PEMELIHARAAN DATABASE BANGUNAN GEDUNG KOTA
BOGOR
Oleh : Budi Setiawan
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA
1 PEMELIHARAAN DATABASE BANGUNAN GEDUNG KOTA BOGOR
Budi Setiawan, SKom., MMSI.
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma [email protected]
ABSTRAKSI
Sistem Informasi Bangunan Gedung Kota Bogor dibangun untuk menunjang fungsi dan tugas pokok Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian baik terhadap seluruh penyelenggaraan bangunan di Kota Bogor dan pemanfaatan tata ruang Kota Bogor. Pemeliharaan Sistem Informasi Bangunan Gedung Kota Bogor harus dilakukan untuk mendapatkan sistem yang selalu terupdate, korektif dan adaptif, sehingga output sistem yang didapatkan menjadi maksimal. Pemeliharaan Database Bangunan Gedung merupakan bagian terpenting dalam pemeliharaan sistem, karena dengan database yang selalu update, valid dan akurat akan menghasilkan sistem yang handal.
Tujuan pemeliharaan database bangunan gedung adalah untuk memelihara dan menyediakan data melalui sistem informasi pengawasan dan pengendalian bangunan. Metodologi yang digunakan adalah System Development Life Cycle yang terdiri dari tahapan perencanaan, analisa, perancangan dan penerapan. Kata kunci : Database Bangunan Gedung Kota Bogor, Pemeliharan Database, Pemeliharaan Sisten Informasi
1. LATAR BELAKANG
Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor mempunyai fungsi dan tugas pokok melaksanakan pengawasan dan pengendalian baik terhadap seluruh penyelenggaraan bangunan di Kota Bogor dan pemanfaatan tata ruang Kota Bogor, seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah Kota Bogor no. 8 Tahun 2011 mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031. Dalam rangka menunjang fungsi dan tugas pokok tersebut, diperlukan beberapa alat penunjang yang dapat membantu Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor dalam pengawasan dan pengendalian tersebut. Alat penunjang yang dibutuhkan adalah suatu sistem informasi bangunan gedung yang dapat menyajikan data data terkait kepemilikan, penggunaan, pemanfaatan dan riwayat bangunan gedung atau tanah. Sistem informasi ini juga mencatat
2 kesesuaian antara penggunaan bangunan gedung dengan rencana tata ruang wilayahnya. Dengan adanya sistem informasi ini maka pengawasan dan pengendalian bangunan gedung akan lebih efektif dan efisien.
Pendataan yang dilakukan pada Sistem Informasi Bangunan Gedung juga merupakan perwujudan Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor dalam memenuhi amanat Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung Pasal 3 ayat (1), Pemerintah Kabupaten/Kota wajib melaksanakan pendataan bangunan gedung di wilayahnnya, sedangkan dalam pasal 12 disebutkan bahwa pengumpulan data bangunan gedung dilakukan selambat-lambatnya dimulai 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung ditetapkan.
Sistem Informasi Bangunan Gedung Kota Bogor yang sudah dibangun pada tahun 2013, seperti sistem informasi pada umumnya, sangat membutuhkan pemeliharaan. Pemeliharaan Sistem Informasi Bangunan Gedung Kota Bogor harus dilakukan karena:
1. Pemeliharaan Database Bangunan Gedung, Database Bangunan Gedung harus selalu up to date dan valid, maka pemeliharaan database bangunan gedung harus dilakukan secara periodik.
2. Pemeliharaan Korektif Sistem Informasi Bangunan Gedung, pemeliharaan korektif dilakukan untuk mencari kesalahan pada sistem atau database, sehingga kesalahan tersebut harus selalu diperbaiki untuk mendapatkan hasil yang valid.
3. Pemeliharaan Adaptif Sistem Informasi Bangunan Gedung, perkembangan teknologi dan kebutuhan dari Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor memungkinkan sistem informasi untuk dikembangkan atau ditingkatkan, misalnya kebutuhan analisa spasial, memungkinkan database dan sistem informasi dikembangkan menggunakan sistem berbasis GIS.
Pemeliharaan Database Bangunan Gedung Berbasis GIS merupakan kegiatan pendukung yang dilaksanakan untuk menginput data-data yang sudah terkumpul di 6 kecamatan melalui kegiatan Penyusunan Database Bangunan Gedung tahun 2013-2014 ke dalam sistem informasi database bangunan gedung yang sudah dikembangkan sehingga informasi yang dihasilkan sesuai dengan format Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2010 tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung di 6 wilayah kecamatan di Kota Bogor.
3 Sedangkan tujuan .pemeliharaan database bangunan gedung berbasis GIS adalah untuk memelihara dan menyediakan data melalui sistem informasi pengawasan dan pengendalian bangunan yang memuat :
1. data kepemilikan, penggunaan, pemanfaatan serta riwayat bangunan gedung dan tanah termasuk kesesuaian antara penggunaan bangunan gedung dengan rencana tata ruang wilayahnya.
2. informasi/perkembangan mengenai proses penyelenggaraan bangunan gedung yang sedang berjalan meliputi
Dokumentasi perijinan IPPT, Siteplan, dan IMB
Data hasil monitoring terhadap pelaksanaan penyelenggaraan bangunan mulai dari prakonstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi Data indikasi pelanggaran administrasi, pelanggaran persyaratan
teknis, maupun pelanggaran fungsi bangunan
Informasi proses penertiban bangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota
3. Data hasil pengawasan bangunan
2. E-GOVERNMENT
Teknologi informasi dan komunikasi menjanjikan efisiensi, kecepatan penyampaian informasi, jangkauan yang global dan tranparansi. Oleh karena itu dalam era otonomi daerah ini untuk mewujudkan pemerintahan yang good governance salah satu upayanya adalah menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau yang populer disebut e-Government. Dalam UU No. 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Amanat UU ini menunjukkan bagaimana pentingnnya efisiensi dan transparansi, sehingga E-government sangat sejalan dengan pengamalannya.
Dalam rangka mewujudkan E-Government, Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor sudah membangun Sistem Informasi Bangunan pada tahun 2013, dimana sistem informasi ini digunakan untuk mengelola data bangunan secara periodik untuk kepentingan pengawasan dan pengendalian. Sistem Informasi Bangunan harus dipelihara dan diupdate untuk mendapatkan hasil yang valid, selalu up to date, serta sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
4 Perubahan data bangunan yang signifikan dan pengelolaan tata ruang di Kota Bogor membutuhkan fitur pada sistem informasi yang dapat memperlihatkan sebaran lokasi bangunan beserta informasi atributnya. Kebutuhan ini sangat penting untuk dapat menganalisa dan membuat perencanaan yang sesuai dengan kondisi terkini di lapangan. Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor sangat membutuhkan fitur ini untuk membantu melakukan tugas pokok dan fungsi dinas dalam mengawasi, mengendalikan dan mengatur bangunan dan tata ruang di Kota Bogor.
Fitur yang dapat memberikan informasi sebaran lokasi bangunan yang dapat dimerge dengan informasi atribut bangunan baik yang sudah ada pada Database Sistem Informasi Bangunan maupun data baru adalah Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographical Information System (GIS). GIS yang digunakan juga harus mendukung E-Government yang bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik, atau informasi yang mudah didapat, untuk itu GIS harus berbasis web atau internet, yang biasa disebut Web GIS.
3. PENDATAAN BANGUNAN GEDUNG
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/Prt/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pendataan Bangunan Gedung, mendefinisikan beberapa istilah dan prosedur pelaksanaan pendataan bangunan gedung. Beberapa istilah penting didefinisikan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Istilah Pendataan Bangunan Gedung
NO. ISTILAH DEFINISI
1. Bangunan Gedung wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah atau di air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya maupun kegiatan khusus
2. Penyelengaraan Bangunan Gedung
kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
5 Tabel 3.1 Istilah Pendataan Bangunan Gedung (Lanjutan)
NO. ISTILAH DEFINISI
3. Pendataan bangunan gedung
kegiatan pengumpulan data suatu bangunan gedung oleh pemerintah daerah yang dilakukan secara bersama dengan proses izin mendirikan bangunan gedung, proses sertifikat laik fungsi bangunan gedung, dan pembongkaran bangunan gedung, serta mendata dan mendaftarkan bangunan gedung yang telah ada
4. Klasifikasi Bangunan Gedung
klasifikasi dari fungsi bangunan gedung berdasarkan pemenuhan tingkat persyaratan administratif dan persyaratan teknisnya 5. Izin Mendirikan
Bangunan Gedung (IMB)
perizinan yang diberikan oleh pemerintah daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku
6. Permohonan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (PIMB)
permohonan yang diajukan oleh pemilik/pengguna/pengelola bangunan gedung kepada pemerintah daerah untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan Gedung
7. Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung (SLF)
Sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah, kecuali untuk bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis sebelum pemanfaatannya
8. Pemanfaatan bangunan gedung
kegiatan memanfaatkan/menggunakan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala
9. Pemeliharaan kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung beserta prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi
6 Tabel 3.1 Istilah Pendataan Bangunan Gedung (Lanjutan)
NO. ISTILAH DEFINISI
10. Perawatan kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi
11. Pelestarian kegiatan perawatan, pemugaran, serta pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan bangunan tersebut sesuai dengan aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut periode yang dikehendaki
12. Pembongkaran kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan dan/atau prasarana dan sarananya
13. Pemilik Bangunan Gedung
orang badan hukum, kelompok orang atau perkumpulan yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung
14. Pengguna Bangunan Gedung
pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung yang menggunakan dan atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan
Selain mendefinisikan istilah - istilah di atas, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 17/Prt/M/2010 juga memuat panduan teknis pelaksanaan pendataan bangunan gedung, secara garis besar pelaksanaan pendataan bangunan gedung dilakukan untuk mencapai tertib administratif pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung, serta sistem informasi bangunan gedung. Lingkup pekerjaan pendataan bangunan gedung adalah:
a) penyelenggaraan pendataan bangunan gedung; b) persyaratan pendataan bangunan gedung;
c) tata cara pelaksanaan yang meliputi organisasi dan tata laksana; d) prosedur pelaksanaan pendataan bangunan gedung
7 4. DATABASE
Untuk mewujudkan sistem informasi yang tepat guna perlu disusun dan dikembangkan sebuah sistem database yang baik. Berikut ini adalah disain database yang dapat dikembangkan :
Gambar 4.1. Disain Database
Konsep database yang ditawarkan dengan 3 buah layer yaitu layer ekternal, konseptual dan internal. Dengan konsep ini diharapkan setiap pemakai dalam sistem melihat database secara benar sesuai dengan peran dan kebutuhan user tersebut terhadap data yang ada.
Dengan konsep ini juga dapat ditambahkan sebuah tabel kedalam database yang baik dilihat dari sisi penggunaan dan baik dilihat dari sisi penyimpanan sehingga dapat diperoleh kinerja yang baik untuk mendukung aplikasi yang ada. Konsep ini juga dapat dikembangkan untuk update database yang digunakan untuk aplikasi pelayanan strategis yang akan dikembangkan.
Berdasarkan hasil desain konseptual, dengan model-model ataupun sub sistem yang telah didefinisikan, maka diturunkan variabel - variabel datanya untuk setiap entitas yang ada pada sub sistem-sub sistem. Variabel yang telah didefinisikan kemudian dituangkan dalam struktur basis data. Basis data ini kemudian dibangun pada platform perangkat lunak yang telah ditentukan untuk kemudian diuji dengan dummy untuk menguji integritas basis data tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini diantaranya adalah:
Desain Tabel baru
8 Penentuan field-field kode untuk membedakan warna pada tampilan
data grafis
Pendesainan Aliran Informasi Pendesainan Aliran Prosedural Pendesainan Struktur Proses Pendesainan Spesifikasi Proses Pendesainan Perancangan Formulir Pendesainan Pengkodean
Adapun data yang diinginkan adalah sebagai berikut :
Mendapatkan struktur data tambahan yang akan diotomasikan
Mendapatkan sistem pengkodean yang menjadi salah satu kunci pengintergrasian
5. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB
Perkembangan yang sangat pesat dari teknologi informasi dan teknologi komunikasi di satu sisi memberikan keuntungan bagi pengguna sekaligus mempunyai konsekuensi. Kecepatan dalam memperoleh informasi serta keakuratan informasi itu sendiri merupakan faktor yang sangat penting, bahkan krusial bagi pengelola dalam menjalankan operasionalnya. Dengan bantuan teknologi informasi dan teknologi komunikasi kebutuhan tersebut dapat direalisasikan. Setiap saat seorang pengguna dapat mengakses informasi tersebut melalui berbagai media. Sebagai konsekuensinya, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. memastikan bahwa data yang dimasukkan ke dalam sistem merupakan data terbaru dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
2. memastikan bahwa metodologi analisis dari data itu sendiri dapat dipertanggung jawabkan dan memberikan respons yang cepat
3. memastikan informasi yang diberikan untuk pengguna sesuai dengan kebutuhan pengguna itu sendiri
4. memastikan hal hal lain seperti misalnya keamanan data, keamanan sistem, tata cara dan prosedur pembaruan data dan lain sebagainya
SIG melalui media internet, atau sering disebut GIS over internet atau webmapping, merupakan perpaduan kekuatan SIG sebagai sebuah alat bantu yang canggih dan kekuatan internet sebagai media penyampaian informasi yang
9 efektif. Walaupun demikian webmapping lebih difokuskan untuk penyampaian informasi, bukan sebagai alat bantu analisis secara kompleks. Analisis secara kompleks dilakukan dengan menggunakan desktop application yang memang dirancang untuk melakukan analisis secara kompleks dan rumit. Sebagaimana layaknya pekerjaan pembangunan sistem yang berbasis internet, metodologi umum untuk pembangunan webmapping sama dengan pembangunan sistem yang berbasis internet. Gambar di bawah ini menjelaskan hal tersebut.
Gambar 5.1. Arsitektur Sistem Informasi Geografis Berbasis Web
6. METODOLOGI
Metodologi merupakan cara atau teknis yang akan dilakukan dalam penyusunan grand design sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Dengan demikian metode pelaksanaan ini melekat pada masing-masing kegiatan yang direncanakan dalam mengupayakan Pemeliharaan database bangunan gedung berbasis GIS . Pendekatan dari metodologi yang digunakan dalam pekerjaan Pemeliharaan database bangunan gedung berbasis GIS ini adalah pendekatan SDLC (System Development Life Cycle) dengan Prototyping Model. SDLC ini terdiri atas perencanaan (Planning), analisis (Analysis), desain (Design), implementasi (Implementation), dan pengujian sistem menggunakan sistem prototipe (System Prototype). Secara umum SDLC dapat digambarkan sebagai berikut:
10 Gambar 6.1. Diagram SDLC
Tahap pemeliharaan sistem merupakan bagian dari SDLC (System Development Life Cycle) setelah tahap implementasi. Pemeliharaan sistem informasi dilakukan dimana sistem baru yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya, organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki tersebut.
7. PEMELIHARAAN SISTEM INFORMASI
Tahap pemeliharaan sistem merupakan bagian dari SDLC (System Development Life Cycle) setelah tahap implementasi. Pemeliharaan sistem informasi dilakukan dimana sistem baru yang berjalan digunakan sesuai dengan keperluan organisasi. Selama masa hidupnya, sistem secara periodik akan ditinjau. Perubahan dilakukan jika muncul masalah atau jika ternyata ada kebutuhan baru. Selanjutnya, organisasi akan menggunakan sistem yang telah diperbaiki tersebut.
Pemeliharaan sistem dapat digolongkan menjadi empat jenis 1. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan Korektif adalah bagian dari pemeliharaan sistem yang tidak terlalu tinggi nilainya serta lebih membebani, dikarenakan pemeriksaan korektif ini mengkoreksi kesalahan yang telah ditemukan pada saat sistem berjalan. bisanya pemeliharaan ini melingkupi kondisi penting atau bahaya yang memerlukan penanganan secepatnya. Kemampuan untuk nmendiagnosa atau memperbaiki kesalahan dengan cepat sangatlah berharga bagi perusahaan.
11 2. Pemeliharaan Adaptif
Pemeliharaan Adaptif adalah cara penyesuaian diri sistem karena perubahan dalam lingkungan data atau pemrosesan serta untuk memenuhi persyaratan pemakai baru.
contoh : Sebuah undang - undang perpajakan yang baru mungkin memerlukan suatu perubahan dalam perhitungan pembayarannya.
3. Pemeliharaan Perfektif
Pemeliharaan Perfektif atau Penyempurnaan adalah pemeliharaan yang mempertinggi cara kerja maintainability sistem (kemampuan untuk dipelihara). Pada pemeliharaan ini Memungkinkan sebuah sistem untuk melakukan pemenuhan persyaratan pemakai yang sebelumnya tidak di kenali.
contoh : kegiatan ini seperti menyusun ulang software, penulisan ulang dokumen, perubahan format laporan, penentuan logika pemrosesan yang lebih efisien.
4. Pemeliharaan Preventive
Pemeliharaan Preventive adalah terdiri atas inspeksi periodik dan pemeriksaan sistem untuk mengungkapkan dan mengantisipasi permasalahan atau perombakan secara total untuk melakukan pemeriksaan sistem guna mengantisipasi permasalahan. Dikarenakan penemuan kesalahan yang potensial (bukan kesalahan yang sebenarnya) sehingga bila tidak diantisipasi akan berakibat buruk pada sistem tersebut.
Secara umum tahapan pemeliharaan sistem informasi adalah sebagai berikut: 1. Pengguna Sistem yaitu menggunakan sistem sesuai dengan fungsi
tugasnya masing-masing untuk operasi rutin atau sehari-hari.
2. Audit Sistem yaitu melakukan penggunaan dan penelitian formal untuk menentukan seberapa baik sistem baru dapat memenuhi kriteria kinerja. Hal semacam ini disebut penelaahan setelah penerapan dan dapat dilakukan oleh seorang auditor internal.
3. Penjagaan Sistem yaitu melakukan pemantauan untuk pemeriksaan rutin sehingga sistem tetap beroperasi dengan baik. Selain itu juga untuk menjaga kemutakhiran sistem jika sewaktu-waktu terjadi perubahan lingkungan sistem atau modifikasi rancangan software.
4. Perbaikan Sistem yaitu melakukan perbaikan jika dalam operasi terjadi kesalahan (bugs) dalam program atau kelemahan rancangan yang tidak terdeteksi saat tahap pengujian sistem.
5. Peningkatan Sistem yaitu melakukan modifikasi terhadap sistem ketika terdapat potensi peningkatan sistem setelah sistem berjalan beberapa waktu, biasanya adanya potensi peningkatan sistem tersebut terlihat oleh
12 manajer kemudian diteruskan kepada spesialis informasi untuk dilakukan modifikasi sesuai keinginan manajer
8. PEMBAHASAN
Untuk kegiatan Pemeliharaan Database Bangunan Gedung Kota Bogor, penerapan metodologi SDLC dapat dilihat pada uraian di bawah ini:
Gambar 8.1. Uraian SDLC Pemeliharaan Database Bangunan Gedung Kota Bogor
13 8.1. PERENCANAAN
Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam metodologi ini. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan semua elemen di dalam pembangunan database agar tujuan dapat terlaksana dengan baik. Tahap perencanaan adalah :
IDENTIFIKASI KEGIATAN
Langkah awal dalam suatu perencanaan adalah identifikasi kegiatan. Pemeliharaan Database Bangunan Gedung Kota Bogor merupakan kegiatan :
1. Analisa desain program database bangunan berbasis GIS dan peningkatan sistem informasi
2. Pengolahan Data Perizinan
Pengolahan data perizinan merupakan kegiatan memasukkan data sekunder berupa dokumentasi perijinan (IPPT, Siteplan, dan IMB) dan data primer hasil survey yang dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman ke dalam program database bangunan gedung.
3. Pengolahan data Pengawasan Bangunan
Pengolahan data pengawasan bangunan merupakan kegiatan memasukkan data hasil pengawasan bangunan ke dalam Sistem Informasi Database Bangunan Gedung dan Sistem Informasi Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang (SIP3R). 4. Pelaporan
Penyusunan laporan pendahuluan yang berisi rencana kerja, laporan bulanan yang berisi laporan kemajuan hasil pekerjaan dan laporan akhir yang berisi laporan keseluruhan hasil pekerjaan
14 Dimana 4 (empat) kegiatan tersebut dilakukan untuk mendapatkan output:
8.2. ANALISA SISTEM INFORMASI BANGUNAN LAMA
Proses analisa sistem informasi bangunan yang lama dilakukan untuk merumuskan spesifikasi kebutuhan database dan aplikasi atau identifikasi kebutuhan, dimulai dari identifikasi kebutuhan database dari database bangunan gedung yang lama.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DATABASE
Untuk mengidentifikasi kebutuhan database dibutuhkan analisa data pada database sistem informasi bangunan yang lama dan bentuk kuesioner yang digunakan dalam survey (data survey). Selain kebutuhan identifikasi data penunjang seperti data user, data peta dan informasi yang dihasilkan. Yang dibutuhkan adalah bentuk atau struktur data yang akan digambarkan di dalam perancangan database.
Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: A. DATA BANGUNAN GEDUNG
a. data kepemilikan b. penggunaan c. pemanfaatan
d. riwayat bangunan gedung dan tanah e. tata ruang wilayah
f. kesesuaian antara penggunaan bangunan gedung dengan rencana tata ruang wilayahnya
OUTPUT
Sistem Informasi Database Bangunan
Gedung Berbasis Web GIS yang
terupdate Database Bangunan Gedung Database Perizinan Laporan Laporan Pendahuluan Laporan Mingguan Laporan Bulanan Laporan Akhir
15 B. DATA PERIZINAN
a. Dokumentasi perijinan IPPT b. Siteplan
c. IMB
d. Data hasil monitoring terhadap pelaksanaan penyelenggaraan bangunan: prakonstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi
e. data indikasi pelanggaran administrasi f. pelanggaran persyaratan teknis, g. pelanggaran fungsi bangunan
h. informasi proses penertiban bangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota
C. DATA HASIL PENGAWASAN BANGUNAN
Selain data di atas, sistem informasi yang baru juga membutuhkan data spasial dan data pendukung untuk sistem informasi geografis atau GIS. Data – data tersebut adalah:
D. DATA LOKASI GEDUNG a. Alamat Gedung b. Kelurahan c. Kecamatan d. Koordinat Spasial
8.3 PERANCANGAN KONSEPTUAL
Perancangan konseptual meliputi perancangan konseptual basis data dan aplikasi. Secara umum perancangan konseptual digambarkan sebagai berikut:
16 Gambar 8.2. Perancangan Konseptual Pemeliharaan Database Bangunan
Gedung Kota Bogor
Perancangan konseptual terdiri dari dua perancangan utama yaitu perancangan database dan perancangan aplikasi (sistem informasi bangunan gedung berbasis web GIS), uraian dari masing masing perancangan adalah sebagai berikut:
Analisa Database Sistem Informasi Bangunan 2013 Konversi Database Sistem Informasi Bangunan 2013 ke Database Baru Input Data Bangunan Baru, Data Perizinan dan
Pengawasan
Pengelompokkan
Data Kompilasi Database
17 MODEL APLIKASI
Model Aplikasi dari Sistem Informasi Bangunan Gedung Kota Bogor Berbasis GIS terdiri dari aplikasi Front End dan Back End. Aplikasi Front End adalah aplikasi yang dapat diakses oleh masyarakat luas (user umum) tanpa harus terdaftar atau registrasi terlebih dahulu. Informasi yang ditampilkan merupakan informasi yang tidak bersifat rahasia. Aplikasi ini sangat berguna untuk memberikan informasi umum mengenai Dinas Pengawasan Bangunan dan Permukiman Kota Bogor serta Informasi dan beragam data umum bagi seluruh user.
Model Aplikasi Back End adalah model aplikasi yang hanya dapat diakses oleh user terdaftar atau administrator. Semua Informasi yang ditampilkan pada model aplikasi back end adalah informasi yang disesuaikan dengan user profil masing masing. User yang dapat mengakses model aplikasi back end ini dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : Administrator dan Power User. Administrator adalah user yang memiliki akses penuh ke semua menu termasuk menu setting, power user adalah user dengan akses khusus di menu terkait. Analisa Sistem Informasi Bangunan 2013 dan Identifikasi Kebutuhan Baru Perancangan Interface dan Fitur
Aplikasi : Aplikasi Database dan Web
GIS
Implementasi
Evaluasi dan Uji
Coba Implementasi Akhir
18 9. KESIMPULAN
Konsep pemeliharaan basis data bangunan gedung Kota Bogor dapat disimpulkan sebagai berikut:
•Aplikasi Database Bangunan Gedung Kota Bogor Berbasis Web •Aplikasi GIS berbasis Web (Web GIS) Bangunan Gedung Kota Bogor •Server Side (XAMPP) : Apache Server, MySQL Server, Map Server •Client Side (Browser) : Mozilla Firefox, Google Chrome atau Opera Web Based Application
•MySQL
Web Database (RDBMS)
•Tools Untuk Backup & Restore Database Backup & Restore Data
•Dokumen SOP (Standard Operational Procedure) & Manual Disaster Recovery
•Account Priviledge yang berlapis sesuai kewenangan dari Pemberi Pekerjaan
•Account Lock Out jika salah melakukan sign in •Enkripsi satu arah untuk Password
Security
•Web GIS untuk peta sebaran berdasarkan lokasi Bangunan Gedung Peta Sebaran
19 DAFTAR PUSTAKA
1. Darmawan Mulyanto, Dr. 2011. Sistem informasi Geografi (SIG) dan Standarisasi Pemetaan Tematik. Pusat Survei Sumberdaya Alam Darat Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL). Kajian Kajian Standarisasi Pemetaan Tematik Pertanahan.
2. Longley Paul. 2005. Geographic Information System and Science 2nd Edition. John Wiley & Sons Ltd.
3. ArcUser. 2011. Bring Map to Life. ESRI Publication Online.
4. ArcUser. 2010. The Role of Geographic Information. ESRI Publication Online.
5. Connolly, Thomas M. and Carolyn E. Begg, 2008, “Database Systems A Practical Approach to Design, Implementation and Management”, 5 th edition, Addison Wesley, New York
6. Wineset, J. (2012). “Web Application Development with Yii and PHP”. United Kingdom: Packt Publishing Ltd
7. Kustiyahningsih. 2011. “Pemrograman Basis Data Berbasis Web Menggunakan PHP & MySql”. Yogyakarta: Graha Ilmu.
8. Whitten, Jeffrey L et.al., 2004, “System Analysis and Design Method Sixth Edition”, Irwin
9. Yasin V. 2012. “Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Pemodelan, Arsitektur dan Perancangan (Modelling, Architecture and Design)”. Jakarta (ID) : MWM