• Tidak ada hasil yang ditemukan

BahanAjar Hukum Tata Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BahanAjar Hukum Tata Negara"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Istilah HTN

Doit Constitutionnel (Perancis), Constitutional Law

(Inggris), Staatsrecht dan juga staatslehre

(Belanda), verfassungsrecht (Jerman).

Staatsrecht mengandung 2 pengertian. (1) dalam

arti sempit disebut HTN/verfassungsrecht; (2) HTN dalam arti luas mencakup HTN dalam arti sempit dan HAN/verwaltugsrecht.

Djokosoetono menyukai penggunaan

verfassunglehre daripada verfassungsrecht.

Baginya istilah yang tepat untuk HTN adalah

verfassungslehre atau teori konsitusi.

Verfassungslehre akan menjadi dasar untuk

(4)

Lanjutan….

Kenapa istilahnya HTN, bukan HTN

Indonesia (HTN Positif)? Sebab, HTN

positif

(verfassungsrecht)

hanya berkisar

kepada norma-norma hukum dasar yang

berlaku di satu negara. Sementara HTN

umum

(verfassungslehre)

mempelajari

juga fenomena HTN pada umumnya.

HTN dari kata “hukum”, “tata” dan

“negara”. Tata negara berarti sistem

penataan negara, yang berisi ketentuan

mengenai struktur kenegaraan dan

(5)

Pengertian HTN

Van Vollenhoven – HTN mengatur semua

masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya, yang masing-masing menentukan wilayah atau

lingkungan rakyatnya sendiri-sendiri, menentukan badan-badan dalam lingungan masyarakat

hukum yang bersangkutan beserta fungsi masing-masing, serta menentukan pula susunan dan

kewenangan badan-badan dimaksud.

Paul Scholten – HTN adalah hukum yang

mengatur mengenai tata organisasi negara. Ia hanya menekankan perbedaan antara organisasi negara dengan organisasi non-negara.

J.H.A. Logeman – HTN adalah hukum yang

(6)

Lanjutan…

Van Apeldoorn – HTN

(verfassungsrecht)

disebut

staatsrecht

dalam arti sempit. Sedangkan

dalam arti luas

staatsrecht

meliputi pula pengertian HAN.

Mac-Iver – HTN adalah hukum yang mengatur negara, sedangkan hukum yang oleh negara dipergunakan untuk mengatur sesuatu selain negara disebut sebagai hukum biasa

A.V. Dicey – HTN mencakup peraturan yang secara langsung atau tidak langsung

mempengaruhi dstribusi atau pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat dalam negara. • Maurice Duverger – HTN adalah salah satu

(7)

Lanjutan….

• Kusumadi Pudjosewojo – HTN adalah hukum yang mengatur bentuk negara dan bentuk

pemerintahan, yang menunjukkan masyarakat hukum yang atasan maupun yang bawahan,

beserta tingkatan-tingkatannya yang selanjutnya menegaskan wilayah dan lingkungan rakyat dari masyarakat-masyarakat hukum itu dan akhirnya menunjukkan alat-alat perlengkapan yang

memegang kekuasaan penguasa dari masyarakat hukum itu, beserta susunan, wewenang, tingkatan imbangan dari dan antara alat perlengkapan.

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim – HTN sebagai

kumpulan peraturan hukum yang mengatur

organisasi daripada negara, hubungan antar alat perlengkapan negara dalam garis vertika dan

(8)

Lanjutan…

Jimly Assiddiqie – Ilmu HTN dirumuskan

sebagai cabang ilmu hukum yang

mempelajari prinsip-prinsip dan

norma-norma hukum yang tertuang secara tertulis

ataupun yang hidup dalam kenyataan

praktik kenegaraan berkenaan dengan (1)

konstitusi yang berisi kesepakatan kolektif

suatu komunitas rakyat mengenai cita-cita

untuk hidup bersama dalam suatu negara;

(2) institusi-institusi kekuasaan negara

(9)

Kedudukan HTN dalam Ilmu

Hukum

1.

Dari isinya, Van Apeldoorn membagi

hukum menjadi dua golongan :

Hukum Publik – hukum yang mengatur

kepentingan-kepentingan hukum yang

bersifat umum/publik.

Hukum Privat – hukum yang mengatur

kepentingan hukum yang bersifat

khusus/privat.

2.

Kusumadi Pudjosewojo memasukkan

(10)

Lanjutan…

Van Wijk dan Crince Le Roy

berpedapat, HTN berkedudukan

sebagai bidang hukum pokok.

HUKUM TATA NEGARA

Hukum

(11)

Objek Kajian HTN

Objek kajian HTN adalah negara

Ilmu lain seperti ilmu politik (IP) , ilmu negara (IN),

hukum administrasi negara juga menjadikan negara sebagai objek kajian.

Negara merupakan konstruksi ciptaan manusia

tentang hubungan antara manusia yang

diorganisasikan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan bersama.

IP dan IN mengkaji negara sebagai

body politic.

IP lebih melihat negara sebagai realitas politik

atau perilaku politik partisipannya.

HTN mengkaji negara dari segi aspek hukum yang

membentuk dan yang dibentuk oleh organisasi negara atau norma yang tertuang dalam

(12)

Lingkup Kajian HTN

John Alder merumuskan 5 pusat perhatian HTN: • Siapa atau lembaga apakah yang menjalankan

berbagai fungsi kekuasan negara?

Apa dan bagaimana hubungan antara masing-masing cabang kekuasaan itu satu sama lain? • Bagaimana para anggota atau pimpinan dari

cabang-cabang kekuasaan negara ditetapkan dan diberhentikan?

Bagaimana cara pemerintahan dan jabatan kenegaraan yang ada dibatasi dan dikontrol? • Bagaimana prosedur membentuk dan

(13)

Metode Mempelajari HTN

(14)

Hubungan HTN dengan

Ilmu Lainnya

1. HTN dengan Ilmu Negara (IN)

HTN memiliki nilai praktis (normatif wissenschaft),

sedangkan IN mementingkan nilai teoritis (seins wissenschaft) dan tidak mempunyai nilai praktis.

Objeknya HTN berupa hukum positif negara tertentu,

sedangkan IN objeknya berupa asas-asas dan pengertian-pengertian pokok tentang negara. 2. HTN dengan HAN

• HTN mengatur negara dalam keadaan diam/tidak

bergerak, sedangkan HAN adalah hukum negara dalam keadaan bergerak.

Inti persoalan yang dibahas terkait status dan aturan

(role), sedangkan HAN inti persoalannya adalah sikap tindak negara (role-playing)

3. HTN dengan Ilmu Politik

Barens mengumpamakan HTN sebagai kerangka manusia,

(15)

SUMBER

HUKUM

TATA

(16)

Istilah Sumber Hukum

“Sumber hukum” berbeda dengan

“dasar hukum”, “landasan hukum”,

atau “payung hukum”.

Sumber hukum dipahami sebagai

(17)

Defenisi Sumber Hukum

Berdasarkan TAP MPR No. III/MPR/2000

1.Sumber hukum adalah sumber yangdijadikan

bahan untuk penyusunan peraturan

perundang-undangan;

2.Terdiri dari Hukum tertulis dan tidak tertulis;

3.Sumber hukum dasar nasional, terdiri dari :

(18)

Macam-macam Sumber

Hukum

Menurut Utrecht :

1.Sumber Hukum Formil – tempat

formal dalam bentuk tertulis dari

mana suatu kaidah hukum diambil;

2.Sumber Hukum Materiil – tempat dari

mana norma itu berasal, baik yang

(19)

Bentuk Sumber Hukum

Formil

Produk Legislasi;

Perjanjian/Perikatan;

Putusan Pengadilan;

Bentuk-bentuk keputusan

(20)

Sumber Hukum Tata

Negara

Dalam bidang ilmu HTN, yang biasa

diakui sebagai sumber hukum adalah :

Undang-Undang Dasar dan peraturan

perundang-undangan tertulis.

Yurisprudensi.

Konvensi ketatanegaraan.

Hukum internasional tertentu.

Doktrin ilmu hukum tata negara

(21)

Tata Urutan Peraturan

Per-UU-an

TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

1945.

Ketetapan MPR.

Undang-undang Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-undang.

Peraturan Pemerintah.

Keputusan Presiden.

Peraturan-peraturan Pelaksanaan lainnya

seperti :

(22)

Lanjutan…

Pasal 2 TAP MPR No. III/MPR/2000

Tata urutan peraturan per-UU-an :

1.Undang-Undang Dasar 1945;

2.Ketetapan MPR RI;

3.Undang-Undang;

4.Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu);

(23)

Lanjutan…

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang no.

10 Tahun 2004

Jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan adalah :

1.Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang;

3.Peraturan Pemerintah;

4.Peraturan Presiden;

(24)

Lanjutan…

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor

12 tahun 2011

Jenis dan hierarki Peraturan

Perundang-undangan terdiri atas:

1.Undang-Undang Dasar 1945;

2.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

3.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang;

4.Peraturan Pemerintah;

5.Peraturan Presiden;

6.Peraturan Daerah Provinsi; dan

(25)

SISTEM

(26)

Defenisi Bentuk Negara &

Pemerintahan

Bentuk negara berbeda dengan

bentuk pemerintahan.

Menurut Jimly;

bentuk negara

menyangkut cara pengorganisasian

badan-badan tertinggi dalam

organisasi negara, sedangkan

bentuk pemerintahan

menyangkut

pengorganisasian wilayah nasional

(27)

Bentuk Negara

1. Negara Kesatuan (unitarisme) atau eenheidstaat --- suatu negara yang merdeka dan berdaulat, dimana di seluruh negara yang berkuasa

hanyalah satu pemerintah (pusat) yang mengatur seluruh daerah, jadi tidak terdiri dari beberapa

daerah yang berstatus negara bagian (deelstaat).

Yang berdaulat adalah pemerintah pusat

2. Negara Serikat (federasi) atau bondstaat ---

merupakan dua atau lebih kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji

untuk bersatu dalam suatu ikatan politik, ikatan mana akan mewakili mereka sebagai

(28)

Bentuk Pemerintahan

Menurut Hans Kelsen, yang diamini

Saldi Isra:

1. Monarkhi (kerajaan) – kriterianya

(Duguit)

Kepala negara atas dasar

keturunan atau hak waris.

(29)

Pengertian

Pemerintahan

Dalam arti luas pemerintahan berkaitan

dengan segala urusan yang dilakukan

oleh negara dalam menyelenggarakan

kesejahteraan, memelihara keamanan

dan meningkatkan derajat kehidupan

rakyat serta dalam menjamin

kepentingan negara itu sendiri. Dalam hal

ini pengertian tersebut mencakup fungsi

legislatif, eksekutif dan yudikatif.

dalam arti sempit pemerintahan itu

(30)

Defenisi Sistem

Pemerintahan

- Menurut Harun Alrasyid -- Sistem

pemerintahan ialah sistem hukum

ketatanegaraan, baik yang berbentuk

monarkhi maupun republik, yaitu

mengenai hubungan antarpemerintah dan

badan yang mewakili rakyat.

- Menurut Mahfud -- sistem pemerintahan

dipahami sebagai suatu sistem hubungan

tata kerja antar lembaga-lembaga negara.

- Usep Ranawijaya -- sistem pemerintahan

(31)

Kategori Sistem

Pemerintahan

Menurut C.F. Strong :

1.Parlementer (Kabinet)

2.Non parlementer

(32)

Lanjutan...

Geovanni Sartori (Arent Lijphart, Jimly,

Sri Soematri) membagi sistem

pemerintahan menjadi 3 kategori :

1. Sistem parlementer

2. Sistem presidentil

3. Sistem campuran (

hybrid

atau

mixed

)

Aulia Rahmah menambah satu kategori

lagi, yaitu

colegial system

Denny Indrayana menambah dua

(33)

Lanjutan…

Saldi Isra – Sistem pemerintahan

yang lebih penting dibahas hanyalah

tiga yang pertama, sebab :

a. Secara umum tiga sistem itu yang

banyak dipraktikkan.

b. Dalam kontek ketatanegaraan

(34)

Sistem Parlementer

(Kabinet)

Wujudnya :

1.Lembaga eksekutif nasional terkait

erat dengan lembaga legislatif.

(35)

Sistem Presidentil

Wujudnya :

1.Masing-masing lembaga eksekutif dan

legislatif memperoleh mandat

kekuasaan dari rakyat secara

sendiri-sendiri.

2.Kedua-dua terbuka untuk dinilai oleh

rakyat pemberi mandat, dalam artian

kedua-duanya sama-sama

(36)

Sistem Campuran

Wujudnya :

Ciri-ciri dari kedua sistem tersebut

dianut, tetapi tidak sepenuhnya

(37)

Perbedaan Ketiga Sistem

Parlementer Presidentil Campuran

Dibedakan secara tegas antara fungsi Kepala Negara dan Kepala pemerintahan

Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dipegang Presiden (tidak ada pemisahan yang tegas antara

Kepala Negara dengan Kepala Pemerintahan)

Kepala Negara

dipegang Presiden sedangkan fungsi Kepala Pemerintahan dipegang Perdana Menteri yang

bertanggung jawab kepada parlemen Kabinet dibentuk dan

bertanggung jawab kepada parlemen

Kabinet (Dewan

Menteri) dibentuk oleh Presiden dan

bertanggung jawab kepadanya.

Presiden mengangkat menteri dan Perdana Menteri (presidentil), pada saat bersamaan Perdana Menteri

diharuskan mendapatkan

(38)

Parlementer Presidentil Campuran

Kabinet dibentuk sebagai suatu kesatuan dan

bertanggung jawab secara kolektif

dibawah PM

Kabinet dibentuk dengan tanggung

jawab masing-masing kepada Presiden yang mengangkatnya,

tidak kepada Parlemen

Di Maroko, Dewan Menteri (Kabinet) bertanggung jawab kepada Presiden (melalui

pemberhentian) dan kepada DPR (prakarsa mosi tidak percaya). Di Aljazair, mirip dengan Indonesia

sebelum amandemen UUD 1945

Kabinet punya hak konstitusional

membubarkan

parlemen sebelum periode kerjanya berakhir

Kepala Negara maupun Kepala

Pemerintahan tidak mempunyai hak konstitusional membubarkan parlemen

Setiap anggota kabinet adalah anggota parlemen terpilih

Setiap anggota

kabinet diangkat dan diberhentikan

(39)

Parlementer Presidentil Campuran

Kepala Pemerintahan (Perdana Menderi) tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan hanya dipilih menjadi angota parlemen

Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan biasanya dipilih

langsung oleh rakyat atau tdk langsung (seperti Presiden Indonesia sbelum amandemen UUD)

Di Perancis, Perdana Menteri diangkat atas dasar dukungan

mayoritas anggota parlemen oleh

Presiden. Pada

pokoknya ditentukan oleh parlemen )

Walaupun demikian Presiden dapat dengan mudah mengangkat dan mengganti

Perdana Menteri Negara yang

menerapkan sistem ini : Inggris.

Negara yang

menerapkan sistem ini : Amerika.

Di Perancis, India, Maroko, Aljazair disebut “hybrid

system”. Di Swiss dan Uruguay disebut

(40)

Perbedaan Utama

Parlementer & Presidentil

Komponen Parlement

er Presidentil

Terpisah tidaknya kekuasaan seremonial dan politik (fusion of ceremonial and

political powers)

terpisah tidak Terpisah tidaknya personalia legislatif dan

eksekutif (separation of legislative and executive personnels)

tidak terpisah Tinggi rendahnya corak kolektif dalam

sistem pertanggungjawabannya (lack of collective responsibility)

tinggi rendah Pasti tidaknya masa jabatan Kepala Negara

dan Kepala Pemerintahan (fixed term of office)

(41)

SISTEM

PEMERINTA

HAN

(42)

UUD 1945 Sebelum

Perubahan

Sistem Kuasi Presidensial

Presiden memegang kekuasaan

pemerintahan (Pasal 4 ayat (1) UUD 1945.

Menteri-menteri diangkat, diberhentikan

dan bertanggung jawab kepada Presiden

(Pasal 17 UUD 1945).

Presiden tidak bertanggung jawab kepada

DPR dan DPR tidak dapat menjatuhkan

Presiden.

(43)

Perubahan Praktik

Ketatanegaraan

Maklumat Wakil Presiden Nomor X

tanggal 16 Oktober 1945 -- penyerahan

kekuasaan legislatif kepada KNIP.

Maklumat Pemerintah tentang partai

politik tanggal 3 November 1945 –

menganjurkan berdirinya parpol.

Maklumat Pemerintah tentang kabinet

tanggal 14 November 1945 –

perubahan sistem kabinet Kuasi

(44)

KRIS 1949

Sistem parlementer – Pasal 118 KRIS

“di

dalam penyelenggaraan pemerintahan

negara ini, Presiden tidak dapat

diganggu gugat, tetapi tanggung jawab

kebijaksanaan pemerintah adalah di

tangan Menteri-menteri, baik secara

bersama-sama untuk seluruhnya,

maupun masing-masing untuk

bagiannya sendiri-sendiri”.

KRIS menganut sistem

pertanggungjawaban menteri, artinya

menterilah sebagai penyelenggara

(45)

UUDS 1950

Sistem parlementer – Pasal 83 ayat (1) UUDS 1950

“Presiden dan Wakil Presiden dalam

penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat

diganggu gugat”.

Pasal 83 ayat (2)

“Tetapi yang

harus bertanggung jawab atas seluruh

kebijaksanaan pemerintah ialah

menteri-menteri baik itu secara bersama-sama untuk

seluruhnya, maupun masing-masing untuk

bagiannya sendiri”

Dewan menteri dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Dewan menteri dapat mengajukan permohonan pembubaran parlemen kepada Presiden bila

(46)

UUD 1945 Sebelum

Perubahan

(Pasca Dekrit)

Kuasi Presidensial.

Setelah Dekrit, terbit TAP MPRS Nomor

VIII/MPR/1965 – pedoman demokrasi

terpimpin adalah musyawarah untuk

mufakat. Bila tidak tercapai, diserahkan

kepada pimpinan.

Pasca dekrit, parlemen berada di bawah

kekuasaan Presiden – Presiden

(47)

Lanjutan…

Orde Baru

Kuasi Presidensial

Demokrasi Pancasila – TAP MPRS

Nomor XXXVII/MPRS/1968 –

ketetapan tentang pedoman

pelaksanaan Demokrasi Pancasila –

berlaku bagi semua

(48)

UUD 1945 Sesudah

Perubahan

Sistem Pemerintahan yang dianut UUD 1945

setelah perubahan adalah Sistem Presidensial

dengan alasan :

Pasal 4 UUD 1945, Presiden Republik Indonesia

memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

Pasal 6 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden dipilih

dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.

Pasal 7 UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden

memegang jabatan selama lima tahun, dan

sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.

Pasal 7C UUD 1945, Presiden tidak dapat

membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 17 UUD 1945, (1) Presiden dibantu oleh

(49)

SEJARAH

KETATANEGAR

AAN

(50)

Masa Peralihan-

Maklumat No. X

Berdasarkan pasal IV AP UUD 1945,

sebelum MPR, DPR dan DPA terbentuk

segala kekuasaannya dijalankan oleh

presiden

dan dibantu oleh sebuah Komite

Nasional.

Komite berkedudukan sebagai pembantu

presiden

Komite nasional dilantik tanggal 29 agustus

1945 dengan jumlah anggota sebanyak

135 orang (eks anggota PPKI sebagai

(51)

Lanjutan...

Kedudukan Komite Nasional Pusat (KNIP)

berubah dengan keluarnya Maklumat Nomor

X tanggal 16 Oktober 1945 yang

ditandatangani Wakil Presiden.

Komite tidak hanya sekedar membantu

tetapi diserahi kekuasaan legislatif dan ikut

menetapkan GBHN melalui maklumat

tersebut.

Maklumat tersebut juga menentukan bahwa

KNIP berhubung dengan gentingnya keadaan

mendelegasikan kewenangannya kepada

(52)

Maklumat Pemerintahan 14

November 1945

Tanggal 11 November 1945, BP KNIP

mengusulkan kepada presiden agar

menteri bertanggungjawab kepada

Parlemen.

Tanggal 14 November Kabinet Presidensiil

dibawah Soekarno meletakkan jabatan dan

diganti kabinet baru dibawah Perdana

Menteri Sutan syahrir. Berdasarkan

Maklumat pemerintah tanggal 14

november 45, menteri-menteri anggota

kabinet tidak lagi bertanggungjawab

kepada presiden.

Pusat kekuasaan eksekutif ada pada

(53)

Pemerintahan Darurat RI

PDRI

--

penyelenggara pemerintahan Republik

Indonesia periode 22 Des 1948 – 13 Juli 1949.

PDRI dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara

yang disebut juga dengan Kabinet Darurat.

Pemerintahan Darurat dibentuk melalui sebuah

rapat sejumlah pimpinan republik yang sedang

berada di Bukittinggi pada tanggal 22 Des

1948.

Mandat PDRI berasal dari Presiden Soekarno,

sekalipun Syafruddin tidak pernah

(54)

Dekrit 5 Juli 1959

Bunyi dekrit : (KEPPRES No. 150 Tahun 1950)

- Anjuran untuk kembali ke UUD tidak

memperoleh keputusan dari Konstituante.

- Pernyataan sebagian besar anggota

Konstituante yang tidak ingin mau lagi

menghadiri sidang.

- Dapat menimbulkan kondisi yang

membahayakan ketatanegaraan.

Tanggal 22 Juli 1959, DPR secara aklamasi

menyetujui seruan presiden untuk

(55)

Perdebatan

Konstitusionalitas Dekrit

1. Mohammad Hatta – Dekrit merupakan

tindakan inkonstitusional.

2. Djokosoetono – Dekrit sah berdasarkan

doktrin

staatsnoodrechts.

Namun, pada

saat itu tidak ada keadaan yang terkategori

staatsnoodrechts.

Sebab, yang terjadi

hanya penolakan Majelis Konstituante

terhadap usul pemerintah untuk kembali ke

UUD 1945.

3. Yusril Ihza Mahendra -- Dekrit sah karena

dipandang sebagai suatu revolusi hukum –

seabsahannya dicari secara

post pactum,

sejauh mana Presiden dapat

(56)

Pelaksanaan UUD 1945

(Orde Lama)

Demokrasi terpimpin berakibat terjadinya

penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945

1. Penyimpangan ideologis, Pancasila menjadi Nasakom; TAP MPR No. VIII/MPRS/1965 mendefenisikan Demokrasi

Terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

yang berintikan Musyawarah untuk Mufakat secara gotong-royong antara semua kekuatan Nasional yang progresip revolusioner berporoskan Nasakom.

Inti demokrasi terpimpin adalah pengambilan keputusan oleh lembaga-lembaga negara dilakukan secara

musyawarah mufakat, bila tidak tercapai maka peluang bagi pemimpin untuk memutuskan sesuai dengan

(57)

Lanjutan...

2. Demokrasi terpimpin yg semula

bersumber dari sila ke-4 merubah menjadi

pemusatan kekuasan di tangan presiden.

a. Demokrasi terpimpin bukannya menjunjung tinggi nilai-nilai kedaulatan rakyat, melainkan menjunjung tinggi kekuasaan pemimpin

(Ni’matul Huda).

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sementara No. II/MPRS/1960 Presiden Soekarno diangkat menjadi Mandataris Majelis

(58)

Lanjutan...

3. Pengangkatan Soekarno sebagai presiden

seumur hidup.

Dikeluarkannya TAP MPR No. III/MPRS/1963

tentang Pengangkatan Pemimpin Besar

Revolusi Indonesia Bungkarno menjadi

Presiden Republik Indonesia Seumur Hidup.

4. Tahun 1960, DPR tidak menyetujui RAPBN

yang diajukan pemerintah, waktu itu

presiden membubarkan DPR hasil pemilu

1955 dan membentuk DPR GR.

(59)

Pelaksanaan UUD 1945

(Orde Baru)

TAP MPR No. XVIII/MPRS/1966 – menarik

kembali pengangkatan pemimpin besar

revolusi sebagai presiden seumur hidup.

Februari 1967, DPR GR mengeluarkan

resolusi meminta MPRS untuk melaksanakan

sidang istimewa untuk meminta

pertanggungjawaban Presiden Soekarno.

Sidang Istimewa mengambil putusan :

- Presiden Soekarno telah tidak dapat memenuhi tanggungjawab konstitusional.

- Mengangkat Jenderal Soeharto sebagai Pejabat presiden berdasarkan TAP MPRS No.

(60)

Lanjutan...

• Berdasarkan UU no. 15/1969 Pemilu 1971 diikuti oleh 9 parpol dan Sekber Golkar.

• Berdasark UU No.16/1969 menetapkan 460 anggota DPR, 100 diantaranya diangkat dan 360 dipilih lewat pemilu.

• Jumlah anggota MPR sebanyak 920, sepertiga darinya diangkat.

• MPR hasil pemilu 1971 pada sidang umum 1973

menetapkan GBHN dan memilih presiden dan wakil presiden.

• Berdasarkan UU No. 2/1985, anggota DPR ditetapkan sebanyak 500, 400 dipilih dan 100 orang diangkat.

• Jumlah anggota MPR 1000 orang.

• Dikeluarkannya UU No. 3/85 yang mengatur tentang asas tunggal.

(61)

Lanjutan...

1. Awalnya disebut hendak

melaksanakan Pancasila dan UUD

secara murni dan konsekuen – dalam

arti menjalankan negara berdasarkan

konstitusi, demokrasi dan hukum.

2. Hegemoni tafsir UUD 1945 oleh

pemerintahan Orde Baru.

(62)

Lanjutan...

4. Sakralisasi UUD 1945 :

a. Tuduhan subversif bagi yang berupaya

menyentuhnya – dilegitimasi dgn TAP

MPR No I/MPR/1978 yang berisi tekad

MPR untuk mempertahankan UUD dan

tidak berkehendak merubahnya.

b. Jika MPR ingin merubah UUD, maka

terlebih dahulu harus melalui

(63)

Kelemahan UUD 1945

• Kekuasaan eksekutif terlalu besar (Executive heavy)

• Rumusan UUD sangat sederhana, umum, bahkan tidak jelas.

• Unsur-unsur konstitusionalisme tidak dielaborasi secara memadai.

Terlalu menekankan pada semangat penyelenggara

negara.

Memberikan atribusi kewenangan terlalu besar pada

presiden.

• Banyak materi penting justru di atur dalam penjelasan.

• Status dan materi penjelasan; sesuatu yang tidak ada dalam batang tubuh justru ada dalam

(64)

Pelaksanaan UUD 1945

(Reformasi)

1. Lahirnya TAP MPR No. VIII/MPR/1998 tentang

pencabutan TAP MPR No. IV/MPR/1983

tentang referendum.

2. Lahirnya TAP MPR No. XIII/MPR/1998 tentang

pembatasan masa jabatan presiden dan

wakil presiden.

3. Dilakukannya perubahan UUD 1945

4. Kesepakatan Dasar dalam perubahan UUD :

a. Tidak mengubah pembukaan; b. Tetap mempertahankan NKRI;

c. Mempertegas sistem presidensial;

d. Penjelasan UUD ditiadakan da hal-hal normatif dimasukkan dalam pasal-pasal;

(65)

HUKUM TATA

NEGARA

(66)

Istilah

HTN darurat merupakan terjemahan dari

staatsnoodrecht.

Objek kajian HTN Darurat adalah “negara

dalam keadaan darurat” atau

state of

emergency. Atau state of siege

,

martial

law,

dll.

Semua istilah menunjuk pada pengertian,

keadaan bahaya yang tiba-tiba

mengancam ketertiban umum, yang

(67)

Pengertian

Keadaan darurat atau keadaan yang

dikecualikan dari keadaan yang bersifat

normal

(state

of

exception)

(68)

Arti Penting Studi HTN

Darurat

Menghindari agar negara terhindar

dari pelanggaran serius HAM, sebab

pelanggaran hak asasi manusia dapat

terjadi dengan diberlakukannya

keadaan darurat.

Sebagai

early warning system

untuk

mencegah terlanggarnya dan

(69)

Dasar Logis Pemberlakuan

Keadaan Bahaya atau

darurat

1. Adanya kebutuhan hukum yang

masuk akal.

2. Karena faktor bahaya yang

mengancam.

(70)

Dasar Hukum HTN Darurat

Indonesia

Pasal

12

UUD

1945

“Presiden

menyatakan keadaan bahaya.

Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya

ditetapkan dengan undang-undang.”

Pasal 22

“Dalam hal ihwal kegentingan

(71)

Kriteria Keadaan Darurat

Ada tiga kriteria keadaan bahaya yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1) UU Prp No. 23/1959 tentang Keadaan Bahaya, yaitu :

1.keamanan atau ketertiban hukum di seluruh wilayah atau di sebagian wilayah Negara terancam oleh pemberontakan, kerusuhan-kerusuhan atau akibat bencana alam, sehingga dikhawatirkan tidak dapat diatasi oleh alat-alat perlengkapan secara biasa;

2.timbul perang atau bahaya perang atau dikhawatirkan perkosaan wilayah Negara dengan cara apapun juga;

(72)

Lanjutan…

Keadaan bahaya atau darurat dapat dipahami

dalam arti :

1. Sempit --- ancaman bahaya yang dimaksudkan itu ditujukan kepada keselamatan umum, integritas wilayah, atau ancaman terhadap kedaulatan negara.

2. Lebih luas – ancaman bahaya dapat tertuju kepada keselamatan jiwa, keselamatan harta benda, ataupun keselamatan lingkungan hidup, baik dalam lingkup nasional, regional, ataupun lokal tertentu.

(73)

Kategori Keadaan

Bahaya

Di Indonesia, keadaan darurat

dibedakan menurut kategori tingkatan

bahayanya, yaitu :

1.Keadaan darurat sipil;

(74)

Variasi Ancaman

Keadaan Bahaya

Keadaan bahaya karena ancaman perang dari luar

negeri.

Keadaan bahaya karena tentara nasional sedang

berperang di luar negeri.

Keadaan bahaya karena peperangan yang terjadi di

dalam negeri atau ancaman pemberontakan bersenjata di dalam negeri.

Keadaan bahaya karena kerusahan sosial yang

menimbulkan ketegangan sosial.

Keadaan bahaya karena terjadinya becana alam.

Keadaan bahaya karena tertib hukum dan administrasi

yang terganggu.

Keadaan bahaya karena kondisi keuangan negara

tidak tersedia untuk tugas-tugas pemerintahan

Keadaan-keadaan lain dimana fungsi-fungsi

(75)

Bentuk-bentuk Tindakan

Kekuasaan dalam Keadaan

Darurat

Menurut Vinkat Iyer, ada tujuh tindakan,

yaitu :

1. Pengalihan kekuasaan dari legislatif kepada eksekutif dan atau perluasan substansi kekuasaan eksekutif dibidang yang bersifat legislasi.

2. Perluasan kewenangan mengenai penangkapan dan penahanan dalam rangka penyelidikan atas tersangka.

(76)

Lanjutan…

4. Pembentukan dan penggunaan mekanisme peradilan khusus untuk menangani perkara-perkara yang bermotif politik.

5. Penggunaan jenis sanksi hukuman yang baru diciptakan yang sifatnya tergolong sangat keras dan kejam.

6. Pengenaan pembatasan dalam arti yang luas atas kebebasan sipil warga negara, dan penundaan berlakunya jaminan konstitusional atas HAM.

(77)

Sistem Norma Hukum

Norma hukum dalam keadaan darurat

diharapkan :

1)Dapat mengatasi keadaan tidak normal.

2)Bersifat sementara sampai keadaan

darurat berakhir.

3)Dituangkan

dalam

bentuk

hukum

(78)

Lanjutan…

Bentuk-bentuk

peraturan

yang

didapat

diberlakukan dalam keadaan darurat adalah :

(1) per-UU-an yang menjadi rujukan pemberlakukan keadaan darurat;

(2) Per-UU-an yang ditetapkan dalam masa keadaan darurat.

Per-UU-an

yang

dapat

ditetapkan

Presiden/Pemerintah bila DPR dan pengadilan

sama sekali tidak dapat berfungsi adalah :

1. Perpu 2. Perpres 3. Inpres

(79)

Lembaga Negara dalam

Keadaan Darurat

Dalam keadaan darurat, lembaga

penyelenggara

kekuasaan

negara

antara dua kemungkinan, yaitu :

1. Lembaga negara yang ada dilengkapi

kewenangan baru untuk bertindak dalam

keadaan darurat.

2. Dibentuk

lembaga

baru

untuk

(80)

Syarat Formil

Pemberlakuan Keadaan

Darurat

Pernyataan atau deklarasi keadaan darurat yang

dituangkan dalam Keputusan Presiden.

Pejabat yang berwenang untuk menetapkan

keadaan darurat hanyalah Presiden.

Perpres dan Perpu disahkan dan diundangkan dalam

lembaran negara.

Perpu hendaklah menentukan dengan jelas

ketentuan UU apa saja yang dikesampingkan dengan berlakunya Perpu.

Perpres harus menentukan wilayah hukum

berlakunya dalam wilayah NKRI.

Perpres dan Perpu harus menentukan dengan pasti

masa berlakunya keadaan darurat.

Segera setelah diberlakukan, Perpu harus diajukan

(81)

HUKUM TATA

NEGARA

(82)

Tuntutan Reformasi

Antara lain :

1.Amendemen Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

2.Penghapusan doktrin dwifungsi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

3.Penegakan supremasi hukum,

penghormatan hak asasi manusia (HAM),

serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan

nepotisme (KKN).

4.Desentralisasi dan hubungan yang adil

antara pu sat dan daerah (otonomi daerah).

5.Mewujudkan kebebasan pers.

(83)

UUD 1945 Sebelum

Amandemen

Terdiri dari :

Pembukaan

Batang Tubuh

- 16 bab

- 37 pasal

- 49 ayat

- 4 pasal Aturan Peralihan

- 2 ayat Aturan Tambahan

(84)

Latar Belakang

Amandemen

1. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR – tidak jelasnya sistem

checks and balances

2. kekuasaan yang sangat besar pada presiden.

3. Pasal-pasal yang terlalu “luwes” sehingga dapat menimbulkan multitafsir – seperti Pasal 7 dan Pasal 28 UUD 1945

4. Terlalu banyak pendelegasian ke tingkat undang-undang.

5. Terlalu bergantung kepada semangat penyelenggara negara

(political goodwill), sementara :

- Tidak adanya checks and balances.

- Infrastruktur politik yang dibentuk tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

- Pelaksanaan Pemilu dikuasai oleh pemerintah.

- Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai

6. Kekosongan hukum – sistem ekonomi, perlindungan HAM,

pembatasan kekuasaan presiden, dan sistem pemilihan umum. 7. Penjelasan – (1) keberadaan penjelasan yang bukan produk

(85)

Alasan Lain Perubahan

UUD 1945

Teoritis

– sebuah konstitusi mesti demokratis –

konstitusi yang didalamnya berlaku kehendak

mayoritas. Unsurnya : pemisahan kekuasaan

dan perlindungan HAM.

Sejarah

– UUD 1945 disiapkan dalam waktu

singkat, dalam keadaan darurat – secara

historis konstitusi ini mengamanatkan

perubahan.

Praktis

– pada praktiknya Orba telah

mengubah UUD 1945, seperti : Tap MPR

tentang referendum, perluasan defenisi

(86)

Tujuan Amandemen

Menyempurnakan aturan dasar mengenai : 1.Tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional.

2. jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat. 3.jaminan dan perlindungan hak asasi manusia. 4.pembagian kekuasaan yang lebih tegas.

5.jaminan konstitusional mewujudkan kesejahteraan sosial.

6.eksistensi negara demokrasi dan negara hukum. 7.Hal-hal lain sesuai dengan perkembangan

(87)

Dasar Yuridis

Amandemen

Pasal 3 UUD 1945.

Pasal 37 UUD 1945.

TAP MPR No. IX/MPR/1999 tentang

Penugasan BP MPR RI untuk Melanjutkan

Perubahan UUD 1945.

TAP MPR No. IX/MPR/2000 tentang

Penugasan BP MPR RI untuk

Mempersiapkan Rancangan Perubahan

UUD 1945.

TAP MPR RI No. XI/MPR/2001 tentang

(88)

Kesepakatan Dasar

Amandemen

Kesepakatan dasar itu terdiri atas lima butir,

yaitu :

1.tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2.tetap mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

3.mempertegas sistem pemerintahan

presidensial;

4.Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang memuat

hal-hal normatif akan dimasukkan ke dalam

pasal-pasal (batang tubuh);

(89)

Sidang MPR Terkait

Amandemen

Sidang Umum MPR 1999 tanggal

14-21 Okt 1999

Sidang Umum MPR 2000 tanggal 7 –

18 Agt 2000

Sidang Umum MPR 2001 tanggal 1 –

9 Nov 2001

Sidang Umum MPR 2002 tanggal 1 –

(90)

Hasil Perubahan

UUD 1945 hasil perubahan terdiri dari :

Pembukaan

Pasal-pasal

- 21 bab

- 73 pasal

- 170 ayat

(91)

Pokok Pikiran Baru UUD

Hasil Perubahan

Cita demokrasi dan nomokrasi.

Pemisahan kekuasaan dan prinsip

checks and balances.

(92)

HUKUM TATA

NEGARA

(93)

Sekedar Buah Renungan

Menyimak perdebatan tentang HAM yang

terjadi dalam sidang Konstituante pada tahun

1958 seperti dikutip Adnan Buyung Nasution,

bahwa dalam perdebatan itu Umar Bakry

(PERTI) mengutip Surat Al Israa’ ayat 70: “

Dan

sungguh kami telah memuliakan keturunan

Adam…dan Kami lebihkan mereka dari

kebanyakan makhluk yang telah Kami

ciptakan dengan kelebihan yang sempurna”

.

Kemudian ia menyatakan kalau Tuhan saja

menghargai manusia, maka kita juga harus

menghormati manusia dengan mengakui

hak-hak dasarnya dan melindungi hak-hak-hak-hak itu

(94)

Apa itu HAM?

Secara etimologi, hak asasi manusia:

Hak : Haqq (Arab) artinya benar,

nyata, pasti dan wajib.

Asasi: Asasiy (Arab) Membangun,

mendirikan, meletakkan.

Hak asasi manusia = hak-hak

mendasar pada manusia

(95)

Lanjutan…

Hak yang dimiliki seseorang karena

sekedar orang itu manusia (maknanya

sangat luas dan mendalam). HAM melekat

pada diri manusia.

Berbicara HAM berarti kehidupan manusia.

HAM bukan pemberian masyarakat atau

kebaikan negara, melainkan karena

martabat manusia sebagai mahluk ciptaan

Allah.

HAM bersifat Universal (seluruh umat

manusia), Merata (setiap orang) dan tak

dapat dialihkan dan dihilangkan.

(96)

Lanjutan… (beberapa

pendekatan)

Pendekatan Deskriptif – Hak-hak dasar, yang memberdayakan manusia untuk membentuk

kehidupan mereka sesuai dengan kemerdekaan, kesetaraan dan rasa hormat pada martabat

manusia.

Pendekatan Hukum – Hak-hak sipil, politik, ekonomi,

sosial, budaya dan kolektif yang tertuang dalam

berbagai instrumen HAM internasional dan regional serta dalam undang-undang dasar setiap negara.

Pendekatan Filosofis -- Satu-satunya sistem nilai yang diakui secara universal dalam hukum

internasional saat ini dan terdiri dari elemen

liberalisme, demokrasi, partisipasi, keadilan sosial, berkuasanya hukum (rule of law) dan good

(97)

Lanjutan… (UU HAM)

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999

tentang HAM mendefenisikan HAM

sebagai

hak yang melekat pada hakekat

dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan

merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum,

pemerintah, dan setiap orang demi

(98)

Fokus HAM

Fokus HAM adalah tentang kehidupan

dan martabat manusia.

Martabat dilanggar ketika mereka

menjadi subjek penyiksaan, terpaksa

hidup dalam perbudakan dan

kemiskinan, minimnya akses

pendidikan, pelayanan kesehatan dan

keamanan sosial minimum.

Hak-hak yang menekankan bahwa

(99)

Subjek Hukum HAM

1.

Negara

merupakan subjek utama hukum

HAM–

Pemangku kewajiban

2.

Aktor Non-negara

Pemangku kewajiban ;

a. Karna perkembang institusi ekonomi internasional -- korporasi multinasional.

b. Perkembangan hukum humaniter --

Kelompok bersenjata .

c. Individu – tanggung jawab pidana.

3.

Antor Non-negara

Pemangku Hak

a. Individu

b. Kelompok lain – indigenous people,

(100)

Ketentuan UUD tentang

Pemangku Kewajiban

Hukum HAM

Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan

pemenuhan hak-hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah (Pasal 28 I ayat (4).

Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia

orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Pasal 28 J ayat (1).

Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap

orang wajib tunduk pada pembatasan yang

ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan dan

penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain serta untuk memenuhi tuntutan keadilan sesuai

(101)

Ketentuan HAM dalam

UUD

Terdapat 26 ketentuan tentang HAM

dalam UUD 1945

21 ayat mengatur tentang hak

Dua ayat mengatur tentang

kewajiban.

Dua ayat terkait pembatasan hak.

Satu ayat delegasi pengaturan lebih

(102)

Derogasi

Derogasi adalah “pengecualian”, yaitu

suatu mekanisme dimana suatu negara

menyimpangi tanggung jawabnya secara

hukum karena adanya situasi darurat.

Dengan memasukkan derogasi dalam

hukumnya, Negara menghindari

tanggung jawabnya secara hukum atas

pelanggaran hak asasi manusia tertentu.

Hak yang tidak dapat disimpangi atau

(103)

Kontroversi Pasal 28 I

ayat (1) UUD

Pasal 28I ayat (1) ”.... dan hak untuk tidak dituntut atas dasar

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”

Laporan yang dibuat Slobodan Lekic, wartawan Associated

Press, Ross Clarke menyatakan beberapa anggota MPR

mengaku bahwa mereka diintimidasi oleh beberapa orang jenderal garis keras untuk meloloskan aturan non-retroaktif.

• Pasal 15 Kovenan Hak Sipol

1.Tidak seorangpun dapat dinyatakan bersalah atas suatu tindak

pidana karena melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang bukan merupakan tindak pidana berdasarkan hukum nasional maupun

internasional pada saat tindakan tersebut dilakukan. Demikian pula tidak dapat dijatuhkan hukuman yang lebih berat daripada hukuman yang berlaku pada saat tindak pidana dilakukan. Apabila setelah

dilakukannya tindak pidana ketentuan hukum menentukan hukuman yang lebih ringan maka pelaku harus memperoleh keringanan

tersebut.

2.Tidak ada sesuatu pun dalam Pasal ini yang dapat merugikan

persidangan dan penghukuman terhadap setiap orang atas tindakan yang dilakukan atau yang tidak dilakukan, yang pada saat

(104)

Instrumen Pokok HAM

Nasional

UUD 1945;

Undang-undang Nomor 39 Tahun

1999 Tentang Hak Asasi Manusia;

Undang-undang Nomor 26 Tahun

(105)

Konvensi Utama yang

Diratifikasi

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 Tentang Ratifikasi Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk

Diskriminasi Terhadap Perempuan (CEDAW);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Pengesahan

Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or

Degrading Treatment or Punisment (CAT) (Ratifikasi Konvensi Internasional Anti Penyiksaan);

3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 1999 Tentang Pengesahan

International Convention On The Elimination of All Forms Racial Discrimination (CERD) (Ratifikasi Konvensi Penghapusan

Segala Bentuk Diskriminasi Rasial);

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

International Covenant On Economic, Social and Cultural Rights

(Konvensi Internasional Tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya);

5. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan

International Covenant On Civil and Political Rights (Konvensi Internasional Tentang Hak-hak Sipil dan Politik);

(106)

HUKUM TATA

NEGARA

(107)

Sejarah

Pada zaman Hindia Belanda, belum ada

status warga negara, tetapi kaulanegara

Belanda

(Nederlandsch Onderdaan) --

Status kaulanegara didasarkan atas

undang-undang tentang kedudukan kaula

tanggal 10 Februri 1910.

Pasal 163 Indische Staatsregeling (IS) yang

berlaku sejak 1 Januari 1920, rakyat

dibedakan atas 3 golongan :

- Eropa (europeanen)

- Timur Asing (Vreemde oosterlingen)

(108)

Lanjutan..

Secara umum golongan kaulanegara

Belanda dibagi dua :

1. Orang Belanda, yaitu orang eropa.

2. Bukan orang Belanda, yaitu Timur asing dan Buki putra.

Perbedaan golongan menjadi dasar

pembedaan perundang-undangan,

pemerintahan, peradilan, sistem hukum

dan sistem pemerintahan – dualisme

bahkan pluralistis.

Pembedaan golongan ini masih tetap ada

(109)

Orang Eropa

Semua orang Belanda

Seorang orang Eropa, tidak termasuk

belanda.

Semua orang jepang

Semua orang dari tempat lain yang hukum

kekeluargaan di negerinya sama dengan

asas-asas hukum yang ada di Belanda.

Anak sah atau diakui menurut UU dari

(110)

Bumi Putra

Semua orang rakyat Indonesia asli

dan tidak beralih masuk golongan

masyakarat lain.

Mereka yang mulanya golongan

(111)

Pembahasan BPUPKI

M. Yamin mengusulkan pengaturan

Penduduk dan Putera Negara –

kedudukan golongan peranakan Arab

dan China. (semuanya jd warga negara)

Soepomo mengusulkan warga negara

adalah orang yang mempunyai

kebangsaan Indonesia – bangsa

Indonesia

asli,

bangsa peranakan,

tionghoa, india, arab yang telah turun

temurun tinggal di indonesia dan

(112)

Kewarganegaraan dalam

KMB

Terdapar persetujuan dengan

pemerintah Belanda tentang status

warga negara.

- Bagi orang eropa diberi waktu dua tahun

(1949 – 1951) untuk menyatakan diri

sebagai warga negara indonesia (stelsel

aktif).

(113)

Konstitusi RIS dan UUD

Pasal 5 Konstitusi RIS (1)

kewarganegaraan RIS diatur oleh UU

Federal.

Pewarganegaraan (naturalisasi) dilakukan

oleh atau dengan kuasa Undang-undang

federal. UU federal mengatur

(114)

Lanjutan…

Dibawah UUDS ada kesepakatan antara

RI dan RRT mengenai kewarganegaraan

rangkap. Sebab, semua keturunan china

diakui sebagai warga negara RRT –

semua warga timur asing china memiliki

kewarganegaraan rangkap.

Perjanjian itu diratifikasi dengan UU No 2

tahun 1958 tentang persetujuan

perjanjian RI dan RRT.

Bagi yang berkewarganegaraan rangkap

(115)

UUD 1945

Sebelum Perubahan Sesudah Perubahan

Pasal 26

(1)Yang menjadi

Warganegara ialah orang-orang Bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai Warganegara. (2)Syarat-syarat yang mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan Undangundang.

Pasal 26

(1)Yang menjadi warga negara ialah orang- orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2)Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. **)

(116)

HUKUM TATA

NEGARA

PEMDA DAN

OTONOMI

(117)

Sejarah Singkat Otonomi

Daerah

UU No. 1/1945 – pemerintah melaksanakan

politik desentralisasi dan memberikan hak

otonomi kepada daerah, dan juga

dekonsentrasi.

UU No. 22/1948 – memperbaiki

pemerintahan daerah sebelumnya dan

memberikan hak otonomi dan

medebewind

yang seluas-luasnya kepada pemda.

Hak

otonomi

: penyerahan penuh, baik asas

maupun cara menjalankan urusan yang

diserahkan.

Medebewind

: penyerahan

tidak penuh, hanya penyerahan cara

(118)

Lanjutan…

UU No. 1/1957, pemerintahan daerah otonom, 3

tingkat pemerintahan, otonomi riil.

Penpres No. 6/1959, kepala daerah merangkap ketua

DPRD, kedudukan kepala daerah sebagai wakil

pemerintah pusat, kepala daerah sebagai pegawai negara tidak bertanggung jawab kepada DPRD.

UU No. 18/1965, mengganti Penpres No. 6/1959,

merangkum pokok pikiran cita desentralisasi dari peraturan sebelumnya.

UU No. 5/1974, secara prinsip menerapkan asas

otonomi nyata dan bertanggungjawab,

operasionalnya desentralisasi menjadi dekonsentrasi. Kebijakan desentralisasi berbandul sentralisasi.

UU No. 22/1999, daerah memiliki kebebasan untuk

berprakarsa mengatur daerahnya sendiri.

UU No. 32/2004, revisi terhadap ketentuan dalam UU

(119)

PENGATURAN

Pasal 18 UUD 1945

Undang-Undang Nomor 32 Tahun

(120)

Kedudukan Daerah dalam

UUD 1945 Sebelum

Amandemen

Daerah administratif

Daerah otonom

(121)

POKOK PEMBAHASAN

UTAMA PERUBAHAN PASAL

18 UUD 1945

pembagian wilayah negara – terkait

dasar pembagiannya dan keberadaan

daerah khusus untuk masyarakat adat.

pemerintahan daerah – asas otonomi

dan tugas pembantuan, pemerintahan

daerah yang bersifat istimewa.

hubungan pusat dan daerah – hubungan

wewenang, keuangan, pelayanan umum

dan pemanfaatan sumber daya manusia.

(122)

--Asas-asas Pemerintahan

Daerah

Pasal 18 ayat (2) UUD 1945,

urusan

pemerintahan menurut

asas otonomi

dan

tugas pembantuan

.

Otonomi – hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai

dengan peraturan perundangundangan.

Tugas pembantuan – penugasan dari

Pemerintah kepada daerah dan/atau desa

dari pemerintah provinsi kepada

(123)

Lanjutan…

Otonomi dilaksanakan secara nyata dan bertanggung jawab, yaitu :

Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip

bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan

berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.

otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus

benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud

pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian

(124)

Pemerintahan Daerah yang

Bersifat Istimewa

Pasal 18 B ayat (1) UUD 1945 :

Negara mengakui dan menghormati

satuan-satuan pemerintahan daerah

yang bersifat khusus atau bersifat

(125)

HUBUNGAN PUSAT DAN

DAERAH

Menurut Valina Singka Subekti ada empat

prinsip yang melatarbelakangi hubungan

pusat dan daerah :

Mengacu kepada prinsip desentralisasi bahwa otonomi diberikan kepada daerah-daerah.

Desentralisasi itu tetap di dalam kerangka negara kesatuan.

Prinsip adanya pembagian kewenangan

antara pusat dengan daerah dan kerjasama antara pusat dengan daerah yang mengacu kepada prinsip keadilan dan keseimbangan. – Diperlukan aturan-aturan dasar yang tegas

(126)

Pembagian Urusan Antara

Pusat dan Daerah

Urusan yang sepenuhnya/tetap menjadi

urusan Pusat :

- Politik luar negeri

- Pertahanan

- Keamanan

- Moneter dan fiskal nasional.

- Yustisi

- Agama

Urusan yang bersifat

concurrent,

urusan

(127)

Kriteria Pembagian Urusan

Pemerintahan

1. eksternalitas --pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan

dampak/akibat yang ditimbulkan dalam

penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. 2. Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam

pembagian urusan pemerintahan dengan

pertimbangan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut. 3. Kriteria efisiensi adalah pendekatan dalam

pembagian urusan pemerintahan dengan

mempertimbangkan tersedianya sumber daya

(128)

Keserasian Hubungan

Keserasian hubungan pusat dan daerah,

yaitu :

pengelolaan bagian urusan pemerintah

yang dikerjakan oleh tingkat

pemerintahan yang berbeda, bersifat

saling berhubungan (inter-koneksi), saling

tergantung (inter-dependensi), dan saling

mendukung sebagai satu kesatuan sistem

dengan memperhatikan cakupan

(129)

MASYARAKAT ADAT

• Terbuka ruang untuk memiliki pemerintahan sendiri dalam UUD 1945 sebelum amandemen. • Pengakuan bersyarat dalam Pasal 18 B ayat (2)

UUD 1945.

• Tidak adanya pengakuan terhadap daerah

masyarakat adat – akibat terjadinya pergeseran maksud “daerah istimewa” dalam perubahan UUD 1945 – sehingga terjadi ketidakjelasan

daerah kedudukan

masyarakat adat dalam rezim pemerintahan daerah.

• Pengakuan setengah hati terhadap masyarakat adat – keberadaannya diakui, namun

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil analisis sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan

Tujuan kegiatan pengabdian yang diikuti oleh para guru-guru yang tergabung dalam MGMP Bahasa Jawa SMP ini adalah untuk: (1) meningkatkan kecakapan dalam bidang

Meskipun upaya mem-branding UMKM di Kecamatan Sumpiuh sudah dilaksanakan dengan seringnya pemberitaan lewat media massa, beroperasinya stasiun radio Komunitas Peduli Sumpiuh

Alat tulis merupakan kebutuhan yang mendasar bagi mahasiswa. Dewasa ini gadget merajalela ke masyarakat terutama dikalangan mahasiswa. Gadget sangat dibutuhkan

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, apa yang dicuri dari tanamannya tersebut

While Bhikku Parekh (1991) argued for a citizenship based on institutionally embedded multicultural practices rather than assimilation or mere tolerance, scholars in Sri

Efek menyusut pada PEDOT:PSS yang diiringi dengan memendeknya substrat ketika diberi suhu yang lebih tinggi menyebabkan panjang l yang terukur sangat kecil dan tidak

Dengan mewajibkan zakat, berarti Allah memaksa umat Islam yang mampu, untuk mengeluarkan sebagian dari harta kekayaan mereka untuk diberikan kepada umat lain yang