SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh : SUPARDI B01211051
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
Naskah Skipsi atas nama saudara : Nama
NIM
Jurusan Judul
Wacana Theo V
Supardi
B0121 1051
Komunikasi dan PenYiaran lslam
Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin A1 Furqon (Study Analisis an Leeuwen)
Telah diperiksa dan diadakan perbaikan untuk dapat diujikan guna memenuhi
Satuan Kredit Semester Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Surabaya, 18 Januari 2016 Menyetujui Pembimbing,
\P^4-\1
di depan Tim penguji Skripsi Surabay4 04 Februari 2016
Mengesahkan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Pen
I
Prof. Dr. H. Moh. AIi Aziz, M.As NIP. 195706091983031 003
NIP. 1 9780 4A220A8012A26
Penguji
IV
,^,
H. Fahrur Razi. S.Ae. M.HI
NIP. 196906122006041 018
B i sm i llahirrahmanirahim
\-ans bertanda tangan di bawah ini, saya :
\ama
\I\1
.lurusan \lamat
Supardi
B0121 1051
Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dsn. Gunung Malang
I RT
04 RW 03Kel. Lenteng Barat Kec. Lenteng Kab. Sumenep
\lenyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1) Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi
manapun untuk mendapatkan gelar akadamik apapun.
2)
Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.3)
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikanini
skripsi inisebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi
hukum yang teriadi.
v ABSTRAK
Supardi, NIM. B01211051, 2016. Nilai Nilai Jihad Dalam Buletin Al Furqon (Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen). Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci : Jihad Bil Qalam, Buletin Al Furqon, Analisis Wacana
Fokus masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah: Bagaimana isi
Nilai Jihad Bil Qalam dalam Buletin Al Furqon bila dianalisis melalui strategi
wacana Theo Van Leeuwen bila dianalisis melalui strategi eksklusi dan inklusi ?
Untuk mengungkap permasalahan tersebut secara mendalam dan menyeluruh, penelitian ini menggunakan metode kualitatif non kancah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis wacana kritis model Theo Van Leeuwen. Model ini menekankan pada analisis bahasa kritis di mana dalam pendekatan ini melihat bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu. Aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa, nilai jihad bil qalam secara
gramatika bahasa yang terkandung menekankan pendalaman agama dan cara
pengamalannya.
Sedangkan, dari aspek ideologi yang ada berisi mengenaiperbaikan akhlak
untuk melakukan perubahan demi mendapatkan keberuntungan di dunia maupun
di akhirat, dan mengingatkan pentingnya adab islam dalam bermu’amalah guna diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terhindar dari bentuk kedzaliman. Serta memahami hubungan antara Islam, Iman, dan Ihsan dalam
makna pencapaiannya. Penekanan kelompok dominan tentang ajaran agama
dalam Buletin Al Furqon edisi/volume 03 dan 05 tahun ke-9 (2015) yakni sejatinya, hanya semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dalam kehidupan di dunia hingga sampai di akhirat nanti.
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... ii
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
E. Definisi Konseptual ... 10
F. Sistematika Pembahasan ... 13
BAB II : KAJIAN TEORETIK A. Kajian Pustaka ... 15
1. Tinjauan Mengenai Jihad ... 15
a. Pengertian Jihad ... 15
b. Macam-Macam Jihad ... 18
c. Hukum Jihad... 18
ix
2. Tinjauan Mengenai Buletin ... 20
a. Pengertian, Fungsi, dan Ciri Buletin ... 20
b. Buletin Sebagai Media Dakwah ... 25
c. Pengertian dan Karakteristik Berita ... 31
d. Berita Komodifikasi Wacana ... 33
B. Kerangka Teoretik ... 39
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 40
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 42
B. Unit Analisis ... 47
C. Tahapan Penelitian ... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ... 48
E. Teknik Analisis Data ... 49
BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 65
B. Penyajian Data ... 68
C. Analisis Data ... 80
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 89
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam sebagai agama Dakwah, yaitu agama yang menegaskan
umatnya untuk menyebarluaskan dan menyiarkan islam kepada seluruh umat
manusia sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam sebagai agama Allah yang
mengatur kehidupan di dunia dan untuk mencapai kebahagiaan hidup di
akhirat.1
Dakwah sesungguhnya merupakan suatu gejala yang konkrit dan ada
di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk penyampaian pesan amar ma’ruf
nahi munkar dari da’i (penyampai dakwah) kepada mad’u (penerima
dakwah), melalui suatu saluran yang biasanya disebut media, dan
menggunakan berbagai macam metode.2
Kegiatan dakwah juga bertujuan untuk merealisasikan segala
perbuatan yang telah digariskan oleh Allah SWT yaitu dengan
memperjuangkan yang baik (amar ma’ruf) dan meninggalkan yang jelek (nahi
munkar) guna meneruskan perjuangan Rasulullah SAW bagi setiap muslim
kepada muslim yang lain. Agar dakwah Islam dapat lebih diketahui, dihayati
serta diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi.3 Dengan
makna-makna inilah kita dapat memakna-maknai bahwa dakwah tidak menekankan hasil,
1 Djamaludin Ancok dkk, Pers dan Penyebaran Pesan-Pesan Agama (Bandung: Puspidai Press,
1995), h. 28.
2
Masduqi Affandi, Ontologi Dasar-Dasar Filosofi Dakwah (Surabaya: Diantama, 2007), h. 2.
3
tetapi mementingkan tugas dan proses. Penelusuran makna dakwah juga
menunjukkan bahwa masing-masing makna tersebut menunjuk pada kata
yang membutuhkan objek. Dalam hal ini menunjuk pada adanya sasaran
dakwah. Setidaknya ada tiga komponen dakwah di dalam event dakwah, yaitu
pelaku dakwah (pendakwah), pesan dakwah, dan sasaran dakwah (mitra
dakwah).4
Pada dasarnya dakwah merupakan tugas pokok para Rasul yang
diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya, agar mereka
beriman dan beribadah kepada-NYA, seperti yang digariskan dengan syariat
yang dibawanya.
Kemudian setelah Rasulullah SAW tiada, maka berdakwah menjadi
tanggung jawab setiap ummatnya, sebagaimana dalam Firman Allah Swt
(QS. Al Imran [3] : 104) :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;merekalah orang-orang yang beruntung.”5
Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, untuk mencapai
dakwah yang efektif maka diperlukan media. Merebaknya media saat ini
seperti media cetak dan online merupakan salah satu wujud dari era
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 10
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci
reformasi dan keterbukaan informasi. Fungsi media itu sendiri adalah
memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.
Media mampu menggiring opini publik kepada suatu fakta tertentu
melalui setting terhadap informasi yang akan dijadikan berita. Maka pada
tahap inilah misi dakwah dapat berjalan, informasi yang dianggap tidak
memihak kepada dunia muslim dapat ditunda pemberitaannya dan beralih
kepada pemberitaan yang bernilai dakwah.
Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bil
qalam (dakwah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab,
novel, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang
mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif.
Kelebihan dari dakwah bil qalam yakni pesan dakwahnya tetap
tersampaikan meskipun Da’inya sudah tidak ada, atau penulisnya sudah
wafat. Dan hadits yang menerangkan tentang dakwah bil qalam adalah
"Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari pada darahnya
para syuhada". Dari sabda Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa
berartinya tinta yang ditorehkan dalam rangka berdakwah sehingga
perbandingannya dengan pengorbanan para syuhada’.
Dakwah lewat tulisan sudah dimulai dan dikembangkan oleh
Rasulullah SAW dengan pengiriman surat dakwah kepada kaisar, raja-raja,
ataupun pemuka masyarakat yang ada. Dan tulisan tentang aktivitas
kenabian Rasulullah SAW yang tulis oleh para sahabat dan diberikan
kepada para tabi’in, para tabi’in kemudian memberikan kepada perawi
jurnalistik islam yang terkenal, langgeng hingga akhir zaman. Dan dakwah
lewat tulisan itu semakin relevan berada di zaman yang serba modern
seperti sekarang ini.
Media cetak juga sebagai salah satu media dakwah yang efektif
untuk berdakwah bil qalam. Namun pada zaman sekarang ini dakwah bil
qalam tidak hanya dilakukan di media cetak saja melainkan juga di
internet seperti dikemas dalam blog, website dan artikel-artikel lain yang
bisa diakses melalui internet. Dan majalah-majalah yang mengandung sisi
dakwah juga bisa diposting di internet dan bisa dibaca oleh jutaan umat.
Meskipun Internet merupakan barang baru, namun internet secara
langsung berperan dalam menciptakan dunia yang mengglobal.
Inti dari dakwah bil qalam adalah menulis. Menulis laksana
mendayung, berlayar dengan pikiran yang dengannya penulis akan
menemukan tantangan, pengalaman dan kepuasan. Dengan menulis juga
sebagai salah satu metode dakwah yang efektif dan masih relevan hingga
sekarang.
Menulis berarti peduli terhadap peradaban dunia, karena tulisan
bisa mempengaruhi orang lain dan menjadi referensi dalam kehidupan
sehari-hari. Tidak dipungkiri juga menulis bisa mendatangkan materi dan
popularitas. Hal ini menunjukkan peluang berdakwah melalui tulisan
sangat prospektif dan efektif.
Salah satu media cetak yang bisa digunakan sebagai media dakwah
seperti majalah adalah suatu penerbitan cetak yang ringan dan mudah
yang diinginkan termasuk materi dakwah juga bisa dimuat dan dikemas
melalui majalah.
Di zaman yang serba modern ini memungkinkan orang sangat
sibuk dengan aktifitas yang sangat menumpuk. Sangat sedikit
kemungkinan orang untuk meluangkan waktu untuk mendengarkan
ceramah dalam majelis-majelis ta’lim, karena tenaga sudah terkuras habis
untuk segala macam kesibukan. Buletin sebagai media dakwah lebih
efektif dan efisien untuk mengisi wacana religi keseharian, karena Buletin
lebih praktis dan bisa tidak terikat waktu atau bisa dibaca kapan saja.
Buletin mempunyai peran yang sangat penting, di antaranya
sebagai alat media informasi yang berisi macam-macam informasi dan
berita-berita terbaru mengenai berbagai hal yang diterbitkan secara
periodik (bukan harian) bukan mingguan, yang bertujuan sebagai
pelengkap hobby yang didalamnya sasaran yang berbeda-beda menurut
tujuan fungsi dan isi majalah yang akan disampaikan kepada pembaca.
Terbitan berseri yang direncanakan untuk terbit dalam jangka
waktu yang panjang dan tidak terbatas, secara berkala dan umumnya lebih
sering dari pada setahun sekali, dalam setiap terbitan biasanya memuat
berbagai karangan. Buletin biasanya memiliki judul yang jelas dan khas,
tetapi kebanyakan Buletin diterbitkan oleh suatu himpunan atau lembaga
dan memuat berita, laporan konferensi dan kegiatan berkala lainya,
judulnya biasanya terdiri atas istilah umum yaitu seperti bulletin, laporan,
Alasan peneliti memilih edisi atau volume 03 dan 05 tahun 2015,
karena pesan yang disampaikan sangat menarik dan bagus, serta pesannya
memberikan kiat-kiat dan motivasi dalam meraih kebahagiaan di dunia
sampai di akhirat nanti.
Namun tidak semua buletin mengandung pesan dakwah, saat ini
buletin yang mengandung pesan dakwah masih lebih sedikit dibanding
buletin yang hanya mengandung hiburan belaka tanpa ada pesan
keagamaan yang diangkat di dalamnya. Banyak sekali jurnalis-jurnalis
muslim yang menyumbangkan karya tulisnya dalam bidang dakwah,
namun mereka harus bersaing dengan karya tulis non muslim yang isinya
banyak mengandung hal-hal yang tidak menunjukkan keislamian.
Cendekiawan muslim harus lebih kritis terhadap informasi dan
menginvestasikan kemampuan dalam mengolah gerit pena untuk
mensosialisasikan nilai islam sekaligus meng-counter serta men-filter
derasnya informasi jahili dari barat.
Saat ini, dakwah melalui media massa semakin marak dilakukan
kalangan umat Islam. Munculnya berbagai majalah dan situs Islam di
Internet merupakan kenyataan yang tidak bisa diabaikan peranannya
adalah penyebaran dakwah Islam.6 Bahwa informasi merupakan “komoditi
primer” semakin menyadarkan kita bahwa media massa adalah lahan
subur yang harus dimanfaatkan.
Meskipun kesadaran menggunakan media massa sebagai sarana
dakwah mulai tumbuh, lemahnya penguasaan ummat Islam atas media
6Salah satu dari nama majalah Islam adalah Aula, Suara Muhammadiyah, Hidayatullah.
massa, dan kreatifitas yang dimiliki menjadikan dakwah yang dilakukan
melalui media massa kurang produktif. Hal itu terlihat kurang
berimbangnya program informasi yang memiliki nilai dakwah di tengah
masyarakat dengan program informasi media massa yang
memproduksinya budaya Barat (konsumeris, hedonis, pragmatis dan
individualis).
Sebagai media informasi, media massa memiliki pengaruh yang
sangat kuat dalam membentuk perilaku seseorang7 Bahkan, media massa
merupakan the new source of power (sumber kekuatan baru) yang
menguasai tatanan kehidupan berbangsa, beragama dan bernegara. Dan
saat ini, media massa menancapkan ideologinya. Dalam konteks ini, media
massa telah dijadikan alat bagi terbentuknya keseragamanan model
kehidupan masyarakat yang berkiblat ke Barat.
Jika realitas semacam ini dibiarkan terus menerus oleh umat Islam,
maka dengan sendirinya, perilaku masyarakat akan meninggalkan nilai
lama (agama dan tradisi), yang kemudian beralih pada budaya baru
melalui “dunia citra” yang dikembangkan melalui media massa.8
Perubahan itu terlihat begitu terasa saat ini, jika sebelumnya media
massa khususnya TV, majalah, buletin, koran dan sebagainya berfungsi
hanya sebagai media hiburan, namun kini telah beralih peran menjadi
pedoman dalam pola pikir masyarakat.
Dengan melihat realitas pergeseran nilai yang terjadi di tengah
masyarakat kita, mempersiapkan strategi dakwah secara matang dan
efektif merupakan sebuah keniscayaan yang harus dilakukan oleh umat
Islam (khususnya pada media-media Islami). Hal ini agar fungsi media
massa yang selama ini menjadi tuntunan dalam perilaku hidup seseorang,
mampu dimanfaatkan bagi syiar Islam.
Kenyataan yang berkembang saat ini, dakwah yang dilakukan para
Da’i tidak beranjak dari format lama. Penyampaian Islam melalui ceramah
masih saja tetap dilakukan, walau tidak sedikit juga yang mengerti apa
yang disampaikan oleh Da’i. Padahal efektifitas media massa justru lebih
mengena terhadap masyarakat secara luas dan universal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena sosial dakwah, maka memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang akan diangkat dalam
penelitian ini adalah:
Bagaimana nilai jihad bil qalam dalam buletin Al Furqon bila
dianalisis melalui strategi wacana The Van Leeuwen ?
Untuk menjawab masalah tersebut, ada dua sub masalah yang
harus dijawab
1. Bagaimana nilai jihad bil qalam buletin Al Furqon bila
dianalisis melalui strategi eksklusi dan inklusi ?
2. Bagaimana gramatika bahasa dan aspek ideologi nilai jihad
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang diangkat dalam tema ini,
maka peneliti memfokuskan untuk :
1. Untuk mengetahui dan memahami nilai jihad bil qalam
buletin Al Furqon bila dianalisis melalui strategi eksklusi dan
inklusi.
2. Untuk mengetahui dan memahami gramatika bahasa dan
aspek ideologi nilai jihad bil qalam yang terkandung dalam
buletin Al Furqon.
D. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka diharapkan dapat
memiliki dua manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat dijadikan sumber referensi bagi Fakultas
Dakwah, terutama untuk jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam untuk mengembangkan ilmu dakwah yang
menjadi pembelajaran utama bagi jurusan tersebut.
b. Diharapkan dapat mengembangkan ilmu dalam berdakwah,
terutama dalam komponen pengalaman kerja redaksi
c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi pengetahuan dalam pengembangan kajian ilmu
dakwah lebih lanjut.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya
yang akan meneliti tentang buletin Al Furqon maupun
buletin-buletin lainnya.
b. Diharapkan dapat dijadikan informasi dan acuan bagi
peminat atau peneliti dakwah bahwa buletin merupakan
salah media dakwah bil qalamyang efektif.
c. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan
keilmuan dakwah dan keredaksian media cetak.
E. Definisi Konseptual
Pada dasarnya konsep merupakan abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasi hal-hal yang khusus.9 Menurut Koentjaraningrat konsep
merupakan unsur pokok dari suatu konsep sebenarnya. Definisi singkat
dari sejumlah fakta atau gejala yang ada. 10 Definisi konsep ini
memberikan gambaran-gambaran konsep yang khusus dan menjelaskan
bagian-bagian yang terkandung dalam judul yang diambil.
Konsep – konsep yang diangkat dalam penelitian ini tidak terlepas
dari judul penelitian, supaya menghindarkan dari kesalahpahaman dalam
memahami judul atau fokus penelitian, selain itu juga bermaksud agar
9 Jalaludin Rachmat, Metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1995), h. 12. 10 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
masalah yang diajukan dapat dijelaskan atau digambarkan dengan baik.
Penelitian ini berjudul “Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin Al Furqon
(Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen)”.
Dari judul ini, maka yang menjadi bahan kajian dan perlu
mendapatkan penjelasan yakni:
1. Jihad
Jihad menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa
makna di antaranya; usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai
kebaikan, usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan
mengorbankan harta benda, jiwa, dan raga, dan perang suci melawan
orang kafir untuk mempertahankan agama Islam11.
Jihad menurut bahasa (Arab) berasal dari tiga huruf yaitu al-jim,
al-haa, ad-daa. Adapun huruf alif pada kalimat itu adalah tambahan.12
Kata jihad mempunyai makna yaitu mengerahkan segenap kemampuan di
jalan Allah SWT dalam rangka meninggikan kalimat-Nya, membela
agama-Nya, memerangi musuh-Nya, dan juga dalam rangka mencegah
kedzaliman, pelanggaran, dan kejahatan. Kemudian menurut Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah, makna jihad itu mengandung empat hal, yakni: 1)
Berjuang melawan hawa nafsu, 2) Berjuang melawan setan, 3) Berjuang
melawan orang kafir, 4) Berjuang melawan orang munafik.13
Jihad bil qalam yang merupakan jihad dalam bentuk tulisan yang
dilakukan secara berkelanjutan dan terencana dalam usaha mempengaruhi
orang lain secara individual maupun komunal agar timbul dalam dirinya
suatu pengertian, sikap, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran
agama sebagai unsur pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
tanpa ada unsur paksaan. 14 Pesan jihad bil qalam tersebut harus
disampaikan kepada orang lain baik secara lisan ataupun tulisan dalam
upaya mengubah dari satu situasi ke situasi yang lebih baik dalam upaya
menimbulkan pemahaman dalam diri tentang penghayatan dan
pengamalan ajaran Islam.
Dalam penelitian ini jihad diartikan sebagai jihad bil qalam yang
ingin merubah perilaku sosial masyarakat dengan menggunakan media
buletin.
2. Buletin
Buletin adalah media cetak berupa selebaran atau majalah berisi
warta singkat atau pernyataan tertulis yang diterbitkan secara periodik
oleh suatu organisasi atau lembaga.15
Salah satu media dakwah yang hingga kini dan masa yang akan
datang masih perlu dikembangkan adalah media cetak atau penerbitan,
salah satunya adalah Buletin. Melalui media ini, materi dakwah dapat
disebarkan langsung atau diberikan langsung kepada pembaca melalui
buletin.
Al Furqon adalah buletin yang diterbitkan oleh Lajnah Dakwah
Ma’had al-Furqon, tepatnya Ponpes al-Furqon al Islami. Buletin tersebut
menelaah masalah-masalah aktual dalam masyarakat yang diulas dalam
perspektif Islam.
14 Taufik Ridwan, Matahati Pers Islam (Yogyakarta : Dini Mediapro, 2012), h. 46-48.
15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Remaja
Jadi yang dimaksud dengan judul “Nilai-Nilai Jihad Dalam Buletin Al
Furqon(Study Analisis Wacana Theo Van Leeuwen)” di sini adalah meneliti
materi nilai jihad bil qalam yang terdapat dalam buletin Al Furqon dengan
menggunakan pendekatan analisis wacana Theo Van Leeuwen, terhitung
edisi atau volume 03 dan 05 tahun 2015.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan sesuatu yang menghantarkan ke
tujuan skripsi. Untuk mempermudah pemahaman, maka rencana penulisan
dalam skripsi analisis wacana ini akan disusun dalam lima bab yang setiap
babnya mempunyai isi dan analisa tersendiri mengenai skripsi analisis
wacana. Agar skripsi ini tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan dan
lebih terperinci lagi susunannya, maka perlu adanya sistematika pembahasan.
Di antara susunan sistematika pembahasannya sebagai berikut :
Bab I pada bab ini memuat tentang (a) latar belakang masalah, (b)
rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) definisi
konseptual, dan (e) sistematika pembahasan.
Bab II Pada bab ini memuat tentang kajian pustaka, kerangka teoritik, dan
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian analisis wacana.
Bab III Pada bab ini memuat tentang pendekatan dan jenis penelitian, unit
analisis, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
Bab IV pada bab ini memuat tentang penyajian dan analisis data yang
meliputi deskripsi obyek penelitian, penyajian data, dan analisis data
mengkonfirmasi hasil temuan dengan teori yang sudah ada guna mengetahui
relevansi antara penelitian yang dilakukan dengan teori tersebut.
Bab V Penutup. Bab ini akan memuat kesimpulan sebagai penegasan
jawaban atas permasalahan yang diangkat serta asumsi-asumsi yang pernah
diutarakan sebelumnya, kemudian akan dilengkapi dengan saran-saran dan
15
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Mengenai Jihad a. Pengertian Jihad
Kata jihaad adalah mashdar fi’il rubaa’i (mashdar kata kerja
empat huruf) dari jaahada. Kata jihaad mengikuti wazan fi’aal yang
bermakna mufa’alah (saling melakukan dari dua belah pihak).16
Dalam pengertian lain, secara etimologi jihad adalah
kepayahan, kesulitan, atau mencurahkan segala daya upaya dan
kemampuan. Adapun secara terminologi, Alhafidz Ibnu Hajar
mengatakan; mencurahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk
memerangi orang-orang kafir.17
Dalam arti lain jihad secara bahasa adalah bentuk mashdar dari
jaahada yang artinya adalah mengerahkan jerih payah dalam rangka
meraih tujuan tertentu.18 Sedangkan menurut istilah syariat Islam
adalah mengerahkan jerih payah dalam rangka menegakkan
masyarakat Islam, dan agar kalimat Allah menjadi yang tertinggi,
serta syariat Allah berkuasa (dominan) di muka bumi.
Adapun konsep jihad dari beberapa tokoh seperti; KH.
Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa jihad hukumnya fardhu
16 Syamsuddin Ramadlan, Hukum Islam Seputar: Jihad & Mati Syahid (Surabaya: Fadillah Print,
2006), h. 1
kifayah dalam setiap tahun. Artinya, jika sudah ada yang
melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi yang lain.
Kemudian diuraikan sebagai berikut:
1) Menegaskan Eksistensi Allah SWT di muka bumi,
seperti melantunkan adzan untuk shalat berjama’ah,
takbir serta berbagai macam zikir dan wirid.
2) Menegakkan syariat dan nilai-nilai agama, seperti
shalat, puasa, zakat, haji, nilai-nilai kejujuran, keadilan,
kebenaran dan sebagainya.
3) Berpegang di jalan Allah. Artinya jika ada komunitas
yang memusuhi kita, maka dengan segala argumentasi
yang dibenarkan agama kita bisa berperang sesuai
dengan rambu-rambu yang ditetapkan Allah.
4) Mencukupi kebutuhan dan kepentingan orang yang
harus ditanggung oleh pemerintah, baik itu muslim
maupun kafir dzimmi (yakni yang termasuk kaum
Nasrani, Majusi, Yahudi, serta pemeluk-pemeluk agama
lain yang bukan musuh).
5) Mengayomi dan melindungi orang-orang yang berhak
mendapatkan perlindungan, baik muslim maupun non
muslim. Kemudian pemenuhan kebutuhan diantaranya
dengan mencukupi kebutuhan sandang, pangan, papan,
jaminan obat-obatan dan jaminan kesehatan bagi
Sedangkan konsep jihad yang dipahami serta dibuat
landasan bertindak oleh Abu Bakar Ba’asyir ialah, jihad
diperbolehkan ketika Islam ditindas (defensif) atau jihad ofensif
hanya berlaku ketika ada kekhalifahan Islam, konteks kekinian
seperti; perang Irak melawan Afganistan. Kedua, jihad ofensif
(hujumi, ibtida’I, tholabi) yaitu memulai perang. Seperti; fathul
Makkah, meskipun tidak terjadi perang.
Jihad defensif dilakukan manakala pertama, negeri mereka
diserang orang-orang kafir, seperti Afganistan dan Irak yang
diserang oleh Amerika Serikat. Kedua, sekelompok komunitas
muslim yang diperangi oleh orang-orang kafir. Karena serangan
terhadap sebagian orang muslim pada hakikatnya serangan
terhadap seluruh umat muslim.
Sedangkan jihad ofensif dilakukan oleh daulah Islam.
Dakwah adalah seruan pemikiran non fisik. Manakala dihalangi
secara fisik, wajib kaum muslim berjihad untuk melindungi
dakwah dan menghilangkan halangan-halangan fisik yang
dihadapinya.
Dengan demikian konsep jihad yang dipahami oleh
KH.Abdurrahman Wahid dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir
sebenarnya ada persamaannya, hanya kemudian di tingkatan
aktualisasinya berbeda, begitu juga dalam menganalisis teks-teks,
b. Macam-Macam Jihad
Dari definisi di atas, berjihad itu bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara, yakni :19
1) Berjihad dengan lisan atau perkataan : berjihad seperti
ini dilakukan dengan cara mencurahkan segala
kemampuan daya fikir dan diaologis
2) Berjihad dengan tulisan : berjihad ini dilakukan dengan
menyampaikan pesan melalui suatu media, seperti;
cetak, elektronik, dan sejenisnya
3) Berjihad dengan harta : berjihad ini dilakukan dengan
cara menyediakan sebagian harta atau seluruhnya dalam
rangka menyiapkan hajat kaum Muslimin untuk
berjuang di Jalan Allah SWT.
4) Berjihad dengan jiwa : berjihad ini dilakukan dengan
cara bersedia mengorbankan jiwa dan raga. Seperti;
perang, atau dalam literatur agama disebut dengan qital.
c. Hukum Jihad
Hukum berjihad adalah fardhu kifayah dengan melihat
empat bentuknya (yang awal) yang telah disebutkan, yang mana
bila ada kaum Muslimin yang menegakkannya dalam kadar yang
memadai, maka ia gugur dari yang lain. Termasuk dalam hal ini,
sebagaimana yang anda ketahui, menegakkan hujjah, menolak
syubhat-syubhat dan tuduhan-tuduhan terhadap agama, amar
ma’ruf dan nahi mungkar, dan menyebarkan ilmu-imu agama
Islam.20 Adapun yang fardhu ain, wajib hukumnya atas semua
orang mukallaf (yang telah dibebani syariat) dari penduduk negeri
yang diserang musuh, laki-laki dan wanita, bila diperlukan
membela negeri Islam dan pemerintahnnya dari musuh.
d. Nilai Keutamaan Jihad
Di dalam Al qur’an maupun Hadist shahih banyak
menjelaskan nilai keutamaan jihad di atas amal-amal shaleh yang
lain, yaitu :
1) Jihad adalah amal yang paling utama
Di dalam sebuah hadist dijelaskan, bahwa
Rasulullah SAW telah menetapkan kedudukan jihad
sebagai amal yang utama dibandingkan dengan amal-amal
yang lain, setelah beriman kepada Allah SWT. Bahkan,
jihad ditempatkan sebagai ra’s al-‘amal (pangkal dari
amal). Imam Bukhari menuturkan sebuah hadist dari Abu
Dzarr ra, bahwasanya ia pernah bertanya kepada Rasulullah
SAW: “Amal apa yang paling utama? Nabi SAW
menjawab, Iman kepada Allah, dan Jihad di jalanNya”. Al
-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan, hadist ini menunjukkan
bahwa jihad merupakan amal yang paling utama setelah
iman kepada Allah.21
20 Ibid, h. 12.
21
2) Derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan
jiwanya lebih tinggi beberapa derajat daripada
orang-orang yang tidak melakukan apa-apa.
3) Keutamaan yang lain, antara lain; dijauhkan dari
kebinasaan, dilipatgandakan pahalanya menjadi tujuh
ratus kali lipat, dinaikkan derajat kemuliaannya satu
derajat, diberi pahala yang besar, tidak akan dianiaya
dan tidak dirugikan, mendapatkan kemenangan yang
besar, dicatat sebagai amal shaleh, dan lain
sebagainya.22
2. Tinjauan Mengenai Buletin
a. Pengertian, Fungsi, dan Ciri Buletin
Dalam tinjauan pers buletin, istilah pers berasal dari
bahasa Belanda, yang berarti dalam bahasa Inggris berarti
press. Secara bahasa, pers berarti cetak dan secara istilah
berarti penyiar secara tercetak atau publikasi secara dicetak
(printed publication). Dalam perkembangannya, pers
mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas
dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas
meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media elektronik,
radio siaran, dan televisi, sedangkan pers dalam arti sempit
22
hanya terbatas pada media massa cetak, yakni surat kabar,
majalah, dan buletin kantor berita.23
Media massa adalah sarana atau alat (berupa cetak,
elektronik, maupun maya) untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada komunikan yang bersifat massa,
khalayak, bebas dan netral.
Di dalam penelitian ini yang dimaksud media massa
ialah media cetak berupa buletin mingguan yang memiliki
beberapa fungsi, yaitu :24
1) Informasi
Menyiarkan informasi merupakan fungsi yang
penting dalam media massa, khususnya media cetak,
dalam hal ini berita yang diproduksi. Khalayak para
jama’ah sholat jum’at biasanya memerlukan informasi
mengenai berbagai hal, seperti; mengenai peristiwa
yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang
dilakukan orang lain, dan sebagainya.
Di dalam memberikan sebuah informasi, media
cetak, khususnya buletin membutuhkan adanya proses
jurnalisme untuk memproduksi informasi. Istilah
jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek.
Seperti halnya dengan istilah bahasa Inggris journalism
23
Onong Uchjana Effendy (C), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 145.
24
yang bersumber pada perkataan journal, ini merupakan
terjemahan dari bahsa latin diurnal “harian” atau
“setiap hari”.25
Di dalam kamus komunikasi, journalisme berarti
kegiatan mengelola berita, mulai dari peliputan
peristiwa melalui penyusunan kisah berita sampai pada
penyebaran berita yang sudah pada khalayak.26
Jadi, yang dimaksud jurnalisme ialah kegiatan
atau ketrampilan mengelola bahan berita yang dimulai
dari peliputan di tempat kejadian hingga penyusunan
ke dalam bentuk kata-kata baik lisan, tulis maupun
suara, kemudian disampaikan kepada khalayak.
2) Hiburan
Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat oleh
buletin dan majalah untuk mengimbangi berita-berita
berat (hard news) dan artikel yang berbobot. Isi buletin
yang berbentuk hiburan bisa: cerita pendek, cerita
bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok,
karikatur, tidak jarang juga berita yang mengandung
minat insan (human interest).27
3) Pendidikan
Fungsi berita selanjutnya adalah mendidik.
Sebagai sarana pendidikan massa (mass education),
25 Ibid, h. 151.
media menampilkan tulisan-tulisan yang mengandung
pengetahuan, sehingga khalayak pembaca diharapkan
bertambah pengetahuannya.28
4) Mempengaruhi
Fungsi ini tidak kalah pentingnya dengan fungsi
informasi maupun hiburan. Fungsi mempengaruhi ini
menyebabkan media massa mempunyai peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Media massa
mampu menggerakkan seseorang untuk bebuat sesuatu
hal dan tidak berbuat hal lain. Demikian juga media
dapat menunjukkan sebuah etika. Dalam perbuatan
kasus korupsi, media menawarkan etika lain bahwa
pebuatan itu tidak baik dan jangan diikuti. Hal ini
mengandung sebuah pembujukan (kebohongan).29
5) Pengawasan (Surveillance)
Dalam membentuk fungsi ini, media sering kali
memperingatkan kita akan bahaya yang mungkin
terjadi seperti; kondisi cuaca yang ekstrim atau
berbahaya ancaman militer.30
6) Korelasi (Corellation)
Fungsi kolerasi adalah seleksi dan interpretasi
informasi tentang lingkungan. Media seringkali
28 Ibid, h. 150.
29
Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73
30
memasuki kritik dan cara bagaimana seseorang harus
bereaksi terhadap kejadian tertentu. Karena itu,
kolerasi merupakan bagian media yang berisi editorial
dan propaganda. Fungsi kolerasi bertujuan untuk
menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus
dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status
dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat
berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Dalam
menjalankan fungsi korelasi, media seringkali dapat
menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan
memonitori atau mengatur opini publik.31
7) Penyampaian Warisan Sosial (Transmission Of The
Social Heritage)
Penyampaian warisan sosial merupakan suatu
fungsi di mana media menyampaikan informasi, nilai,
dan norma dari suatu generasi ke generasi berikutnya
atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang.
Dengan cara ini mereka bertujuan untuk meningkatkan
kesatuan masyarakat dengan cara memperuluas dasar
pengalaman umum mereka. Mereka membantu
integrasi individu ke masyarakat baik dengan cara
melanjutkan sosialisasi setelah pendidikan formal
berakhir, ataupun dengan mengawalinya pada masa
31
pra-sekolah. Telah diketahui bahwa media dapat
mengurangi perasaan terasing (anomi) pada individu
atau perasaan tak menentu melalui wadah masyarakat
tempat dia dapat mengidentifikasikan dirinya.32
Karakteristik buletin menurut Onong Uchjana
Effendy adalah sebagai berikut :
a) Publisitas yaitu penyebaran isi yang ditujukan
kepada khalayak bersifat umum. Dengan demikian,
isi buletin itu menyangkut segala aspek yang
berguna bagi kepentingan khalayak.
b) Periodisitas artinya buletin mempunyai keteraturan
saat terbitnya (berkala).
c) Universalitas artinya seluruh isinya memiliki nilai
umum. Kendati demikian nilai umum yang dimiliki
buletin tidak seperti surat kabar yang meliputi
aspek, biasanya buletin hanya memfokuskan pada
salah satu aspek atau profesi tertentu yang ditujukan
untuk kalangan tertentu. Namun bahasanya bersifat
umum.33
b. Buletin Sebagai Media Dakwah
Buletin sebagai salah satu bentuk media cetak, dapat
dijadikan sebagai media dakwah yang berfungsi tidak hanya
menyajikan informasi atau alat pendidikan moral saja, tetapi
32 Ibid, h. 388.
33
juga mampu menyajikan ide, konsep-konsep yang
memberikan arahan danbimbingan hidup kepada manusia.
Sebagai media dakwah, isi pesan (materi) harus disusun
sedemikian rupa sehingga enak dibaca dan mudah dipahami.
Selain itu isi pesan juga harus mempunyai landasan atau dapat
dihubungkandengan nash-nash yang ada dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadist.
Dalam memuat nilai jihad ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
1) Pertimbangan Aktualitas
Aktualitas artinya buletin menyampaikan informasi
yang baru tanpa mengenyampingkan kebenaran fakta. Dari
segi aktualitas ini buletin seringkali kurang menyajikan
informasi yang aktual dibandingkan dengan surat kabar,
akan tetapi buletin mempunyai kelebihan sendiri yaitu
dalam penyajian informasi dapat bersifat lebih mendetail
dan berperan sebagai media yang memberikan pengetahuan
mengenai hal-hal yang aktual dalam dunia ilmu
pengetahuan yang belum sempat diterbitkan dalam bentuk
buku.
2) Pertimbangan Bahasa
Bahasa merupakan faktor yang penting yang harus
diperhatikan dalam pembuatan sebuah artikel. Bahasa
seperti dalam makalah, buku, penelitian dan lainnya.
Bahasa jurnalistik harus meliputi beberapa kriteria, yaitu:
singkat, padat, jelas, lancar, lugas dan menarik. 34
Pentingnya bahasa jurnalistik itu mengingat para pembaca
yang beragam latar belakang pendidikan mulai yang
rendah sampai yang berpendidikan tinggi. Apabila
menggunakan tulisan ilmiah murni maka mereka yang
berpendidikan rendah tidak mampu memahaminya.
Menurut Rasihan Anwar ada tujuh faktor yang menjadi
patokan dalam menulis artikel,35 yaitu:
a) Menggunakan kalimat-kalimat yang pendek
b) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
c) Menggunakan bahasa yang sederhana dan jelas
pengutaraannya
d) Menggunakan bahasa tanpa menggunakan kalimat
majemuk
e) Menggunakan bahasa aktif bukan pasif
f) Menggunakan bahasa positif bukan negatif
g) Menggunakan bahasa yang kuat dan padat
3) Pertimbangan Misi
Setiap media massa didirikan dengan idealisme dan
cita-cita. Idealisme dan cita-cita antara media yang satu
dengan yang lainnya berbeda. Konsekuensinya
34 Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 57. 35
masing perusahaan penerbitan surat kabar atau buletin akan
mempunyai pembaca sesuai dengan idealisme yang
dibangunnya. Dengan demikian sebelum memuat suatu
tulisan perlu dipertimbangkan dahulu apakah sesuai dengan
idealismenya ataukah bertentangan. Media cetak adalah
media yang digunakan serta ditujukan untuk khalayak
umum dan isinya bersifat umum,36 seperti surat kabar,
buletin, radio, televisi dan sebagainya. Adapun yang
menjadi bahasan pokok disini adalah media cetak yaitu
buletin. Media massa cetak adalah media komunikasi
bercetak seperti majalah, koran, buletin, pamflet dan
sebagainya.
Ciri-ciri media massa :37
a) Terlembaga
Komunikator dalam komunikasi massa yang terjadi
di media massa bukanlah satu orang, melainkan kumpulan
dari beberapa orang. Artinya, berbagai macam unsur
bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga ini
menyerupai sebuah sistem yang interdependensi, yaitu
komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan
saling tergantung secara keseluruhan.
b) Kontinyu/berlanjut
36 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal (Yogyakarta: Lkis 2007), h. 67. 37
Hal ini terkait dengan keteraturan kemunculan atau
terbitnya, seperti harian, mingguan, dwi mingguan atau
bulanan. Kontinyuitas ini penting dimiliki media massa,
khususnya buletin jum’at. Kebutuhan akan informasi dari
masyarakat yang selalu meningkat mendorong pihak media
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
c) Umpan balik tertunda (delayed Feedback)
Ada dua macam feedback, yaitu immediate
feedback (umpan balik langsung), biasanya dilakukan
komunikasi langsung, misalnya face to face
communication. Sedangkan untuk delayed feedback
(umpan balik tertunda) dilakukan saat menggunakanmedia.
Umpan balik yang terjadidi media massa tidak akan
sesegera atau sesempurna umpan balik dalam komunikasi
tatap muka.
d) Khalayak bersifat heterogen dan luas
Artinya mereka (komunikan) tidak saling kenal
dengan komunikator (wartawan) dan komunikan beragam,
mulai dari usia, tingkat pendidikan, agama, kebudayaan,
pekerjaan, dan lainnya.
e) Pesan bersifat umum
Pesan yang disampiakan tidak hanya satu orang atau
satu kelompok tertentu, melainkan disampaikan kepada
dikemukakan tidak bersifat khusus yang ditujukan untuk
suatu golongan tertentu, melainkan bersifat umum untuk
seluruh pembaca yang bersifat heterogen.
Para pembaca surat kabar, buletin yang begitu
banyak, berbeda dalam usia, jenis kelamin, status sosial,
tingkat pendidikan, taraf kebudayaan, agama, pandangan
hidup, dan sebagainya.38Seperti diterangkan diatas, bahwa
komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan
media massa cetak disini, maka akan disampaikan
karakteristik media massa bercetak:
1) Massalitas dalam produksi artinya produk media massa
harus dapat menjangkau orang banyak.
2) Pluralitas dalam penyajian artinya harus mampu
menjadikan hal-hal beraneka ragam untuk ditujukan kepada
setiap orang.
3) Simultan artinya pesan yang diterima selalu serentak.39
Komunikasi massa sebagai kegiatan masyarakat telah
memainkan fungsi yang beragam dalam dinamika masyarakat,
seperti menyebarkan informasi, hiburan, interpretasi, opini
juga media dakwah.
38
Onong Uchjana Effendy, Op,Cit, h.72-75.
39
c. Pengertian dan Karakteristik Berita
Banyak definisi berita (news) yang terdapat di berbagai
literatur, namun karena dilihat dari bermacam sudut pandang,
maka beberapa pengertian tersebut memiliki perbedaan antara
yang satu dengan yang lainnya.
Mitchel U Charn dalam bukunya Reporting,
mendefinisikan berita ialah laporan tercepat mengenai fakta
atau opini yang mengandung hal yang penting, atau
kedua-duanya bagi sejumlah penduduk.40
Di dalam media cetak seperti buletin, berita adalah
laporan atau sajian pers jurnalistik oleh wartawan, yang ditulis
berupa data, fakta ataupun peristiwa yang penting dan
mendesak untuk diketahui atau diinformasikan kepada para
pembaca.
Namun tidak setiap peristiwa, data atau fakta dapat
disajikan sebagai berita yang ditampilkan di surat kabar. Suatu
berita layak diberitakan apabila peristiwa, data atau fakta
tersebut mengandung sesuatu yang penting dan menarik atau
biasa disebut nilai berita. Secara umum, nilai berita (news
value) mengandung unsur-unsursebagai berikut:41
40
Onong Uchjana Effendy (A), Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007), h. 67.
41 Septiawan Santana K.,Jurnalisme Kontemporer (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,
1) Penting (Significance), yaitu apabila peristiwa, data atau
fakta yang mempengaruhi atau menimbulkan akibat
langsung kepada kehidupan orang banyak.
2) Besar (Magnitude), yaitu peristiwa, data atau fakta yang
menyangkut angka-angka (jumlah atau besaran) yang
sangat berarti bagi kehidupan orang banyak.
3) Baru (Timelines), yaitu peristiwa, data atau fakta yang baru
terjadi.
4) Tenar (Prominance), yaitu peristiwa, data atau fakta yang
menyangkut tokoh tenar atau suatu tempat yang dikenal
pembaca.
5) Dekat (Proximity), yaitu peristiwa, data atau fakta yang
dekat dengan pembaca, baik dari sisi jarak maupun
emosional.
6) Manusiawi (Human Interest), yaitu peristiwa, data atau
fakta yang memberi sentuhan perasaan bagi pembaca,
seperti rasa iba, kasihan, gembira atau rasa bangga.
Dalam menyajikan peristiwa, data atau fakta ke dalam
bentuk laporan pers atau berita, ada beberapamacam
ragamnya, diantaranya : straight news atau berita ringkas, hard
news atau berita keras, soft news atau berita ringan, feature
atau berita kisah. Berikut penjelasannya:42
42
1) Straight news atau berita ringkas. Materi berita disusun
secara ringkas dan padat serta komunikatif.
2) Hard News atau berita keras. Peristiwa, data atau fakta
penting, gempar, berbobot bagi masyarakat, dan biasanya
dijadikan sebagai berita utama atau headline.
3) Soft News atau berita ringan. Peristiwa, data atau fakta
yang menarik dan mengesankan.
4) Feature atau berita kisah. Berita berkisah tentang sesuatu
yang unik, dramatic, mengaharukan, tragis dan menyentuh
sisi kemanusiaan.
Selain itu ada berita sensasi yakni, berita yang
menekankan secara berlebihan “unsur manusia” dalam
pemberitaan yakni, perasaan atau emosi, mengemukakannya
terlalu didasarkan pada keinginan untuk menarik perhatian,
membangkitkan perasaan atau emosi. Jadi, berita sensasi
harus hebat, harus menimbulkan keheranan, ketakjuban.
Dengan demikian berita sensasi sedikit sekali didasarkan pada
nalar atau sama sekali tidak didasarkan pada nalar yang
sehat.43
d. Berita Komodifikasi Wacana
Penelitian dalam level produksi berita, seringkali
dipusatkan pada proses penulisan berita. Penulisan berita
bukanlah sebuah aktivitas privat atau individu oleh wartawan.
43 Hikmat Kusumaningrat, jurnalistik : Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Berita merupakan produk media yang melewati proses yang
kompleks dari sebuah organisasi media massa. Pembentukan
berita dipandang bukanlah ruang yang hampa, netral, dan
seakan-akan menyalurkan informasi. Akan tetapi sebaliknya,
proses tersebut rumit dan banyak faktor yang berpotensi
mempengaruhinya. Mulai dari faktor individual, seperti latar
belakang profesional dari pengelola berita. Juga faktor
rutinitas media yang berhubungan dengan mekanisme dan
proses penentuan media. Faktor luar media juga turut
mempengaruhi konstruksi berita. Terakhir ialah sumber berita,
yaitu sumber berita yang tidak netral dan memiliki tujuan
tertentu.44
Idealisme sebuah media dan kebijakan yang dimiliki
turut mempengaruhi proses terciptanya sebuah berita.
Idealnya, penulis berita lebih menitikberatkan kepada
kepentingan khalayak daripada kepentingan yang lain. Namun
pada kenyataannya, di dalam industri media bertarung
berbagai macam kepentingan.
Persoalan yang cukup mendasar dalam sebuah industri
media massa ialah pertentangan antara kebebasan dan
keterbatasan. Di dalam sebuah media massa, cenderung
memiliki ideologi tentang orisinalitas sebuah berita dan
tentunya kebebasan. Kedua hal ini dapat mempengaruhi
44
kredibilitas maupun kepercayaan dari masyarakat kepada
sebuah media massa.
Salah satu kasus yang sering muncul adalah masalah
komodifikasi berita. Berita dijadikan sebagai komoditas.
Karena itu, berita harus ditulis semenarik mungkin agar
pembaca tertarik, sehingga keuntungan finansial dapat
diperoleh. Hal inilah yang menyebabkan ada persaingan atau
kompetisi antar media massa. Persaingan ini tentunya dapat
memberikan dampak yang positif terhadap media dengan
mengembangkan kreatifitas dalam penyajian sebuah berita
untuk mendapatkan kepercayaan. Namun demikian, hal itu
juga memberikan dampak negatif, di antaranya kedalaman
berita berkurang, lahirnya berita-berita yang seragam, lebih
mengusung atau menonjolkan sensasionalitas berita dan
dramatisasi berita.
Menurut Fairclough dan Wodak, wacana pemakai berita
dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial.
Wacanamemberi gambaran sebagai sebuah praktik sosial yang
menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa
diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan ia dapat
memproduksi dan mereproduksi hubungan kekuasaan yang
tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan perempuan,
kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu
disajikan karakteristik penting dari analisis wacana kritis dari
TeunA Van dijk, Fairclough, dan Wodak.45
Konteks. Wacana dipandang, diproduksi, dimengerti
dan dianalisis pada satu konteks tertentu, seperti latar situasi,
peristiwa dan kondisi. Menurut Guy Cook, analisa wacana
juga memeriksa konteks dari komunikasi, siapa yang
mengkomunikasikan, dengan siapa dan mengapa, dari jenis
khalayak dan situasi apa, melalui medium apa, bagaimana
perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi, dan hubungan
untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebut ada
tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks,
dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, tidak hanya
tulisan, namun juga jenis ekspresi, komunikasi, ucapan, music
efek, gambar dan sebagainya. Konteks memasukkan semua
situasi hal yang berada diluar teks dan mempengaruhi
pemakaian bahasa, seperti partisipan, dalam bahasa, situasi di
mana konteks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksud dan
sebagainya.
Historis. Menempatkan dalamk konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak
dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang
menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti
teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks
45
historis tertentu. Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya
akan diperoleh bila kita dapat memberikan konteks historis di
mana teks itu diciptakan, seperti situasi politik atau yang
lainnya saat wacana tersebut diciptakan.
Kekuasaan. Setiap wacana yang muncul, baik berbentuk teks, percakapan, tidak dipandang sebagai suatu
yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk
pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu
kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Seperti
kekuasaan laki-laki dalam wacana rasisme. Kekuasaan itu
dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat
apa yang disebut sebagai control. Control dalam hal ini tidak
harus bertindak fisik dan langsung, tetapi juga contro secara
mental atau psikis. Kelompok yang dominan mungkin
membuat kelompok lain bertindak seperti yang diinginkan
olehnya, berbicara dan bertindak sesuai dengan yang
diinginkan.
Ideologi. Teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu.
Teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa
ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan
tujuan untuk mereproduksi dan dengan membuat kesadaran
kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for
ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah
[image:45.595.136.565.204.527.2]tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.
Tabel 1.
Konstruksi berita oleh Wartawan di media massa
Sumber : Jurnalistik & Praktek (Hikmat Kusumaningrat)
Keterangan : Lahirnya berita (8), senantiasa dimulai dengan peristiwa (1).
Dalam mengkonstruksi realitas (6), hingga membentuk makna dan citra
tertentu (9), didahului pada faktor sistem internal maupun eksternal media
massa tersebut (2) dan (5), sehingga perangkat pembuat wawancara sendiri
(4) dan (7).46
46
Hikmat Kusumaningrat, jurnalistik : Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)
Sistem operasi media massa (3)
Startegi media untuk mengkontruksi (4)
Proses konstruksi realitas oleh media (6) Faktor internal:
ideologi, idealis, faktor eksternal dasar (5) Dinamika internal dan
eksternal media (2)
Fungsi bahasa, strategi framing, agenda setting (7)
Teks berita (8) Peristiwa (1)
Makna dan citra peristiwa/ pelaku opini pemilik yang terbentuk dan pelaku khalayak, motivasi dan tujuan si pembuat
B. Kerangka Teoretik
Dalam hal ini pneliti menggunakan analisis Theo Van Leeuwen
yang secara umum menekankan bagaimana aktor ditampilkan dalam
pemberitaan. Terkait dengan ini ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu: Pertama, Ekslusi yang berkaitan dengan penghilangan aktor sosial
tertentu dari pemberitaan. Penghilangan dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu: pasifasi, nominalisasi, dan penggantian anak kalimat.
Pengeluaran/penghilangan aktor ini berakibat macam-macam yang
diantaranya dapat melindungi subjek / pelaku dalam suatu proses
pemberitaan.
Kedua, Inklusi atau analisis untuk mengetahui bagaimana aktor itu
ditampilkan dalam pemberitaan. Dalam hal ini, teks dianilisis dengan
beberapa cara yaitu: diferensiasi-indeferensiasi, objektivitas-abstraksi,
nominasi-kategorisasi, nominasi-identifikasi, determinasi-indeterminasi,
asimilasi-individualisasi, dan asosiasi-disasosiasi. Secara umum, apa yang
ingin dilihat dari model Theo Van Leeuwen ini dapat digambarkan sebagai
[image:46.595.88.530.238.742.2]berikut:
Tabel 1.
Tingkat Yang Ingin Dilihat
Eksklusi - apakah ada penghilangan aktor dalam pemberitaan.
- apakah ada upaya media untuk hanya mengedepankan suatu aktor dan menghilangkan aktor lain?
- apa efek dari penghilangan tersebut?
- bagaimana strategi yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial tersebut?
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Kajian kepustakaan adalah suatu proses yang didahului untuk
mendapatkan teori terdahulu dengan cara mencari kepustakaan yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Di Uin Sunan Ampel Surabaya sendiri penelitian yang
menggunakan metode analisis Wacana masih jarang. Dan tidak banyak
digunakan oleh mahasiswa Uin terutama Fakultas Dakwah. Di antara
penelitian tersebut yang relevan dengan penelitian yang saya lakukan
[image:47.595.84.539.267.721.2]adalah :
Tabel 2.
Inklusi - bagaimana aktor ditampilkan dalam teks?
- dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilan para aktor dilakukan? - bagaimana aktor digambarkan dalam teks?
- apakah penggambaran tersebut berkaitan dengan proses marjinalisasi aktor tertentu dalam pemberitaan?
- bila ya, dilakukan dengan cara dan strategi bagaimana?
No Judul dan Nama Peneliti Persamaan Perbedaan
1. Pesan dakwah dalam majalah
(Analisis pesan dakwah rubrik tafakur pada majalah Asia) edisi bulan April-Agustus 2008. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam tahun 2008 oleh
Rosidatul Ummah.
Sama-sama
menggunakan Analisis Wacana sebagai dasar penelitian
Perbedaannya terletak
pada unit analisis yang
digunakan yakni
memakai Teun Van Dijk dan obyek kajiannya, di
mana penelitian ini
2. Pesan dakwah tabloid hikmah
(Analisis wacana rubrik
silaturrahim) edisi 59-62 tahun 2009. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2009 oleh Machfut Hidayat.
Memiliki kemiripan
atau persamaan dari segi metodenya yakni
menggunakan analisis
wacana.
Perbedaannya terletak
pada unit analisis yang digunakan yakni Teun Van Dijk dan obyek
kajiannya, di mana
penelitian ini meneliti pesan dakwah dalam tabloid Hikmah.
3. Pesan dakwah tabloid kisah
hikmah (Analisis wacana rubrik
silaturrahim) Edisi 88-91
Oktober - Desember 2010. Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam tahun 2010 oleh
Muchammad Al Hadad
Memiliki kemiripan
atau persamaan dari segi Metodenya yakni
menggunakan analisis
wacana.
Perbedaannya terletak
pada unit analisis yang digunakan yakni Teun Van Dijk dan obyek
kajiannya, di mana
penelitian ini meneliti pesan dakwah Tabloid Hikmah.
4. Pesan Dakwah dalam media
cetak (analisis wacana rubrik majalah kaki langit edisi ke- 39). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan KPI tahun 2011 oleh Achmad Khabib
Memiliki persamaan
yakni sama-sama
menggunakan analisis
Wacana sebagai dasar metodenya.
Perbedaannya terletak
pada model analisis
wacana yang digunakan model Teun Van Dijk, serta unit analisis dan obyek kajiannya.
5. Pesan Dakwah Dalam Media
Cetak (Analisis Wacana Rubrik Hikmah Al Qur’an Majalah Nurul Hayat Edisi 100-102). Karya Skripsi Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2013 oleh Abal Laitsi Nasatha
Memiliki persamaan
dari segi metodenya
yakni menggunakan
analisis Wacana.
Perbedaannya terletak
pada model analisis
wacana yang digunakan model Teun Van Dijk, serta unit analisis dan obyek kajiannya.
6. Konstruksi Citra Partai
Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P) Dalam
Pemberitaan Media Massa
(Studi Analisis Wacana seputar Rakernas IV PDI-P dalam harian Kompas edisi 20- 22
September 2014). Karya
Skripsi Fakultas Dakwah
Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2015 oleh Ahmad Dimyati
Memiliki persamaan
dari segi metode
analisisnya yakni
menggunakan analisis
Wacana Theo Van
Leeuwen.
Perbedaannya terletak
pada obyek kajiannya.
Dalam penelitian ini
42
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang
langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan
dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.47
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang panjang, berawal dari
minat mengetahui proses dan fenomena tertentu yang selanjutnya
berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, dan pemilihan
metode penelitian yang sesuai. Sehingga hal yang terpenting bagi
penelitian adalah minat untuk mengetahui suatu masalah penyiaran agama
Islam dengan fenomena tertentu.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yaitu suatu metodologi atau prosedur penelitian
yang menurut Bogdan dan Taylor akan menghasilkan data deskriptif yang
diarahkan pada latar atau individu secara utuh (holistik). Metode penelitian
ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
analisis isi wacana kritis kualitatif, yang menekankan pada aspek bahasa
yang digunakan oleh media. Analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu
analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna tertentu.
Sedangkan wacana sendiri merupakan suatu upaya pengungkapan
maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengungkapkan suatu
47
pernyataan. Pengungkapan itu dilaksanakan di antaranya dengan
menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran
mengikuti struktur makna dari sang pembicara.
1. Analisis Wacana
Mempelajari media merupakan tantangan yang menarik tanpa
pernah habis dimakan waktu, bahkan cukup banyak penelitian
sebelumnya yang berkutat pada permasalahan seputar media. Beberapa
di antaranya mengangkat tema yang menarik, atau sudut pandang
permasalahan yang berbeda. Akhirnya penulis menjatuhkan pilihan
pada konstruksi wacana media dengan paradigma kritis.
Analisis Wacana Kritis media, merupakan bentuk kesimpulan
dari sudut pandang yang penulis kemukakan mengenai media, yang
bersentuhan dengan perihal analisis isi, analisis framing, wacana,
maupun semiotika.dilihat dari wujud kekuasaan, bentuk hegemoni
serta dampak idiologi dominan yang tersampaikan dalam teks.48
Namun penulis juga mulai memahami bahwa kemampuan
masyarakat dalam memilah media serta mengartikan makna, menjadi
semacam perisai yang membatasi terpaan-terpaan informasi dari
berbagai media. Tentunya sebagai bagian dari pelaku akademik,
penulis hanya berupaya memenuhi tuntutan dalam usaha untuk lebih
memahami fungsi serta peran media, dan memperlihatkan wacana
ideologi media kepada masyarakat sebagai bagian dari alur mediasi
pembentukan realitas melalui teks berita.
48
Penulisan ini dimaksudkan sebagai salah satu referensi dalam
penulisan karya ilmiah mengenai media yang mengarah pada
paradigma kritis, dengan tujuan mengkritisi konstruksi wacana media
yang selama ini menjadi wadah idealisme pelaku media. Penulis
berharap dapat lebih jauh melihat kekuasaan terhadap teks, dan
menemukan konsep yang menarik perihal kekuatan media, serta
mengungkap makna yang tersembunyi dengan pandangan kritis
terhadap wacana media.
Munculnya analisis wacana, khususnya dalam bidang analisis
teks media melahirkan berbagai varian analisis yang pada akhirnya
memunculkan persinggungan antara model analisis yang satu dengan
yang lain. Analisis model teks media versi Norman Fairclogh dan
Teun A Van Dijk mi