terapi shalat

tahajud, meliputi: pengertian terapi sholat tahajud, keutamaan shalat

tahajud, hukum dan waktu sholat tahajud, shalat tahajud sebagai

terapi, aspek terapeutik dalam shalat tahajud, tahapan terapi shalat

tahajud, Stres, meliputi: pengertian stres, ciri-ciri stres, faktor

penyebab stres, stres sebagai masalah BKI, BKI dengan terapi shalat

tahajud untuk mengatasi stres, penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III adalah Penyajian Data, Proses dan Hasil Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres.

Pada bagian ini menjelaskan tentang penyajian data secara umum

objek penelitian dan penyajian data proses pelaksanaan dan hasil

pelaksanaan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri

karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.

(33)

karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik dan

analisis hasil akhir pelaksanaan terapi shalat tahajud untuk mengatasi

stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden

Manyar Gresik.

BAB V Penutup. yang berisi kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian Akhir

Dalam bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”, kata “guidance” adalah kata dalam bentuk

mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang

benar.32

Menurut Rahman Natawidjaja bimbingan adalah adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan

dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.

Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat

umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri

secara optimal sebagai makhluk sosial.33

Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

32M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18.

(35)

seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang memiliki

masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang

dihadapi klien. Sejalan dengan itu Winkel mendefinisikan serangkaian

kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli atau

klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil

tanggung jawab sendiri terhadap berbagai berbagai persoalan atau masalah

khusus.34

Sedangkan bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis kepada setiap individu

agar dia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai

yang terkandung didalam Alquran dan hadits Rasulullah ke dalam dirinya,

sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-quran dan

hadits. Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur’an

dan hadits telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara

optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik

dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi

dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yan sekaligus juga

berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.35

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling

Islam adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada

(36)

seseorang yang sedang mengalami permasalahan baik lahir maupun batin

dengan tujuan agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya

sendiri dengan potensi yang ada pada dirinya serta menyadari bahwa

sebagai hamba Allah yang senantiasa bisa melakukan kebaikan,

menghormati orang lain, dan selalu ada jalan kebenaran sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Tujuan bimbingan dan konseling Islam secara umum adalah

membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi

dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan

melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat

bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.36

Menurut Aunur Rahim Faqih tujuan umum bimbingan dan

konseling Islam adalah membantu individu dalam mewujudkan potensi

dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.

Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling Islam

adalah :

1) Membantu individu dalam memahami situasi dan potensi dirinya.

2) Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinya.

(37)

3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi

dirinya dan orang lain.37

Menurut Adz- Dzaky tujuan konseling Islam adalah :

a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan

kebersihan jiwa dan mental.

b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan

tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

c) Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi, setia kawanan, tolong-

menolong dan rasa kasih sayang.

d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu

sehingga muncul dan berkembang rasa ketaatan kepada Allah

SWT, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan Nya,

dan ketabahan menerima ujiannya.38

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Menurut Imam Sayuti Farid, fungsi bimbingan dan konseling Islam

adalah :39

37 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 36-37.

38 Adz-Dzaky, Hamdany Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Bandung: Rizky Press,2000), hal.

39 Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama

(38)

1) Fungsi Pencegahan

Yang disebut fungsi pencegahan ini adalah menghindari

segala sesuatu yang tidak baik atau menjauhkan diri dari larangan

Allah, sebagaimana didalam Al-quran :

ى ت

ل إ

ل مق ت ل نم كيلإ ىح م لتآ

َ ك َ ك ل

ل ء شحفل نع

ع ت م م عي

Artinya,“Bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut : 45).40

2) Fungsi Penyaluran

Penyaluran ini dimaksud untuk mengarahkan mereka

kepada sesuatu perbuatan yang baik atau menyesuaikan dengan

bakat maupun potensi yang dipunyai, sebagaimana didalam

Al-quran :

عس اإ سفن َ ف ي ا

Artinya, “Allah tidak membebani seseorang malainkan sesuai dengan kesanggupannya”(QS. Al-Baqarah : 286).41

(39)

3) Fungsi Pengembangan

Didalam pengembangan ini diharapkan orang yang di

bimbing dapat ditingkatkan untuk meningkat lagi prestasinya atau

bakat yang dimilikinya sebagaimana didalam Al-quran :

ف س ج ل ىف حسفت م ل ليق إ آ م ء ني لآ ي ي

حسفي حسف

َآ عف ي شن ف شنآ ليق إ م ل َ

ب َآ تج م علآ ت ني لآ م م م ء ني لآ

ي خ

عت

ٌ

Artinya,“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: berlapang - lapanglah dalam majelis maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Mujadilah :11).42

4) Fungsi Perbaikan

Dalam perbaikan ini dimaksudkan untuk mengatasi suatu

perbuatan yang sudah terlanjur terjerumus kedalam kemaksiatan

dan usaha dalam memperbaiki. Sebagaimana didalam Al-quran :

(40)

َآ جي َآ فغتسي مث هسفن م ظي ء س ل عي نم

فغ

يح

Artinya, “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang“. (QS. An-Nisa:110).43

d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam

Layanan bimbingan konseling Islam mengacu pada asas-asas

bimbingan yang berlandaskan pada Al-qur’an dan Hadits atau Sunnah

Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan keimanan.

44Asas-asas bimbingan konseling Islam adalah sebagai berikut:

1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Bimbingan dan konseling Islam tujuan akhirnya adalah

membantu klien untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya

merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan

akhirat yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat

merupakan kebahagiaan abadi.45 Sebagaimana didalam Al-quran

:

43 Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal. 140. 44Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 21.

(41)

ء ب قي نم م م

خءاآ ىف سح ين لآ ىف ت

ق سح

لآ ع

Artinya, “ Dan diantara mereka ada orang yang berdoa:” Ya Tuhan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”(QS. Al-Baqarah : 201).46

2) Asas fitrah

Manusia menurut Islam, dilahirkan dengan membawa fitrah,

yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan. Bimbingan dan

konseling Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli

untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya.

47Sebagaimana didalam Al-quran :

في ح ني ل ك ج مق أف

ي ع لآ طف ىتلآ َآ طف

ق ل لي ت ا

لآ ثك ن ل ميقلآ ني لآ كل َآ

عيا

Artinya, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada

agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-rum : 30).48

46 Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal.49. 47 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 23.

(42)

3) Asas Lillahita’ala

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan semata-mata

karena Allah baik konselor melakukan tugasnya dengan penuh

keikhlasan, tanpa pamrih, sementara klien pun menerima atau

meminta bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena

semua yang dilakukan adalah karena untuk pengabdian kepada

Allah semata.49 Sebagaimana didalam Alqur’an :

إ لق

يحم ى سن ىتاص

َ ىت م

ني علآ

Artinya, “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,

ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am : 162).50

4) Asas bimbingan seumur hidup

Dalam kehidupan manusia akan menjumpai berbagai

kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu maka bimbingan dan

konseling Islam selama hayat masih dikandung badan.51

نع ل ع نب

) م سم لك ى ع ي ف م عل ب

(سن

Artinya, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang islam”.

(H.R. Ibnu Abdulbar dari Anas).52

49 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 24-25.

50Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal.216. 51 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 25.

(43)

5) Asas kesatuan jasmani dan rohani

Manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani,

bimbingan dan konseling Islam memperlakukan konselinya

sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah sebagai makhluk biologis

semata, atau makhluk rohaniah semata, bimbingan konseling Islam

membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah

dan rohaniah tersebut.53

6) Asas keseimbangan ruhaniah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,

merasakan atau menghayati dan kehendak hawa nafsu, serta juga

akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu

diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan,

sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja,

tetapi tidak menolak begitu saja. kemudian di ajak memahami apa

yang perlu dipahami dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran

dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.54

Sebagaimana didalam Al-quran :

قل

سنإ نجلآ نم يثك م جل ن

ا

ق م ل

نيع م ل ب

قفي

ا ء م ل ب

ي ا

53 Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 29.

(44)

ك ل ب ع سي

ك

لض مه لب معنأ

ل

مه ك

فغلآ

Artinya,“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di pergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai “. (QS. Al-A’raf :179).55

7) Asas kemaujudan individu

Bimbingan dan konseling Islam, berlangsung pada citra

manusia menurut Islam, memandang seorang individu

merupaan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu

mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang

lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai

konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensi

rohaniahnya.56 Mengenai perbedaan individual dapat dipahami

dari ayat Sebagaimana di dalam Al-quran :

لك نإ

قب ه ق خ ئش

Artinya,“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu

menurut ukuran”. (QS. Al-Qamar :49).57

55Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal. 251. 56 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal, 28.

(45)

8) Asas sosialitas manusia

Manusia merupakan makhluk sosial, pergaulan, cinta kasih,

rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain,

rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek

yang diperhatikan di dalam bimbingan dan konseling Islami,

karena merupakan ciri hakiki manusia.58 Sebagaimana didalam

Al-quran :

سفن نم م ق خ لآ م ب قتآ لآ ي ي

ق خ ح

ن يثك ا ج م ثب ج م

س

ء

َآ قت آ

لآ

ك َآ إ ح أآ هب لء ست

يق م ي ع

Artinya,“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada

Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

( An-Nisa : 1 ).59

9) Asas kekhalifahan manusia

Manusia menurut pandangan Islam, diberi kedudukan yang

tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai

pengelola alam semesta (Khalifatullah fil ard). Dengan kata

58 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 29.

(46)

lain, manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang

mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Tugasnya yakni

memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem

kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan yang

dilakukan oleh manusia itu sendiri.60 Sebagaimana didalam

Al-quran :

ل ه

أآ ىف ف خ م عج

, فك هي عف فك ن ف

فك ني ف لآ ي ي ا

مه

تقم اإ م ب ع

ي ي ا

سخ اإ مه فك ني ف لآ

Artinya,“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka” (QS. Faathir : 39).61

10) Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan,

keseimbangan, keserasian dalam segala hal. Dengan kata lain,

Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya

60 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 30.

(47)

sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan,

dan lain sebagainya).62

11) Asas pembinaan akhlaqul karimah

Manusia menurut pandangan Islam memiliki sifat-sifat yang

baik (mulia) sifat yang baik merupakan yang dikembangkan

oleh bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan dan konseling

Islam membantu konseli atau yang dibimbing, memelihara,

mengembangkan, menjalankan sifat-sifat yang sejalan dengan

tugas dan fungsi Rasulullah SAW.63 Sebagaimana didalam

Al-quran :

قل

م ل ك

س ىف

ج ي ك ن ل سح س َآ

ك خأآ يلآ َآ

يثك َآ

Artinya,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab:21).64

12) Asas kasih sayang

Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari

orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan

menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islam

62 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 30.

63 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 30.

(48)

dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab hanya

kasih sayanglah bimbingan dan konseling Islam akan berhasil.65

13) Asas saling menghargai dan menghormati

Kedudukan antara konselor dengan klien dalam bimbingan

dan konseling Islam pada dasarnya sama atau sederajat, namun

perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak satu

memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan.

Hubungan yang terjalin antara konselor dan klien merupakan

hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan

masing-masing sebagai makhluk Allah.66 Sebagaimana didalam

Al-quran :

نسح أب يحف يحتب متييح إ

ك َآ إ ه م

ى ع

يسح ءيش لك

Artinya,“Apabila kamu diberi penghormatan dengan

sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah menghitung segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ :86).67

14) Asas musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas

musyawarah, maksudnya antara konselor dan klien terjadi

65 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 31.

66 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 31.

(49)

dialog yang baik, tidak ada pemaksaan, tidak ada perasaan

tertekan dan keinginan tertekan.68

15) Asas keahlian

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang

yang memiliki kemampuan, baik keahlian dalam metodologi

dan teknik-teknik bimbingan dan konseling maupun dalam

bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.69

Sebagaimana didalam Al-quran :

ق

ف سف لم ع ىنإ م تن م ى ع عآ قي ل

عت

نم

هل ت

ظلآ ح فيا هنإ ل قع

Artinya,“katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baikdidunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”

(QS. Al-An’am : 135).70

e. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling Islam maka

memerlukan beberapa unsur, adapun unsur tersebut adalah konselor,

klien, dan masalah akan dijelaskan sebagai berikut :

68 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal.32.

69 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal.32.

(50)

1) Konselor

Menurut Latipun menyatakan bahwa konselor adalah orang

yang sangat bermakna bagi konseli, konselor adalah orang yang

amat bermakna bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan

bersedia sepenuh hati membantu konseli mengatasi masalahnya di

saat amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari

keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang

dalam kehidupan yang terus berubah.71

Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang konselor,

yakni;

a) Memiliki sifat baik

b) Bertawakkal; mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.

c) Sabar; tahan menghadapi klien yang menentang keinginan

untuk diberikan bantuan.

d) Tidak emosional; atrinya dapat mudah terbawa emosi dan dapat

mengatasi emosi diri dan yang terbantu.

e) Retorika yang baik, mengatasi keraguan klien dan dapat

meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.

(51)

f) Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi

terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap

perlunya bertaubat atau tidak. 72

2) Klien

Klien adalah individu yang diberi bantuan oleh seorang

konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain.73

Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian

sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan

bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian

keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat

ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri74

Menurut Kartini Kartono, klien memiliki sikap dan sifat

sebagai berikut:

a) Terbuka

Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya

proses konseling. Artinya klien bersedia mengungkapkan

segala sesuatu yang diperlukan demi suksenya proses

konseling.

72 Elfi Muawanah, Bimbingan dan Konseling Islami Sekolah Dasar, (jakarta: Bumi Aksara,2012), hal. 142.

73 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111.

74Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan dan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik

(52)

b) Saling Percaya

Klien harus percaya bahwa konselor benar-benar

bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan

membocorkan rahasianya kepada siapapun.

c) Bersikap Jujur

Seorang klien yang bermasalah, agar masalahnya

dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya klien harus

bersikap jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur

mengakui bahwa masalah itu yang sebebnarnya ia alami.

d) Bertanggung Jawab

Tanggung jawab klien untuk mengatasi masalahnya

sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.75

Jadi seseorang yang dapat dikatakan klien apabila

memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas. Seorang yang

mempunyai masalah perlu mendapat bimbingan dan konseling

Islam karena pada dasarnya orang yang bermasalah adalah

orang yang jauh dari nilai-nilai agama, maka keimanan dapat

menumbuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan

batin.

(53)

3) Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan.

Hal yang semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh

konselor bersama klien.

Menurut WS. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan

Konseling di Sekolah Menengah”, masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha

untuk mencapai tujuan.76

Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia

sangatlah kompleks, diantaranya sebagai berikut:

a) Problem dalam bidang pernikahan dan keluarga

b) Problem dalam bidang pendidikan

c) Problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan)

d) Problem dalam bidang pekerjaan

e) Problem dalam bidang keagamaan.77

f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam

Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling Islam, diantaranya adalah :

1) Identifikasi Masalah

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal masalah beserta

gejala-gejala yang nampak, dalam langkah ini konselor mencatat

76 Ws. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramadia, 1989), hal. 12.

77Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling

(54)

kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus

mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.

2) Diagnosis

Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah

yang dihadapi kasus beserta latarbelakangnya. Dalam langkah ini

kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan

mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik

pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi

serta latar belakangnya.

3) Prognosis

Langkah prognosis ini untuk menetapkan jenis bantuan atau

terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus

ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah prognosa.

4) Treatment (terapi)

Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau

bimbingan, langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan

dalam prognosa.

5) Evaluasi

Langkah ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui

sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah

(55)

lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu

yang lebih lama.78

2. Terapi Shalat Tahajud

a. Pengertian Terapi Shalat Tahajud

Terapi menurut bahasa Arab sepadan dengan kata “Shafa -Yashfi-Shifan”, yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.79

Sedangkan secara terminologis menurut beberapa ahli adalah :

1) Kartini Kartono mengatakan “Terapi ialah metode penyembuhan

dari gangguan-gangguan kejiwaan.”

2) Singgih G. Gunarsa merumuskan pengertian terapi dengan definisi

perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.

3) Andi Mappire AT, mengatakan “Terapi adalah suatu proses

berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi pribadi.”80

Shalat adalah ibadah yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam menurut syarat dan rukun-rukun tertentu yang

dilaksanakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri

kepada Allah SWT.81

Sedangkan tahajud secara harfiah berarti “bangun tidur untuk

beribadah” bagi yang berkemampuan.82 Shalat tahajud merupakan

78 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.ILMU,1975), hal. 104-106.

(56)

shalat yang paling utama dari sekian shalat ghairu rawatib sebab dengan melakukannya ia mendapatkan kedudukan yang terpuji.83 Jadi

terapi shalat tahajud adalah penyembuhan yang dilakukan melalui

shalat malam.

b. Keutamaan Shalat Tahajud

Banyak ayat al-qur’an dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan waktu malam, ayat dan hadits tersebut juga menganjurkan

kepada orang-orang saleh agar mengisi waktu malam dengan berbagai

ibadah dan ketaatan. Diantara ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan

keutamaan shalat malam sebagai berikut :

Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) pada malam hari kecuali sedkit (darinya), yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun pada waktu malam adalah lebih kuat (mengisi jiwa) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al -Muzzammil [73]:1-6).84

Sementara itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Thabarani, Rasulullah SAW. Bersabda :“Sesungguhnya Allah tersenyum kepada

dua orang, yang pertama, orang yang bangun pada malam hari, yang dingin dengan meninggalkan tempat tidur dan selimutnya, lalu berwudhu dan sholat, Allah Azza wa Jalla bertanya pada malaikat “apa yang mendorong hambaku melakukan itu? Para malaikat menjawab”, “Tuhan ia mengharapkan anugerah-Mu d

Gambar

Gambaran umum
   Tabel 3.1
   Tabel 3.2
   Tabel  3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun penyebab miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat berasal dari siswa itu sendiri yaitu berkaitan dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prakonsepsi), tahap

Oleh itu, kajian ini telah mengambil inisiatif untuk membantu para pelajar dengan membangunkan sebuah modul dengan mengintegrasikan kecerdasan spiritual dan

dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” Meskipun seorang perawat merasa bahwa waktu untuk keluarganya kurang

Akan tetapi terdapat permasalahan yang muncul dari manfaat dan kemudahan yang bisa didapatkan, antara lain kebijakan hukum pidana yang mengaturperlindungan konsumen

Proses ekstraksi ciri pada penelitian kali ini yaitu menghitung jumlah piksel pada masing-masing bagian dari objek yang telah dipotong-potong ke dalam satu huruf,

Memeriksa pekerjaan peserta didik yang telah selesai untuk materi pelajaran Pemeliharaan mesin sepeda motor topic pemeriksaan silinder blok Memberikan penghargaan

Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipahami (Kosasih,

Dalam pembuatan konjugat antibodi PVY-nanopartikel emas, hasil reaksi konjugasi nanopartikel emas pada antibodi menunjukkan adanya perubahan warna larutan koloid nanopartikel