PERILAKU AGRESIF SUPORTER SEPAK BOLA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi (S. Psi)
Oleh :
Iftitah Banin
B37211076
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim.
Dengan memanjatkan do'a dan puji syukur kehadirat Allah SWT , penguasa alam semesta, Dzat yang Maha memiliki kehidupan, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya serta dengan upaya yang maksimal, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Agrsif Suporter Sepak Bola”. Guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sholawat serta salam tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Yang telah menuntun kita dari alam ketidak tahuan menuju alam pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak kesulitan yang penulis hadapi, namun berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Prof. Dr. Moh. Sholeh, M.Pd, Dekan Fakultas Psikologi dan Kesehatan
UIN Sunan Ampel Surabaya
3. Rizma Fithri, S.Psi, M.Si, Kajur Psikologi UIN Sunan Ampel Surabaya
4. Dr.Suryani, S.Ag, S.Psi, M.Si, Kaprodi Fakultas Psikologi dan Kesehatan
UIN Sunan Ampel Surabaya
5. Drs. Sjahudi Sirodj, M.Si, Dosen pembimbing yang memberikan segenap
kemampuan, keilmuannya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan-masukan yang berharga sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, yang telah mendidik dan memberikan pengarahan positif selama masa perkuliahan.
7. Ayahku Imam Ismanu dan ibuku Sulimah serta ketiga saudaraku Ilham,
Ayu dan Yudha yang telah memberikan kasih sayang, semangat, motivasi baik secara materi, spiritual dan do’a.
8. Keluarga besarku di Garu, Baron Nganjuk serta keluarga besarku di
Randuagung, Gresik.
9. Sahabat baikku Muhammad Nauvan Azzaki yang memberi dukungan serta
kebersamaan untuk melewati jutaan proses pendewasaan dengan bijak.
10.Subjek penelitian yang sudi meluangkan waktu serta pengalamnya untuk
berbagi dengan peneliti. Terkhusus Ultras Mania Gresik. Salam AIB.
11.Teman-teman seperjuangan Psikologi G1, Psikologi Sosial 2014, Besties
Kece (Rima,Mbak Ikha, Inayah, Fitri,Neng Icha,Mas Adam, Latif, Aziz,
12.Teruntuk sahabat sekaligus saudara tak sedarah dan serahimku, Junin,Risa, Tika,Vella,Ana,Rahma,Mbak Vida, Buk Kaji, Mbak Ida, Naila, Emil, Wahyu, Om Sis ndud beserta crew ,Timbul, Zakiyah, mbak faiq dora serta teman petualanganku RMD BrotherHood dan X-Ride Gresik.
13.Dan semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung
yang belum penulis sebutkan yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan yang memerlukan pengembangan lebih lanjut. Semoga semua orang yang telah berperan penting dalam menyelesaikan skripsi ini, apa yang telah diberikan menjadi amal, dan bermanfaat bagi penulis, apapun itu baik berupa ilmu, do’a serta restu, nasehat, dukungan, semangat, serta motivasi, semoga Allah SWT membalas dengan berlipat ganda kebaikan kalian. Penulis mengucapkan terima kasih untuk semuanya, semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua, Amin ya rabbal alamin
Surabaya, 3 Agustus2015
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku agresif dan menemukan faktor-faktor apa saja yang muncul pada suporter sepak bola. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan menggunakan metode triangulasi sebagai validasi data. Subjek penelitian merupakan suporter aktif dan pernah terlibat dalam peristiwa agresif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perilaku agresif yang dimunculkan oleh suporter sepak bola meliputi agresif verbal dan agresif non verbal atau fisik. Perilaku agresif non verbal atau fisik berupa memukul, menyerang kelompok lain dan merusak fasilitas umum. Sedangakan perilaku agresif verbal terdiri dari berkata kotor, mencaci-maki, serta mencela, baik lewat kata-kata maupun yel-yel yang dinyanyikan. Perilaku agresif tersebut dilakukan secara spontan manakala diri sendiri maupun kelompok merasa terancam. Hasil analisis data ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif suporter sepak bola meliputi faktor frustasi, alkohol, parovokator, kondisi aversif serta ketidak adilan wasit.
1. Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola ...11
a. Definisi perilaku agresif ...11
2. Teori-teori Agresif
b. Menurut Leonardo Berkowitz ...18
c. Menurut Myers...19
d. Menurut Moyer ...19
4. Bentuk-bentuk Agresi ...21
5. Dimensi Perilaku Agresi ...22
6. Faktor-faktor penyebab perilaku agresif a. Menurut Koeswara ...24
b. Menurut Mahmudah ...26
7. Definisi Suporter ...28
B. Prespektif teoritis ...31
C. Sumber Data ...36
D. Cara Pengumpulan Data a. Wawancara ...36
E. Prosedur Analisis Dan Interpretasi Data ...38
F. Keabsahan Data ...40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Partisipan ...43
1. Profil subjek pertama ...45
2. Profil subjek kedua ...47
3. Profil subjek ketiga ...50
B. Temuan Penelitian 1. Diskripsi temuan penelitian ...52
2. Analisis Temuan Penelitian...66
3. Pembahasan ...71
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...79
B. Saran ...79
DAFTAR PUSTAKA ...81
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sepak bola menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dipungkiri
keberadaannya dan menjadi salah satu cabang olah raga yang digemari
oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya. Terlepas dari struktur
persepakbolaan di Indonesia serta carut marut manajemen internal klub
maupun konfik yang terjadi baik dari kubu PSSI dan Menpora.
Supporter menjadi pemain keduabelas dirumput hijau saat laga
berlangsung. Di Indonesia kerusuhan suporter cenderung meningkat
dan semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari
fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia
pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter.
Tidak dapat dipungkiri, suporter memberi warna tersendiri bagi
dunia persepakbolaan. Mulai dari jersey, shal, bendera, bahkan yel-yel
atraktif serta berbagai macam cara suporter mendukung klub
kesayangannya. Menjadikan hal ini menarik untuk diteliti sebagai
salah satu kelompok sosial yang ada dimasyarakat. Selain sisi loyalitas
yang positif pada klub kesayangan adapula sisi negatif yang selama ini
dipandang oleh masyarakat luas sebagai keresahan. Misalnya perilaku
2
konvoi dijalanan yang menganggu ketertiban lalu lintas, dan lain
sebagainya.
Ultras memiliki makna ulah,terampil. dan rasional. Ultras dibentuk
untuk membuat jati diri sebuah suporter yang mampu memberikan
dukungan positif dan rasional terhadap tim kebanggaannya. Suporter
dari tim yang bernama Persegres Gresik United. Ultras Gresik lahir
pada tanggal 5 November 1999. Nama Ultras diambil dari negara Italia
yang bermakna suporter militan. Ultras sejatinya adalah suporter dari
PS Petrokimia Putra Gresik tetapi karena ada marger antara Petro dan
Persegres sehingga tahun 2004 berubah nama menjadi Gresik United.
(Atmojo, 2010).
Perilaku agresif suporter sepak bola dapat dilihat pada beberapa
laga yang berujung tawuran. Laga Persib vs Gresik memakan korban,
8 bobotoh patah tulang dan luka-luka karena tawuran. Pertandingan
belum mulai malah suporter kedua kubu sudah mulai panas duluan
diteribun penonton, bentrokan bobotoh dengan ultas sebutan suporter
gresik, dan tawuran pun tak terelakkan, terjadi bentrok antar kedua
suporter hingga aparat keamanan distadion pun turun tangan
mengamankan 5 orang suporter yang dianggap sebagai provokator,
dalam bentrokan tersebut 8 bobotoh luka-luka dan patah tulang dan
dilarikan kerumah sakit. Dalam pertandingan distadion Siliwangi,
3
United, Persib menang dengan skor 3-1. Gol Persib diciptakan oleh
Kenji Adachihara dimenit ke 32, Muhammad Ridwan dimenit 48,
Sergi Van Djik di menit ke 83, Gresik memperkecil ketertinggalannya
dimenit ke 53 oleh sundulan Ahmad Sambiring (Zaib, 2013).
Sedangkan pada hari senin bulan Januari 2015, final Piala
Gubernur diwarnai tawuran antar suporter. Kemenangan Persik
diajang Piala Gubernur ternoda. Pertandingan puncak ini dinodai oleh
insiden kericuhan antar suporter Persik Mania dan Ultras Mania
Gresik. Beberapa suporter harus menjalani perawatan karena terkena
lemparan batu. Stadion Brawijaya kediri tempat digelarnya laga final
Piala Gubernur ke-12 disesaki oleh puluhan ribu penonton, yang
didominasi Persik Mania, serta beberapa ribu Ultras Mania, suporter
Gresik United. Setelah tertinggal 1-0 di babak pertama, Persik
membalas di babak kedua. Persik bahkan sukses melesakkan dua gol
yang berubah kedudukan menjadi 2-1 untuk keunggulan macan putih.
Namun gol kedua Persik yang dilesakkan Ugik Sugiharto memicu
kericuhan ditribun penonton (Taufik, (2015).
Kericuhan terjadi di tribun selatan yang dihuni Persik Mania dan
Ultras Mania. Oknum suporter dari kelompok ini saling melempar
botol air mineral. Tidak hanya itu, oknum dari kedua kelompok
suporter ini terlibat perang batu. Sementara itu Gubernur Sukarwo
4
“Kericuhan antar suporter ini bisa menjadi pelajaran untuk even
tahunan piala Gubernur” tambah Sukarwo. Meski sempat memanas, situasi tersebut akhirnya dapat dikendalikan oleh beberapa aparat
keamanan, kepolisian serta TNI yang bertugas. Akibat insiden ini,
beberapa suporter harus ditandu keluar karena mengalami luka-luka
serta terkena lemparan batu. Beberapa diantaranya berdarah dibagian
muka dan kepala. Petugas juga mengamankan sejumlah oknum
suporter yang diduga pemicu kerusuhan (Taufik, (2015).
Aronson (1972, dalam Koeswara,1988) mengemukakan agresi
adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud
melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan
tertentu.
Kartono (2003) mengungkapkan bahwa agresi adalah
ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat yang meluap-luap dalam bentuk
sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman,
perbuatan-perbuatan yang menimbulkan penderitaan dan kesakitan,
pengerusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada seseorang
atau benda.
Agresi , menurut Robert Baron (1977, dalam Koeswara, 1988)
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
5
faktor : tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan
(termasuk mematikan atau membunuh), individu yang menjadi pelaku
dan individu yang menjadi korban, dan ketidakinginan si korban
menerima tingkah laku sipelaku.
Menurut Baron & Byrne (1991) agresi adalah tingkah laku yang
diarahkan kepada orang lain dengan tujuan menyakiti makhluk hidup
lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu. Terdapat teori
dorongan yaitu motif untuk menyakiti orang lain yaitu agresi muncul
terutama dari sutu dorongan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor
eksternal untuk menyakiti orang lain. Pendekatan ini direfleksikan
dalam berbagai teori dorongan atas agresi.
Menurut Sears, Freedman & Peplau (1991) mendefinisikan agresi
sebagai tindakan yang melukai orang lain, dan yang dimaksud kan
untuk itu. Sedangkan menurut Myers (1995, dalam Sarwono, 1999)
yang dimaksud dengan perbutan agresif adalah perilaku fisik atau lisan
yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang
lain.
Jadi dapat ditegaskan bahwa dari beberapa tokoh mengenai
perilaku agresi yaitu Perilaku agresif dalam penelitian kali ini adalah
perilaku individu terhadap orang lain dengan tujuan menyakiti baik
6
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan paparan latar belakang masalah di atas, maka
penelitian ini difokuskan pada permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter
sepak bola Persegres Gresik United ?
2. Apa faktor penyebab perilaku agresif muncul pada suporter sepak
bola Persegres Gresik United ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Untuk menggambarkan perilaku agresif apa saja yang ditunjukkan
oleh suporter sepak bola Persegres Gresik United.
2. Untuk menemukan faktor-faktor perilaku agresi yang muncul dari
suporter sepak bola Persegres Gresik United.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi sumbangan pemikiran teoritis dalam kajian perilaku
agresif yang dilakukan oleh para suporter. Serta faktor-faktor
perilaku agresi apa saja yang ada pada suporter sebagi
pengembangan dispilin ilmu piskologi pada umunya dan psikologi
7
2. Manfaat Praktis
Memberi sumbangan pemikiran dan menjadi bahan referensi
bagi para pengamat sepakbola, serta masyarakat untuk antisipatif
terhadap perilaku agresif suporter sepak bola dan para suporter
sepakbola untuk meminimalisir perilaku agresif dengan tindakan
positif dalam mendukung tim kesayangannya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan mengenai Perilaku Agresif Suporter
Persegres Gresik United. Tentunya dalam penyampaian isinya
mengupas mengenai perilaku agresif apa saja yang dilakukan serta
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perilaku agresif itu muncul.
Penelitian ini memiliki referensi dari penelitian sebelumnya sebagai
pijakan serta sebagai bahan pertimbnagan dalam ranah keaslian untuk
dapat membedakan perbedaan yang mendasar dari beberapa penelitian
terdahulu. Keaslian penelitian ini akan diungkap mengenai
pembahasan beberapa penelitian yang berbeda dengan peneliti yang
ada.
Sebuah penelitian di Kota Surabaya menjelaskan bahwa sekitar 65
persen suporter melakukan perilaku agresi yang dikarenakan perasaan
frustasi dari kekalahan tim yang mereka idolakan mengalami
kekalahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku agresi pada
8
barang kedalam lapangan dan dapat merusak fasilitas pada stadion
(Utomo & Warsito,2012).
Pada jurnal Perilaku agresif anggota organisasi kemasyarakatan
(ormas) “x” di provinsi D.I Yogyakarta dari hasil analisis data ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi agresi anggota ormas
“x” yakni : pengaruh kelompok, deindividualisasi, frustasi, alkohol dan obat-obatan, serta lingkukngan fisik tempat tinggal. Perilaku yang
dimunculkan oleh anggota tersebut meliputi agresi fisik dan agresi
verbal. Agresi fisik berupa pengerusakan sarana umum, melukai
korban, dan pertikaian antar kelompok. Sedangkan agresi verbal yang
dilakukan berupa pelecehan, penindasan, intimidasi. (Sutowo &
Wibisono, 2013)
Pada jurnal penelitian dengan judul Deskripsi perilaku agresi
penonton sepakbola Surabaya (Suryanto & Yuwono, 2001) hasil dari
penelitian tersebut adalah bentuk dan pola perilaku agresi penonton
sepakbola Surabaya antara lain : kata-kata kotor, memanjat, meminta
uang, memaksa, dan merusak hal-hal yang dianggap menghalanginya
serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya agresi penonton
sepakbola Surabaya, antara lain : deindividualisasi, kiu situasional,
identitas sosial, dan kecemburuan sosial.
Widiatmoko (2007) dalam jurnal penelitian dengan judul Perilaku
agresif pada komunitas scooter ditinjau dari kecerdasan emosional.
9
kecerdasan dengan perilaku agresif komunitas scooter. Semakin baik
kecerdasan emosionalnya maka semakin rendah perilaku agresif yang
dimunculkan kecerdasan emosional terhadap perilaku agresif sebesar
57.7 % sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Fadila (2013) dengan judul
Hubungan identitas sosial dengan perilaku agresif pada geng motor
dengan hasil menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan
yakni 0.042 antara identitas sosial dengan perilaku agresif pada geng
motor, yang mengindikasikan semakin tinggi kelekatan, komitmen,
dan afeksi yang dirasakan individu terhadap geng motornya, semakin
tinggi pula kemungkinan individu tersebut untuk terlibat dalam
perilaku agresif bersama geng motornya.
Dari penelitan yang telah disinggung diatas, penelitian mengenai
perilaku agresif dari berbagai macam kalangan mulai dari suporter,
ormas hingga komunitas sebagai subjek penelitian. Penelitian
mengenai suporter Persebaya atau yang sering disebut dengan Bonek
sebagai subjek pada beberapa jurnal, namun kali ini dalam penelitian
yang peneliti lakukan subjek yang dijadikan penelitian adalah suporter
sepak bola Persegres Gresik atau yang disebut dengan Ultras Gresik.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya yang diteliti adalah perilaku
agresif dan ditinjau dari berbagai aspek, sedangkan dalam penelitian
ini topik pembahasan yang akan diteliti adalah perilaku agresif
10
menyebabkan perilaku agresif tersebut muncul. Pada penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dimana subjek maupun
lokasi penelitian yang dilakukan adalah pendiri komunitas suporter
Persegres Gresik yakni Ultras Gresik, Sekjen mabes beserta
koordinator wilayah Ultras Gresik. Penelitan ini merupakan penelitian
asli dan tidak duplikasi atau replikasi dari penelitian yang ada
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Perilaku agresif suporter sepak bola
Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti Perilaku Agresif
suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti
ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang
menimbulkan perilaku agresif tersebut muncul.
1. Definisi Perilaku agresif
Agresi menurut Brigham (1991) adalah perbuatan yang
diniati untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun secara
psikologis. Agresi menurut Nahori (2008) seringkali dipakai
manusia sebagai jalan untuk “mengungkapkan perasaan” dan “menyelesaikan persoalan” hidup mereka. Kini agresi merajalela dimana-mana. Di samping peperangan, perkelahian antar pelajar,
pembunuhan, sebagaimana sering kita lihat, baca atau dengar,
akhir-akhir ini diatas bumi.
Aronson (1972, dalam Koeswara,1988) mengemukakan
agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan
maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan ataupun
tanpa tujuan tertentu. Kartono (2003) mengungkapkan bahwa
agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat yang
12
menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengerusakan, dan
tindakan permusuhan ditujukan kepada seseorang atau benda.
Agresi, menurut Robert Baron (1977, dalam Koeswara.1988),
adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Definisi agresi dari Baron ini mencakup
empat faktor : tingkah laku, tujuan untuk melukai atau
mencelakakan (termasuk mematikan atau membunuh), individu
yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, dan
ketidakinginan si korban menerima tingkah laku sipelaku.
Menurut Baron & Byrne (1991) agresi adalah tingkah laku
yang diarahkan kepada orang lain dengan tujuan menyakiti
makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam
itu. Terdapat teori dorongan yaitu motif untuk menyakiti orang lain
yaitu agresi muncul terutama dari sutu dorongan yang ditimbulkan
oleh faktor-faktor eksternal untuk menyakiti orang lain.
Pendekatan ini direfleksikan dalam berbagai teori dorongan atas
agresi.
Menurut Sears (1991) mendefinisikan agresi sebagai tindakan
yang melukai orang lain, dan yang dimaksud kan untuk itu.
Menurut Myers (1995, dalam Sarwono, 1999) yang dimaksud
13
disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang
lain.
Deaux (1993, dalam Nando & Nurmala, 2012) mengatakan
bahwa ada dua macam agresi , yaitu : yang pertama adalah Agresi
fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain ,
secara fisik , meliputi memukul teman, menarik baju teman dengan
kasar, meninju teman, menyikut teman, melempar teman dengan
benda, berkelahi, merusak barang milik teman, menganggu teman,
mengancam teman dengan mengacungkan tinju, membuang barang
milik teman, mencakar teman, memaksa teman memenuhi
keinginannya, dan melukai diri sendiri. Sedangkan yang kedua
Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang
lain secara verbal, meliputi mengejek teman, menghina teman,
mengeluarkan kata-kata kotor, bertengkar mulut, menakut-nakuiti
teman, memanggil teman nada kasar, mengancam dengan kata-kata
mengkritik, menyalahkan, dan menertawakan.
Dari uraian mengenai Perilaku Agresif oleh beberapa ahli
diatas, maka dapat disimpulakan bahwa perilaku agresif dalam
penelitian kali ini adalah perilaku individu terhadap orang lain
14
2. Teori-teori agresi
Teori agresi terbagi dalam beberapa kelompok (dalam
Sarwono, 1999)
a. Teori bawaan
1) Teori naluri
Freud (1955) dalam teori Psikoanalisis klasiknya
mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri
dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan
pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika naluri seks
berfungsi untuk melanjutkan keturunan, naluri agresi
berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut
berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada
bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada
prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip
kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada
bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego
yang mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat
dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.
Bahkan dalam Al-Qur’an terdapat kisah-kisah
dengan cerita bernada agresif salah satunya pembunuhan
yang dilakukan Qobil terhadap Habil putra Nabi Adam.
15
Serta kisah Nabi Khidir yang membunuh anak laki-laki
ketika nabi Musa berguru padanya.
2) Teori biologi
Teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik
dari proses faal maupun teori genetika (ilmu keturunan).
Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan
susunan saraf pusat. Menurut tim American
Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah
testosteron meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan
penyalah gunaan obat dibanding pada remaja dan dewasa
biasa. Inti pendekatan biologis adalah asumsinya bahwa
tingkah laku organisme , termasuk tingkah laku agresif,
bersumber pada atau ditentukan oleh faktor bawaan yang
sifatnya biologis.
b. Teori lingkungan
Koeswara (1988) Inti dari teori Lingkungan adalah
perilaku agresi merupakan reaksi terhadap peristiwa atau
stimulus yang terjadi di lingkungan.
1) Teori frustasi-Agresi Klasik, yaitu : Agresi dipicu oleh
16
mencapai suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut , agresi
merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi.
2) Teori Frustasi-Agresi Baru, yaitu : frustasi menimbulkan
kemarahan dan emosi, kondisi marah tersebut memicu
agresi. Marah timbul jika sumber frustasi dinilai
mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang
menimbulkan frustasi itu.
3) Teori belajar sosial, yaitu : lebih memperlihatkan faktor
tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa
perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang
tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari
pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi
dapat dipelajari dan terbentuk pada individu-individu
hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang
dilakukan oleh orang lain atau model yang diamatinya,
walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan Koeswara
(1988).
c. Teori kognitif
Teori kognitif memusatkan proses yang terjadi pada
kesadaran dalam membuat penggolongan (kategorisasi),
pemberian sifat-sifat (atribusi), penilaian, dan pembutan
17
3. Jenis-jenis agresi
a. Menurut Sears
Sears, Freedman & Peplau (1991) membagi agresi menjadi 3
antara lain :
1) Perilaku melukai dan maksud melukai
Perilaku agresif adalah yang paling sedikit
mempunyai unsur maksud melukai dan lebih pasti
terdapat pada perbuatan yang bermaksud melukai.
Sementara itu, perilaku melukai yang tidak disertai
dengan maksud melukai tidak dapat digolongkan sebagai
agresif .
2) Perilaku agresif yang antisosisal dan yang prososial
Agresi prososial adalah tindakan agresi yang
sebenarnya diatur dan disetujui oleh norma sosial.
Perilaku agresif yang prososial misalnya polisi
membunuh teroris. Tindakan agresi tersebut dibenarkan
oleh norma yang berlaku dalam masyarakat. Agresi
antisosial adalah tindakan melukai orang lain dimana
tindakan itu secara normatif dilarang oleh norma
masyarakat. Contohnya orang yang punya kekuasaan
bertindak sewenang-wenang terhadap warga yang miskin
18
3) Perilaku dan perasaan agresif
Orang yang terinjak kakinya, misalnya, mungkin
tidak merasa menjadi korban (walaupun kakinya
kesakitan) karena dalam keadaan penuh sekali.
Sebaliknya, usapan pada punggung seorang wanita oleh
seorang pria dapat dirasakan sebagai pelecehan (agresi
terhadap harga dirinya) walupun pelaku yang
bersangkutan sama sekali tidak bermaksud agresif.
(Sears, Freedman & Peplau. 1991)
b. Menurut Leonardo Berkowitz
Leonard Berkowitz (1969, dalam Koeswara, 1988), salah
seorang yang dinilai paling komopeten dalam studi tentang
agresi, membedakan agresi sebagai tingkah laku sebagaimana
diindikasikan oleh definisi Baron dengan agresi sebagai
emosi yang bisa mengarah kapada tindakan agresif.
Disamping itu, Berkowitz membedakan agresi ke dalam dua
macam agresi, yakni agresi instrumental (instrumental
aggression) dan agresi benci (hostile aggression) atau disebut
juga agresi implusif (implusif aggression). Yang dimaksud
agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh
organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan agresi benci atau agresi
19
pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau
agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek
kerusakan, kesakitan, atau kematian pada sasaran atau
korban.
c. Menurut Myers
Myers (1955) membagi agresi dalam dua jenis , yaitu agresi
rasa benci atau agresi emosi (hostle aggression) dan agresi
sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental
aggression). Jenis agresi yang pertama adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Akibat
dari jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang
tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak
menimbulkan kerugian dari pada manfaat. Jenis agresi
instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan,
antara pelaku dengan korban kadang-kadang tidak ada
hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana
untul mencapai tujuan lain.
d. Menurut Moyer
Pembagian agresi yang lebih lengkap diajukan oleh Knneth
Moyer (1971, dalam Koeswara,1988) yang merinci agresi
kedalam tujuh tipe agresi sebagai berikut:
1) Agresi predatori : agresi yang dibangkitkan oleh
20
biasanya terdapat pada organisme atau species hewan
yang menjadikan hewan dari species lain sebagai
mangsanya.
2) Agresi antar jantan : agresi yang secara tipikal
dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu
species.
3) Agresi ketakutan : agresi yang dibangkitkan oleh
tertutupnya kesempatan untuk menghindari ancaman.
4) Agresi tersinggung : agresi yang dibangkitkan oleh
perasaan tersinggung atau kemarahan : respons
menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa
memilih sasaran) , baik berupa objek-objek hidup maupun
objek-objek mati.
5) Agresi pertahanan : agresi yang dilakukan oleh organisme
dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari
ancaman atau gangguan anggota species-nya sendiri.
agresi pertahanan ini disebut juga garesi teritorial.
6) Agresi maternal : agresi yang spesifik pada species atau
organisme betina (induk) yang dilakukan dalam upaya
21
7) Agresi instrumental : agresi yang dipelajari, diperkuat
(reinforced), dan dilakukan untujk mencapai
tujuan-tujuan tertentu (Moyer, 1971)
4. Bentuk-bentuk agresi
Delut (1985, dalam Dayakisni, 2001). Dalam penelitiannya ia
menggunakan bentuk perilaku agresi yang umum, yang
digambarkan dalam bentuk item-item dari factor analysis of
behavioral checklist , yang terdiri dari :
1) Menyerang secara fisik (memukul, merusak, mendorong)
2) Menyerang dengan kata-kata
3) Mencela orang lain
4) Menyerbu daerah orang lain
5) Mengancam melukai orang lain
6) Main perintah
7) Melanggar milik orang lain
8) Tidak mentaati perintah
9) Membuat permintaan yang tidak pantas dan tidak perlu
10)Bersorak-sorak, berteriak, atau berbicara keras pada saat yang
22
5. Dimensi perilaku agresi
Morgan (1987, dalam Nashori, 2008) mengklasifikasikan
perilaku agresif secara lebih lengkap, yaitu : perilaku agresif secara
fisik atau verbal, secara aktif atau pasif, dan secara langsung atau
tidak langsung. Tiga klasifikasi tersebut masing-masing akan
saling berinteraksi, sehingga akan menghasilkan delapan bentuk
perilaku agresif :
a. Perilaku agresi fisik aktif langsung, tindakan agresi fisik yang
dilakukan individu/kelompok secara langsung, misalnya
menusuk, menembak, memukul orang lain.
b. Perilaku agresi fisik aktif tak langsung, tindakan agresi fisik
yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan secara tidak
langsung, misalnya membuat jebakan untuk mencelakakan
orang lain.
c. Perilaku agresi fisik pasif langsung, tindakan agresi fisik yang
dilakukan oleh individu/kelompok lain secara langsung namun
tidak terjadi kontak fisik, misalnya tidak meberikan jalan
kepada orang lain.
d. Perilaku Agresi Fisik Pasif Tak Langsung, tindakan agresi fisik
yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak
berhadapan secara langsung dan tidak terjadi kontak fisik,
misalnya menolak melakukan sesuatu, menolak mengerjakan
23
e. Perilaku agresi verbal aktif langsung, tindakan agresi verbal
yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara
berhadapan secara langsung, misalnya memaki-maki orang.
f. Perilaku agresi verbal aktif tak langsung, tindakan agresi
verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan
cara tidak berhadapan secara langsung, misalnya menyebarkan
gosip tentang orang atau kelompok lain.
g. Perilaku agresi verbal pasif langsung, tindakan agresi verbal
yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara
berhadapan langsung namun tidak terjadi kontak verbal secara
langsung, misalnya menolak untuk berbicara dengan orang
lain, menolak untuk memberikan perhatian pada suatu
pembicaraan.
h. Perilaku agresi verbal pasif tak langsung, tindakan agresi
verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara
tidak berhadapan dengan target dan tidak terjadi kontak verbal
secara langsung, misalnya tidak setuju dengan pendapat orang
lain, tetapi tidak mau mengatakan (memboikot) , tidak mau
menjawab pertanyaan orang lain (Morgan (1987, dalam
24
6. Faktor-faktor penyebab perilaku agresi
a. Faktor-faktor pengarah dan pencetus agresi menurut Koeswara
(1988) :
1) Frustasi , yaitu situasi dimana individu terhambat atau
gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang
diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebes
bertindak dalam rangka mencapai tujuan.
2) Stres , dalam hal ini stres psikologis (psychological
stress) sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan intrapsikis. Adapun stres
muncul berupa stimulus eksternal (sosiologis atau
situasional) dan bisa berupa stimulus internal
(intrapsikis), yang diterima atau dialami oleh individu sebagai hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan
serta menuntut penyesuaian dana tau menghasilkan
efek, baik somatik maupun behavioral.
3) Deindividualisasi, menurut Lorenz (1966)
deindividualisasi dapat mengarahkan individu kepada
keleluasaan dalam melkaukan agresi sehingga agresi
yang dilakukannya menjadi lebih intens.
4) Kekuasaan dan kepatuhan, kekusaan itu cenderung
disalah gunakan. Dan penyalahgunaan kekuasaan yang
25
(coercive), memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap kemunculan agresi serta ditunjukkan
oleh sejumlah besar manipulator kekuasaan yang ada.
5) Efek senjata, sejarah mencatat bahwa sejak ditemukan
senjata agresi intraspesies pada manusia menjadi lebih
efektif dan efisein. Sedangkan data dan fakta yang
aktual menunjukkan bahwa moderenisasi, peningkatan
produksi, dan penyebaran senjata konvensional
memberikan andil besar terhadap terus menerus
berlangsungnya konflik-konflik lokal maupun regional.
6) Provokasi, dalam menghadapi provokasi yang
mengancam, para pelaku agresi agaknya cenderung
berpegang pada perinsip bahwa dari pada diserang lebih
baik menyerang lebih dulu, atau dari pada dibunuh
lebih balik membunuh. Dalam hal ini orang selalu
melihara keutuhannya yakni rasa harga diri self esteem
7) Alkohol dan obat-obatan , kedua benda ini apabila
dikonsumsi secara berlebihan akan mengakibatkan
pengurangan pengendalian diri sekaligus menstimulasi
keleluasaan bertindak. Sudah banyak diberitakan
bahaya kedua benda tersebut apabila tubuh kita
mengkonsumsinya, baik jangka panjang maupun jangka
26
8) Suhu udara, dibandingkan dnegan faktor-faktor lainnya,
suhu udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh
para peneliti agresi meski sesungguhnya telah sejak
lama ada dugaan bahwa suhu udara memiliki pengaruh
terhadap tingkah laku, termasuk tingkah laku agresif
(Koeswara, 1988).
b. Menurut Mahmudah (2011) Beberapa faktor yang
mempengaruhi agresifitas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Provokasi
Provokasi adalah perbuatan agresi yang disebabkan
oleh adanya usaha yang sifatnya membalas sifat orang
lain (counter agression).
2) Kondisi Aversif
Kondisi Aversif adalah kondisi tidak menyenangkan
yang biasanya dihindarkan oleh seseorang, kondisi ini
merupakan salah satu faktor saja, adanya faktor yang
kurang menyenangkan menyebabkan orang itu lalu
mencoba berbuat sesuatu agar senang dengan
mengubah suasana tersebut. Apabila yang
menyebabkan tidak senang itu orang lain, maka akan
timbul lah perilaku agresif terhadap orang yang menjadi
27
3) Isyarat Agesif
Isyarat agresif adalah orang yang berbuat agresif karena
melihat stimulus yang diasosiasikan sebagai sumber
perbuatan agresif
4) Kehadiran orang lain
Terjadinya perkelahian di antara pelajar, misalnya, saat
didatangkan kelompok pelajar lain yang menjadi
rivalnya
5) Karakteristik Individu
Individu yang mempunyai sudah terbiasa sehingga
berkarakter agresif akan mempunyai kevenderungan
untuk bertindak agresif (Mahmudah, 2011).
6) Deindividualisasi
Labon menjelaskan bahwa orang yang berasa dalam
kerumunan sering merasa bebas untuk memuaskan
nalurinya yang “liar dan destruktif”. Hal ini terjadi karena adanya perasaan tak terkalahkan dan anonimitas.
7) Obat-obatan terlarang
Sudah dapat dimaklumi bahwa obat-obatan terlarang
seperti alkohol,ekstasi, dan sejenisnya dapat menjadi
oemicu seseorang untuk berperilaku agresif. Bukanlah
28
melakukan perkelahian disebabkan oelh suatu yang
sepele dimana pelaku-pelakunya dalam kondisi mabuk.
7. Definisi Suporter
Menurut Chols (1988) , kata suporter , berasal dari kata kerja
(verb) dalam bahasa inggris to support dengan akhiran (suffict)-er.
To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er
menunjukkan pelaku. Suporter dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan dukungan.
Graham (1976) mengartikan suporter sebagai individu
maupun kelompok yang hadir pada suatu pertandingan olahraga
dengan tujuan menunjukkan dukungannya kepada salah satu tim
yang bertanding dan merasa memiliki keterikatan dengan klub
tersebut. Suporter ini biasanya memiliki rasa kecintaan yang lebih
dibandingkan penonton biasa yang hadir dilapangan.
Soekanto (1990) Suporter merupakan suatu bentuk kelompok
sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin
melihat sesuatu (spectator crowds). Kerumunan semacam ini
hampir sama dengan khalayak penonton, akan tetapi bedanya pada
spectator crowds adalah kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada umumnya tak
terkendalikan. Sedangkan suatu kelompok manusia tidak hanya
tergantung pada adanya interaksi di dalam kelompok itu sendiri,
29
perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut
suporter dalam hal ini adalah tim sepakbola yang didukung dan
dibelanya. Apakah mengidolakan salah satu pemain, permainan
bola yang bagus dari tim sepakbola yang didukungnya, ataupun tim
yang berasal dari individu tersebut berasal.
Menurut Indriyati (2003) Supporter adalah orang yang
memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif. Di lingkungan
sepak bola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang
dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Suporter
sendiri merupakan bantuk eksistensi dari masyarakat, yang
mempunyai sebuah bentuk kebanggan serta kecintaan terhadap tim
sepak bola. Hal ini yang membuat fanatisme suporter timbul.
Mereka akan sangat senang jika tim mereka menang namun bisa
sangat marah jika terjadi sebaliknya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku suporter
sepak bola menurut Indriyanti (2003), yaitu :
a. Kepemimpinan wasit, wasit dalam memimpin pertandingan
sering disoroti sebagai pemicu perilaku suporter sepak bola
yang agresif yang dapat merugikan banyak kalangan.
Permasalahan tentang wasit tidak hanya di Surabaya tetapi
sudah menjadi masalah nasional. Wasit seringkali kurang
tegas dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, hal inilah
30
kurang puas sebagai pelampiasan dari keputusan wasit yang
kurang tegas.
b. Permainan kasar tim lawan, pertandingan sepak bola akan
dapat dinikmati jika kedua kesebelasan menunjukkan
permainan yang cantik, semangat, dan enak ditonton.
Suporter sepak bola akan marah jika kesebelasan yang
bertanding bermain kasar, sebagai rasa ketidakpuasan maka
para suporter sepak bola mulai berperilaku aktif yakni
melempari pemain yang bermain kasar (terutama pemain
lawan) dengan botol air mineral ataupun dengan berbagai
cemooh.
c. Kekalahan tim yang didukung, suporter sepak bola suatu
kesebelasan sepak bola di surabaya khususnya dan di
Indonesia pada umumnya belum cukup dewasa untuk
menerima kenyataan yang terjadi di lapangan. Suporter
sepak bola akan merasa puas dan senang bila kesebelasan
yang didukungnya menang. Suporter sepak bola akan
kecewa, kurang puas dan merasa terhina jika kesebelasan
yang didukung mengalami kekalahan (Indriyanti, 2003).
d. Overacting nya petugas keamanan. Petugas keamanan
sebenarnya adalah mengamankan jika ada suporter sepak
bola yang melakukan perbuatan yang merugikan kedua belah
pihak kesebelasan yang sedang bertanding. Namun, pada
31
keamanan, penuh kreatif, dan kreasi yang ditunjukkan oleh
suporter sepak bola dalam mendukung kesebelasannya yang
kemudian dilarang dengan cara yang kasar serta main pukul
pakai tongkat. Petugas beranggapan bahwa suporter sepak
bola itu sebagai musuh, seandainya jika pandangan ini
diubah dengan beranggapan bahwa suporter sepak bola itu
teman serta petugas dapat mengarahkan mereka, tentu
terjalin kerja sama yang baik antara petugas keamanan dan
suporter sepak bola (Indriyanti, 2003).
B.Prespektif Teoritis
Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti perilaku agresif
suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti ingin
mengetahui gambaran perilaku agresif beserta faktor-faktor yang
menimbulkan perilaku agresif tersebut muncul.
Menurut Myers (2005, dalam Sarwono, 1999) yang dimaksud
dengan perbutan agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja
dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang lain.
Deaux (1993, dalam Nando & Nurmala, 2012) mengatakan bahwa
ada dua macam agresi , yaitu : yang pertama Agresi fisik adalah agresi
yang dilakukan untuk melukai orang lain , secara fisik , meliputi
memukul temna, marik baju teman dengan kasar, meninju teman,
menyikut teman, melempar teman dengan benda, berkelahi, merusak
32
memaksa teman memenuhi keinginannya, dan melukai diri sendiri.
Sedangkan yang kedua Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan
untuk melukai orang lain secara verbal, meliputi mengejek teman,
menghina teman, mengelurkan kata-kata kotor, bertengkar mulut,
menakut-nakuiti teman, memanggil teman nada kasar, mengancam
dengan kata-kata mengkritik, menyalahkan, dan menertawakan.
Sedangkan faktor-faktor pengarah dan pencetus agresi menurut
Koeswara (1988) :
1) Frustasi , yaitu situasi dimana individu terhambat atau gagal
dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau
mengalami hambatan untuk bebes bertindak dalam rangka
mencapai tujuan.
2) Stres , dalam hal ini stres psikologis (psychological stress)
sebagai stimulus yang menimbulkan gangguan terhadap
keseimbangan intrapsikis. Adapun stres muncul berupa stimulus
eksternal (sosiologis atau situasional) dan bisa berupa stimulus
internal (intrapsikis), yang diterima atau dialami oleh individu
sebagai hal yang tidak menyenangkan atau menyakitkan serta
menuntut penyesuaian dana tau menghasilkan efek, baik
somatik maupun behavioral.
3) Deindividualisasi, menurut Lorenz (1966) deindividualisasi
33
melakukan agresi sehingga agresi yang dilakukannya menjadi
lebih intens.
4) Kekuasaan dan kepatuhan, kekusaan itu cenderung disalah
gunakan. Dan penyalahgunaan kekuasaan yang mengubah
kekuasaan menajdi kekuatan yang memaksa (coercive),
memiliki efek langsung maupun tidak langsung terhadap
kemunculan agresi serta ditunjukkan oleh sejumlah besar
manipulator kekuasaan yang ada.
5) Efek senjata, sejarah mencatat bahwa sejak ditemukan senjata
agresi intra spesies pada manusia menajdi lebih efektif dan
efisein. Sedangkan data dan fakta yang aktual menunjukkan
bahwa moderenisasi, peningkatan produksi, dan penyebaran
senjata konvensional memberikan andil besar terhadap terus
menerus berlangsungnya konflik-konflik lokal maupun regional
(Koeswara, 1988).
6) Provokasi, dalam menghadapi provokasi yang mengancam, para
pelaku agresi agaknya cenderung berpegang pada perinsip
bahwa dari pada diserang lebih baik menyerang lebih dulu, atau
dari pada dibunuh lebih balik membunuh. Dalam hal ini orang
selalu melihara keutuhannya yakni rasa harga diri self esteem.
7) Alkohol dan obat-obatan , kedua benda ini apabila dikonsumsi
secara berlebihan akan mengakibatkan pengurangan
34
Sudah banyak diberitakan bahaya kedua benda tersebut apabila
tubuh kita mengkonsumsinya, baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
8) Suhu udara, dibandingkan dnegan faktor-faktor lainnya, suhu
udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh para peneliti
agresi meski sesungguhnya telah sejak lama ada dugaan bahwa
suhu udara memiliki pengaruh terhadap tingkah laku, termasuk
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatif dengan studi
kasus. Peneliti kualitatif Human Instrumen , berfungsi sebagai fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2012).
Mulyana (2004) Studi kasus adalah uraian dan penjelasan
konferhensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, suatu organisasi (komunitas), sutau program, atau suatu
situasi sosial. Dalam hal ini peneliti bertujuan memberikan pandangan
lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Mengungkap
perilaku agresi suporter sepak bola Persegres Gresik United beserta
faktor-faktor perilaku agresi yang muncul yang kemudian dikaitan
dengan teori yang ada.
B.Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah pertama di Jl.
Sindujoyo 53 Kroman, Gresik. Pengambilan data dilakukan dilokasi
tersebut karena lokasi tersebut merupakan kediaman subjek sebagai
pendiri komunuitas suporter sepak bola Persegres Gresik United yakni
36
11 , penelitian dilakukan dilokasi tersebut dikarenakan lokasi tersebut
merupakan tempat berkumpul para suporter untuk melakukan rapat,
diskusi maupun kegiatan suporter lainnya.
C.Sumber Data
Sumber data adalah dari mana data penelitian dapat diperoleh.
Adapun yang dijadikan peneliti sebagai sumber data dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek pertama adalah L sebagai
pendiri komunitas suporter sepak bola Persegres Gresik United atau
yang disebut dengan Ultras Gresik, subjek kedua adalah J selaku
Sekjen dan subjek ketiga adalah EP korwil markas besar Ultras Gresik.
Informan pendukung, peneliti menggunakan informan yang
ditunjuk oleh subjek karena memiliki informasi yang sama oleh sumber
data sebelumnya. Peneliti juga mewawancarai significant other dari
ketiga subjek, yang mana signifikan other subjek L atau subjek pertama
dalam penelitian ini berinisial F dan BQ sedangkan signifikan other
subjek J atau subjek kedua dalam penelitian ini adalah G dan TM.
Sedangkan untuk signifikan other subjek EP atau subjek ketiga
berinisial W.
D. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah
37
Pedoman wawancara digunakan untuk mengigatkan peneliti
mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi
daftar pengecek (cheklist) apakah aspek-aspek relevan telah
dibahas atau ditanyakan (Moleong, 2005). Alasan dilakukannya
wawancara mendalam adalah diharapkan peneliti dapat
memperoleh pengetahuan makna-makna subjektif yang dipahami
subjek berkenaan dengan topik yang diteliti, pengalamannya serta
seperti apa emosi dan motifnya dalam melakukan kegiatannya
sehingga kemudian akan dilakukan eksplorasi terhadap topik yang
diteliti.
Wawancara mendalam akan memungkinkan peneliti memasuki
dunia pikiran dan perasan subjek. Adapun petunjuk wawancara
yang akan diajukan kepada subjek yaitu dibuat berdasarkan
teori-teori perilaku agresif yang didalamnya terdapat aspek beserta
faktor-faktonya. Selain wawancara kepada subyek, peneliti juga
melakukan wawancara kepada significant other, yang mana
significant other disini digunakan sebagai pelengkap data serta bukti-bukti untuk mengetahui perilaku beserta faktor-faktor terkait
perilaku agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
pertanyaan untuk subjek meliputi profil subjek hal ini bertujuan
untuk mengetahui latar belakang subjek, perilaku agresif baik
38
menyebabkan perilaku agresif itu muncul. Sedangkan pertanyaan
untuk significant other meliputi profil subjek serta perilaku agresif
baik verbal maupun non verbal (fisik) serta faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan perilaku agresif itu muncul untuk memperoleh
keabsahan data.
E. Prosedur Analisis dan Intrepetasi Data
Analisis data menurut Moleong (1988) adalah mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya. Adapun teknik analisis yang dilakukan oleh
peneliti dalam penelitian ini mengunakan analisis kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yan terus menerus tersebut mengakibatkan variasi
data tinggi sekali.
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
dengan melakukan koding terhadap hasil transkrip wawancara yang
telah di verbatim. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi
dan mensistemati data secara lengkap dan mendetail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari
(Poerwandari, 2005). Pada penelitian kualitatif, koding dilakukan
39
Langkah-langkah awal koding dapat dilakukan melalui
(Poerwandari, 2005), yaitu:
1. Peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau
catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom
kosong yang cukup besar disebelah kiri dan kanan transkrip.
Hal ini akan memudahkannya membubuhkan kode-kode atau
catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.
2. Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada
baris-baris transkrip dan atau catatan lapangan tersebut. Dalam
hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nomor secara urut
dari satu baris ke baris lain atau dengan cara memberikan
nomor baru untuk paragraf baru.
3. Peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas
dengan kode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang
mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas
tersebut. Jangan lupa untuk selalu membubuhkan tanggal di
tiap berkas.
4. Setelah melakukan koding selanjutnya peneliti melakukan
analisis tematik terhadap data yang diperoleh. Analisis tematik
adalah proses yang memungkinkan penerjemah gejala atau
informasi kualitatif menjadi data kualitatif sesuai dengan
40
Penggunaan analisis tematik memungkinkan penelit i
menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak melihatnya secara
jelas. Setelah tema ditemukan (seeing), maka tahap selanjutnya
mengklasifikasikan atau meng-encode pola tersebut (seeing as)
dengan cara memberikan label, definisi atau deskripsi
(Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Dengan
menggunakan analisis tematik ini maka hasil penelitian berupa
deskripsi dari pola-pola yang sudah didapatkan dari hasil
mengkoding data-data yang diperoleh dari hasil wawancara.
F. Keabsahan Data
Untuk mendapatkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu
derajat kepercayaan (credibility), keterahlian (tranferability),
keberuntungan (dependability), dan kepastian (confirmability)
(Moleong,2007).
Pengujian keabsahan data pada penelitian ini menggunakan
triangulasi. Menurut Moleong (2011) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Temuan penelitian dicocokan kembali dengan data yang diperoleh
melalui wawancara, rekaman maupun dokumen. Apabila diketahui
data-data tersebut dinilai koheran, maka temuan penelitian ini
41
konfirmabilitas data, peneliti meminta bantuan kepada para ahli
terutama kepada para sumber data. Pengecekan hasil dilakukan secara
berulang-ulang serta dicocokam dengan teori yang digunkan dalam
penelitian ini.
Patton (Poerwandari, 2005) menyatakan bahwa triangulasi dapat
dibedakan dalam:
a. Triangulasi data, digunakan variasi sumber data yang
berbeda
b. Triangulasi peneliti, digunakan beberapa peneliti atau
evaluator yang berbeda
c. Triangulasi teori, dilakukan beberapa perspektif yang
berbeda untuk mengintrepetasi data yang sama
d. Triangulasi metodologis, dipakainya beberapa metode
yang berbeda untuk meneliti satu hal yang sama.
Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan
data dari significant others sebagai penguat dan penambah informasi
yang telah didapatkan melalui nara sumber. Significant others yang
dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang ditunjuk oleh sumber
data yang pernah terlibat dalam perilaku agresif serta suporter sepak
bola Persegres Gresik United yang secara langsung mengetahui kondisi
dilapangan, sehingga informasi yang didapatkan dipercaya sepenuhnya.
Hasil analisis dari sumber data penelitian ini akan dibandingkan
42
data terkait yang mengetahui secara langsung perilaku agresif suporter
sepak bola Persegres Gresik United. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan koherensi tentang data yang didapat dilapangan dengan
data yang berasal dari significant others. Triangulasi data ini dapat
terlihat pada hasil penelitian dan pembahasan yang digunakan analisis
verbatim dan koding secara bergantian antara sumber data dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Partisipan
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan yakni
sejak awal bulan Juni dan berakhir pada bulan Juli 2015. Dan tahapan
penelitian ini dapat disisipkan dengan tahapan lain tanpa mengurangi
esensi dari penelitian itu sendiri.
Penelitian ini tidak lepas dari adanya kendala yang terjadi selama
proses penelitian. Kendala yang ditemui pada penelitian ini
diantaranya yang tersulit adalah kendala internal yang dialami peneliti
yaitu setelah menemukan subjek ke dua ternyata subjek tersebut tidak
bersedia untuk diwawancarai, subjek tersebut menyarankan peneliti
untuk menemui seseorang yang tak lain merupakan salah satu
pengurus di Mabes Ultras Gresik dan memasrahkan kepadanya sebagai
subjek pengganti, setelah ada persetujuan maka diadakan kesepakatan
waktu untuk mengadakan wawancara.
Dalam menemukan subjek, peneliti juga mengalami kendala mana
kala secara langsung datang ke kediaman subjek yang dimaksud tetapi
tidak ada respon, adapula ketika menghubungi salah satu subjek,
respon yang diberikan kurang atraktif. Sehingga peneliti meminta
rekomendasi subjek lain kepada sekjen selaku pengurus dan juga
44
Adapula setelah mendapat subjek ke 3 yang akan di wawancari
ternyata subjek susah untuk dihubungi dan akhirnya peneliti mencari
subjek pengganti dan subjek pengganti tersebut bersedia untuk
diwawancarai.
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang
pertama adalah penentuan karakteristik dan status subjek penelitian.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui perilaku agresif dan
Faktor-faktor perilaku agresi yang muncul dari suporter sepak bola Persegres
Gresik United.
Tahap pertama adalah penelusuran informasi tentang subjek
penelitian. Hal yang pertama kali dilakukan peneliti pada subjek
adalah mendekati subjek kemudian berkenalan dengan subjek dan
peneliti mengutarakan maksud dan tujuan untuk menjadikannya
sebagai subjek penelitian. Setelah mendapat persetujuan maka
diadakan kesepakatan waktu untuk mengadakan wawancara dengan
subjek. Apabila dalam wawancara pertama ternyata masih ada
beberapa hal yang diperlukan penjelasan maka diadakan wawancara
lanjutan dengan kesepatakan pertemuan yang dilakukan oleh peneliti
dan subjek.
Dari beberapa proses yang sudah peneliti lalui, maka dibawah ini
45
1. Subjek pertama
Subjek pertama berinisial L , subjek merupakan pendiri
komunitas Ultras Gresik atau yang tak lain nama dari suporter
sepak bola Persegres Gresik United. Usia subjek 30 tahun dengan
berat badan sekitar 120 kg. Kulit khas Indonesia sawo matang.
Lokasi penelitian dilakukan ditoko subjek, dikarenakan subjek
merupakan owner toko Press sticker & digintal printing didaerah
kroman , Gresik.
Peneliti mengajak bertemu dengan subjek pertama pada
tanggal juli 2015, peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan bertemu dengan L, yaitu mengharapkan kesedian subjek
menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat
mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan serta proses
wawancara yang akan dilaksankan dengan subjek.
Subjek mendengarkan penjelasan dari peneliti dan dia
menyatakan bersedia menjadi subjek penelitian. Setelah subjek
pertama mengisi dan menandatangani Surat Pernyataan Bersedia
Menjadi Responden, maka peneliti menanyakan waktu wawancara
dengan subjek.
Pada pertemuan pertama peneliti memperkenalkan diri dan
maksud dari penelitian yang akan dilakukan. Observasi tidak
dilakukan dikarenakan tidak adanya pertandingan sepak bola yang
46
Indonesia. Peneliti tertarik meneliti subjek dikarenakan latar
belakang subjek sebagai pendiri komunitas suporter sepak bola
Persegres Gresik United. Karena dari pengalaman subjek sebagai
pendiri yang memahami seluk beluk suporter yang sama-sama
menginginkan pesepakbolaan di kota Gresik lebih berkembang
seperti di kota-kota lain, subjek merupakan suporter langsung
dilapangan baik dalam kandang sendiri maupun luar kandang saat
laga pertandingan berlangsung. Sehingga peneliti dapat
mengetahui perilaku agresif beserta faktornya yang ada pada
suporter sepak bola Persegres Gresik United dengan nama lain
Ultras gresik.
Subjek menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada
wawancara dengan lancar serta diiringi canda tawa. Subjek juga
orang yang apa adanya, ceplas-ceplos dan terbuka. Subjek seorang
yang ramah dibuktikan ketika proses wawancara subjek banyak
tersenyum dan tertawa.
Setelah wawancara selesai peneliti segera melakukan
pengolahan data dan ternyata masih ada data-data yang kurang
sehingga peneliti segera menghubungi subjek dan membuat janji
untuk melakukan wawancara kedua. Berdasarkan kesepakatan
dengan subjek, maka wawancara kedua dilaksanakan pada 26 Juli
47
Ketika wawancara peneliti mengeluarkan peralatan yang
digunakan dalam wawancara dan wawancara segera dimulai.
Setelah wawancara selesai peneliti segera melakukan pengolahan
data ternyata masih ada data-data yang kurang jelas sehingga
peneliti segera menghubungi subjek dan membuat janji untuk
melakukan wawancara kedua.
Namun sebelum tahap ini dilakukan, terlebih dahulu disusun
sebuah pedoman wawancara yang menjaga agar penggalian data
ini tetap fokus pada data-data yang ingin diungkap. Pedoman
wawancara tersebut tidak berlaku mutlak, namun menyesuaikan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Setelah peneliti
melakukan wawancara yang pertama meminta ijin dan
rekomendasi dari subjek tentang seseorang yang dapat menjadi
informan menganai perilaku agresif suporter sepak bola Persegres
Gresik United. Subjek tidak keberatan dan memberikan nama F ,
yang merupakan suporter aktif yang sering mengikuti pertandingan
Persegres Gresik United baik didalam stadion Tridarma mapun di
luar stadion. Sedangkan BQ merupakan suporter VIP aktif di
stadion Tridharma.
2. Subjek kedua
Subjek kedua berinisial J. Subjek merupakan Sekjen Ultras
Gresik, dan berdomisili di Gresik. Pada awal penentuan subjek
48
tersebut melimpahkan keseluruhnya kepada sekjen. Subjek merasa
tidak kebertan akan hal itu, sehingga peneliti membuat janji untuk
bertemu dengan subjek pada 15 juli 2015. Dan subjek meminta
surat penelitian sebagai surat jalan. Setelah itu disepakati bahwa
wawancara dilakukan di Mabes Ultras Gresik pada tanggal 15 Juli
2015.
Usia subjek 31 tahun dengan berat badan sekitar 75 kg. Kulit
khas Indonesia sawo matang. Lokasi penelitian dilakukan mabes
(markas besar) Ultras Gresik, yang terletak di Jl. Proklamasi 11 ,
Gresik.
Kemudian peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan bertemu dengan J, yaitu mengharapkan kesedian subjek
menjadi subjek penelitian. Peneliti memberikan gambaran singkat
mengenai maksud dari penelitian yang dilakukan dan proses
wawancara yang akan dilaksankan dengan subjek.
Penelitian dilakukan pada tanggal 15 juli 2015. Pada
pertemuan pertama peneliti memperkenalkan diri dan maksud dari
penelitian yang akan dilakukan. Peneliti tertarik meneliti subjek
dikarenakan latar belakang subjek sebagai sekjen suporter sepak
bola Persegres Gresik United. Tentunya memahami seluk beluk
suporter baik di kandang sendiri maupun dikandang lawan. Selain
itu subjek ikut serta dalam pengamanan suporter yang bertandang