ABSTRAK
Mar’atul Muslimah (B03213014), Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres Seorang Istri Karena Suami Terkena Stroke di Desa Peganden Manyar Gresik
Fokus penelitian ini adalah : (1) Bagaimana proses bimbingan dan
konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri
karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik? (2) Bagaimana hasil dari proses bimbingan dan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk
mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Metode
pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi kepada konseli dan
informan. Kemudian hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bab penyajian data
dan analisa data. Adapun hasil penelitian ini bahwa seorang istri dengan suami
stroke mengalami gejala-gejala stres dirasakan meliputi sedih, tidak bersemangat, putus asa, mudah marah, lelah, bosan dalam melakukan perawatan suaminya.
Untuk mengatasi gejala-gejala stres tersebut dengan terapi shalat tahajud dengan
menggunakan tiga tahapan, yakni tahap persiapan yaitu dengan mandi dan
berwudhu, kemudian tahap proses yakni dengan melakukan ibadah shalat tahajud
dimulai dari niat hingga salam dengan meresapi bacaan dan gerakannya, kemudian
tahap penutup yakni dengan melakukan muhasabah, dzikir dan doa. Adapun hasil
dari pemberian terapi shalat tahajud ini memperoleh hasil 70% yang dinyatakan “cukup berhasil” dengan melihat sebelum dan sesudah dilakukannya terapi shalat tahajud.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep ... 8
F. Metode Penelitian ... ... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10
2. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 11
3. Jenis dan Sumber data ... 12
4. Tahap-tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
6. Teknik Analisis Data ... 19
7. Teknik Keabsahan data ... 20
G. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik... 25
1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 25
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 25
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 28
d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 31
e. Unsur –unsur Bimbingan Konseling Islam... 40
f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 44
2. Terapi Shalat Tahajud ... 46
a. Pengertian Terapi Shalat Tahajud ... 46
b. Keutamaan Shalat Tahajud ... 47
c. Hukum dan Waktu Shalat Tahajud ... 48
d. Shalat Tahajud sebagai Terapi ... 49
e. Aspek Terapeutik dalam Shalat tahajud ... 52
f. Tahapan Terapi Shalat Tahajud ... 55
3. Stres ... ...67
a. Pengertian Stres ... 67
b. Ciri- ciri Stres ... 68
c. Faktor-faktor Penyebab Stres ... 71
d. Stres sebagai Masalah BKI ... 72
e. BKI dengan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres73 B. Penelitian Terdahulu yang relevan ... 76
BAB : III PENYAJIAN DATA A.Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 80
1. Lokasi Penelitian ... 80
2. Deskripsi Konselor ... 82
3. Deskripsi Konseli ... 84
B. Deskripsi Hasil penelitian... 85
1. Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke di Desa Peganden Manyar Gresik ...96
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud Untuk
mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke
di Desa Peganden Manyar Gresik ... 111
B. Analisis Hasil Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud Untuk
mengatasi Stres Seorang Istri karena Suami Terkena Stroke
di Desa Peganden Manyar Gresik ... 117
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 122
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan didefinisikan sebagai ikatan lahir-batin antara laki-laki
dan perempuan sebagai pasangan suami-istri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.2
Sunnatullah telah menetapkan, bahwa semua ciptaan Allah di atas bumi ini selalu berpasang-pasangan. Allah SWT berfirman :
خ ئْيش لك ْنمو
ل ْق
ن
ا
ْو
ج
ْي
ن
ل
ع ل
ك
ْم
ت ذ
ك
ْو
ن
Artinya, Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS. Adh-Dhaariyat :49). 3
Kebahagiaan dalam berumah tangga tidak diperoleh dengan mudah
begitu saja oleh pasangan suami istri. Didalam kehidupan
berumah-tangga tentunya tidak selamanya berjalan baik sesuai dengan apa yang
telah pasangan inginkan dan impikan, ada beberapa faktor yang sengaja
ataupun tidak disengaja yang mengakibatkan terhambatnya kebahagiaan.
Itu semuanya merupakan cobaan dan ujian yang diberikan Allah SWT
untuk mempererat tali perkawinan tersebut.
Permasalahan-permasalahan dalam rumah-tangga yang sering
terjadi salah satunya adalah masalah kesehatan, jika kesehatan suami-istri
terganggu maka dapat menimbulkan permasalahan dalam keluarga, dapat
dibayangkan bila suami-istri dalam keadaan sakit, hal ini akan
2 UU RI 7 Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 1
mengganggu ketentraman keluarga yang bersangkutan karena didalam
sebuah perkawinan memang dibutuhkan keadaan fisiologis yang baik,
tubuh yang sehat akan menciptakan kesejahteraan sebuah rumah
tangga.4
Dalam hidup setiap orang pernah mengalami berbagai peristiwa
baik yang direncanakan atau tidak pernah diharapkan yang akan menimpa
diri mereka. Peristiwa yang tidak diharapkan tersebut bisa meliputi
kecelakaan maupun sakit yang dapat menyebabkan kecacatan dan
membuat anggota tubuh kehilangan fungsinya. Misalnya terserang
penyakit stroke. Menurut psikiater Dr. Teddy Hidayat, stroke merupakan sindrom gangguan otak yang bersifat vokal akibat adanya gangguan
sirkulasi darah di otak. Gangguan klinis stroke tidak sengaja berupa
gangguan sistem syaraf seperti lumpuh sebagian atau seluruh tubuh, mulut
yang tidak simetris atau kelumpuhan otot mata sehingga sukit untuk di
buka, tetapi juga menimbulkan gangguan fungsi berfikir, tingkah laku dan
emosi.5
Sejauh ini, penyebab seseorang terkena stroke adalah (1) makanan
yang tidak sehat (makanan junk food) yaitu makanan banyak lemak, tinggi kadar gula namun rendah vitamin dan mineral, (2) kurang berolahraga,
karena dengan berolahraga dapat membakar kalori dan gula yang ada
dalam tubuh jika tidak dibakar maka akan meningkatkan resiko berbagai
4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan, (Yogyakarta: ANDI,2004), hal. 35.
penyakit, (3) riwayat keluarga, (4) minum-minuman keras, alkohol
menyebabkan tekanan darah naik sehingga berbahaya bagi otak.6
Menurut Thompson stroke membawa pengaruh terhadap semua
aspek kehidupan seseorang yang mengalaminya baik dari aspek personal,
sosial, vokasional dan fisik. Penderita stroke akan mengalami
ketergantungan pada orang lain khususnya keluarga dan menyebabkan
gangguan relasi sosial.7
Pada umumnya penderita stroke yang hidup ditengah-tengah masyarakat membutuhkan perawatan profesional dan berkelanjutan,
dimana hal ini seringkali melibatkan pengasuh dari kalangan terdekat
penderita yaitu pasangan hidup (suami/istri). Kondisi tersebut secara
psikologis pasti akan dapat mengakibatkan ketegangan dan kelelahan baik
secara fisik terlebih lagi secara psikis.8
Peran pasangan sebagai perawat memberikan dampak negatif,
terkait aspek fisik, emosional, sosial dan finansial. Dengan sedikit
persiapan dan dukungan secara professional yang terbatas, ketegangan dari
pasangan yang menjadi pengasuh dapat mengarah ke stres. Stres negatif
yang tinggi ini akan menghasilkan bentuk stres yang bermacam-macam
6 Namora Lumongga Lubis, Depresi Tinjauan Psikologis,(Jakarta: Kencana, 2009) hal. 124.
7 Dyah Yulistika Handayani, Dinar Sari Eka Dewi, “Analisis Kualitas Hidup Penderita dan Keluarga Pasca Serangan Stroke (dengan Gejala Sisa)” PSYCHO IDEA 7, (Februari,2009), hal. 36-44
seperti depresi, kecemasan, kemarahan, terganggunya gaya hidup serta
hubungan dengan orang lain, kelelahan dan perasaan terisolasi.9
Terkait dengan tema di atas, terdapat kasus yang terjadi pada
seorang ibu di Gresik. ia merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya
bertugas untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga seperti
memasak, mencuci baju, dan menyiapkan kebutuhan suami dan
anak-anaknya. Pada suatu hari di tahun 2014 terjadilah musibah yang diberikan
Allah SWT untuk keluarga ibu Fadhilah bahwa suami tercinta tiba-tiba
mengalami serangan stroke. Bermula dari sang suami merasakan sakit
diseluruh badannya kemudian ibu Fadhilah menyarankan untuk suami
beristirahat dan tidak bekerja. Hari berikutnya keadaan suami semakin
menurun maka ibu fadhilah dan keluaga besarnya membawa suaminya ke
rumah sakit yakni rumah sakit Ibnu Sina yang terletak di kota Gresik dan
segera dilarikan di IGD disana dilakukan pengecekan seluruh badan dari
atas sampai bawah, kemudian dokter menyarankan untuk rawat inap.
Selama dua minggu ibu Fadhilah berada di rumah sakit untuk menjaga
suaminya, dengan perawatan dan mengomsusi obat dari dokter tubuh
suaminya semakin membaik dan dokter memperbolehkan suami untuk
pulang, berbagai jalan di tempuh ibu Fadhilah untuk memperoleh
kesembuhan sang suami mulai dari rutin cek ke dokter, terapi saraf, uku
puntur hingga bekam sudah dilakukan tetapi belum ada perubahan yang
berarti.10
Dengan adanya kejadian tersebut membuat kehidupannya berubah
dan mau tidak mau harus melakukan penyesuaian diri dengan
kehidupannya saat ini. Setiap hari ibu fadhilah melakukan tugas rumah
sekaligus merawat sang suami mulai dari mandi, bab, bak, memakai
pakaian dan lain-lain, tugas tersebut tidak dilakukan sendiri oleh ibu tetapi
di bantu oleh anak-anaknya. Perasaan kaget dan rasa tak percaya hingga
kini membuat ibu tersebut merasa sedih, merasa hidupnya tidak berarti lagi
semenjak suaminya sakit, memikirkan keadaan suaminya yang tak
kunjung mendapatkan kesembuhan. Seperti yang dikutip dalam
percakapan singkat dengan peneliti berikut ini :
“uripk e buk fa saiki yo ngene mbak ema biasa-biasa ae gak
semangat blas ket pak san iku loro, ben bengi tak pijeti awak e tak tangisi ae, kadang-kadang yo pegel tapi yeopo maneh wong jenenge bojo”11 Atas dasar itu, peneliti perlu mengatasi permasalahan konseli
dengan terapi sholat tahajud, karena shalat tahajud merupakan shalat yang
paling mustajab yang dilakukan malam hari, saat yang paling tepat untuk
seseorang berdoa dan bermunajat. Dengan melakukan terapi shalat tahajud
konseli diharapkan memperoleh ketenangan jiwa, bisa menerima
kenyataan hidup yang sudah digariskan Allah SWT dan ikhlas menjalani
kewajibannya sebagai seorang istri sehingga diharapkan dapat
menghilangkan stres pada seorang istri yang suaminya mengalami stroke. Pengaplikasian terapi shalat tahajud ini dilakukan dengan tiga
tahapan yakni tahap pertama mandi dan berwudhu, kemudian tahap kedua
melakukan shalat tahajud dengan meresapi setiap bacaan serta maknanya,
kemudian tahap ketiga yakni melakukan muhasabah dengan memohon
ampunan atas segala dosa, dzikir disertai dengan doa.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti
mengangkat penelitian konseling dengan judul, “Terapi Sholat Tahajud
untuk Mengatasi Stres Seorang Istri Karena Suami Terkena Stroke di Desa
Peganden Manyar Gresik” yaitu dengan mengamati stres yang muncul
pada seorang istri karena suami terkena stroke sebelum diberikan terapi
sholat tahajud dan mengatasi stres dengan memberikan terapi shalat
tahajud.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tentang tema diatas,
maka peneliti menfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam
dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena
suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik?
2. Bagaimana hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan
terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena suami
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan bimbingan dan konseling
Islam dengan terapi shalat tahajud dengan untuk mengatasi stres
seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik
2. Untuk mendeskripsikan hasil pelaksanaan bimbingan dan konseling
Islam dengan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri
karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik
D.Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya
pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para
pembacanya. Diantaranya manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan
praktis dapat peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Segi Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain tentang
pengembangan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres
seorang istri yang mempunyai suami stroke. .
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa
bimbingan dan konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa
dalam melakukan proses konseling dalam hal mengatasi stres
2. Segi Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu seorang istri yang
mengalami stres.
b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai salah satu teknik yang efektif dalam menangani stres
seorang istri.
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari kesalah-pahaman terhadap judul, serta
memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan
penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah
bimbingan dan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud untuk
mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik. Adapun rincian definisinya adalah :
1. Terapi Shalat Tahajud
Shalat secara bahasa berarti do’a. Ibadah shalat dinamai do’a
karena dalam shalat itu mengandung do’a. Shalat juga berarti do’a
untuk mendapatkan kebaikan. Secara terminologi, shalat adalah suatu
ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan tertentu yang
diawali dengan takbiratul ihram (mengucapkan takbir) dan diakhiri dengan salam dengan syarat tertentu.12
Sedangkan tahajud berasal dari kata hujud yang artinya tidur. Dan oleh al-Biqai tahajud dipahami untuk meninggalkan tidur dan
melakukan shalat.13Shalat tahajud adalah shalat sunnah yang
dikerjakan pada waktu malam. Shalat diwaktu malam hanya dapat
disebut shalat tahajud dengan syarat apabila dilakukan sesudah
bangun tidur malam.14
Jadi shalat tahajud adalah sholat pada malam hari yang dilakukan
sesudah bangun dari tidur. Saat malam hari merupakan waktu yang
mustajab untuk bermunajat kepada Allah SWT.
2. Stres
Menurut Dr. Peter Tyler stres adalah perasaan tidak enak yang
disebabkan oleh persoalan-persoalan di luar kendali kita, atau reaksi
jiwa dan raga terhadap perubahan. Sedangkan menurut Lazarus stres
merupakan bentuk interaksi antara individu dan lingkungan yang
dinilai individu sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui
kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraannya.
Dengan kata lain, stres merupakan fenomena individual dan
menunjukkan respons individu terhadap tuntutan lingkungan.15
Menurut Triantoro, stres adalah keadaan yang membuat tegang
yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan
13 M. Irfan al-Firdaus, 25 Kisah Inspiratif Dibalik Keberkahan Tahajud dan Dhuha, (Yogyakarta: Lafal Indonesia, 2011), hal 5.
14 Moh Rifa’i, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra,2005), hal.88.
yang belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang
mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang dilakukan.16
Penderita stres yang dimaksud pada penelitian ini merupakan
seorang yang megalami tekanan baik fisik maupun psikologis
disebabkan oleh suami secara tba-tiba terserang stroke. Adapun
indikator stres seperti : perasaan sedih karena memikirkan keadaan
suami, menjalani kehidupan tidak bersemangat, mudah marah dengan
orang sekitar, putus asa dalam kesembuhan suami, konseli bosan dan
lelah merawat suaminya.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
secara holistic dengan cara mendeskripsikan kedalam bentuk kata-kata
dan bahasa pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.17
Jadi pendekatan kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh klien secara
menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk
kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan
definisi umum.
Jenis penelitian ini berbentuk studi kasus, penelitian studi kasus
adalah penelitian yang mendalam tentang individu, suatu kelompok,
suatu organisasi (komunitas), suatu program kegiatan, dan sebagainya
dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh deskripsi yang
utuh dan mendalam. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak
mungkin data - data mengenai subyek yang diteliti.18
Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk
menghasilkan teori. Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif,
terperinci, dan mendalam terhadap suatu gejala tertentu dari kasus
yang diteliti oleh peneliti.19 Jadi, jenis penelitian yang berbentuk studi
kasus adalah penelitian dilakukan secara mendalam, maksudnya
pengumpulan data secara lengkap dan dilakukan secara intensif
dengan mengikuti dan mengamati perilaku stres seorang istri.
2. Subyek dan Lokasi Penelitian
a. Konseli
Dalam penelitian ini adalah seorang istri yang bernama ibu
Fadhilah (nama samaran) yang mengalami stres karena suami
terkena penyakit stroke.
18 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
danIlmu Sosial Lainnya, cet.VI, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 201.
b. Konselor
Konselor dalam penelitian ini adalah Mar’atul Muslimah
seorang mahasiswa Bimbingan Konseling Islam di UIN Sunan
Ampel Surabaya Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
c. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Peganden RT. 13
RW. 03 Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis
data pada penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama
dilapangan, dan data utama bagi keberhasilan penelitian. Dalam
data primer dapat diperoleh berupa data : identitas lengkap konseli,
kegiatan keseharian konseli, tingkah laku keseharian konseli dan
orang sekitar, latar belakang dan masalah konseli, proses serta hasil
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua
atau guna melengkapi data primer.20 Diperoleh dari gambaran
lokasi penelitian, keadaan lingkungan konseli, buku harian konseli
dan teori-teori yang sesuai dengan penelitian ini.
Untuk mendapat keterangan dan informasi, penulis mendapatkan
informasi dari sumber data. Yang dimaksud dengan sumber data adalah
subyek dari mana data diperoleh.21Adapun sumber datanya adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung
diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yakni
seorang istri yang mengalami stres dengan memperoleh data berupa
gejala-gejala stres ang dialami klien.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh
dari orang lain guna melengkapi data yang penulis peroleh dari
sumber data primer seperti: keluarga klien dan tetangga klien.
dengan memperoleh data pendukung berupa respon dari keluarga
dan orang-orang sekitar.
20 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya: Univesitas Airlangga, 2001), hal. 128.
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam tahap-tahap penelitian, peneliti menggunakan 3 tahapan,
sebagaimana yang di tulis dalam buku Lexy J. Moelong dalam bukunya
Metode penelitian kualitatif, 3 tahapan tersebut antara lain:
a. Tahap Pra – Lapangan
Tahap ini digunakan untuk menyusun rancangan penelitian,
untuk itu diperlukan persiapan sebagai berikut:
1. Menyusun Rancangan Penelitian
Peneliti memahami mengenal terapi sholat tahajud untuk
mengatasi stres seorang istri karena suami terkena stroke di
Desa Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Setelah
mengetahui permasalahan konseli tersebut maka peneliti
membuat dan mengkaji latar belakang masalah berdasarkan
kajian terdahulu yang relevan dan membuat rumusan masalah.
2. Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian di Desa
Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik karena dekat
dengan rumah peneliti sehingga mempermudah untuk
melakukan penelitian.
3. Mengurus Perizinan
Peneliti meminta izin kepada klien Ibu Fadhilah (nama
samaran) dan keluarga bahwa peneliti akan melakukan proses
memberikan surat izin secara tertulis dan ditujukan kepada
kepala desa Peganden Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.
4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan
Peneliti melakukan observasi dan mengenali keadaan yang
sesuai dengan kondisi di Desa Peganden RT. 13 RW. 03
Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Serta menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan di lapangan.
5. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu
agar secepatnya dan seteliti mungkin dapat membenamkan diri
dalam konteks setempat. Dalam penelitian ini peneliti memilih
konseli itu sendiri, keluarga, tetangga serta aparat desa.
6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyiapkan pedoman
wawancara, alat tulis (pensil atau bolpoint, kertas, buku
catatan), perlengkapan fisik, izin penelitian, kertas, buku.
Semua yang bertujuan untuk mendapatkan penelitian deskripsi
data di lapangan.
7. Persoalan Etika Penelitian
Etika penelitian ini pada dasarnya menyangkut hubungan
perorangan maupun secara kelompok atau masyarakat.22
Dalam penelitian ini, peneliti bisa menjaga etika
profesionalnya: a) melindungi identitas subyek; b)
memperlakukan subyek dengan rasa hormat; c) memperjelas
persetujuan dan kesepakatan dengan subjek penelitian; dan d)
menulis apa adanya pada waktu menulis dan melaporkan
penemuan-penemuan penelitian. Maka peneliti harus mampu
memahami keadaan, dan bisa berprilaku baik dan sopan saat
melakukan observasi atau wawancara.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti berfokus pada data di lapangan,
adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Sebelum memasuki lapangan, peneliti harus mampu
memahami latar belakang penelitian, bisa menempatkan diri,
menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan dari tempat
penelitian, agar memudahkan hubungan dengan subjek dan
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data.
2. Memasuki lapangan
Setelah memasuki lapangan, peneliti menciptakan
hubungan yang baik antara peneliti dengan subjek (rapport),
agar subjek dengan sukarela memberikan informasi yang
diperlukan. Keakraban dengan subjek dan informan lainnya
perlu dipelihara selama penelitian berlangsung. Disini peneliti
membangun atau menjalin keakraban terlebih dahulu agar
informan tidak canggung dengan peneliti saat ada tanya jawab.
Pada penelitian ini subyek merupakan tetangga rumah
konselor. peneliti berhubungan baik sehingga memudahkan
peneliti mendapatkan informasi dan juga karna jarak rumah
konselor dan konseli dekat.
3. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Dalam penelitian ini peneliti berada dilapangan untuk
mendapatkan data dengan berkunjung ke rumah konseli di
Desa Peganden RT. 13 RW. 03 Kecamatan Manyar Kabupaten
Gresik dengan melakukan observasi serta wawancara untuk
mengetahui masalah yang dialami konseli kemudian peneliti
memberikan terapi shalat tahajud kemudian dilakukan
wawancara lagi setelah sesi konseling sebelumnya untuk
mengetahui adakah perubahan yang dialami konseli tentunya
peneliti mendapatkan informasi dari informan (keluarga,
tetangga, aparat desa).
5. Teknik Pengumpulan data
Salah satu tahap penting dalam proses penelitian adalah kegiatan
pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
a. Observasi (pengamatan)
Yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode
pengumpulan data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.23 Data yang akan diperoleh dari hasil observasi ini
kegiatan sehari-hari konseli, perilaku stres, dan lain-lain.
Pelaksanaan observasi dalam penelitian ini adalah peneliti
mengamati langsung di Desa Peganden RT. 13 RW. 03 Kecamatan
Manyar Kabupaten Gresik, Selanjutnya mengamati keadaan
konseli kemudian mengetahui beberapa gejala stres pada diri
konseli, kemudian peneliti menetapkan terapi shalat tahajud kepada
konseli setelah dilakukannya terapi shalat tahajud peneliti kembali
mengamati perubahan yang terjadi pada konseli setelah
dilakukannya proses terapi shalat tahajud, tentunya sesuai dengan
informasi keluarga, dan tetangga.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung
maupun tidak langsung.24 Dalam wawancara ini peneliti akan
memperoleh data berupa percakapan yang menggambar apa yang
sedang konseli alami dan rasakan, tanggapan keluarga dan tetangga
sekitar.
23 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana,2007), hal.118.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan untuk melengkapi data yang
sudah ada seperti foto proses konseling dan sebagainnya.
Tabel 1.1
Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data TPD
1 Gambaran umum lokasi
penelitian Informan W+O+D
2 Deskripsi latar belakang konselor, konseli, dan keluarga
Konselor,konseli Keluarga dan Informan
W+O
3
Bentuk - bentuk masalah yang dialami istri yakni mengalami stres
Keluarga dan
informan W+O
4
Pelaksanaan bimbingan
konseling Islam dengan terapi shalat tahajud
Konseli dan
konselor W+O
5
Perubahan perilaku konseli setelah pelaksaan bimbingan konseling Islam dengan terapi shalat tahajud
Konseli dan
konselor W+O
Keterangan:
TPD : Teknik Pengumpulan Data
D : Dokumentasi
O : Observasi
W : Wawancara
6. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data dengan cara memilah - memilih data sesuai dengan katagori yang disepakati
oleh peneliti. Deskripsi yaitu metode yang diterapkan untuk mengklasifikasi
memperoleh pemahaman komperhensif.25 Dalam melakukan analisis data,
peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara
membandingkan proses terapi sholat tahajud untuk mengatasi stres secara
teoritik dan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri karena
suami terkena stroke, Selanjutnya untuk mengetahui hasil akhir penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan stres yang dialami konseli
sebelum diberikan terapi shalat tahajud dan setelah diberikan terapi shalat
tahajud.
7. Teknik Keabsahan Data
Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya langsung menganalisa data lapangan untuk menghindari kesalahan-kesalahan. Maka untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian ini harus mengetahui
tingkat keabsahan data, antara lain :
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti berarti peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam
waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian. Dengan memperpanjang keikutsertaan peneliti dapat
menguji ketidakbenaran informasi baik berasal dari responden maupun
kesalahpahaman sendiri dalam menangkap informasi.Hal ini dilakukan
untuk memperkuat pengumpulan data dengan kata lain supaya data
yang terkumpul benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri atau
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci. Sehingga data tersebut dapat dipahami dan tidak
diragukan lagi.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Kemudian menelaah secara rinci sampai pada tahap awal tampak salah
satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang
biasa. Untuk keperluan teknik ini menuntut agar peneliti mampu
menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif
dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data. Dengan adanya teknik ini
memanfaatkan pengamatan lain untuk pengecekan kembali data yang
diperoleh.26
Triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan data yang
diperoleh dari informan pada waktu di depan umum dengan pribadi,
membandingkan perkataan orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakan kondisi sepanjang waktu, kemudian penulis juga
melakukan perbandingan wawancara dengan isi dokumen yang terkait.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan dalam
skripsi, maka peneliti menyusun sistematik pembahasannya sebagai
berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal terdiri dari : judul penelitian (sampul),
persetujuan pembimbing skripsi, pengesahan tim penguji, motto,
persembahan, penyataan pertanggung jawaban penulisan skripsi,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar skema.
2. Bagian Inti
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penetian, manfaat penelitian,
definisi konsep, metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan
jenis penelitian, sebjek dan tempat penelitian, jenis dan sumber data,
tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, teknik keabsahan data dan sistematika pembahasan.
BAB II Tinjauan Pustaka, yang berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, di dalam landasan teori yaitu terdapat
pengertian bimbingan dan konseling Islam, tujuan dan fungsi
bimbingan dan konseling Islam, asas-asas dan unsur-unsur, serta
langkah-langkah bimbingan dan konseling Islam. Terapi shalat
tahajud, meliputi: pengertian terapi sholat tahajud, keutamaan shalat
tahajud, hukum dan waktu sholat tahajud, shalat tahajud sebagai
terapi, aspek terapeutik dalam shalat tahajud, tahapan terapi shalat
tahajud, Stres, meliputi: pengertian stres, ciri-ciri stres, faktor
penyebab stres, stres sebagai masalah BKI, BKI dengan terapi shalat
tahajud untuk mengatasi stres, penelitian terdahulu yang relevan.
BAB III adalah Penyajian Data, Proses dan Hasil Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud untuk Mengatasi Stres.
Pada bagian ini menjelaskan tentang penyajian data secara umum
objek penelitian dan penyajian data proses pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan terapi shalat tahajud untuk mengatasi stres seorang istri
karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik.
karena suami terkena stroke di Desa Peganden Manyar Gresik dan
analisis hasil akhir pelaksanaan terapi shalat tahajud untuk mengatasi
stres seorang istri karena suami terkena stroke di Desa Peganden
Manyar Gresik.
BAB V Penutup. yang berisi kesimpulan dan saran-saran. 3. Bagian Akhir
Dalam bagian akhir berisi tentang daftar pustaka dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Kajian Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance”, kata “guidance” adalah kata dalam bentuk
mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja “to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang
benar.32
Menurut Rahman Natawidjaja bimbingan adalah adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan
dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat, serta kehidupan umumnya.
Dengan demikian, ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat
umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosial.33
Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
32M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 18.
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang memiliki
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi klien. Sejalan dengan itu Winkel mendefinisikan serangkaian
kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli atau
klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai berbagai persoalan atau masalah
khusus.34
Sedangkan bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis kepada setiap individu
agar dia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai
yang terkandung didalam Alquran dan hadits Rasulullah ke dalam dirinya,
sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-quran dan
hadits. Apabila internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Al-qur’an
dan hadits telah tercapai dan fitrah beragama itu telah berkembang secara
optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik
dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai manifestasi
dari peranannya sebagai khalifah di muka bumi yan sekaligus juga
berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.35
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan dan konseling
Islam adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada
seseorang yang sedang mengalami permasalahan baik lahir maupun batin
dengan tujuan agar individu tersebut mampu mengatasi masalahnya
sendiri dengan potensi yang ada pada dirinya serta menyadari bahwa
sebagai hamba Allah yang senantiasa bisa melakukan kebaikan,
menghormati orang lain, dan selalu ada jalan kebenaran sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Tujuan bimbingan dan konseling Islam secara umum adalah
membantu individu untuk mempunyai pengetahuan tentang posisi
dirinya dan mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan dan
melakukan suatu kegiatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat
bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat.36
Menurut Aunur Rahim Faqih tujuan umum bimbingan dan
konseling Islam adalah membantu individu dalam mewujudkan potensi
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan dan konseling Islam
adalah :
1) Membantu individu dalam memahami situasi dan potensi dirinya.
2) Membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinya.
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi
dirinya dan orang lain.37
Menurut Adz- Dzaky tujuan konseling Islam adalah :
a) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan
kebersihan jiwa dan mental.
b) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
c) Untuk menghasilkan kecerdasan emosi pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, setia kawanan, tolong-
menolong dan rasa kasih sayang.
d) Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembang rasa ketaatan kepada Allah
SWT, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan Nya,
dan ketabahan menerima ujiannya.38
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut Imam Sayuti Farid, fungsi bimbingan dan konseling Islam
adalah :39
37 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 36-37.
38 Adz-Dzaky, Hamdany Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Bandung: Rizky Press,2000), hal.
39 Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama
1) Fungsi Pencegahan
Yang disebut fungsi pencegahan ini adalah menghindari
segala sesuatu yang tidak baik atau menjauhkan diri dari larangan
Allah, sebagaimana didalam Al-quran :
ى ت
ل إ
ل مق ت ل نم كيلإ ىح م لتآ
َ ك َ ك ل
ل ء شحفل نع
ع ت م م عي
Artinya,“Bacalah apa yang telah di wahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut : 45).40
2) Fungsi Penyaluran
Penyaluran ini dimaksud untuk mengarahkan mereka
kepada sesuatu perbuatan yang baik atau menyesuaikan dengan
bakat maupun potensi yang dipunyai, sebagaimana didalam
Al-quran :
عس اإ سفن َ ف ي ا
Artinya, “Allah tidak membebani seseorang malainkan sesuai dengan kesanggupannya”(QS. Al-Baqarah : 286).41
3) Fungsi Pengembangan
Didalam pengembangan ini diharapkan orang yang di
bimbing dapat ditingkatkan untuk meningkat lagi prestasinya atau
bakat yang dimilikinya sebagaimana didalam Al-quran :
ف س ج ل ىف حسفت م ل ليق إ آ م ء ني لآ ي ي
حسفي حسف
َآ عف ي شن ف شنآ ليق إ م ل َ
ب َآ تج م علآ ت ني لآ م م م ء ني لآ
ي خ
عت
ٌ
Artinya,“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: berlapang - lapanglah dalam majelis maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Mujadilah :11).42
4) Fungsi Perbaikan
Dalam perbaikan ini dimaksudkan untuk mengatasi suatu
perbuatan yang sudah terlanjur terjerumus kedalam kemaksiatan
dan usaha dalam memperbaiki. Sebagaimana didalam Al-quran :
َآ جي َآ فغتسي مث هسفن م ظي ء س ل عي نم
فغ
يح
Artinya, “Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang“. (QS. An-Nisa:110).43
d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam
Layanan bimbingan konseling Islam mengacu pada asas-asas
bimbingan yang berlandaskan pada Al-qur’an dan Hadits atau Sunnah
Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan keimanan.
44Asas-asas bimbingan konseling Islam adalah sebagai berikut:
1) Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling Islam tujuan akhirnya adalah
membantu klien untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim, hanya
merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan
akhirat yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat
merupakan kebahagiaan abadi.45 Sebagaimana didalam Al-quran
:
43 Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal. 140. 44Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 21.
ء ب قي نم م م
خءاآ ىف سح ين لآ ىف ت
ق سح
لآ ع
Artinya, “ Dan diantara mereka ada orang yang berdoa:” Ya Tuhan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”(QS. Al-Baqarah : 201).46
2) Asas fitrah
Manusia menurut Islam, dilahirkan dengan membawa fitrah,
yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan. Bimbingan dan
konseling Islam merupakan bantuan kepada klien atau konseli
untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya.
47Sebagaimana didalam Al-quran :
في ح ني ل ك ج مق أف
ي ع لآ طف ىتلآ َآ طف
ق ل لي ت ا
لآ ثك ن ل ميقلآ ني لآ كل َآ
عيا
Artinya, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-rum : 30).48
46 Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal.49. 47 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 23.
3) Asas Lillahita’ala
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan semata-mata
karena Allah baik konselor melakukan tugasnya dengan penuh
keikhlasan, tanpa pamrih, sementara klien pun menerima atau
meminta bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena
semua yang dilakukan adalah karena untuk pengabdian kepada
Allah semata.49 Sebagaimana didalam Alqur’an :
إ لق
يحم ى سن ىتاص
َ ىت م
ني علآ
Artinya, “Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am : 162).50
4) Asas bimbingan seumur hidup
Dalam kehidupan manusia akan menjumpai berbagai
kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu maka bimbingan dan
konseling Islam selama hayat masih dikandung badan.51
نع ل ع نب
) م سم لك ى ع ي ف م عل ب
(سن
Artinya, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang islam”.
(H.R. Ibnu Abdulbar dari Anas).52
49 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 24-25.
50Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal.216. 51 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 25.
5) Asas kesatuan jasmani dan rohani
Manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani,
bimbingan dan konseling Islam memperlakukan konselinya
sebagai makhluk jasmaniah dan rohaniah sebagai makhluk biologis
semata, atau makhluk rohaniah semata, bimbingan konseling Islam
membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah
dan rohaniah tersebut.53
6) Asas keseimbangan ruhaniah
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir,
merasakan atau menghayati dan kehendak hawa nafsu, serta juga
akal. Orang yang dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu
diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkan,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja,
tetapi tidak menolak begitu saja. kemudian di ajak memahami apa
yang perlu dipahami dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran
dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.54
Sebagaimana didalam Al-quran :
قل
سنإ نجلآ نم يثك م جل ن
ا
ق م ل
نيع م ل ب
قفي
ا ء م ل ب
ي ا
53 Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 29.
ك ل ب ع سي
ك
لض مه لب معنأ
ل
مه ك
فغلآ
Artinya,“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak di pergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi, mereka itulah orang-orang yang lalai “. (QS. Al-A’raf :179).55
7) Asas kemaujudan individu
Bimbingan dan konseling Islam, berlangsung pada citra
manusia menurut Islam, memandang seorang individu
merupaan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu
mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang
lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai
konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensi
rohaniahnya.56 Mengenai perbedaan individual dapat dipahami
dari ayat Sebagaimana di dalam Al-quran :
لك نإ
قب ه ق خ ئش
Artinya,“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu
menurut ukuran”. (QS. Al-Qamar :49).57
55Mush-haf Asy-syarif Medinah Munawwarah,Al Qur’an dan Terjemahnya, hal. 251. 56 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal, 28.
8) Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk sosial, pergaulan, cinta kasih,
rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain,
rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek
yang diperhatikan di dalam bimbingan dan konseling Islami,
karena merupakan ciri hakiki manusia.58 Sebagaimana didalam
Al-quran :
سفن نم م ق خ لآ م ب قتآ لآ ي ي
ق خ ح
ن يثك ا ج م ثب ج م
س
ء
َآ قت آ
لآ
ك َآ إ ح أآ هب لء ست
يق م ي ع
Artinya,“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu sama lain. Dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
( An-Nisa : 1 ).59
9) Asas kekhalifahan manusia
Manusia menurut pandangan Islam, diberi kedudukan yang
tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar, yaitu sebagai
pengelola alam semesta (Khalifatullah fil ard). Dengan kata
58 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 29.
lain, manusia dipandang sebagai makhluk berbudaya yang
mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Tugasnya yakni
memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem
kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan yang
dilakukan oleh manusia itu sendiri.60 Sebagaimana didalam
Al-quran :
ل ه
أآ ىف ف خ م عج
, فك هي عف فك ن ف
فك ني ف لآ ي ي ا
مه
تقم اإ م ب ع
ي ي ا
سخ اإ مه فك ني ف لآ
Artinya,“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka” (QS. Faathir : 39).61
10) Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan,
keseimbangan, keserasian dalam segala hal. Dengan kata lain,
Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya
60 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 30.
sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan,
dan lain sebagainya).62
11) Asas pembinaan akhlaqul karimah
Manusia menurut pandangan Islam memiliki sifat-sifat yang
baik (mulia) sifat yang baik merupakan yang dikembangkan
oleh bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan dan konseling
Islam membantu konseli atau yang dibimbing, memelihara,
mengembangkan, menjalankan sifat-sifat yang sejalan dengan
tugas dan fungsi Rasulullah SAW.63 Sebagaimana didalam
Al-quran :
قل
م ل ك
س ىف
ج ي ك ن ل سح س َآ
ك خأآ يلآ َآ
يثك َآ
Artinya,“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab:21).64
12) Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari
orang lain. Rasa kasih sayang ini dapat mengalahkan dan
menundukkan banyak hal. Bimbingan dan konseling Islam
62 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001),hal. 30.
63 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 30.
dilakukan dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab hanya
kasih sayanglah bimbingan dan konseling Islam akan berhasil.65
13) Asas saling menghargai dan menghormati
Kedudukan antara konselor dengan klien dalam bimbingan
dan konseling Islam pada dasarnya sama atau sederajat, namun
perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak satu
memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan.
Hubungan yang terjalin antara konselor dan klien merupakan
hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan
masing-masing sebagai makhluk Allah.66 Sebagaimana didalam
Al-quran :
نسح أب يحف يحتب متييح إ
ك َآ إ ه م
ى ع
يسح ءيش لك
Artinya,“Apabila kamu diberi penghormatan dengan
sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah menghitung segala sesuatu.” (QS. An-Nisa’ :86).67
14) Asas musyawarah
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas
musyawarah, maksudnya antara konselor dan klien terjadi
65 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 31.
66 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal. 31.
dialog yang baik, tidak ada pemaksaan, tidak ada perasaan
tertekan dan keinginan tertekan.68
15) Asas keahlian
Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang
yang memiliki kemampuan, baik keahlian dalam metodologi
dan teknik-teknik bimbingan dan konseling maupun dalam
bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.69
Sebagaimana didalam Al-quran :
ق
ف سف لم ع ىنإ م تن م ى ع عآ قي ل
عت
نم
هل ت
ظلآ ح فيا هنإ ل قع
Artinya,“katakanlah : Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak akan mengetahui, siapakah (diantara kita) yang akan memperoleh hasil yang baikdidunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”
(QS. Al-An’am : 135).70
e. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam
Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling Islam maka
memerlukan beberapa unsur, adapun unsur tersebut adalah konselor,
klien, dan masalah akan dijelaskan sebagai berikut :
68 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal.32.
69 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,2001), hal.32.
1) Konselor
Menurut Latipun menyatakan bahwa konselor adalah orang
yang sangat bermakna bagi konseli, konselor adalah orang yang
amat bermakna bagi konseli, konselor menerima apa adanya dan
bersedia sepenuh hati membantu konseli mengatasi masalahnya di
saat amat kritis sekalipun dalam upaya menyelamatkan konseli dari
keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang
dalam kehidupan yang terus berubah.71
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang konselor,
yakni;
a) Memiliki sifat baik
b) Bertawakkal; mendasarkan sesuatu atas nama Allah SWT.
c) Sabar; tahan menghadapi klien yang menentang keinginan
untuk diberikan bantuan.
d) Tidak emosional; atrinya dapat mudah terbawa emosi dan dapat
mengatasi emosi diri dan yang terbantu.
e) Retorika yang baik, mengatasi keraguan klien dan dapat
meyakinkan bahwa ia dapat memberikan bantuan.
f) Dapat membedakan tingkah laku klien yang berimplikasi
terhadap hukum wajib, sunnah, mubah, makruh, haram terhadap
perlunya bertaubat atau tidak. 72
2) Klien
Klien adalah individu yang diberi bantuan oleh seorang
konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain.73
Disamping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian
sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan
bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian
keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sangat
ditentukan oleh pribadi klien itu sendiri74
Menurut Kartini Kartono, klien memiliki sikap dan sifat
sebagai berikut:
a) Terbuka
Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya
proses konseling. Artinya klien bersedia mengungkapkan
segala sesuatu yang diperlukan demi suksenya proses
konseling.
72 Elfi Muawanah, Bimbingan dan Konseling Islami Sekolah Dasar, (jakarta: Bumi Aksara,2012), hal. 142.
73 Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 111.
74Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan dan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik
b) Saling Percaya
Klien harus percaya bahwa konselor benar-benar
bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan
membocorkan rahasianya kepada siapapun.
c) Bersikap Jujur
Seorang klien yang bermasalah, agar masalahnya
dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya klien harus
bersikap jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur
mengakui bahwa masalah itu yang sebebnarnya ia alami.
d) Bertanggung Jawab
Tanggung jawab klien untuk mengatasi masalahnya
sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.75
Jadi seseorang yang dapat dikatakan klien apabila
memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas. Seorang yang
mempunyai masalah perlu mendapat bimbingan dan konseling
Islam karena pada dasarnya orang yang bermasalah adalah
orang yang jauh dari nilai-nilai agama, maka keimanan dapat
menumbuhkan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan
batin.
3) Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Hal yang semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh
konselor bersama klien.
Menurut WS. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah”, masalah adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha
untuk mencapai tujuan.76
Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia
sangatlah kompleks, diantaranya sebagai berikut:
a) Problem dalam bidang pernikahan dan keluarga
b) Problem dalam bidang pendidikan
c) Problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan)
d) Problem dalam bidang pekerjaan
e) Problem dalam bidang keagamaan.77
f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling Islam, diantaranya adalah :
1) Identifikasi Masalah
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal masalah beserta
gejala-gejala yang nampak, dalam langkah ini konselor mencatat
76 Ws. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramadia, 1989), hal. 12.
77Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling
kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus
mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2) Diagnosis
Langkah diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah
yang dihadapi kasus beserta latarbelakangnya. Dalam langkah ini
kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan
mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi
serta latar belakangnya.
3) Prognosis
Langkah prognosis ini untuk menetapkan jenis bantuan atau
terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah prognosa.
4) Treatment (terapi)
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau
bimbingan, langkah ini merupakan pelaksanaan yang ditetapkan
dalam prognosa.
5) Evaluasi
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai dan mengetahui
sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan telah
lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu
yang lebih lama.78
2. Terapi Shalat Tahajud
a. Pengertian Terapi Shalat Tahajud
Terapi menurut bahasa Arab sepadan dengan kata “Shafa -Yashfi-Shifan”, yang berarti pengobatan, mengobati, menyembuhkan.79
Sedangkan secara terminologis menurut beberapa ahli adalah :
1) Kartini Kartono mengatakan “Terapi ialah metode penyembuhan
dari gangguan-gangguan kejiwaan.”
2) Singgih G. Gunarsa merumuskan pengertian terapi dengan definisi
perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang.
3) Andi Mappire AT, mengatakan “Terapi adalah suatu proses
berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi pribadi.”80
Shalat adalah ibadah yang dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam menurut syarat dan rukun-rukun tertentu yang
dilaksanakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri
kepada Allah SWT.81
Sedangkan tahajud secara harfiah berarti “bangun tidur untuk
beribadah” bagi yang berkemampuan.82 Shalat tahajud merupakan
78 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.ILMU,1975), hal. 104-106.
shalat yang paling utama dari sekian shalat ghairu rawatib sebab dengan melakukannya ia mendapatkan kedudukan yang terpuji.83 Jadi
terapi shalat tahajud adalah penyembuhan yang dilakukan melalui
shalat malam.
b. Keutamaan Shalat Tahajud
Banyak ayat al-qur’an dan hadits yang menjelaskan tentang keutamaan waktu malam, ayat dan hadits tersebut juga menganjurkan
kepada orang-orang saleh agar mengisi waktu malam dengan berbagai
ibadah dan ketaatan. Diantara ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan
keutamaan shalat malam sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) pada malam hari kecuali sedkit (darinya), yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun pada waktu malam adalah lebih kuat (mengisi jiwa) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan.” (QS. Al -Muzzammil [73]:1-6).84
Sementara itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Thabarani, Rasulullah SAW. Bersabda :“Sesungguhnya Allah tersenyum kepada
dua orang, yang pertama, orang yang bangun pada malam hari, yang dingin dengan meninggalkan tempat tidur dan selimutnya, lalu berwudhu dan sholat, Allah Azza wa Jalla bertanya pada malaikat “apa yang mendorong hambaku melakukan itu? Para malaikat menjawab”, “Tuhan ia mengharapkan anugerah-Mu d