• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unduh BRS Ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Unduh BRS Ini"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 NTP Sumatera Barat bulan Agustus 2016 tercatat sebesar 97,13 atau naik sebesar 0,23 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 96,91 (Juli 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,71 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,48 persen.

 Pada bulan Agustus 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 93,34 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 91,69 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 97,78 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 105,35 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 106,50 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 108,10 dan 106,11.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Agustus 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,58 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (0,91 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,63 persen), kelompok perumahan (0,22 persen), kelompok kesehatan (0,15 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,05 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,05 persen). Sedangkan kelompok sandang mengalami deflasi sebesar 0,10 persen.

No. 53/9/13/Th XIX, 1 September 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT AGUSTUS 2016 SEBESAR 97,13 ATAU NAIK

0,23 PERSEN

A. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

(2)
(3)

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Agustus 2016 pada tiga subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor tanaman pangan (1,34 persen), subsektor hortikultura (0,10 persen), dan subsektor peternakan (0,94 persen). Sedangkan NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 1,04 persen dan 0,17 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2016 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,71 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 118,38 menjadi 119,22. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,87 persen), subsektor hortikultura (0,67 persen), subsektor peternakan (1,17 persen), dan subsektor perikanan (0,18 persen). Sedangkan It pada subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami penurunan sebesar 0,49 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan Agustus 2015 – Agustus 2016 (2012=100)

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Agustus 2016 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 1,34 persen dari 92,11 menjadi 93,34. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,87 persen) lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,52 persen).

Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,87 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada subkelompok padi sebesar 2,49 persen, walaunpun indeks harga pada subkelompok palawija mengalami penurunan sebesar 0,20 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,52 persen diakibatkan oleh naiknya indeks harga subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,58 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,33 persen.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Agustus 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,10 persen dari 91, 60 menjadi 91,69. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (0,67 persen), lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,57 persen).

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Agustus 2016 mengalami penurunan sebesar 1,04 persen, yaitu dari 98,80 menjadi 97,78. Menurunnya nilai NTPR ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,49 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,55 persen.

Meningkatnya nilai Ib sebesar 0,55 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,63 persen, dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,09 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Agustus 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen, yaitu dari 104,37 menjadi 105,35. Peningkatan NTP ini terjadi diakibatkan oleh peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (1,17 persen) lebih tinggi dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,23 persen).

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,17 persen terjadi karena peningkatan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 1,53 persen, subsektor ternak kecil sebesar 1,69 persen, dan subkelompok hasil ternak sebesar 1,09 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok unggas mengalami penurunan sebesar 0,49 persen, Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,23 persen diakibatkan oleh peningkatan harga subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,51 persen, walaupun subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,06 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTPN)

Pada bulan Agustus 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTPN) mengalami penurunan sebesar 0,17 persen, yaitu dari 106,68 menjadi 106,50. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,18 persen), lebih rendah dibanding peningkatan indeks yang dibayar petani (0,34 persen).

Peningkatan nilai It sebesar 0,18 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor perikanan tangkap sebesar 1,78 persen, walaupun indeks harga pada subsektor perikanan budidaya mengalami penurunan sebesar 0,21 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,34 persen diakibatkan peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,36 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,32 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Agustus 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,58 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari

inflasi pada kelompok

(6)

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Juli 2016 - Agustus 2016

(2012=100)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2016 terhadap Bulan Desember 2015 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2016 terhadap Bulan Agustus 2015

Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan Agustus 2016 sebesar 2,50 persen, dan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,68 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Agustus 2015 – Agustus 2016

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Agustus 2016, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Anak Daro yaitu sebesar Rp 6.200,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Semeru, yaitu senilai Rp 4.050,00 per kg, terjadi di Kabupaten Solok.

 Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan Agustus 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 9,82 persen dari Rp 4.814,06 per kg ( Juli 2016) menjadi Rp 5.286,87 per kg ( Agustus 2016), dan di tingkat penggilingan naik 10,19 persen dari Rp 4.908,30 per kg (Juli 2016) menjadi Rp 5.408,69 per kg (Agustus 2016). Sementara itu, rata–rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

B.

PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2016

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 9,82 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat,

yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman.

Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Agustus 2016 dibanding bulan Juli 2016 untuk kualitas

GKP mengalami kenaikan sebesar 9,82 persen dari Rp 4.814,06 per kg (Juli 2016) menjadi Rp 5.286,84

per kg (Agustus 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 10,19 persen

dari Rp Rp 4.908,30 per kg (Juli 2016) menjadi Rp 5.408,69 per kg (Agustus 2016).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Agustus 2016

Kelompok Kualitas

Jumlah Observasi

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(8)

Kabupaten Tanah Datar, yaitu sebesar Rp 6.200,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat

penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.260,00 per kg.

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Juni 2016 s/d Agustus 2016

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg) Juni’16 Juli’16 Ags’16

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan

Dan HPP Sumatera Barat Agustus 2014 – Agustus 2016

4680,99

Harga Gabah Rata -rata di Penggilingan Hpp di Tingkat Penggilingan

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh

Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal

17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp

3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp

4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Agustus 2016 tidak ditemukan kasus

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Azwir, S.Si

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Gambar

Tabel 2
Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani  dan Penggilingan,
Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Masyarakat Desa Meduri memilih pekerjaan sebagai pencari bonggol jati selain ada tawaran mereka juga pengrajin bonggol jati memiliki tingkat pendidikan yang

Perilaku komunitas di Panti Asuhan Nurul Mannan di wilayah Desa Sukowono tentang penggunaan PHBS sehat dapat dilakukan dengan baik karena pengetahuan dari pihak

Pengukuran kinerja dari aspek keuangan mudah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan manajemen sehingga hasil pengukuran kinerja tradisional semacam ini kurang tepat

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Pengukuran Kinerja pengelolaan keuangan Masyarakat (KKM) adalah untuk mengukur tingkat penguasaan Satlak atas pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan yang telah

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

bahwa dengan adanya kendaraan bermotor yang belum tercantum dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2007 tentang Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Studi yang telah memasuki tahun ke-14 ini mengukur kepuasan pemilik kendaraan baru terhadap proses layanan purna jual dengan menganalisa kinerja dealer dalam lima faktor: