• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME. Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III USAHA USAHA MENANGGULANGI IJIME. Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

USAHA – USAHA MENANGGULANGI IJIME

3.1 Diri Sendiri

Ijime dapat ditanggulangi melalui berbagai cara. Ijime dapat dicegah

ataupun ditanggulangi melalui diri sendiri. Ada beberapa langkah paling ampuh untuk menangkal ijime, yaitu memiliki kesadaran diri dan kepribadian yang kuat, menjadi seorang teman, memiliki satu teman yang baik (baik di saat susah maupun senang), dan melebur dalam sebuah kelompok. Dan seorang pengijime akan berusaha menggagalkan semua ini. Dengan ditindas maka anak dapat ditolak oleh rekannya. Pada saat ia sangat membutuhkan dukungan mereka, dia justru tidak mendapatkannya. Tampaknya tak seorangpun menyukainya, tak peduli betapa kerasnya ia mencoba menyesuaikan diri dan berupaya agar bisa diterima. Anak pun mulai memandang sekolah sebagai tempat yang mengancam dan menakutkan dimana ia tak bisa mengaandalkan siapapun untuk membantunya. Siklus kekerasan pun berputar maju.

Ada lima faktor kepribadian yang ditulis oleh seorang mahasiswa doktoral, S. Pierce yang dapat melindungi anak sehingga tidak menjadi korban penindasan selama bersekolah. Faktor itu adalah :

• Sifat ramah

• Keinginan untuk berbagi • Keinginan untuk bekerja sama

• Keterampilan untuk bergabung dalam permainan anak – anak lain • Memiliki rasa humor

(2)

Jika seorang anak memandang dirinya sebagai sosok yang cakap, terampil, koperatif, bertanggung jawab, banyak akal dan tangguh, maka ia bukan saja tidak akan menjadi para penindas yang kejam dan suka mencari perkara tapi ia juga akan cenderung mampu secara efektif mempertahankan diri dari serangan orang lain.

Seorang anak yang melakukan pembicaraan yang positif tentang dirinya sendiri untuk mengembangkan kepercayaan diri dan penghormatan terhadap dirinya sendiri maka akan cenderung memandang penyebab penindasan berasal dari luar dan bukan sesuatu yang bisa menjatuhkan dirinya.

Di sisi lain kalau anak kurang memiliki kesadaran diri yang kuat, tergantung pada pujian, dan cenderung menyalahkan dirinya sendiri untuk hal – hal yang keliru dalam kehidupannya, maka ia cenderung akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah ditindas.

Setiap anak membutuhkan orang – orang dalam lingkungan mereka yang menawarkan dukungan, saran dan cinta tak bersyarat untuk membangun kesadaran diri yang kuat. Akan sangat berguna jika bisa menemukan seorang anak yang lebih besar sebagai sahabat. Dan karena setiap anak bisa saja beresiko menjadi korban ijime, maka gagasan idealnya adalah bersahabat dengan anak – anak lain sejak dini. Beberapa sahabat terbaik adalah pengijime yang telah berubah. Anak – anak harus mulai belajar untuk berteman dengan bijak, mengembangkan persahabatan, dan menyingkir dari pertemanan yang menyakiti.

Cara lain untuk menangkal penindasan selain dengan menjadi seorang teman dan memiliki teman – teman adalah dengan kecakapan seorang anak untuk memperkenalkan dirinya ke dalam sebuah kelompok. Carilah kelompok yang

(3)

berisi teman – teman sejati yang peduli dengan teman – teman kelompok mereka ataupun dengan orang – orang yang di luar kelompok mereka.

Anak – anak yang menghabiskan banyak waktu bersama dengan teman – temannya pastinya mengalami perselisihan dan pertengkaran. Penting bagi anak untuk belajar memecahkan permasalahan dan menuntaskan konflik secara damai. Ketika anak menyajikan gagasan dan pikiran mereka sendiri, simak alasan mereka dan bekerja samalah untuk mencapai sebuah solusi. Sikap memberi, menerima, keterbukaan dan kerja sama kedua anak membuat mereka semakin dekat satu sama lain. Anak – anak yang telah menuntaskan masalah secara bersama – sama dengan sukses cenderung akan saling membantu ketika salah satu di antara mereka ditindas.

Selain itu cara lain untuk menghindarkan anak dari penindasan adalah anak memiliki keterbukaan diri untuk menceritakan masalahnya kepada orang tuanya. Banyak anak – anak di Jepang yang di ijime oleh teman – temannya di sekolah cenderung menyembunyikan dan menutup – nutupi masalahnya dari orang tua mereka agar tidak diketahui. Hal ini adalah tindakan yang salah sebab dengan demikian maka anak akan menanggung masalah sendiri dan tidak baik bagi dirinya. Anak hendaklah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya sebab dengan mereka menceritakan masalahnya kepada orang tua mereka maka dapat meringankan masalah mereka dan mereka sadar bahwa ada orang yang peduli pada dirinya. Selain itu dengan anak bercerita masalahnya kepada orang tua mereka, maka orang tua dapat melakukan tindakan – tindakan yang dapat menghindarkan sang anak dari tindakan penindasan – penindasan berikutnya.

(4)

3.2 Keluarga

Keluarga adalah salah satu faktor yang penting untuk mengatasi tindakan

ijime. Dalam keluarga, orang tualah yang memiliki peranan yang sangat besar

agar anak tidak mengalami atau melakukan tindakan ijime. Orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak – anaknya. Jangan membiarkan anak hidup dalam kekangan mental ataupun fisik. Sikap memarahi anak habis – habisan, apalagi tindak kekerasan (pemukulan dan tindakan fisik) tidaklah baik, karena hal itu hanya akan menimbulkan luka yang mendalam pada fisik dan batinnya sehingga menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Sehingga akan menimbulkan kebencian pada orang tuanya dan trauma pada anak. Akibat lain dari tindakan kekerasan adalah anak akan merasa rendah harga dirinya karena merasa pantas mendapat hukuman sehingga menurunkan prestasi anak di sekolah dan hubungan sosial atau pergaulan dengan teman – temannya akan terganggu. Sehingga hal ini akan mempengaruhi rasa percaya diri anak yang seharusnya terbangun sejak kecil. Apa yang dialaminya akan membuat anak meniru kekerasan dan bertingkah laku agresif dengan cara memukul atau membentak apabila timbul kekesalan di dalam dirinya. Akibat lain anak akan selalu cemas, mengalami mimpi buruk, depresi dan mengalami berbagai masalah di sekolah. Penting disadari oleh orang tua bahwa anak dilahirkan ke dunia ini dilekati dengan berbagai hak yang layak didapatkannya. Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pengasuhan yang baik, kasih sayang dan perhatian.

(5)

anak. Tujuannya adalah agar anak akan merasa cukup nyaman bercerita kepada orang tua ketika mereka mengalami intimidasi ataupun kekerasan di sekolah. Jika anak – anak mengetahui bahwa mereka dapat mendatangi orang tua mereka dengan hal – hal yang baik atau buruk dan bahwa orang tua akan menyimak mereka secara aktif serta menawarkan dukungan, bimbingan, dan kebijaksaan, maka mereka mungkin akan memberi tahu orang tua kalau mereka telah ditindas. Bahkan kalau mereka tidak datang seketika dan memberi tahu orang tua, bila orang tua meluangkan waktunya untuk berdialog dengan anak – anak tentang kegiatan mereka sehari – hari dan kalau orang tua terlibat dalam kehidupan anak – anak mereka dan mengetahui teman – teman anaknya maka orang tua cenderung mengetahui tanda – tanda kalau ada sesuatu yang salah dengan anak mereka termasuk tentang adanya penindasan yang telah dialami oleh anak mereka. Dengan begini anak akan mengetahui bahwa tak ada satupun yang terlalu tolol atau terlalu serius untuk dibicarakan dan anak juga mengetahui bahwa orang tua ada sebagai orang dewasa yang peduli untuk mendukung dan memberdayakan dirinya.

Orang tua juga tidak baik terlalu memanjakan anaknya dengan terlalu memberikan kasih saying yang salah. Dengan terlalu memanjakan anak, orang tua secara tidak langsung menghambat perkembangannya. Jika anak bersalah, hendaknya orang tua bertindak tegas dan bijaksana sehingga anak tahu perbuatan itu salah dan berusaha tidak lagi mengulangi kesalahannya. Selain itu orang tua harus mengajarkan anak untuk tidak lari dari masalah. Biarkan anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu sebab dengan demikian akan membuat kepercayaan dirinya semakin baik dan semakin dewasa dalam bersikap.

(6)

Apabila anak meminta misalnya pindah sekolah, sebisa mungkin jangan turuti hal tersebut sebab masalah penindasan terjadi hampir di setiap sekolah.

Di Jepang saat ini ada istilah Kyooiku mama. Kyooiku mama adalah ibu yang memusatkan perhatiannya kepada pendidikan anak sehingga ibu memiliki peranan yang sangat penting terhadap pendidikan anak. Anak – anak dididik dengan keras dan disiplin yang kuat. Karena disiplin dan ketatnya jam pelajaran, membuat waktu bermain hampir tidak ada sehingga anak – anak merasa ditekan. Hal ini tidak baik sebab selain belajar, anak juga memerlukan waktu untuk bermain bersama teman – temannya dan bersosialisasi dengan yang lain. Oleh sebab itu, ibu sebagai yang berperan penting disini hendaknya selain mendidik anaknya untuk disiplin dalam belajar tapi juga memberikan waktu untuk anaknya bermain dengan teman – temannya supaya anak tidak merasa tertekan.

Selain itu, orang tua juga harus dapat meluangkan waktunya kepada anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Banyak sekarang suami istri di Jepang yang bekerja di luar dan meninggalkan anaknya di rumah. Sehingga timbullah masalah yang disebut Kagikko (anak pembawa kunci). Maksudnya adalah anak diberi tugas membawa kunci rumah dan membukakan pintu jika orang tuanya pulang kerja. Anak dengan keadaan seperti ini merasa kehampaan dan kesepian dalam dirinya karena tidak seorangpun yang akan menyambut kedatangannya. Dalam hal ini, yang menjadi temannya adalah acara – acara televisi saja. Tidak ada pengawasan orang tua terhadap acara apa – apa saja yang ditonton oleh anak. Banyak acara televisi yang buruk yang ditonton oleh anak termasuk acara – acara ataupun berita – berita tentang penindasan yang tentunya membawa dampak buruk bagi anak. Hal ini juga dapat menyebabkan anak – anak

(7)

melakukan perilaku menyimpang termasuk ijime. Oleh sebab itu, orang tua dituntut untuk bisa meluangkan waktunya dan melakukan pengawasan terhadap tontonan anak – anak mereka agar anak – anak mereka tidak terpengaruh dampak buruk dari program televisi yang ditonton olah anak mereka.

3.3 Sekolah

Merupakan kewajiban sekolah untuk melindungi peserta didik dari terjadinya tindak kekerasan terhadap siswa. Apabila tindak kekerasan di sekolah tidak ditangani secara serius akan berdampak negatif terhadap kondisi lingkungan belajar siswa. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif untuk kegiatan belajar akan berdampak kepada penurunan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah secara umum. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah berkaitan dengan pencegahan atau minimalisasi terjadinya tindak kekerasan di sekolah. Langkah -langkah tersebut diantaranya :

1. Sekolah harus membangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus ijime di sekolah. Dalam tahap ini perlu dikembangkan aturan sekolah atau kode etik sekolah yang mendukung lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua anak dan mengurangi terjadinya ijime serta sistem penanganan korban ijime di setiap sekolah. Sistem ini akan mengakomodir bagaimana seorang anak yang menjadi korban ijime bisa melaporkan kejadian yang dialaminya tanpa rasa takut atau malu, lalu penanganan bagi korban ijime, dll.

(8)

2. Di lingkungan sekolah harus dibangun kesadaran dan pemahaman tentang

ijime dan dampaknya kepada semua warga sekolah, mulai dari murid, guru,

kepala sekolah, pegawai sekolah hingga orangtua. Sosialisasi tentang program anti ijime perlu dilakukan dalam tahap ini sehingga semua warga sekolah memahami dan mengerti apa itu ijime dan dampaknya.

3. Sekolah menyediakan berbagai kegiatan positif kepada siswa yang dapat membangun sikap sportifitas, kebersamaan, dan saling menyayangi antar warga sekolah.

4. Perlu dibangun komunikasi secara terbuka antara sekolah, orang tua dan siswa melaui pertemuan-pertumuan yang secara rutin diadakan. Pertemuan dengan orang tua ini bertujuan agar pihak sekolah dan guru mengetahui perhatian orang tua pada anaknya, pola hubungan anak dengan orang tua dan upaya orang tua dalam mendukung aktivitas anak di sekolah dan upaya orang tua dalam menanggulangi ijime melalui jejaring dengan banyak pihak. Selain dengan orang tua, pertemuan dan wawancara dengan siswa juga diperlukan untuk mengetahui secara mendalam tentang akar masalah, situasi sekolah, bentuk, alasan, dan kondisi ijime. Dengan adanya pertemuan dan wawancara dengan orang tua dan murid ini maka pihak sekolah maupun guru dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan yang terjadi.

5. Perlu tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan tindakan kekerasan di sekolah yang sudah melampaui batas-batas toleransi yang telah diberikan. 6. Tidak kalah pentingnya adalah menghentikan praktek-praktek kekerasan di

(9)

ramah anak dengan penerapan positive discipline di sekolah. Langkah ini membutuhkan komitmen yang kuat dari guru untuk menghentikan praktek-praktek kekerasan dalam mendidik anak. Pelatihan tentang metode positif disiplin perlu dilakukan kepada guru dalam tahap ini.

7. Membangun kapasitas siswa dalam hal melindungi dirinya dari pelaku ijime dan tidak menjadi pelaku. Untuk itu anak-anak bisa diikutkan dalam pelatihan anti ijime serta berpartisipasi aktif dalam kampanye anti ijime di sekolah. Dalam tahap ini metode dari anak untuk anak (child to child) dapat diterapkan dalam kampanye dan pelatihan.

8. Pihak sekolah memberikan perhatian khusus pada tempat – tempat seperti halaman bermain, toilet, kantin, tempat berolahraga dan gudang di sekolah. Hal ini penting sebab pada tempat – tempat inilah sering terjadi tindakan ijime.

9. Sekolah memberikan tindakan yang tegas kepada guru yang melakukan tindakan ijime jika terbukti guru tersebut melakukan tindak kekerasan ataupun ijime.

Selain itu, guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses penanggulangan ijime. Adapun beberapa alasan peran guru sangat penting dalam penanggulangan ijime adalah :

1. Kebanyakan orang berpikir bahwa masalah ijime adalah masalah murid/siswa saja sehingga lebih memusatkan perhatian pada murid. Padahal ketidak pedulian guru terhadap siswa turut menjadi ekselator (pelestari) kesinambungan peristiwa ijime. Oleh karena itu, guru dituntut perhatiannya dalam masalah ijime ini sebab jika guru tidak memberikan penih perhatiannya terhadap masalah ini, maka masalah ini akan terus berlanjut.

2. Guru merupakan figur teladan yang langsung dapat dilihat oleh siswa/murid, bila guru tidak tidak menunjukkan kepedulian dalam berkata – kata dan

(10)

bertindak dengan benar setiap hari, maka siswa lebih mungkin melakukan ijime atau menjadi korban ijime. Itu sebabnya dalam proses belajar mengajar, guru harus sadar bahwa proses mengajar adalah untuk meningkatkan kapital sosial dan kognitif.

3. Guru merupakan konselor yang mudah dan cepat bagi siswa. Dalam hal ini semua guru menjadi sangat penting sebagai orang yang melakukan pertolongan pertama.

4. Guru sangat dibutuhkan perannya untuk menciptakan atmosfer yang yang mengurangi ijime dan mendorong proses kelompok yang mendukung dan merangkul siswa – siswa yang rentan mengalami ijime.

Begitu besarnya peran guru dalam proses penangulangan ijime, maka untuk menangulanginya seorang guru haruslah menjadi seorang guru yang profesional. Adapun guru yang profesional adalah :

a.Guru yang profesional selalu bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat dari muridnya.

b. Guru yang profesional menghargai muridnya dan orang lain secara sejajar dan mencoba untuk memahami mereka secara individu. Berusaha sesering mungkin berkomunikasi secara terbuka dengan murid – muridnya, rekan – rekan guru, para orang tua dan atasannya. Ia menyadari bahwa interaksi sosial yang menyenangkan dan efektif akan mendorong terwujudnya pendidikan yang bermutu.

c.Guru yang profesional menyadari bahwa hubungannya dengan para muridnya harus memuaskan bagi kedua belah pihak. Oleh sebab itu, ia mampu bertindak tenang, masuk akal dan tidak emosional, termasuk saat menangani masalah – masalah atau kesalahan - kesalahan murid yang serius.

(11)

d. Guru yang profesional secara aktif mendorong muridnya untuk mengembangkan bakat, kemampuan dan keterampilan dirinya. Ia merasa bahagia bila muridnya berhasil.

Selain peran dari sekolah dan guru, dalam rangka menanggulangi ijime di sekolah perlu adanya upaya – upaya bimbingan konseling yang terintegrasi. Pelaksanaan pemberian bimbingan konseling kepada siswa sebagai pelaku dan penderita ijime, atau guru – guru dan staf sekolah sebagai pelaku bisa saja dengan konseling kelompok atau konseling individual. Bimbingan kelompok diberikan kepada semua siswa sebagai upaya tidak langsung dalam merubah sikap dan perilaku siswa melalui penyajian informasi yang teliti atau menekankan dorongan untuk berfungsinya kemampuan – kemampuan kognitif. Selain itu bisa menggunakan media elektronik seperti pemutaran film terjadinya ijime dan dampaknya terhadap kehidupan seseorang korban ijime.

Pendekatan bimbingan konseling yang digunakan dalam mengatasi ijime di sekolah, bisa dengan menggunakan pendekatan eklektik yaitu suatu pendekatan yang terintegrasi seperti pendekatan perilaku, pendekatan berpusat pada pribadi, pendekatan transaksi analitis, humanistik dan sebagainya.

Pendekatan perilaku digunakan dalam konseling kelompok untuk mengatasi ijime, asumsinya bahwa perilaku, kognisi, perasaan bermasalah itu terbentuk karena dipelajari. Oleh karena itu semua dapat dirubah dengan suatu proses belajar yang baru. Pendekatan perilaku bisa mengintervensi dari teori belajar sosial (sosial-learning theory), seperti penguatan kembali (reinforcement), pemberian contoh (modellin), pembentukan, penataan kembali kognisi, latihan santai (relaxtion) dan sebagainya.\

Penguatan kembali (reinforcement), bisa dilakukan oleh guru – guru atau teman – teman supaya klien bisa percaya diri. Teknik ini bisa dilakukan sendiri dengan bagaimana berusaha untuk menguatkan diri sendiri dan meningkatkan kemampuan mengolah diri dan tidak tergantung pada orang lain. Pemberian contoh merupakan alat yang sangat kuat , karena secara tidak langsung siswa akan meniru dan melihat apa yang dilakukan oleh

(12)

gurunya atau temannya, misalnya bagaimana guru menghargai pendapat siswa walaupun salah, atau menghargai karyanya, siswa diajarkan untuk bisa menghargai, saling toleransi, saling menghormati, dan saling menyayangi.

Penataan kembali kognisi (cognitive restructuring), adalah proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, menemukan dampak negatif pemikiran tertentu dan belajar mengganti kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistik dan cocok.

Pendekatan berpusat pada pribadi (person-center approach), didasari asumsi bahwa manusia cenderung bergerak ke arah keseluruhan dan perwujudan diri. Individu – individu di dalam dirinya memiliki sumber daya yang luas untuk memahami dirinya sendiri dan untuk mengubah konsep dirinya. Oleh karena itu, konselor bersifat menghargai tanpa syarat, empati dan keaslian.

Pendekatan Ekstensial Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Teknik yang digunakan adalah kesadaran diri, kebebasan dan tanggung jawab, keterpusatan, dan kebutuhan akan orang lain.

Pendekatan Analisis Transaksional, berasumsi bahwa orang – orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaannya. Pendekatan ini berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah yaitu orang tua, orang dewasa, dan anak. Kemudian berpendapat bahwa manusia memerlukan belaian baik secara fisik maupun emosional. Jika belaian tidak terpenuhi, maka mereka tidak akan berkembang secara sehat. Oleh karena itu seorang konselor harus berperan memberikan perhatian pada masalah – masalah emosinal dan berperan sebagai guru, pelatih atau nara sumber yang penuh kasih sayang.

(13)

3.4 Pemerintah

Pemerintah Jepang sebenarnya sudah membuat undang – undang ataupun peraturan tentang ijime. Namun, hal itu belum sanggup untuk menanggulangi tindakan ijime di Jepang. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang hendaknya harus membuat peraturan yang lebih tegas tentang ijime. Selain itu, untuk mendukung peraturan dan undang – undang yang telah dibuat oleh pemerintah, perlu juga menggiatkan program kebijakan anti ijime di setiap sekolah. Program anti ijime ini hendaknya melibatkan pihak sekolah, orang tua dan siswa dengan memberikan penyuluhan tentang apa itu ijime dan akibatnya. Bagaimana strategi pencegahan dan cara menghadapi tindakan ijime. Dengan adanya peraturan dan undang ijime yang disertai dengan penggiatan kebijakan anti ijime, diharapkan dapat menekan dan menanggulangi tindakan ijime di Jepang.

Pelaku dalam kasus ijime di sekolah Jepang sering sekali adalah guru. Oleh sebab itu, dalam proses penerimaan seorang guru perlu seleksi yang ketat dan sertifikasi terhadap guru. Hal ini Untuk menjamin bahwa guru-guru memiliki kemampuan dasar yang standar sebagai tenaga pengajar dan sebagai bentuk pertanggungjawaban akan kualitas pendidikan yang akan diberikan.

Seleksi dalam penerimaan guru, bukan hanya berdasarkan kemampuan kognitif dan psikomotornya, tetapi juga kemampuan afeksinya. Hal ini penting agar setiap guru dapat menjadi seorang guru yang berempati sehingga apabila murid terlibat masalah termasuk masalah ijime, maka guru memiliki rasa empati kepada muridnya yang bermasalah sehingga murid yang bermasalah bukan balik diijime tetapi dibimbing dengan penuh kasih.

(14)

Dalam setiap kurun waktu tertentu juga, pemerintah perlu juga melakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dengan adanya evaluasi ini, maka diharapkan bertujuan untuk mendorong guru untuk memiliki komitmen terhadap rencana dan tujuan yang dituliskannya, sekaligus untuk membantu guru memahami letak kekurangan dan kelebihan atau potensi dirinya yang perlu diperbaiki atau dikembangkan.

Munculnya berita – berita mengenai masalah ijime yang serius melalui media massa seperti berita dengan judul : “Ijime Peristiwa Bunuh diri’ atau “Peristiwa Pembunuhan Balas Dendam Akibat di Ijime” dan lain – lain yang berkaitan dengan ijime, membuat kata ijime muncul sebagai istilah yang populer. Bukan populer terhadap kata itu saja, tetapi juga populer di dalam dunia anak – anak karena melalui acara – acara televisi atau buku cerita bergambar anak, membuat mereka mengenal apa yang disebut ijime. Banyak acara televisi yang dianggap tidak baik dan dapat mempengaruhi dunia anak salah satunya adalah acara yang menyangkut tentang ijime. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi anak sebab tayangan yang mengandung unsur – unsur kekerasan akan berbahaya bila ditonton oleh anak – anak.

Pengaruh media dalam perilaku ijime sangat menentukan. Hal ini terbukti sebab biasanya anak akan meniru gerakan dan kata – kata dari tontonan yang dilihatnya. Tontonan yang mengandung kekerasan tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Anak yang biasanya menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan menggunakan agresi untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang diharapkan mampu untuk membatasi dan mengurangi berita ataupun

(15)

tayangan yang berkaitan dengan ijime atau tindakan kekerasan lainnya sebab itu sangat berbahaya bagi anak – anak dan dapat semakin meningkatnya ijime di Jepang.

(16)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Ijime adalah gangguan yang berisi ejekan, penindasan, perendahan martabat,

atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar. Masalah ijime di Jepang sudah menjadi masalah sosial yang cukup serius. Hal ini terbukti masalah

ijime selain membuat banyak siswa malas untuk datang ke sekolah, akibat ijime

juga mengakibatkan para korban ijime melakukan tindakan bunuh diri. Sebagai contoh adalah seorang siswa murid SMP di Fukuoka Jepang berusia 13 tahun yang melakukan bunuh diri untuk lepas dari kekejaman ijime yang dilakukan oleh teman sekelasnya. Hal ini dia lakukan sebab dia tidak tahan karena dia selalu dipaksa untuk merendam wajahnya ke dalam air sungai yang kotor, sepedanya dirusak berulang kali dan dia selalu dituntut agar memberikan uang sebesar 1000 yen setiap harinya kepada temannya. Karena tindakan ijime ini terus menerus dilakukan oleh temannya sehingga dia melakukan bunuh diri sebagai bentuk penyelesaiannya.

Masalah ijime yang timbul di Jepang ini tidak terlepas dari berbagai faktor. Adapun faktor penyebab timbulnya ijime di Jepang ini adalah budaya, berita yang dimuat di media massa, pendidikan di sekolah dan lingkungan keluarga.

Walaupun masalah ijime sudah menjadi masalah yang sangat serius di lingkungan sekolah di Jepang, namun sebenarnya masalah tersebut dapat ditanggulangi. Masalah ijime tersebut dapat ditanggulangi melalui peran serta beberapa oknum seperti melalui diri siswa sendiri, keluarga, sekolah dan

(17)

pemerintah. Tindakan yang dapat dilakukan oleh setiap siswa untuk menanggulangi ijime adalah :

1. Memiliki kesadaran diri dan pribadi yang kuat.

2. Mampu menjadi seorang teman yang baik bagi semua orang dan memiliki teman yang setia baik pada saat senang maupun susah.

3. Memiliki sikap untuk berteman dengan bijak dan menjaga sebuah persahabatan.

4. Memiliki sikap keterbukaan untuk menceritakan masalahnya kepada orang tua.

Peran orang tua dalam lingkungan keluarga juga sangat penting dalam penanggulangan ijime. Tindakan yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah :

1. Mendidik dan mengasuh anak dengan pola asuh yang penuh kasih saying, cinta kasih dan penuh perhatian.

2. Menjalin komunikasi dengan anak sehingga memiliki kepekaan terhadap anak.

3. Jangan terlaku memanjakan anak. Biarkan anak untuk melakukan dan memutuskan sesuatu agar dirinya memiliki rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

4. Jangan terlalu mendidik anak dengan keras dan disiplin yang kuat. Berilah waktu mereka untuk bermain dengan teman – teman mereka dan bersosialisasi dengan orang lain.

5. Orang tua memiliki waktu dengan anaknya dan tidak terlalu sibuk dengan urusan pekerjaanya. Hal ini penting agar anak tidak merasa hampa dan

(18)

orang tua juga mampu melakukan pengawasan terhadap tontonan anak sehingga anak tidak terpengaruh dengan dampak buruk dari tontonannya.

Ijime sering terjadi di sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah dapat

melakukan tindakan – tindakan untuk menanggulangi ijime, seperti :

1. Sekolah membangun sistem atau mekanisme untuk mencegah dan menangani kasus ijime di sekolah.

2. Di sekolah dibangun kesadaran dan pemahaman tentang ijime dan dampaknya kepada semua warga sekolah, mulai dari murid, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah hingga orang tua siswa.

3. Sekolah menyediakan berbagai kegiatan positif kepada siswa agar dapat membangun sikap sportifitas, kebersamaan, dan saling menyayangi antar warga sekolah.

4. Dibangun komunikasi antara sekolah, orang tua, dan siswa melalui pertemuan – pertemuan yang diadakan secara rutin.

5. Tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan tindakan ijime. 6. Menghentikan praktek – praktek kekerasan dalam mendidik siswa.

7. Membangun kapasitas siswa dalam hal melindungi dirinya dari pelaku

ijime dan tidak menjadi pelaku ijime.

8. Memberikan perhatian khusus pada tempat – tempat sering terjadinya ijime seperti halaman bermain, toilet, kantin, tempat olahraga, dan gudang sekolah.

(19)

Peran guru juga sangat penting dalam proses penanggulangan ijime. Adapun yang dapat dilakukan oleh guru adalah menjadi seseorang guru yang profesional. Guru profesional itu adalah :

1. Bekerja keras untuk memenangkan rasa hormat muridnya.

2. Menghargai muridnya dan orang lain secara sejajar dan mencoba untuk memahami mereka secara individu.

3. Menyadari bahwa hubungannya dengan para muridnya harus memuaskan bagi kedua belah pihak.

Selain peran sekolah dan guru, peran bimbingan konseling juga dapat membantu penanggulangan ijime. Adapun yang dapat dilakukan oleh bimbingan konseling sekolah adalah pemberian bimbingan konseling kepada siswa sebagai pelaku dan penderita ijime, atau guru – guru dan staf sekolah sebagai pelaku bisa saja dengan konseling kelompok atau konseling individual.

Pendekatan yang dapat digunakan dalam bimbingan konseling di sekolah adalah pendekatan perilaku, pendekatan berpusat pada pribadi, pendekatan transaksi analitis, dan pendekatan humanistik.

Terakhir, pihak yang juga berperan dalam penanggulangan ijime adalah pemerintah. Tindakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam menanggulangi ijime adalah :

1. Membuat peraturan dan undang – undang tentang ijime. 2. Membuat program kebijakan anti ijime.

3. Perekrutan guru yang semakin ketat yang disertai dengan evaluasi kinerja guru setiap kurun waktu tertentu.

(20)

4. Membatasi dan mengurangi berita atau tayangan yang terkait dengan tindak kekerasan atau ijime yang dimuat di media massa.

4.2 Saran

Berdasarkan penjelasan dalam skripsi ini, maka dapat disarankan antara lain :

1. Setiap siwa diharapkan memiliki kesadaran diri dan kepribadian yang kuat dan keterbukaan kepada orang tua agar mampu mencegah tindakan

ijime terjadi pada dirinya.

2. Setiap sekolah mengadakan rencana pengamanan sekolah dengan tujuan untuk memastikan keberadaan perlindungan terhadap siswa dari kekerasan yang berhubungan di dalam dan sekitar lingkungan sekolah. Perencanaan dan pengamanan sekolah menetapkan garis besar urutan – urutan yangdilakukan secara proporsional sesuai peningkatan ancaman terhadap keselamatan sekolah yang diakibatkan oleh tindakan ijime. 3. Untuk menanggulangi ijime sebagai bentuk penyimpangan yang

dilakukan oleh para siswa, dibutuhkan sejumlah pendekatan yang digabungkan antara berbagai campur tangan yang diarahkan kepada pelaku individual dengan tindakan – tindakan yang ditempatkan pada tingkat organisasi (sekolah), tingkat antar kelompok (kelas – kelas), dan tingkat antar pribadi (individu).

4. Sebagai orang tua hendaknya mampu mendidik dan mengasuh anak dengan penuh kasih sayang, perhatian dan cinta kasih. Orang tua juga harus memberikan pengawasan yang lebih terhadap kegiatan dan

(21)

keberadaan anak mereka dan dengan siapa mereka berteman. Selain itu juga, orang tua dituntut untuk mampu menyediakan waktu mereka bagi anak mereka dan mengatur peraturan tentang tanggung jawab kepada anak – anak mereka.

5. Sekolah hendaknya mengadakan pertemuan oleh orang tua murid dan guru (tentang keadaan di rumah dan di sekolah) yang membahas tentang

Referensi

Dokumen terkait

Penulis membatasi ruang lingkup penulisan Tugas Akhir (TA) ini pada penerapan aplikasi e-learning berbasis web sebagai media pembelajaran bahasa Inggris untuk

Orientasi rekahan alami pada lapisan batubara Pangadang-A memiliki arah face cleat N 50°E dan butt cleat N 135°E berada pada area dengan struktur geologi berupa sesar

Terdapat beberapa hal yang mendorong mun- culnya sistem borongan, antara lain: (1) jadwal tanam secara serentak untuk meng- hambat serangan hama wereng dan tikus

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Okey sekarang kita mulai, kaka minta tutup mata adik secara berlahan, rasakan seluruh tubuh adik sangat rileks dan nyaman, bayangkan adik disebuah pantai dengan

P-2 Saudara-saudara, disilakan berdiri jika memungkinkan. Mari menyerahkan persembahan kita dalam doa kepada Tuhan. Ya Tuhan, kami mengucap syukur dengan memberi persembahan

Bentuk penggunaan lahan yang terdapat pada sistem dusung di Desa Wakal dan Hatu terdiri dari; ladang dan kebun monokultur dengan pola penanaman tumpangsari dan monokultur

Fenomena memburuknya sumber daya manusia (SDM) yang suda di paparkan di atas menjadi seharusnya bisa menjadi pemicu masyarakat untuk mengangkat kembali pembelajaran bahasa