Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang
Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk
Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih
Friska Devi Siregar 090306026
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang
Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk
Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih
SKRIPSI
Oleh :
Friska Devi Siregar
090306026
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang
Sebagai Pengganti Rumput Dalam Pakan Komplit Berbentuk
Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih
SKRIPSI
Oleh :
Friska Devi Siregar 090306026/PETERNAKAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih
Nama : Friska Devi Siregar
NIM : 090306026
Program Studi : Peternakan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Iskandar Sembiring, MM Usman Budi, S.Pt., M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
FRISKA DEVI SIREGAR, 2014 “Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet pada domba jantan lokal lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 6,57 kg - 10,69 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 (pemberian pakan pelet tanpa mengandung sisa panen tanaman pisang), P1 (pemberian pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang), P2 (pemberian pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang), P3 (pemberian pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan laba tertinggi adalah pada perlakuan P2 memberikan keuntungan sebesar Rp. 76.351 dan terkecil pada perlakuan P0 dengan memberikan keuntungan Rp. 14.148 Rataan benefit cost ratio (B/C) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar 1,16 dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar 1,02. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan P2 sebesar Rp. 47.993 dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar Rp. Rp. 43.470. Kesimpulan adalah pemanfaatan sisa panen tanaman pisang dalam pakan domba jantan lokal lepas sapih layak untuk diterapkan dalam usaha peternakan domba.
ABSTRACT
FRISKA DEVI SIREGAR, 2014 “Economic Analysis Of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead Of Grasses For Wearning Male Local Sheep Feed” supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.
The experiment was conducted in the Livestock Biology Laboratory at Animal Husbandry Departement of Agriculture Faculty of North Sumatera University started from July to November 2013. The aims of research was to determine economic of the remaining banana crop is processed in the form of pellets to the weaning males local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 6,57 kgs to 10,69 kgs and divided into four treatments and five replications. The treatment in this study were P0 (feed without of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P1(20% of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P2 (40% of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P3 (60% of the remaining banana crop is processed in form of pellets).
The results showed that the highest profit was in the treatment of P2, is Rp. 76.351- and the lowest profit was in the treatment of P0, is Rp. 14.148-. The
higgest benefit cost ratio (B/C) was on P2 of 1,16 and the lowest was on P0 of 1,02. The higgest Income Over Feed Cost (IOFC) was on P2 of Rp. 47.993.- and the lowest P0 of Rp. 43.470.-. The conclusion that the remaining banana crop is processed in the form of pellets to the weaning males local sheep feasible to apply for sheep breeding farming.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 06 Mei 1991 dari
Alm. Fricardo Siregar dan Ibu Anni Sihotang. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 17 Medan dan pada tahun
2009 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian
Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB-PTN). Penulis memilih program
studi peternakan.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan
Mahasiswa Peternakan (IMAPET) dan Ikatan Mahasiswa Kristen Peternakan
(IMAKRIP).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Desa Pardugul
Dusun Buntu Pangaloan Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Provinsi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai
Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet pada Domba Jantan
Lokal Lepas Sapih”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis
selama ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
Ir. Iskandar Sembiring, MM selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Usman
Budi, S.Pt., M.Si selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan
judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir.
Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
Civitas Akademika Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penelitian dan ilmu pengetahuan
DAFTAR ISI
Arti Penting Ternak Domba Bagi Masyarakat Indonesia ... 4Analisis Usaha Ternak Domba... 4
Total Biaya Produksi ... ... 5
Potensi Sisa Panen Tanaman Pisang... 12
Pengolahan Pelet... 13
Pakan Komplit... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu……… 15
Bahan Penelitian... 15
Alat Penelitian ... 15
Metode Penelitian ... 16
Parameter Penelitian ... 16
Total Biaya Produksi ... 16
Total Hasil Produksi ... . 16
Analisis Ekonomi (Laba-Rugi) ... 17
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) ... 17
IOFC (Income Over Feed Cost) ... 18
Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Data... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN Total Biaya Produksi ... 19
Biaya Bibit ... 19
Biaya obat ... 20
Biaya sewa kandang dan peralatan ... 21
Biaya tenaga kerja ... 21
Total Hasil Produksi ... 24
Penjualan domba ... 24
Penjualan kotoran domba ... 24
Analisis keuntungan (laba/rugi) ... 26
Analisis B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) ... 28
IOFC(Income Over Feed Cost) ... 29
Rekapitulasi hasil penelitian ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33
Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
No. ... Hal.
1. Biaya pembeliaan bibit domba tiap perlakuan(Rp/ekor) ... 19
2. Biaya pakan tiap perlakuan (Rp/kg) ... 20
3. Total biaya produksi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 22
4. Total hasil penjualan domba tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 24
5. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 25
6. Keuntungan (laba-rugi) tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 27
7. B/C ratio tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 28
8. IOFC tiap perlakuan (Rp/ekor) ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Kandungan nilai nutrisi bahan penyusun pakan komplit ... 37
2. Susunan bahan pakan komplit selama penelitian ... 37
3. Harga pakan / kg setiap perlakuan ... 38
4. Bobot Badan Awal Domba ... 38
5. Bobot Badan akhir Domba ... 38
6. Biaya obat-obatan tiap perlakuan ... 38
7. Biaya sewa kandang dan peralatan tiap perlakuan ... 39
8. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan ... 39
9. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan ... 39
10. Total penjualan kotoran domba tiap perlakuan ... 39
11. Total biaya produksi selama penelitian ... 40
12. Total hasil produksi selama penelitian ... 40
13. Analisis Laba-Rugi selama penelitian ... 40
14. B/C tiap selama penelitian ... 41
15. IOFC selama penelitian ... 41
16. Rekapitulasi rataan hasil penelitian... 41
17. Pengolahan Batang Pisang ... 42
ABSTRAK
FRISKA DEVI SIREGAR, 2014 “Analisis Usaha Pemanfaatan Sisa Panen Tanaman Pisang sebagai Pengganti Rumput dalam Pakan Komplit Berbentuk Pelet pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih”, dibimbing oleh ISKANDAR SEMBIRING dan USMAN BUDI.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Nopember 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai usaha dari pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet pada domba jantan lokal lepas sapih. Domba lokal jantan yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan kisaran bobot badan awal 6,57 kg - 10,69 kg yang dibagi kedalam empat perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah P0 (pemberian pakan pelet tanpa mengandung sisa panen tanaman pisang), P1 (pemberian pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang), P2 (pemberian pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang), P3 (pemberian pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan laba tertinggi adalah pada perlakuan P2 memberikan keuntungan sebesar Rp. 76.351 dan terkecil pada perlakuan P0 dengan memberikan keuntungan Rp. 14.148 Rataan benefit cost ratio (B/C) tertinggi adalah pada perlakuan P2 sebesar 1,16 dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar 1,02. Rataan Income Over Feed Cost (IOFC) tertinggi pada perlakuan P2 sebesar Rp. 47.993 dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar Rp. Rp. 43.470. Kesimpulan adalah pemanfaatan sisa panen tanaman pisang dalam pakan domba jantan lokal lepas sapih layak untuk diterapkan dalam usaha peternakan domba.
ABSTRACT
FRISKA DEVI SIREGAR, 2014 “Economic Analysis Of Pelleting Banana Crop Left Overs Instead Of Grasses For Wearning Male Local Sheep Feed” supervised by ISKANDAR SEMBIRING and USMAN BUDI.
The experiment was conducted in the Livestock Biology Laboratory at Animal Husbandry Departement of Agriculture Faculty of North Sumatera University started from July to November 2013. The aims of research was to determine economic of the remaining banana crop is processed in the form of pellets to the weaning males local sheep. Twenty male local sheeps were used with body weight range from 6,57 kgs to 10,69 kgs and divided into four treatments and five replications. The treatment in this study were P0 (feed without of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P1(20% of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P2 (40% of the remaining banana crop is processed in form of pellets), P3 (60% of the remaining banana crop is processed in form of pellets).
The results showed that the highest profit was in the treatment of P2, is Rp. 76.351- and the lowest profit was in the treatment of P0, is Rp. 14.148-. The
higgest benefit cost ratio (B/C) was on P2 of 1,16 and the lowest was on P0 of 1,02. The higgest Income Over Feed Cost (IOFC) was on P2 of Rp. 47.993.- and the lowest P0 of Rp. 43.470.-. The conclusion that the remaining banana crop is processed in the form of pellets to the weaning males local sheep feasible to apply for sheep breeding farming.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, kemajuan teknologi dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, maka kebutuhan akan protein hewani
juga semakin meningkat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan protein hewani
masyarakat maka para peternak harus menguasai ekonomi peternakan agar
peternakan yang dikelolanya mampu memproduksi domba baik dari segi kuantitas
dan kualitas yang akan membawa dampak nilai ekonomis atau keuntungan yang
dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya.
Domba merupakan salah satu komoditi peternakan yang turut serta
memasok ketersediaan daging di dalam negeri. Daging yang tersedia diharapkan
tidak hanya dalam jumlah yang cukup tetapi juga dengan kualitas yang lebih baik.
Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan manajemen pemberian pakan yang
lebih baik. Pakan hijauan merupakan sumber pakan utama yang sering diberikan
pada ternak ruminansia. Hijauan di Indonesia pada umumnya mempunyai kualitas
yang rendah sehingga kurang mampu mendukung produktivitas ternak yang
maksimal karena penyediaan energi, protein, dan mineral tidak mencukupi.
Analisis usaha ternak domba merupakan kegiatan yang sangat penting
bagi suatu usaha ternak yang mempunyai prospek cerah yang dapat dilihat dari
analisis usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan
tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat
dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan
Dalam sektor peternakan semakin kecilnya lahan akan memberikan
dampak ketersediaan bahan pakan yang dibutuhkan ternak, terutama ternak
ruminansia yang bahan makanan utamanya adalah berupa hijauan atau rumput.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari suatu pakan alternatif yang dapat
menggantikan rumput sebagai pakan ternak. Salah satunya adalah limbah tanaman
pisang yang merupakan limbah pertanian yang berasal dari tanaman pisang yang
biasanya hanya dibiarkan atau dibuang setelah pisang dipanen. Dilihat dari
kandungan serat kasar beserta zat-zat pakan yang terdapat di dalamnya, limbah
tanaman pisang mempunyai potensi untuk dijadikan bahan pakan ternak
ruminansia.
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak merupakan
salah satu alternatif bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak.
Limbah pertanian sebagai bahan pakan selalu dikaitkan dengan harga yang murah
dan kualitas yang rendah. Besaran pemanfaatan limbah sangat tergantung pada
potensi limbah baik secara kuantitas maupun kualitas yang dapat dimanfaatkan.
Perlu dilakukan teknologi pembuatan pakan ternak berbentuk pelet. Untuk
kedepannya teknologi pelleting dapat menggantikan pengolahan pakan yang
hanya berbentuk segar dan tepung. Keuntungan pakan komplit berbentuk pelet
adalah penyimpanannya lebih mudah, meningkatkan kadar energi metabolisme
pakan dan dari segi ekonomi, menjamin keseimbangan zat-zat nutrisi pakan yang
terkandung dalam komposisi pakan, untuk efisiensi ruang penyimpanan, selain itu
dapat menghilangkan susana berdebu, mengurangi sisa pakan, mencegah
meningkatkan palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi pakan dengan waktu
yang lebih pendek.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan analisis usaha
melalui penelitian pemanfaatan sisa panen tanaman pisang sebagai pengganti
rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet pada domba jantan lokal lepas sapih.
Tujuan Penelitian
Mengetahui nilai usaha dari pemanfaatan sisa panen tanaman pisang
sebagai pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet sebagai bahan
pakan ternak domba jantan lokal lepas sapih.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti,
peternak domba, mengenai pemberian sisa panen tanaman pisang sebagai
pengganti rumput dalam pakan komplit berbentuk pelet sebagai pakan ternak
domba jantan lokal lepas sapih dalam pengembangan usaha peternakan, serta
sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian
TINJAUAN PUSTAKA
Arti Penting Ternak Domba bagi Masyarakat Indonesia
Usaha ternak domba merupakan komponen penting dalam usahatani
penduduk pedesaan karena pemeliharaan ternak domba dapat membantu
pendapatan rakyat di pedesaan dengan pemanfaatan sumberdaya alam yang
tersedia di sekitarnya (Kusnadi, 2004).
Ternak domba adalah salah satu komoditas peternakan yang berfungsi
sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan, tambahan
penghasilan, kotoran dan urinenya bisa dijadikan sebagai sumber pupuk dan
sekaligus memberikan pendapatan bagi masyarakat (Devendra, 1993).
Disamping sebagai penghasil daging yang baik, domba juga
menghasilkan kulit yang dapat dimanfaatkan untuk bebagai macam keperluan
industri kulit seperti aneka model tas, ikat pinggang dan khusus untuk domba
menghasilkan bulu (woll) yang sangat baik untuk keperluan bahan sandang seperti
aneka ambal ( alas tidur), bantal, selimut (Cahyono, 1998).
Analisis Usaha Ternak Domba
Analisis dapat berarti suatu pemeriksaan. Pengertian analisis bisnis adalah
suatu pemeriksaan terutama dibidang keuangan sehingga dapat diketahui sampai
sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai, masalah apa saja yang timbul dan
peluang apa saja yang ada, serta alternatif atau tindakan yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki atau meningkatkan keuntungan dari produk (Cahyono, 2002).
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usahanya. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan
tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Melalui usaha ini dapat
dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis dapat juga
memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan
modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal
kembali dan tingkat keuntungan uang diperoleh (Suharno dan Nazaruddin, 1994).
Total Biaya Produksi
Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang
tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan
sesuatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input
yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran
perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi
(Budiono, 1990).
Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu, sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output
yang bertambah besar dengan meningkatkan produksi dan berkurang dengan
menurunnya produksi disebut biaya variabel (Lipsey et al., 1995).
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau sedangkan biaya
variabel merupakan biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan
volume produksi (Kasmir, 2008).
Budiono (1990) menyatakan bahwa penerimaan adalah hasil penjualan
dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual
produksi tersebut.
Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu
usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya
variabel. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan usaha, kandang, peralatan yang
digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang
dikeluarkan secara berulang–ulang yang antar lain berupa biaya pakan, upah
tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat–obatan, vaksinasi
dan biaya–biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, sumbangan, pajak
usaha dan iuran (Siregar, 2007).
Biaya bibit/ pembelian domba
Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Harga
biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan awal dengan harga
bobot hidup perkilogramnya. Harga bibit domba jantan lokal lepas sapih adalah
Rp. 40.000,-,/kg (Raharjo, 1994).
Biaya pakan
Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang
diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan
perkilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi
dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat
mempengaruhi tingkat pendapatan. Menurut Raharjo (1994) harga pakan yang
cenderung naik dan berfluktuasi dipengaruhi oleh kondisi tingkat harga bahan
baku pembuatan pakan.
Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan
yang diberikan pada ternak yang sakit. Pengobatan pada ternak diharapkan dapat
mengurangi resiko kematian, menghambat penyebaran penyakit ke lingkungan,
baik ke manusia maupun ternak lainnya. Menurut Aziz (2009) obat-obatan,
vaksin dan vitamin dapat digunakan sebagai alternatif manajemen resiko
produksi pada usaha ternak domba jantan lokal lepas sapih. Harga obat-obatan
domba jantan lokal lepas sapih adalah Rp. 70.000,-.
Biaya sewa kandang dan peralatan kandang
Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan suatu
kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berguna
untuk mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres, dengan cara
mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang
digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak.
Peralatan kandang menurut Santoso (2009) antara lain meliputi, instalasi listrik,
instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang, pemanas ruangan, dan tirai
kandang. Harga biaya sewa kandang dan peralatan kandang domba jantan lokal
lepas sapih adalah Rp. 500.000,-.
Biaya tenaga kerja
Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja
yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan
dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah
tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak dipengaruhi dan
tenaga kerja. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin.
Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan upah tenaga
kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya lebih tinggi daripada upah tenaga
kerja manusia. Harga biaya tenaga kerja domba jantan lokal lepas sapih adalah
Rp. 960.000,-. (Rasyaf, 2010).
Total Hasil Produksi
Pendapatan usaha adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dalam suatu
usaha. Pendapatan dapat berupa pendapatan utama, seperti hasil penjualan domba
dari kegiatan usaha penggemukan domba dan pendapatan berupa hasil ikutan
(by product), misalnya pupuk kandang ( Aritonang, 1993).
Pendapatan adalah seluruh penerimaan uang yang duperoleh dari penjualan
produk dari suatu kegiatan usaha. Penjualan ternak hidup, kotoran, urin dan
pupuk dan produk-produk lainnya yang dihasilkan merupakan komponen
pendapatan (Budiono, 1990).
Penjualan domba
Penjualan domba yaitu perkalian perkalian antara bobot badan akhir
dengan harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bibit domba jantan lokal lepas
sapih adalah Rp. 40.000,-./kg. Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual
dalam suatu proses tawar menawar penjual akan meminta harga jual yang lebih
tinggi dari yang diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan
lebih rendah dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar
mereka akan sampai pada suatu kesepakatan tentang harga yang disetujui (Kotler,
Masalah harga sebenarnya merupakan salah satu dari empat variabel utama
harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang akan dicapai oleh
manajer perusahaan. Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan
sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik yang
menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin dicapai
oleh perusahaan. Oleh karena itu manajer suatu perusahaan harus berhati-hati
dalam menentukan harga jual (Nitisemito, 1994).
Penjualan kotoran domba
Penjualan kotoran domba diperoleh dari harga jual kotoran domba
perkilogramnya. Harga penjualan kotoran yaitu sebesar Rp. 1.000,-./kg.
(http://id.wikipedia.org, 2014).
Analisis Laba – Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan
hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah
pendapatan dan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga
tergambar jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode
tertentu. Dari jumlah pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang
disebut laba atau rugi. Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya
perusahaan dikatakan laba. Sebaliknya jika jumlah pendapatan lebih lebih kecil
dari jumlah biaya perusahaan dikatakan rugi (Kasmir, 2008).
Lipsey (1995) keuntungan adalah selisih antara hasil yang diterima dari
penjualan dengan biaya lebih besar dari penerimaan maka keuntungan negatif
Keuntungan (laba) suatu usaha ditentukan oleh selisih antara total
penerimaan (total reserve) dan total pengeluaran (total cost) atau secara
matematis dapat dituliskan K= TR-TC (Soekartawi, 1986).
Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari
usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari
suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak
dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai
keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya
(Murtidjo, 1995).
Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, kotoran yang
dimanfaatkan menjadi pupuk dan produk lainnya merupakan komponen
pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu biaya tetap (sewa lahan,
bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya variabel (domba bakalan, pakan,
tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi, 1994).
B/C Ratio (benefit cost ratio)
Analisis B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap
satuan biaya yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara
membagikan total penerimaan dengan total pengeluaran. Kadariah (1987),
menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat
digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi
besarnya pengeluaran, dimana bila
B/C Ratio > 1 : Efisien B/C Ratio = 1 : Impas
B/C Ratio =
Suatu usaha dikatakan memberikan manfaat bila nilai B/C Ratio > 1.
Semakin besar nilai B/C Ratio maka semakin efisien usaha tersebut dan
sebaliknya semakin kecil nilai B/C Ratio nya, maka semakin tidak efisien usaha
tersebut (Soekartawi, 1995).
IOFC (income over feed cost)
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih antara total pendapatan
usaha peternakan terhadap biaya pakan. IOFC ini merupakan barometer untuk
melihat seberapa besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan
usaha peternakan dikurangi biaya pakan. Besarnya biaya pakan berkisar antara
60-80% dari total biaya. Pendapatan merupakan perkalian antara produksi
peternakan dengan harga jual, sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan ternak tersebut (Prawirokusumo, 1990).
Selain pegangan berproduksi secara teknis juga diperlukan pegangan
berproduksi dari segi ekonomi, beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk
pegangan berproduksi adalah IOFC (income over feed cost) atau selisih
pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan
perkalian antara hasil produksi peternakan (kilogram hidup) dengan harga jual.
Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
Pakan Ternak Domba
Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak
serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang
diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh ternak dalam hidupnya serta karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air
(Parakkasi, 1995).
Salah satu faktor tata laksana pemeliharaan yang penting dan pengaruhnya
cukup besar bagi produktivitas adalah pakan. Selain harus berkualitas, pakan juga
harus ekonomis supaya dapat memberikan keuntungan bagi peternak
(Utomo, 1991).
Jumlah pemberian pakan (dalam bahan kering) adalah sebesar 4% dari
bobot hidup ternak. Pakan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan
perbandingan 60 : 40 (Antonius dan Ginting, 2011).
Defisiensi nutrient dapat terjadi karena pemberian pakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi ternak, sehingga ternak mudah terserang penyakit,
penyediaan dan pemberian pakan harus diupayakan secara terus-menerus sesuai
dengan standar gizi menurut umur ternak (Cahyono, 1998).
Potensi Sisa Panen Tanaman Pisang
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah: Divisi: Spermatophyta, Sub divi
s: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Keluarga: Musaceae, Genus : Musa,
Spesies: Musa sp (Karto, 1995).
Tanaman pisang merupakan tanaman yang paling mudah ditemui dan
ternak ruminansia di Indonesia belum banyak digali padahal pemanfaatannya
sudah banyak dilakukan di negara Amerika Latin yang dikenal sebagai
pengekspor pisang. Kadar air yang sangat tinggi terutama pada batang merupakan
kendala dalam konsumsi tanaman pisang itu sendiri. Kadar abu yang tinggi
menunjukkan adanya kandungan mineral yang tinggi. Sedangkan di dalam
bonggol terdapat senyawa pati yang dapat digunakan sebagai sumber energi.
Pemberian bagian tanaman pisang biasanya dicampur dengan bahan lain sebagai
sumber protein atau energi (Wina, 2001).
Limbah tanaman pisang adalah keseluruhan dari tanaman pisang setelah
diambil buahnya sebagai tujuan produksi seperti daun, batang, bonggol, dan kulit
buahnya. Pemanfaatan limbah tanaman pisang sebagai pakan ternak mempunyai
beberapa keuntungan anatara lain : a) Daun pisang mempunyai kandungan protein
yang cukup tinggi, b) Produksi per luas lahan cukup tinggi dan c) Apabila
tanaman dipanen maka akan mudah untuk memotong dan membuang batang
tersebut untuk memeberi ruang pada tunas baru untuk tumbuh dan berkembang
(Simatupang, 1991).
Pengolahan Pakan Pelet
Keuntungan pakan dalam bentuk pelet selain untuk efisiensi ruang
penyimpanan/pengangkutan, juga dapat menghilangkan suasana berdebu,
mengurangi sisa pakan, mencegah selektivitas pakan oleh ternak, menyebabkan
pati lebih dapat dicerna, meningkatkan palatabilitas, dan meningkatkan konsumsi
Pakan Komplit
Pakan komplit merupakan suatu strategi pemberian pakan yang telah lama
diadopsi pada industri sapi perah, namun pada usaha produksi domba penggunaan
pakan komplit sangat terbatas. Penggunaan pakan komplit berbentuk pelet
memberikan performans dan keuntungan yang lebih baik dibandingkan dalam
bentuk tepung. Dapat disimpulkan bahwa pakan komplit pada domba dapat
menjadi salah satu strategi alternatif untuk memaksimalkan pemanfaatan sumber
daya pakan berbasis sisa panen tanaman pisang, sehingga berpotensi sebagai
faktor pendorong berkembangnya usaha produksi ternak domba (Nugroho, 2008).
Keuntungan dari penggunaan pakan komplit antara lain: 1) meningkatkan
efisiensi pemberian pakan, 2) ketika hijauannya kurang palatabel maka jika dibuat
campuran ransum komplit akan meningkatkan konsumsi, begitu juga sebaliknya
jika ketersediaan konsentrat terbatas dapat dipakai hijauan sebagai campuran, 3)
campuran ransum komplit dapat mempermudah ternak untuk mendapatkan pakan
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai
dari bulan Juli sampai dengan bulan Nopember 2013.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan yaitu domba lokal jantan lepas sapih sebanyak 20
ekor dengan kisaran bobot badan awal 6,57 kg – 10,69 kg. Bahan pakan yang
terdiri dari sisa panen tanaman pisang, rumput lapangan sebagai hijauan dan
konsentrat terdiri dari bungkil kelapa, dedak padi, molases, urea, ultra mineral dan
garam. Bahan pakan dan konsentrat diolah menjadi pakan bentuk pelet. Rodalon
sebagai desinfektan dan air minum yang diberikan secara ad libitum serta obat–
obatan seperti obat cacing (kalbazen) dan Vitamin B kompleks.
Alat
Alat yang digunakan yaitu kandang 20 unit dengan ukuran 1 x 0,5 m
beserta perlengkapannya, tempat pakan (ember) sebanyak 20 buah, tempat minum
sebanyak 20 buah, timbangan untuk menimbang bobot hidup berkapasitas 40 kg
dengan kepekaan 10 g, timbangan berkapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g untuk
menimbang pakan, grinder digunakan untuk menghaluskan bahan pakan, chopper
untuk memotong bahan pakan, mesin pelet digunakan untuk membuat pakan
dalam bentuk pelet, terpal plastik digunakan untuk mecampur dan menjemur
pakan/ konsentrat. termometer digunakan untuk mengetahui suhu didalam dan
diluar kandang, serta
goni plastik sebagai tempat pakan, alat penerangan kandang, alat pembersih
kandang dan alat tulis untuk mencatat data selama penelitian.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survei karena dalam
pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang
diperoleh. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan
laporan.
Metode penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan
5 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan berikut:
P0: pakan pelet tanpa sisa panen tanaman pisang (60% rumput + 40% bahan lain)
P1: pakan pelet yang mengandung 20% sisa panen tanaman pisang ( 20% sisa
panen tanaman pisang + 40% Rumput + 40% bahan lain)
P2: pakan pelet yang mengandung 40% sisa panen tanaman pisang ( 40% sisa
panen tanaman pisang + 20% Rumput + 40% bahan lain)
P3: pakan pelet yang mengandung 60% sisa panen tanaman pisang ( 60% sisa
Parameter Penelitian Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara
menghitung: biaya bibit, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan
peralatan kandang, biaya tenaga kerja.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh pendapatan dari
penjualan produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dengan cara
menghitung :harga jual domba, dan penjualan kotoran domba (feses).
Analisis Ekonomi (Laba-Rugi)
Keuntungan (laba) suatu usaha dapat diperoleh dengan cara menghitung
K = TR-TC, dimana K = Keuntungan, TR = Total Revenue (total pendapatan),
TC = Total Cost (total biaya).
B/C Ratio (revenue cost ratio)
B/C Ratio adalah nilai atau manfaat yang diperoleh dari setiap satuan biaya
yang dikeluarkan. Dimana B/C Ratio diperoleh dengan cara membagikan total
penerimaan dengan total pengeluaran atau dituliskan dengan cara menghitung:
IOFC (Income Over Feed Cost)
Income Over Feed Cost (IOFC) diperoleh dengan cara menghitung selisih
pendapatan usaha peternakan dikurangi dengan biaya pakan. Pendapatan
merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan
akibat perlakuan (dalam Kg hidup) dengan harga jual, sedangkan biaya pakan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pertumbuhan bobot badan
ternak.
IOFC = ( Bobot badan akhir domba x harga jual domba/kg) – ( total konsumsi
pakan x harga pakan perlakuan/kg).
Pelaksanaan Penelitian dan Analisis Data
1. Dilakukan pengukuran yaitu data rata-rata bobot badan awal domba.
2. Dilakukan survey harga pakan yaitu diarea pasar, poultry shop, pabrik pakan
ternak dan tempat-tempat lain yang menyangkut harga pakan yang digunakan.
Setelah dilakukan survey diperoleh harga pakan yaitu dedak padi Rp. 3.000/kg,
bungkil kelapa Rp. 3.000/kg, urea Rp. 3.000/kg, mineral Rp. 5.500/kg, molases
Rp. 3.000/kg, dan garam Rp.2.000/kg.
3. Dilakukan pengukuran pada akhir percobaan yaitu data dari hasil variabel
penelitian yang terdiri dari bobot badan awal domba dan bobot akhir domba,
rata-rata konsumsi pakan domba dan rata-rata konversi pakan domba pada
setiap level perlakuan pakan. Dilakukan analisis ekonomi pada data-data yang
diperoleh untuk mengetahui nilai ekonomis dari keseluruhan usaha ternak
domba. Analisa ekonomi yang dilihat adalah analisa laba rugi, analisa B/C
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi atau total pengeluaran yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, diperoleh dengan cara
menghitung : biaya bibit, biaya pakan, biaya obat-obatan, biaya sewa kandang dan
peralatan, biaya tenaga kerja.
a. Biaya Bibit Domba Selama 3 Bulan Untuk Semua Domba
Biaya bibit yaitu biaya yang dikeluaran untuk membeli bibit domba sebanyak
20 ekor. Harga diperoleh dari hasil perkalian antara bobot badan awal dengan
harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bobot hidup perkilogram yang
digunakan adalah Rp.40.000. Bobot badan awal domba yang digunakan pada
penelitian dan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Biaya pembeliaan bibit domba tiap perlakuan (Rp/ekor)
Perl
Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 342.800 377.200 312.400 371.200 338.800 1.742.400 348.480
P1 354.400 368.800 369.200 386.800 278.000 1.757.200 351.440
P2 279.200 400.400 386.800 328.400 315.600 1.710.400 342.080
P3 300.000 302.000 420.000 305.200 368.800 1.696.000 339.200
Total 1.276.400 1.448.400 1.488.400 1.391.600 1.301.200 6.906.000 345.300
Rataan
319.100 362.100 372.100 347.900 325.300 345.300
b. Biaya Pakan Selama 3 Bulan Untuk Semua Domba
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari perkalian
antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya sehingga
bentuk pelet. Harga sisa panen tanaman pisang tiap perkilogramnya Rp. 150,- .
Pakan yang diberikan terdiri atas sisa panen tanaman pisang, rumput lapangan,
dedak padi, bungkil kelapa, molases, urea, garam, dan ultra mineral. Dengan
harga pakan pada perlakuan P0 (tidak menggunakan sisa panen tanaman pisang)
sebesar Rp. 1.395/kg + biaya pembuatan pelet (Rp. 500/kg) sehingga diperoleh
biaya pelet pada perlakuan P0 sebesar Rp. 1.895/kg. Harga pakan pada perlakuan
P1 (20% sisa panen tanaman pisang) sebesar Rp. 1.365/kg + biaya pembuatan
pelet (Rp. 500/kg) sehingga diperoleh biaya pelet pada perlakuan P1 sebesar Rp.
1.865/kg. Harga pakan pada perlakuan P2 (40% sisa panen tanaman pisang)
sebesar Rp. 1.335/kg + biaya pembuatan pelet (Rp. 500/kg) sehingga diperoleh
biaya pelet pada perlakuan P2 sebesar Rp. 1.835/kg. Harga pakan pada perlakuan
P3 (60% sisa panen tanaman pisang) sebesar Rp. 1.305/kg + biaya pembuatan
pelet (Rp. 500/kg) sehingga diperoleh biaya pelet pada perlakuan P3 sebesar Rp.
1.805/kg. Sehingga diperoleh jumlah pelet yang dikonsumsi dan dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Biaya pakan tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 62.152 62.601 66.292 52.862 40.649 284.558 56.911
P1 69.198 59.135 67.535 75.304 75.304 346.476 69.295
P2 55.780 59.477 69.941 60.736 68.006 313.940 62.788
P3 62.418 49.466 68.158 62.682 51.178 293.902 58.786
Total 249.550 230.680 271.954 251.586 235.140 1.238.913 61.945
Rataan 61.945
c. Biaya Obat-Obatan Selama 3 Bulan Untuk Semua Domba
Selama penelitian obat-obatan yang digunakan adalah obat cacing kalbazen 1
harga Rp. 10.000, Antangin sebanyak 5 bungkus dengan harga perbungkusnya
sebesar Rp.1.000/bungkus, spit untuk menyuntik sebanyak 5 buah dengan harga
Rp.1.000/buah. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk obat-obatan selama
penelitian sebesar Rp. 70.000,-.
d. Biaya Sewa Kandang Dan Peralatan Selama 3 Bulan Untuk Semua Domba
Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang sehingga diperoleh
biaya kandang sebesar Rp. 250.000,-. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang
digunakan untuk membeli perlengkapan kandang. Selama penelitian peralatan
kandang yang digunakan adalah ember sebagai tempat pakan domba sebanyak 20
buah dengan harga Rp.7.500/buah, ember sebagai tempat minum domba sebanyak
20 buah dengan harga Rp.5.000/buah. Maka diperoleh biaya peralatan kandang
sebesar Rp. 250.000,-. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk sewa kandang
dan peralatan selama penelitian sebesar Rp. 500.000,-.
e. Biaya Tenaga Kerja Selama 3 Bulan untuk Semua Domba
Biaya atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
domba selama penelitian. Berdasarkan UMRP SUMUT 2013 (Upah minimum
Regional Propinsi Sumatera Utara) sebesar Rp. 1.600.000/bulan. Dengan asumsi 1
orang tenaga kerja dapat memelihara 100 ekor domba sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk memelihara 20 ekor domba sebesar Rp. 320.000/bulan.
Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang memelihara domba 20
Total seluruh biaya produksi selama penelitian adalah
Biaya bibit domba Rp. 6.906.000
Biaya pakan domba Rp.1.238.913
Biaya obat-obatan Rp. 70.000
Biaya sewa kandang dan peralatan Rp. 500.000
Biaya tenaga kerja Rp. 960.000 +
Total Rp. 9.674.913
Total biaya produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh biaya
yang termasuk biaya produksi seperti diatas. Maka biaya produksi tiap perlakuan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Total biaya produksi tiap perlakuan (Rp/ekor/ 3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 481.452 516.301 455.192 500.562 455.949 2.409.458 481.891
P1 500.098 504.435 513.235 538.604 429.804 2.486.179 497.235
P2 411.480 536.377 533.241 465.636 460.106 2.406.842 481.368
P3 438.918 427.966 564.685 444.382 496.478 2.372.431 474.486
Total 1.831.950 1.985.080 2.066.354 1.949.186 1.842.340 9.674.913 483.745
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa total biaya produksi dalam
pemeliharaan domba jantan lepas sapih selama penelitian menunjukkan perbedaan
diantara perlakuan, dimana rataan total biaya produksi tertinggi terdapat pada P1
yaitu sebesar Rp.497.235 dan yang terendah pada perlakuan P3 yaitu sebesar
Rp. 474.486. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah biaya yang harus
obat-obatan, upah tenaga kerja, sewa kandang dan peralatan kandang selama penelitian
adalah sama.
Pada perlakuan P1 (20% sisa panen tanaman pisang dan 40% rumput
lapangan) memiliki rataan bibit yang terbesar diantara keempat perlakuan yaitu
sebesar Rp. 351.440. Sedangkan perlakuan P3 (60% sisa panen tanaman pisang)
memiliki rataan harga bibit terendah dari keempat perlakuan yaitu sebesar
Rp. 339.200. Selain harga bibit, biaya pakan juga mempengaruhi nilai biaya
produksi. Dimana biaya pakan pada perlakuan P1 (20% sisa panen tanaman
pisang dan 40% rumput lapangan) sebesar Rp. 69.295 dan pada P3 (60% sisa
panen tanaman pisang) sebesar Rp. 58.786. Perbedaan harga bibit dan biaya pakan
dalam setiap perlakuan mempengaruhi biaya produksi dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan yang paling
banyak mengandung sisa panen tanaman pisang memiliki rataan biaya produksi
terendah daripada rataan biaya produksi yang tidak mengandung sisa panen
tanaman pisang. Hal ini terjadi karena perlakuan yang tidak mengandung sisa
panen tanaman pisang masih mengandung faktor pembatas yang menghambat
dalam pemanfaatannya sehingga mempengaruhi produk yang dihasilkan oleh
ternak domba yaitu salah satunya daging. Dimana kondisi ini akan berkorelasi
dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama penelitian.
Pada total biaya produksi dalam pemeliharaan domba jantan lepas sapih
selama penelitian menunjukkan perbedaan diantara perlakuan hal ini dikarenakan
adanya perbedaan jumlah biaya bibit dan pakan yang harus dikeluarkan.
Hal ini seperti dinyatakan oleh Budiono (1990) yang menyatakan bahwa
dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan
sesuatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input
yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran
perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi.
Total Hasil Produksi
Total hasil produksi atau total penerimaan yaitu seluruh pendapatan dari
penjualan produk yang dihasilkan dalam kegiatan ekonomi diperoleh dengan cara
menghitung :harga jual domba, dan penjualan kotoran domba (feses).
a. Penjualan Domba Selama 3 Bulan
Penjualan domba yaitu hasil perkalian antara bobot badan akhir dengan
harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bobot hidup perkilogramnya yang
digunakan adalah Rp. 40.000. Bobot badan akhir domba yang digunakan dalam
penelitian tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Total hasil penjualan domba tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 455.200 619.200 521.200 415.600 394.000 2.405.200 481.040
P1 533.200 509.600 538.000 663.200 374.000 2.618.000 523.600
P2 488.800 549.600 591.600 521.600 562.000 2.713.600 542.720
P3 499.200 410.000 690.800 560.400 465.200 2.625.600 525.120
Total 1.976.400 2.088.400 2.341.600 2.160.800 1.795.200 10.362.400 518.120
Rataan 494.100 522.100 585.400 540.200 448.800 2.590.600 518.120
b. Penjualan Kotoran Domba Selama 3 Bulan
Hasil penjualan kotoran domba diperoleh dari harga jual kotoran domba
perkilogramnya dikali dengan jumlah kotoran domba selama penelitian. Harga
sebanyak 300kg. Sehingga diperoleh hasil dari penjualan kotoran domba sebesar
Rp. 300.000,- .
Total Hasil Produksi
Hasil Penjualan Domba Rp. 10.362.400
Hasil Penjualan Kotoran Domba Rp. 300.000 +
Total Rp. 10.662.400
Total hasil produksi diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh hasil
produksi. Maka hasil produksi tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 470.200 634.200 536.200 430.600 409.000 2.480.200 496.040
P1 548.200 524.600 553.000 678.200 389.000 2.693.000 538.600
P2 503.800 564.600 606.600 536.600 577.000 2.788.600 557.720
P3 514.200 425.000 705.800 575.400 480.200 2.700.600 540.120
Total 2.036.400 2.148.400 2.401.600 2.220.800 1.855.200 10.662.400 533.120
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa rataan total hasil produksi pemeliharaan
domba jantan lokal lepas sapih selama penelitian menunjukkan perbedaan
diantara perlakuan, dimana rataan total hasil produksi tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 sebesar Rp. 557.720 dan terendah pada P0 sebesar Rp. 496.040.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pertambahan bobot badan domba
selama penelitian, sehingga nilai pendapatan dari penjualan domba berbeda pada
setiap perlakuan. Dimana berdasarkan hasil diperoleh perlakuan P2 yang
tertinggi yaitu sebesar Rp. 542.720 dan terendah pada perlakuan P0 yang tidak
menggunakan sisa panen tanaman sebesar Rp. 481.040
Kondisi ini terjadi karena perlakuan yang mengandung sisa panen tanaman
pisang lebih disukai oleh ternak domba karena aromanya yang wangi sehingga
meningkatkan palatabilitas pada pakan tersebut dan mampu memberikan hasil
produk (pertambahan bobot badan) terbaik daripada perlakuan yang tidak
mengandung sisa panen tanaman pisang. Sehingga diperoleh perbedaan
pertambahan bobot badan domba yang berkorelasi dengan harga penjualan domba
yang mempengaruhi nilai hasil produksi dalam penelitian.
Pada total hasil produksi dalam pemeliharaan domba jantan lokal lepas
sapih selama penelitian menunjukkan perbedaan diantara perlakuan karena
adanya perbedaan pertambahan bobot badan domba selama penelitian.
Cara penentuan nilai pendapatan yang dilakukan dalam penelitian ini
sesuai dengan pernyataan Budiono (1990) yang menyatakan bahwa penerimaan
adalah hasil penjualan output yang diterima produsen. Penerimaan dari suatu
proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang
dihasilkan dengan harga jual produksi tersebut.
Analisis Ekonomi (Laba-Rugi)
Keuntungan (laba) suatu usaha diketahui setelah total hasil produksi
dikurangi dengan total biaya produksi.
Keuntungan = total hasil produksi – total biaya produksi
Keuntungan = Rp. 10.662.400 - Rp. 9.674.913
Sehingga diperoleh keuntungan(laba) seperti yang tertera pada Tabel 6.
Tabel 6. Keuntungan(laba-rugi) tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataa
n
P0 -11.252 117.89 8
81.007 -69.962 -46.949 707.41 1
14.14 8 P1 48.101 20.164 39.764 139.59
5
-40.804 206.82 0
41.36 4 P2 92.319. 28.222 73.358 70.963 116.893 381.75
7
Analisis usaha atau laba rugi dilakukan untuk mengetahui apakah usaha
tersebut untung atau rugi dengan cara menghitung selisih antara total hasil
produksi. Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa rataan laba/rugi menunjukkan
perbedaan yang sangat besar, dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2
yang menggunakan 40% sisa panen tanaman pisang yaitu sebesar Rp. 76.351 dan
rataan terendah terdapat pada perlakuan P0 yang tidak menggunakan sisa panen
tanaman pisang yaitu sebesar Rp.14.148.
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan hasil penjualan ternak domba yang
diterima dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Dimana domba yang mendapat
perlakuan P2 (40% sisa panen tanaman pisang) mempunyai kenaikan bobot bobot
badan tertinggi yang berkorelasi dengan nilai penjualan tertinggi sehingga
(1995) yang menyatakan bahwa bila suatu usaha peternakan dapat mengontrol
konsumsi dan harga pakan serendah mungkin tanpa mengabaikan kualitas dari
pakan tersebut maka akan diperoleh keuntungan dari usaha peternakan tersebut.
Pada analisis laba rugi dapat dilihat bahwa rataan laba/rugi menunjukkan
perbedaan yang sangat besar hal ini dikarenakan adanya perbedaan hasil
penjualan ternak domba yang diterima dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.
B/C Ratio ( benefit cost ratio)
Analisis B/C ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak
atau tidaknya usaha tersebut untuk periode berikutnya atau usaha tersebut
diberhentikan saja karena kurang layak. Nilai B/C ratio dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. B/C Ratio tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Analisis B/C ratio digunakan dalam suatu usaha untuk mengetahui layak
atau tidaknya usaha tersebut untuk periode berikutnya atau usaha tersebut
diberhentikan saja karena kurang layak. Berdasarkan Tabel 7 B/C ratio tiap
perlakuan selama penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Rataan B/C ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian sisa
panen tanaman pisang terhadap domba lokal jantan lepas sapih dapat untuk dilanj Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 0,97 1,22 1,17 0,86 0,89 5,14 1,02
(B/C > 1,10). Dengan nilai rataan B/C ratio tertinggi terdapat pada perlakuan P2
yaitu sebesar 1,16 dan nilai rataan B/C ratio terendah diperoleh pada perlakuan P0
yaitu sebesar 1,02. Hal ini seperti yang dinyatakan Kadariah (1987) yang
menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat
digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya total pendapatan dibagi
total biaya pengeluaran, dimana bila : B/C Ratio > 1 : efisien, B/C Ratio ═ 1 :
impas dan B/C Ratio < 1 : tidak efisien.
Pada analisis benefit/cost ratio tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Rataan B/C ratio yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian sisa panen
tanaman pisang terhadap domba lokal jantan lepas sapih dapat dilanjutkan/layak
karena rataan dari semua perlakuan memiliki hasil rataan sebesar 1,09 (B/C >
1,09).
IOFC (income over feed cost)
Dimana diperoleh dari hasil selisih penjualan domba dengan biaya pakan
yang digunakan selama penelitian. IOFC tiap perlakuan dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. IOFC tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 39.304 55.659 45.490 41.560 35.335 217.350 43.470
P1 46.400 45.046 47.046 58.789 32.952 230.235 46.047
P2 43.301 49.012 52.165 46.086 49.399 239.965 47.993
P3 43.678 36.053 62.261 49.771 41.402 233.166 46.633
Total 172.684 185.771 206.964 196.207 159.088 920.718 46.035
Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan usaha
peternakan dikurangi biaya pakan. Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan
barometer untuk melihat besar biaya pakan yang merupakan biaya terbesar dalam
usaha pemeliharaan ternak.
Berdasarkan Tabel 8 diperoleh rataan Income Over Feed Cost (IOFC)
terbesar terdapat pada perlakuan P2 ( 20% sisa panen tanaman pisang) yaitu
sebesar Rp.47.993 dan rataan Income Over Feed Cost (IOFC) terendah terdapat
pada perlakuan P0 (tidak menggunakan sisa panen tanaman pisang) yaitu sebesar
Rp. 43.470.
Kondisi ini terjadi karena biaya pakan yang dikeluarkan untuk perlakuan
yang mengandung sisa panen tanaman pisang lebih besar daripada perlakuan yang
tidak mengandung sisa panen tanaman pisang. Perlakuan yang mengandung sisa
panen tanaman pisang lebih disukai oleh ternak domba jantan sehingga
mempengaruhi jumlah pakan dikonsumsi yang berpengaruh pada harga pakan
yang harus dikeluarkan untuk pengadaan selama penelitian.
Prawirokusumo (1990) menyatakan bahwa IOFC adalah selisih antara
pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan. Pendapatan ini merupakan
perkalian antara produksi peternakan dengan harga jual, sedangkan biaya pakan
adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan ternak tersebut.
Pada IOFC menunjukkan perbedaan yang nyata dalam setiap perlakuan
hal ini disebabkan karena biaya pakan yang dikeluarkan untuk perlakuan yang
mengandung sisa panen tanaman pisang lebih besar daripada perlakuan yang tidak
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Berdasarkan data diatas maka dapat dilihat rekapitulasi hasil penelitian
seperti pada Tabel 9.
Tabel 9. Rekapitulasi rataan hasil penelitian
Parameter Yang Diteliti
Perlakuan Total biaya produksi
Berdasarkan Tabel 9 yaitu rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat
perbedaan hasil dari tiap perlakuan dan perlakuan yang menunjukkan hasil terbaik
yaitu P2 yaitu pemberian 40% sisa panen tanaman pisang. Dimana hasil dari
tiap perlakuan dapat dilihat mulai dari laba/rugi, B/C ratio dan IOFC yaitu
perlakuan P0 memberikan keuntungan rata-rata sebesar Rp. 14.148, perlakuan P1
memberikan keuntungan Rp. 41.364, perlakuan P2 memberikan keuntungan Rp.
76.351, dan perlakuan P3 memberikan keuntungan Rp. 65.633. Didapat bahwa
rataan keuntungan terbesar adalah pada perlakuan P2 yang memberikan
keuntungan sebesar Rp. 76.351 dan keuntungan terkecil pada perlakuan P0
sebesar Rp. 14.148.
B/C ratio pada penelitian berdasarkan hasil rekapitulasi yaitu pada
perlakuan P0 sebesar 1,02, perlakuan P1 sebesar 1,07, perlakuan P2 sebesar 1,16
dan perlakuan P3 sebesar 1,13. Didapat bahwa B/C Ratio tertinggi adalah pada
perlakuan P1 sebesar 1,07 dan terkecil pada perlakuan P0 sebesar 1,02. Dari hasil
rataan B/C ratio yang didapat maka pemanfaatan sisa panen tanaman pisang yang
diolah dalam bentuk pelet sampai 60% masih dapat dianggap memiliki kelayakan
usaha karena nilai B/C ratio pada semua perlakuan lebih besar dari 1 atau efisien.
Income Over Feed Cost (IOFC) pada penelitian diperoleh nilai pada
perlakuan P0 sebesar Rp. 43.470, perlakuan P1 sebesar Rp. 46.047, perlakuan P2
sebesar Rp. 47.993 dan perlakuan P3 sebesar Rp. 46.633. Didapat bahwa rataan
Income Over Feed Cost tertinggi pada perlakuan P2 sebesar Rp. 47.993 dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sisa
panen tanaman pisang yang diolah dalam bentuk pelet sebagai pengganti rumput
dalam pakan yang diberikan kepada domba jantan lokal lepas sapih ternyata
mampu menambah keuntungan yang lebih besar terhadap nilai B/C (Benefit Cost
Ratio), dan IOFC (Income Over Feed Cost).
Saran
Pada pemeliharaan domba jantan lokal lepas sapih dapat memanfaatkan
sisa panen tanaman pisang dalam pakan karena layak digunakan dari segi
ekonomi. Peternak disarankan membuat usaha yang mengintegrasikan tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Antonius dan S.P. Ginting. 2011. Pengaruh Pemberian Feed Suplemen Viterna Plus Terhadap Pertumbuhan Kambing Boerka yang Diberi Indigofera sp. Sebagai Pakan Basal. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Galang-Sumatera Utara.
Aritonang, D., 1993. Perencanaan Dan Pengolahan Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.
Aziz, 2009. Ternak dan Upaya Pengamanannya. Lokakarya Obat Hewan dan Munas 111 ASOHL, Jakarta.
Budiono, 1990. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1. Edisi kedua, Cetakan ke II. BPFE, Yogyakarta.
Cahyono, B., 1998. Beternak Kambing dan Domba.Kanisius , Yogyakarta.
Cahyono, B., 2002. Teknik Budidaya Analisa Usaha Tani. Kanisius, Yogyakarta.
Devendra, C., 1993. Ternak Ruminansia di Asia. Dalam Woszika-Tomaszewska, I.M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.R. Wiradarya (Eds.) Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Ensminger, M. E. 1991. Feeds and Nutrition. Second Edition. The Ensminger Publising Company, USA
Hermanto, F., 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Http:// id. Wikipedia.org, 2014.
Kadariah.1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Karto, A.A. 1995. Penggunaan Batang Pisang Sebagai Pakan Domba P.O. Pros. Sains dan Teknologi Peternakan. Balai Penelitian Ternak.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kotler, P. 1994. Manajemen Pemasaran; Analisis Perencanaan, Implementasi dan
Pengendalian. Edisi Keenam. Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Lipsey,. R.P. Courant, D. Purvis dan P. Steiner, 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara, Jakarta.
Murtidjo,B. A., 1995. Analisa Usaha Beternak Sapi potong Intensif, .Penebar Swadaya. Jakarta.
Nitisemito, A. S. 1994. Marketing. Ghalia, Jakarta.
Nugroho.C.P., 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.
Parakkasi, A., 1955. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Rumiansia. UI Press. Jakarta.
Prawirokusumo S. 1990. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE Yogyakarta.
Raharjo, 1994. Kemampuan produksi dan reproduksi domba jantan di Balitnak Ciawi, Bogor. Pros. Sem. Hasil Penelitian Pascapanen Pertanian II. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. pp. 163−168.
Rasyaf, 2010. Memasarkan hasil peternakan. Penebar Swadaya . Jakarta. Santoso, 2009. Pengantar Akuntansi. BPFE UGM. Yogyakarta.
Simatupang, L,. 1991. Evaluasi nutrisi, korelasi vegetatif dan kemungkinan bonggol pisang sebagai makanan ternak ruminansia menggunakan teknik invitro dan insitu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, S. B. 2007. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soekartawi, J., L. Dillon,J.B. Hardaker dan A. Soeharjo, 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia- Press, Jakarta.
Soekartawi, 1994. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Soekartawi, A. 1995. Analisa Cobb-Douglas. UI-Press.Jakarta..
Utomo, R., 1991. Pengaruh Tingkat Penggunaan Urea Dalam Ransum Terhadap Kenaikan Bobot Badan, Kadar Amonia dan Urea Darah Domba. Buletin Peternakan UGM, Tahun XV No.2, Yogyakarta.
Wina, E. 2001. Tanaman Pisang Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kandungan nilai nutrisi bahan penyusun pakan komplit
Bahan BK K.Abu PK LK SK TDN
Sumber: a. Laboratorium BP3 Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-Galang (2013) b. Laboratorium IP2TP Sei Putih-Galang (1997)
c. Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) d. Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005) e. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Program Studi Peternakan, FP USU (2000)
f. Belasco (1954)
g. Sucofindo (2013)
Keterangan: S.P.T.P: Sisa Panen Tanaman Pisang
Lampiran 2. Susunan bahan pakan komplit selama penelitian
Bahan Pakan Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Lampiran 3. Harga pakan per kg pada setiap perlakuan
No Perlakuan Harga/Kg 1 P0 (tanpa menggunakan sisa panen
tanaman pisang)
1895
2 P1 (20 % sisa tanaman pisang) 1865 3 P2 (40% sisa tanaman pisang) 1835 4 P3 (60% sisa tanaman pisang) 1805
Lampiran 4. Bobot Badan Awal Domba
Lampiran 5. Bobot Badan Akhir Domba
Lampiran 6. Biaya Obat-obatan tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Lampiran 7. Biaya sewa kandang dan peralatan tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 25.000 P1 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 25.000 P2 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 25.000 P3 25.000 25.000 25.000 25.000 25.000 125.000 25.000 Total 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 500.000
Rataan 25.000
Lampiran 8. Biaya tenaga kerja tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 48.000 48.000 48.000 48.000 48.000 240.000 48.000 P1 48.000 48.000 48.000 48.000 48.000 240.000 48.000 P2 48.000 48.000 48.000 48.000 48.000 240.000 48.000 P3 48.000 48.000 48.000 48.000 48.000 240.000 48.000 Total 192.000 192.000 192.000 192.000 192.000 960.000 48.000
Rataan 48.000
Lampiran 9. Total penjualan kotoran domba tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
Lampiran 10. Total biaya produksi tiap perlakuan (Rp/ekor/ 3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 481.452 516.301 455.192 500.562 455.949 2.409.458 481.891
P1 500.098 504.435 513.235 538.604 429.804 2.486.179 497.235
P2 411.480 536.377 533.241 465.636 460.106 2.406.842 481.368
P3 438.918 427.966 564.685 444.382 496.478 2.372.431 474.486
Total 1.831.950 1.985.080 2.066.354 1.949.186 1.842.340 9.674.913 483.745
Lampiran 11. Total hasil produksi tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 470.200 634.200 536.200 430.600 409.000 2.480.200 496.040
P1 548.200 524.600 553.000 678.200 389.000 2.693.000 538.600
P2 503.800 564.600 606.600 536.600 577.000 2.788.600 557.720
P3 514.200 425.000 705.800 575.400 480.200 2.700.600 540.120
Total 2.036.400 2.148.400 2.401.600 2.220.800 1.855.200 10.662.400 533.120
Lampiran 12. Analisis laba/rugi tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Perl Ulangan
1 2 3 4 5 Total Rataan
P0 -11.252 117.898 81.007 -69.962 -46.949 707.411 14.148
P1 48.101 20.164 39.764 139.595 -40.804 206.820 41.364
P2 92.319. 28.222 73.358 70.963 116.893 381.757 76.351
P3 75.281 -2.966 141.114 131.017 -16.278 328.168 65.633
Total 204.449 163.319 335.245 271.613 128.594 987.486 49.374
Lampiran 13. B/C Ratio tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Lampiran 14. IOFC tiap perlakuan (Rp/ekor/3 bulan)
Lampiran 15. Rekapitulasi rataan hasil penelitian
Parameter Yang Diteliti
Total 172.684 185.771 206.964 196.207 159.088 920.718 46.035
Lampiran 16. Pengolahan Batang Pisang
Pengambilan batang pisang
Pencacahan batang pisang
Penjemuran hingga kering
Penggilingan/ di grinder
Lampiran 17. Pembuatan Pakan Bentuk Pelet
Bahan baku digiling hingga menjadi tepung dengan mesin grinder Bahan baku
Ditimbang menurut formula yang sudah ditetapkan
Diaduk hingga merata ditempat pengadukan
Ditambahkan air kedalam molasses dengan perbandingan air dengan molasses 1:5 kemudian aduk hingga merata
Diaduk kembali hingga bahan cair tercampur rata dalam bahan
Bahan baku berbentuk adonan dengan kebasahan 60%
Adonan dimasukkan kealat pencetak pelet
Dihasilkan pelet ukuran 5-7 mm