• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR. Latar Belakang. dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR

Latar Belakang

Perkembangan industri perunggasan di Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu meningkatkan perekonomian dan mengurangi pengangguran, sedangkan dampak negatif yaitu menghasilkan limbah. Kerabang telur merupakan limbah industri perunggasan dan belum banyak dimanfaatkan, sedangkan limbah lain seperti ekskreta, tulang dan bulu sudah dimanfaatkan. Ekskreta diolah menjadi pupuk, tulang digunakan sebagai sumber kalsium dan fosfor pakan ternak dan bulu digunakan untuk industri alat kebersihan rumah tangga. Limbah kerabang telur sampai saat ini masih dianggap sebagai sampah, padahal mengandung berbagai macam makro dan mikromineral serta protein. Kingori (2011) menyatakan bahwa limbah kerabang telur dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.

Produksi telur di Indonesia yaitu 1.127.180 ton/th yang terdiri dari 751.120 ton telur ayam ras, 186.200 ton telur ayam buras dan 189.860 ton telur itik (Anonimus, 2011). Proporsi kerabang telur sekitar 10% dari berat telur, sehingga setiap tahun diperkirakan dihasilkan 112.718 ton limbah kerabang telur yang terdiri dari 75.112 ton limbah kerabang telur ayam ras, 18.620 ton limbah kerabang telur ayam buras dan 18.986 ton limbah kerabang telur itik. Setiap tahun diperkirakan terdapat 41.705.66 ton kalsium yang terdiri dari 27.791,44 ton dari kerabang telur ayam ras, 6.889,40 ton dari kerabang telur ayam buras dan 7.024,82 ton dari kerabang telur itik serta 13.526,16 ton fosfor yang terdiri dari 90,13 ton dari kerabang telur ayam ras, 22,24 ton dari kerabang telur ayam buras dan 22,78 ton dari kerabang telur itik. Amu et al. (2005) menyatakan bahwa kelebihan mineral kalsium pada tanah mengakibatkan tanah mengeras dan tidak

(2)

subur, kelebihan fosfor mengakibatkan pencemaran air tanah (eutrofikasi). Fosfor kerabang telur merupakan fosfor anorganik. Leeson dan Summer (2005) menyatakan bahwa fosfor anorganik memiliki availabilitas tinggi.

Hasil penelitian Schaafsma et al. (2000) menunjukkan bahwa kerabang telur mengandung Ca, P, Sr, Zn, Fe, B, Cr, Cu, F, Se, N, F dan V, disamping itu kerabang telur juga mengandung hormon kalsitonin dan progesteron. Menurut Hunton (2005) kerabang telur mengandung kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak

97% atau kalsium sekitar 37%. Squires (2003) menyatakan bahwa kerabang telur rata-rata mengandung kalsium 2,3 g/butir. Kerabang telur juga mengandung protein spesifik yaitu ovocleidins dan ovocalyxins (Nys et al., 2004) sedangkan Said (1996) menyatakan bahwa kerabang telur mengandung kalsium 37,0 – 37,4%, fosfor 0,12 – 0,13% dan protein 5,2 – 5,9%. Menurut Nakano et al. (2003) kerabang telur juga mengandung asam amino yaitu asparagin, glutamin, treonin, serin, glisin, metionin, alanin, isoleusin, valin, tirosin, fenilalanin, histidin, lisin, arginin, prolin dan hidroksiprolin.

Kelemahan dari kerabang telur yaitu adanya bakteri karena terkontaminasi dari ekskreta. Menurut Chao et al. (2007) permukaan kerabang telur terdapat bakteri Salmonella yang dapat mengakibatkan penyakit pada unggas maupun manusia. Unggas yang terinfeksi Salmonella akan berakibat fatal dan menjadi carrier bagi manusia. Davis et al. (2008) menyatakan bahwa air panas dapat digunakan untuk membunuh bakteri pada kerabang telur. Guinot dan Nys (1991) menggunakan asam fosfat sebagai anti bakteri kerang laut yang akan digunakan sebagai sumber kalsium pakan. Hasil penelitian Middleton dan Ferket (2001) menunjukkan bahwa asam fosfat dapat membunuh bakteri Salmonella dan bakteri coli pada karkas ayam yang akan digunakan untuk

(3)

bahan pakan ternak. Menurut Gongruttananun (2011a) dan Gongruttananun (2011b) pemasakan kerabang telur merupakan cara yang paling mudah untuk membunuh kuman yang ada pada kerabang telur.

Ternak unggas pada periode layer (bertelur) membutuhkan kalsium (Ca) dan fosfor (P) dalam jumlah lebih tinggi dibanding dengan periode starter maupun grower. Kebutuhan Ca dan P meningkat karena digunakan untuk pembentukan telur terutama kerabang telur. Isi telur (kuning telur dan puth telur) merupakan sumber energi, protein, mineral dan vitamin, sedangkan kerabang telur merupakan sumber mineral terutama kalsium bagi embrio unggas. Kerabang telur juga berfungsi untuk melindungi isi telur dari tekanan mekanik, penetrasi bakteri dan pertukaran gas bagi embrio. Nutrien yang dikonsumsi oleh induk sangat berpengaruh terhadap kualitas fisik dan kimiawi telur.

Kualitas kerabang telur konsumsi memiliki nilai ekonomis tinggi, karena jika kerabang telur cacat dan rusak maka tidak disukai oleh konsumen sehingga menurunkan harga jual, disamping itu isi telur lebih cepat rusak sehingga memperpendek waktu simpan. Menurut NRC (1994) kebutuhan Ca pada ayam periode bertelur yaitu 3,5% sedangkan kebutuhan P yaitu 0,45%. Kekurangan kalsium dan fosfor dapat mengakibatkan penurunan produksi telur dan kualitas kerabang telur, apabila unggas kekurangan kalsium dan fosfor dalam waktu panjang maka terjadi mobilisasi kalsium dan fosfor dari tulang, sehingga mengakibatkan osteomalasia atau rakhitis. Kecukupan kalsium dan fosfor dimanifestasikan dengan kadar kalsium dan fosfor darah, produksi telur, kualitas kerabang telur dan kualitas tulang sesuai standar. Efisiensi kalsium dan fosfor pakan dapat diukur dari kandungan Ca dan P ekskreta. Sumber kalsium yang banyak digunakan untuk pakan ternak unggas yaitu CaCO3, batu kapur

(4)

(limestone), tepung tulang dan cangkang tiram, akan tetapi pada saat ini tepung tulang dan cangkang tiram tidak mudah untuk didapatkan. Dikalsium fosfat (DCP) juga merupakan sumber kalsium dan fosfor serta memiliki availabilitas tinggi akan tetapi sangat mahal dan tidak mudah didapat.

Kualitas mineral dipengaruhi oleh sumber mineral dan ukuran partikel dan untuk mengetahui kualitas mineral dapat dilakukan dengan uji kelarutan in vitro maupun in vivo. Penelitian-peneitian tentang kelarutan sumber mineral dan ukuran partikel diperoleh hasil tidak konsisten. Hasil penelitian Pizzolante et al. (2009) menunjukkan bahwa kelarutan in vitro batu kapur dengan ukuran partikel besar lebih rendah dibanding ukuran partikel kecil, akan tetapi terjadi sebaliknya hasil uji in vivo menunjukkan bahwa partikel besar memiliki absorpsi lebih baik. Managi dan Coon (2007) melaporkan bahwa semakin besar ukuran partikel menghasilkan kelarutan in vitro semakin rendah, akan tetapi pertambahan berat badan dan kadar abu tulang ayam broiler meningkat. Ekmay dan Coon (2010) juga melaporkan bahwa kelarutan in vitro batu kapur partikel besar (3489,7 mikron kelarutan 38%) lebih rendah dibanding partikel kecil (185,5 mikron kelarutan 58,8%), akan tetapi dihasilkan produksi telur dan berat telur tidak berbeda nyata.

Yuwanta et al. (2004) telah meneliti penggunaan kerabang telur untuk pakan ayam petelur strain Lohmann Brown. Kerabang telur dibuat menjadi 3 ukuran partikel yaitu <0,6 mm, 0,6 – 1,2 mm dan 1,2 – 2 mm kemudian dicampur dengan asam fosfat sebanyak 3% dari tepung kerabang telur yang digunakan atau 0,21% dalam pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel berpengaruh tidak terhadap produksi telur. King'ori (2011) menyatakan bahwa penggunaan tepung kerabang telur dalam pakan ayam dapat meningkatkan

(5)

produksi telur dan kualitas kerabang telur. Gongruttananun (2011b) melakukan penelitian tentang penggunaan kerabang telur sebagai sumber kalsium pakan ayam. Kerabang telur dicuci terlebih dahulu kemudian disterilisasi dengan cara dimasak selama 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kerabang telur tidak mempengaruhi fertilitas, mortalitas embrio, daya tetas dan kualitas hasil tetas. Penelitian tentang penggunaan limbah kerabang telur dengan perlakuan asam fosfat dan ukuran partikel serta penggunaannya sebagai sumber kalsium dan fosfor ayam petelur yang telah dilakukan mengkaji tentang upaya meningkatkan manfaat limbah kerabang telur sebagai sebagai sumber kalsium dan fosfor ayam petelur.

Berdasarkan latar belakang maka keaslian atau keoriginalitas penelitian ini adalah penggunaan larutan asam fosfat (H3PO4) 3 – 5% sebagai bahan

perendam kerabang telur yang kemudian dibuat menjadi ukuran partikel 1 dan 3 mm belum pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Pengamatan tentang jumlah bakteri, peningkatan kandungan fosfor, perubahan mikrostruktur kerabang telur yang direndam dalam asam fosfaf juga belum pernah dipublikasikan. Uji kelarutan in vitro kerabang telur yang diberi perlakuan perbedaan konsentrasi H3PO4 dan ukuran partikel, aplikasinya pada ayam petelur, serta penggunaannya

sebagai pengganti batu kapur dalam pakan ayam petelur yang dikawinkan dengan ayam kampung juga belum pernah dilakukan. Penelitian ini juga mengevaluasi kandungan kalsium dan fosfor kerabang telur yang dihasilkan.

Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kemanfaatan limbah kerabang telur sebagai sumber kalsium alternatif dalam pakan unggas dan berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan khususnya akibat limbah kerabang telur.

(6)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Meningkatkan kandungan fosfor, membunuh bakteri dan membandingkan mikrostruktur kerabang telur yang diberi perlakuan perendaman asam fosfat dengan konsentrasi berbeda.

2. Mengetahui pengaruh konsentrasi asam fosfat sebagai bahan perendam dan ukuran partikel kerabang telur terhadap kelarutan in vitro.

3. Mendapatkan konsentrasi asam fosfat yang tepat sebagai bahan perendam kerabang telur dan ukuran partikel yang tepat untuk pakan ayam petelur periode bertelur.

4. Mendapatkan proporsi penggunaan kerabang telur sebagai pengganti batu kapur dalam pakan ayam petelur periode bertelur dan efeknya terhadap fertilitas dan daya tetas.

Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mendorong penggunaan tepung kerabang telur sebagai sumber mineral bagi ayam petelur dan atau ayam pedaging.

2. Sebagai masukan kepada feed mill dan breeding farm untuk memanfaatkan limbah kerabang telur sebagai sumber mineral.

3. Sebagai masukan kepada pemerintah dalam menyusun konsep penanggulangan pencemaran lingkungan khususnya akibat limbah kerabang telur.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya di Paroki Maria Bunda Pertolongan Abadi Binjai, tepatnya di Stasi Santo Kristoforus Batu Katak, tampaknya permasalahan yang dihadapi yaitu, sebagian umat

orang akan lebih terlibat dalam proses demokrasi, seperti meningkatkan debat-debat online tentang isu politik atau perihal figur politisi tertentu. Selain itu, media sosial

Dalam rilis Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan d alam ajang tersebut Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart Living

namun , masih banyak para user atau admin yang tidak begitu memperhatikan bentuk password yang digunakan , sebagai contoh menggunakan tanggal lahir ataupun tempat lahir

Efektivitas pemupukan P dan K pada lahan bekas pemberian jerami selama tiga musim tanam terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah. Pemasyarakatan teknologi

Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak adanya dukungan terhadap hipotesis 4 yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan manipulasi laba riil dengan memperbesar biaya kombinasi (arus

1) Tambahan pengetahuan mengenai pengaruh media sosial sebagai strategi promosi untuk meningkatkan brand awareness Taman Wisata Alam Mangrove dan mengetahui aspek apa saja yang

menjelaskan lebih detail pola arus hipotetik yang dilakukan oleh BAPEDAL. Pola arus dan pasang surut sangat berperan dalam penyebaran logam berat Cadmium. Saat surut sebaran