• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL OBSERVASI. 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL OBSERVASI. 1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu : 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

HASIL OBSERVASI

No Aspek yang Diamati Keterangan

1 Lokasi Sawah tempat panen padi dan rumah tempat bawon berada di 2 lingkungan yaitu :

1. Lingkungan Kemantenan Sari 2. Lingkungan Daleman Asri. 2 Waktu 06, 20, 27 Januari 2013

3 Profil Lokasi Penelitian Desa Mungseng merupakan sebuah Desa yang sebagian besar luas wilayahnya tanah persawahan dan tanah perkebunan. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian petani dan tanaman padi menjadi komoditas utama para petani selain tanaman tembakau. Di Desa tersebut terdapat 2 lingkungan yang mayoritas warganya menjadi petani dan buruh tani.

4 Panen (derep) Sebelum panen dilaksanakan, petani pemilik atau penggarap sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek’an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan.

5 Bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka

(3)

pemilik akan langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani.

(4)

HASIL OBSERVASI

Waktu : 06 Januari 2013/pukul 08.00 WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Nuryani

Lingkungan Daleman Asri Mungseng Temanggung

No Aspek yang diamati Keterangan

1 Tempat penelitian sawah Bapak Nuryani, Lingkungan Daleman Asri Mungseng Temanggung memiliki luas 600 m3

2 Status kepemilikan Petani penggarap

3 Penderep Berjumlah 15 orang, yang merupakan

tetangga terdekat.

4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, penggarap sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek’an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan.

5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka pemilik akan langsung bawoni

(5)

dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Hanya saja untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan timbangan, artinya pemilik sawah langsung menimbang hasil derep tiap penderep dengan perbandingan 5 : 1.

6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 600 m3 dengan benih padi jenis mentik wangi setiap periode panennya memperoleh hasil bersih 2 ton padi. Bila dijual sesuai harga pasaran gabah saat ini yaitu Rp.1300 per kg, maka total pendapatannya Rp. 2.600.000. Dengan catatan itu belum dibagi 2 dengan penggarap sawah.

(6)

HASIL OBSERVASI

Waktu : 20 Januari 2013/pukul 08.00 WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Sutaryono

Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung

No Aspek yang diamati Keterangan

1 Tempat penelitian sawah Bapak Sutaryono, Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung memiliki luas 1000 m3

2 Status kepemilikan Petani pemilik

3 Penderep Berjumlah 15 orang, yang merupakan

tetangga terdekat.

4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, pemilik sawah memberitahukan kepada para tetangga yang dulunya disuruh menanam padi untuk kembali memanen padi yang telah mereka tanam sesuai dengan bek’an atau bagian. Para penderep biasanya mengajak anggota keluarganya agar pekerjaan cepat selasai. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan. 5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah penderep

selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik

(7)

sawah maka pemilik akan langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan takaran, artinya pemilik sawah membagi hasil derep tiap penderep dengan ditakar menggunakan wadah atau baskom kecil dengan perbandingan 5 : 1.

6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 1000 m3 dengan benih padi jenis 64 setiap periode panennya memperoleh hasil bersih 2,8 ton padi. Bila dijual sesuai harga dipasaran gabah saat ini yaitu Rp.1400 per kg, maka total pendapatannya Rp. 3.920.000.

(8)

HASIL OBSERVASI

Waktu : 27 Januari 2013/pukul 08.00 WIB Tempat Penelitian : sawah Bapak Suharno

Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung

No Aspek yang diamati Keterangan

1 Tempat penelitian sawah Bapak Suharno, Lingkungan Kemantenan Sari Mungseng Temanggung memiliki luas 1200 m3

2 Status kepemilikan Petani pemilik

3 Penderep Berjumlah 10 orang, yang merupakan buruh panen.

4 Proses panen/derep Sebelum panen dilaksanakan, pemilik sawah mencari tenaga/buruh panen. Biasanya buruh panen padi berasal dari luar desa pemilik sawah. Untuk sistem panen ini biasanya dinamakan kroyokan. Dimana penderep yang notabene sebagai buruh panen hanya dibatasi 10 orang saja. Pelaksanaan panen padi diawali dengan pemotongan batang padi menggunakan sabit. Setelah semua batang selesai dipotong, batang padi dirontokkan menggunakan batu besar atau balok kayu. Untuk selanjutnya bila padi selesai digebuk atau dirontokkan dimasukkan ke dalam bagor atau karung beras. Apabila semua padi sudah dimasukkan maka para buruh tani akan mengangkut ke rumah pemilik sawah untuk dikumpulkan dan di bawonkan.

5 Proses bawon Proses bawon dilakukan setelah para penderep selesai memanen padi dan mengumpulkan hasil derepnya kedalam karung atau bagor. Dengan cara diangkut ke rumah pemilik sawah maka pemilik akan

(9)

langsung bawoni dengan cara membagi padi dengan perbandingan 5:1 artinya apabila buruh tani mendapat derep 60 kg maka yang 50 kg akan diperoleh petani dan 10 kg untuk buruh tani. Untuk pelaksanaan bawon di rumah pemilik ini cara bawonnya menggunakan takaran, artinya pemilik sawah membagi hasil derep tiap penderep dengan ditakar menggunakan wadah atau baskom kecil dengan perbandingan 5 : 1.

6 Hasil panen Menurut pemilik sawah untuk sawah yang luasnya 1200 m3 dengan benih padi jenis 64 setiap periode panennya memperoleh hasil 3,2 ton padi. Bila dijual sesuai harga dipasaran gabah saat ini yaitu Rp.1400 per kg, maka total pendapatannya Rp. 4.480.000.

(10)

PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Desa Mungseng Kecamatan Temanggung

1. Tradisi apa saja yang masih bertahan di desa Mungseng?

2. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur?

3. Tananam apa saja yang ditanam petani desa Mungseng pada musim penghujan?

4. Bagaimanakah sistem pertanian pada tanaman padi yang ada di desa Mungseng?

5. Bagaimana sistem pengupahan pertanian yang ada di desa Mungseng? 6. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa

Mungseng?

7. Apakah yang anda ketahui tentang sistem bawon di desa Mungseng? 8. Bagaimana pelaksanaan kegiatan sistem bawon di desa Mungseng?

9. Apakah terdapat dokumen atau catatan resmi tentang sistem bawon di desa Mungseng?

10. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon?

11. Apakah sistem bawon sesuai dengan kondisi dan kultur/corak masyarakat desa Mungseng?

12. Bagaimana peran pemerintah desa terhadap pelaksanaan sistem bawon? 13. Bagaimana upaya pemerintah desa dalam melestarikan tradisi bawon di

(11)

14. Bagaimana upaya pemerintah desa apabila terjadi perselisihan antara petani dengan buruh tani?

B. Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Mungseng

1. Apakah petani di desa Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

2. Bagaimana awal mula (sejarah) tentang tradisi bawon di desa Mungseng? 3. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual

sebelum panen atau tandur?

4. Bagaimana tahap-tahap dalam menanam padi?

5. Pada tahap pembajakan tanah apa masih menggunakan sapi atau sudah menggunakan mesin traktor?

6. Bagaimana cara memupuk tanaman padi yang baik?

7. Setelah pemupukan bagaimana proses membersihkan gulma di desa Mungseng?

8. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon yang ada di desa Mungseng?

9. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng?

10. Bagaimana keterlibatan Gapoktan dalam pelaksanaan sistem bawon?

11. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon?

12. Apakah ada standarisasi pengupahan pada sistem bawon?

13. Apakah kelebihan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

(12)

14. Apakah pernah terjadi perselisihan antar petani/buruh tani dalam sistem bawon?

15. Bagaimana upaya penyelesaian perselisihan tersebut? C. Petani Pemilik Sawah/Penggarap

1. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam?

2. Apakah petani mungseng masih menggunakan pranata mangsa dalam menentukan hari tanam padi?

3. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi?

4. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor?

5. Bagaimana cara menanam bibit padi?

6. Apakah masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? 7. Sejak kapan menggunakan sistem bawon?

8. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon?

9. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? 10. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan?

11. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

12. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon?

13. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

14. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain?

(13)

15. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? D. Buruh Tani

1. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya?

2. Bagaimana cara menanam bibit padi?

3. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng? 4. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng?

5. Bagaimana tata cara sistem bawon yang pernah anda kerjakan? 6. Apakah sering mendapatkan order menanam padi?

7. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? 8. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon?

9. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon? 10. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon?

11. Apakah ada sistem pengupahan yang lain, selain sistem bawon? 12. Bagaimana pendapat anda terkait sistem selain bawon tersebut? 13. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng?

14. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya?

(14)

TRANSKRIP WAWANCARA

A. Kepala Desa Mungseng Kecamatan Temanggung 1. Identitas Diri

a. Nama : Susilo b. Usia : 48 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 09.00 WIB/28 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Tradisi apa saja yang masih bertahan di desa Mungseng?

Jawab : tradisi yang masih bertahan di desa Mungseng adalah tradisi bawon, wiwit, sadranan, bersih desa, dll.

b. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur?

Jawab: kalau slametan masih ada, selametan berasal dari kata slamet yang artinya selamat dan terhindar dari aral rintangan. Bentuk slametan berupa genduren atau bancakan. Semua tradisi yang masih ada selalu diikuti dengan bancakan contohnya sadranan, muludan, selikuran, ariyoyo. Kalua ritual sebelum panen biasanya disebut dengan wiwit yaitu membuat sajen seperti megono dan ingkung, buah-buahan dan jajanan pasar, setelah itu sajen dibawa ke sawah saat malam sebelum panen ditengah sawah petani membakar menyan dan berdoa kepada Gusti Allah dan Dewi Sri agar padinya aman dan memperoleh panen yang banyak.

c. Tananam apa saja yang ditanam petani desa Mungseng pada musim penghujan?

Jawab: rata-rata pada musim penghujan para petani di desa Mungseng menanam padi, karena selain air yang melimpah bila hujan tiba, menanam padi adalah tanaman yang wajib ditanam bagi petani desa Mungseng. Sekitar 80% petani desa Mungseng akan menanam padi, 20% sisanya biasanya akan menanam sayur-sayuran.

d. Bagaimanakah sistem pertanian pada tanaman padi yang ada di desa Mungseng?

Jawab: sistem pertanian di desa Mungseng sudah mengalami perubahan, terkait dengan sistem pertanian pada penanaman padi hingga panen padi, contohnya bila dahulu pada saat derep para petani menggunakan ani-ani tetapi sekarang sudah menggunakan sabit untuk memotong padi. Dahulu juga semua menggunakan sistem bawon, sekarang sudah ada yang beralih ke sistem tebasan.

(15)

e. Bagaimana sistem pengupahan pertanian yang ada di desa Mungseng? Jawab: ya itu ada yang menggunakan sistem bawon, ada juga yang menggunakan sistem tebasan. Tetapi rata-rata masih menggunakan sistem bawon, walaupun beda-beda dalam pemberian takaran.

f. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng?

Jawab: hubungan mereka relatif sama, artinya sama atau sejajar hampir tidak seperti bos dengan anak buahnya. Hal itu mungkin karena adanya hubungan kedekatan antara petani dengan buruh tani. Biasanya mereka hanya bertetangga dekat atau bahkan masih kerabatnya.

g. Apakah yang anda ketahui tentang sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: menurut saya sistem bawon adalah pemberian upah dengan hasil padi yang diperoleh para penderep sesuai dengan pembagian dengan cara perbandingan 5:1.

h. Bagaimana pelaksanaan kegiatan sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: pelaksanaannya dimulai dari para buruh tani disuruh menanam padi dulu, menjelang masa panen buruh tani yang dulunya disuruh menanam padi disuruh kembali untuk ikut derep, setelah itu hasil panen dari tiap penderep dibawa ke rumah pemilik sawah untuk di bawonkan.

i. Apakah terdapat dokumen atau catatan resmi tentang sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: untuk sistem bawon tidak ada dokumen atau catatan resmi, karena sistem bawon merupakan tradisi petani Mungseng secara turun-temurun.

j. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon?

Jawab: selain bawon ada cara lain yaitu dengan sistem tebasan, tetapi setahu saya hanya ada beberapa petani tertentu yang sudah menggunakan sistem tersebut.

k. Apakah sistem bawon sesuai dengan kondisi dan kultur/corak masyarakat desa Mungseng?

Jawab: sistem bawon sangat sesuai dengan kultur masyarakat mungseng, karena sistem ini masih sangat kental dengan nuansa kebersamaan ddan kekeluargaan.

l. Bagaimana peran pemerintah desa terhadap pelaksanaan sistem bawon?

Jawab: peran pemerintah desa selalu mendukung dan ikut menjaga kelestarian tradisi tersebut.

(16)

m. Bagaimana upaya pemerintah desa dalam melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng?

Jawab: upaya pemerintah desa dalam melestarikanya yaitu dengan cara menjadi fasilitator apabila ada kegiatan penyuluhan pertanian. n. Bagaimana upaya pemerintah desa apabila terjadi perselisihan antara

petani dengan buruh tani?

Jawab: selama ini belum pernah ada atau terjadi perselisihan antara petani dengan buruh tani terkait dengan sistem bawon, kalau toh ada perselisihan mereka pasti langsung menyelesaikan secara kekeluargaan. Artinya tidak pernah dibawa sampai ke kantor Kepala desa.

(17)

B. Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Mungseng Kecamatan Temanggung

1. Identitas Diri

a. Nama : Jahroni b. Usia : 55 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 13.00/28 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apakah petani di desa Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

Jawab: rata-rata petani disini masih memakai pranatamangsa, karena masih percaya dengan perhitungan Jawa. Perhitungan ini juga biasanya tepat sesuai dengan kebiasaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang kami. Seperti pada tahun ini menurut saya waktu tanam padi yang paling baik sekitar tanggal 15-25 Desember kalau ingin menanam padi yang berumur pendek antara 90-100 hari.

a. Bagaimana awal mula (sejarah) tentang tradisi bawon di desa Mungseng?

Jawab: kalau setahu saya sistem bawon ini sudah ada sejak nenek saya, jadi menurut saya walaupun tidak ada catatan sejarahnya, sistem ini sudah ada sejak nenek moyang di desa Mungseng ini.

b. Terkait dengan tradisi bawon apakah ada acara slametan atau ritual sebelum panen atau tandur?

Jawab: ada yaitu ritual wiwit yaitu membawa sesaji ke sawah dan memohon doa ke Gusti Allah agar padinya aman dari hama dan laku dijual. Selain itu wiwit juga merupakan bentuk sikap gotong-royong pada lingkungan sekitar, karena paginya para buruh tani/penderep saling bekerjasama dan bahu-membahu panen padi di sawah pemilik sawah atau yang punya hajat wiwit.

c. Bagaimana tahap-tahap dalam menanam padi?

Jawab: pertama kali petani harus menyiapkan benih padi dan tempat persemaian bibit, kemudian mengolah lahan untuk menanam padi dengan cara dicangkul dan dibajak menggunakan hewan atau traktor. Apabila sudah berumur 7-10 hari dilakukan pemupukan dan pembersihan gulma (matun).

d. Pada tahap pembajakan tanah apa masih menggunakan sapi atau sudah menggunakan mesin traktor?

Jawab: kalau di desa Mungseng saat ini rata-rata sudah menggunakan traktor. Akantetapi saya sendiri masih menggunakan tenaga sapi karena petani bisa berinteraksi dengan hewan peliharaannya, hewan

(18)

tersebut bisa mengeluarkan kotoran dan air kencingnya. Kotoran tersebut bisa menjadi pupuk organik bagi sawah. Hewan ternak tersebut sebenarnya merupakan tabungan bagi petani pemiliknya. Setiap waktu ternak tersebut akan bertambah besar dan jika petani tersebut pandai, ternak akan berkembang biak dan sewaktu-waktu petani membutuhkan uang dia bisa saja menjual ternaknya.

e. Bagaimana cara memupuk tanaman padi yang baik?

Jawab: pemupukan pertama pada umur 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk NPK sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan pada umur 20 hari menggunakan pupuk NPK sebanyak 150 kg/ha dan urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan pada umur 35 hari dengan menggunakan pupuk NPK sebanyak 250 kg/ha. Pupuk untuk daun dengan kandungan nitrogen tinggi diberikan pada umur 14 hari dengan konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan phospat dan kalium tinggi diberikan pada umur 30-45 hari setelah tanam.

f. Setelah pemupukan bagaimana proses membersihkan gulma di desa Mungseng?

Jawab: gulma tanaman padi biasanya tumbuh bersama dan berdampingan dengan tanaman padi, untuk membersihkan gulma ini para petani desa Mungseng biasanya menyebutnya dengan matun. Matun adalah proses menyiangi atau cara membersihkan gulma atau tanaman pengganggu pada tanaman padi. Gulma-gulma dan hama-hama perlu diberantas dan dibuang agar tidak mengurangi sari makanan yang mendukung pertumbuhan tanaman padi.

g. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon yang ada di desa Mungseng? Jawab: pelaksanaanya didahului dengan proses penanaman padi oleh beberapa orang biasanya tetangga-tetangga dekat pemilik sawah yang diberi bek’an atau bagian petak sawah, kemudian kalau sudah waktunya panen mereka disuruh derep dan hasilnya derepnya dibawonkan ke pemilik sawah dengan perbandingan takaran. Biasanya perbandingannya 5:1 atau 4:1.

h. Bagaimana hubungan antara petani dengan penggarap/buruh tani di desa Mungseng?

Jawab: dalam pekerjaan hubungan petani dengan buruh tani tidak kelihatan seperti majikan dengan buruhnya, karena biasanya mereka juga saling bertetangga dekat.

(19)

Jawab: keterlibatanya hanya sebatas memberikan pengarahan dan penyuluhan terhadap para petani, kalau terlibat langsung dalam pelaksanaannya tidak.

j. Apakah ada sistem pengupahan lain disamping sistem bawon?

Jawab: ada, yaitu sistem tebasan. Sistem ini sudah mulai berlaku di desa Mungseng, terutama oleh petani yang mempunyai lahan banyak dan bukan penduduk asli Mungseng karena mereka cenderung ingin mendapatkan hasil yang banyak secara efisien.

k. Apakah ada standarisasi pengupahan pada sistem bawon?

Jawab: tidak ada, pengupahan secara bawon hanya didasarkan pada kebiasaan lama dan yang berlaku umum di masyarakat desa.

l. Apakah kelebihan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

Jawab: kelebihannya sistem bawon bisa berbagi rezeki dengan orang lain, terutama tetangga dekat. Karena bagi masyarakat desa tetangga menjadi sangat penting setelah keluarga, disaat senang maupun susah tetanggalah yang paling dahulu terlibat dengan kita.

m. Apakah pernah terjadi perselisihan antar petani/buruh tani dalam sistem bawon?

Jawab: alhamdulillah tidak pernah terjadi perselisihan, karena kebiasaan masyarakat desa yang mempunyai rasa kekeluargaan dan kerukunan yang tinggi.

n. Bagaimana upaya penyelesaian perselisihan tersebut?

Jawab: apabila ada perselisihan pasti mereka akan menyelesaikan dengan cara kekeluargaan tanpa ada rasa dendam.

(20)

C. Petani Pemilik Sawah 1. Identitas Diri

a. Nama : Yoso Dimedjo b. Usia : 65 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 13.00 WIB/29 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam?

Jawab: biasanya saya menanam tembakau, karena tembakau menjadi tanaman yang utama di Temanggung.

b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

Jawab: masih, menurut saya waktu tanam yang baik pada tahun ini sekitar Februari, saat angin bertiup kencang dan hujan turun deras, tanaman padi mereka tetap tumbuh kokoh. Pengalaman selama ini, jika padi terlambat ditanam, padi akan roboh. Usia padi yang muda membuat akar tanaman belum mampu menopang daun dan batang di atasnya. Sebaliknya jika terlalu dini ditanam, padi akan roboh karena padi mulai menua dan berbunga sehingga membuat bagian atas tanaman lebih berat.

c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi?

Jawab: secara ringkas pertama kali harus membuat benih padi, mengolah lahan, memupuk, matun, dan panen.

d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor?

Jawab: saya sudah menggunakan mesin traktor, karena pekerjaan membajak jadi cepat selesai dan biayanya pun lebih irit dibanding dengan tenaga hewan.

e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: tidak, saya memakai tebasan, karena saya sudah tua, jadi langsung saya tebaskan.

f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon?

Jawab: kalau dulu bawon itu sudah sejak nenek moyang saya. g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon?

Jawab: menurut saya bisa menolong tetangga, memberi rizki untuk tetangga dan bisa saling menjaga kerukunan. Tetapi bukan berarti saya tidak mau membantu sesama, tetapi lebih karena pribadi saya yang sudah tidak kuat mengurus sawah.

(21)

h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: biasanya ada sistem kroyokan dan tebasan, tapi kalau saya memakai tebasan.

i. Bagaimana sistem tebasan yang anda terapkan?

Jawab: ketika padi menjelang panen, saya mencari penebas padi, selanjutnya penebas menghitung luas padi dan melihat tanaman padi dan tawar-menawar dengan saya.

j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kadang sering tidak bersih gabahnya karena mereka sering tergesa-gesa saat derep. Kadang juga bisa basah kena air hujan kalau ketika derep ada yang berangkat sore hari.

k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: kadang cuaca yang tidak menentu, kadang hasil panen yang tidak bersih, gabah tidak bisa langsung dijual karena masih harus menunggu terkumpul dari para penderep.

l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem tebasan dibanding dengan sistem bawon?

Jawab: kalau dengan bawon sawah saya yang kurang lebih 900 m3 mendapat hasil bersih 2,5 ton kadang hanya 2 ton. Kalau pakai sistem tebasan rata-rata 2 ton lebih dan langsung tunai dibayar oleh penebas. m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan

sistem tebasan?

Jawab: kalau saya lebih untung memakai tebasan, karena saya tidak repot-repot harus menunggu derep dan bawoni. Yang ada begitu ada pembeli langsung dibayar kontan.

1. Identitas Diri

a. Nama : Sutaryono b. Usia : 45 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 15.00 WIB/29 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam?

Jawab: tidak mesti mas, kadang cabai, tomat, jagung, tergantung pasaran apa yang sekarang sedang laku. Tetapi yang paling utama pasti saya menanam tembakau.

(22)

b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

Jawab: rata-rata masih menggunakan, karena itu adalah peninggalan nenek moyang kami. Dengan pranatamangsa hasil perkiraan cuaca dan musim tanam tidak kalah tepat dibanding dengan cara modern sekarang.

c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi?

Jawab: pertama saya menyiapkan lahan sembari membuat bibit, kemudian proses penanaman saya menyuruh tetangga untuk tandur, setelah berumur langsung saya kasih pupk NPK, bila ada rumput liar saya menyuruh buruh tani untuk matun membersihkan rumput liar. Setelah waktu panen tiba saya suruh kembali tetangga yang ikut tandur untuk derep dan bawon.

d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor?

Jawab: saya sudah memakai jasa mesin traktor, karena pengerjaannya cepat selesai, tidak sampai dua hari untuk lahan sekitar 300 m3 selesai dibajak. Kalau menggunakan tenaga sapi bisa sampai dua hari.

e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: mulai tahun ini sudah tidak saya bawonkan karena saya sudah memakai tebasan.

f. Sejak kapan menggunakan sistem tebasan?

Jawab: kira-kira sejak dua tahun yang lalu saya berganti ke sistem tebasan.

g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon?

Jawab: manfaatnya bisa saling memberi, saling tolong-menolong, gotong-royong.

h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: selain sistem bawon ada sistem tebasan, makanya say lebih memilih tebasan.

i. Bagaimana sistem tebasan yang anda terapkan?

Jawab: biasanya semua pekerjaan dari mulai tanam sampai menjelang panen saya buruhkan ke buruh tani, saya hanya merawat dan mengawasi saja. Bila panen tiba saya menhubungi penebas untuk menebas padi saya. Jika kesepakatan harga sudah tercapai, ya saya langsung lepas ke penebas.

j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

(23)

Jawab: kelebihannya kita bisa menolong para tetangga dengan cara memberi upah dengan hasil panen berupa gabah. Kekurangannya kadang hasilnya tidak terlalu banyak karena sudah kepotong bawon. k. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon

dibanding dengan sistem tebasan?

Jawab: kalau dulu bawon saya mendapatkan hasil bersih 2,8 ton. Malah pernah hanya mendapat 2 ton untuk sawah seluas 1000 m3. Tapi kalau dengan tebasan rata-rata saya mendapatkan hasil 3 ton dikali dengan harga gabah saat ini.

l. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem tebasan?

Jawab: jelas lebih untung tebasan, karena saya tidak ribet dalam proses mulai tanam sampai derep.

m. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: sebenarnya kalau untuk kepentingan bersama memang bawon cocok dan perlu sekali dilestarikan, hanya saja faktor-faktor yang lain seperti berkurangnya tenaga yang mau disuruh bawon dan terkesan seenaknya dalam pekerjaan derep maka saya hanya memakai tebasan saja.

1. Identitas Diri

a. Nama : Nuryani b. Usia : 60 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 12.00 WIB/30 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam?

Jawab: tidak menentu, kadang tanaman biji-bijan seperti jagung atau kacang, tetapi seringnya saya menanam tembakau bila musim kemarau.

b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

Jawab: saya masih menggunakannya, karena sudah menjadi kebiasaan petani disini memakai perhitungan pranatamangsa dalam menentukan waktu tanam.

c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi?

Jawab: pertama-pertama saya merendam benih padi dan disebar di lahan pembenihan, sambil menunggu benih padi tumbuh saya membuat lahan untuk tanam padi dengan cara dicangkul dan di bajak,

(24)

bila bibit padi sudah siap langsung ditanam oleh tetangga-tetangga dekat.

d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor?

Jawab: sudah memakai mesin traktor, agar lebih cepat prosesnya dan tidak makan biaya banyak.

e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: iya saya masih pakai bawon mas, karena sudah kebiasaan disini.

f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon?

Jawab: sudah sejak dulu bapak saya dan kakek saya selalu pakai bawon.

g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon?

Jawab: manfaatnya bisa membantu sesama, terutama tetangga dekat, dengan cara memberikan pekerjaan dan hasil panen padi.

h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: kalau tidak salah ada tebasan, tetapi sedikit yang memakai sistem itu.

i. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan?

Jawab: ya seperti biasa, tetangga saya suruh tandur kemudian waktu panen mereka saya suruh derep dan bawon dengan perbandingan 5:1 dengan takaran mangkuk atau baskom kecil.

j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kadang sering tidak bersih gabahnya karena mereka sering tergesa-gesa saat derep.

k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: kadang cuaca yang tidak menentu, kadang hasil panen yang tidak bersih.

l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

Jawab: kalau dengan bawon sawah saya yang sekitar 600 m3 mendapat hasil bersih 2 ton kadang cm 1,8 ton. Kalau pakai sistem yang lain saya belum pernah.

m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain?

(25)

n. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: ya sebagai petani saya harus selalu menggunakan sistem bawon, agar tradisi ini selalu terjaga samapi anak cucu.

1. Identitas Diri

a. Nama : Suharno b. Usia : 58 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 14.00 WIB/30 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apabila musim kemarau tiba, tanaman apa yang bapak tanam?

Jawab: saya tetap menanam padi dan diselingi sayur-sayuran, karena selain sawah saya dekat dengan aliran sungai, tanaman padi itu juga mudah cara merawatnya.

b. Apakah petani Mungseng masih menggunakan pranatamangsa dalam menentukan hari tanam padi?

Jawab: masih, karena pranatamangsa adalah pedoman perhitungan hari tanam berdasarkan penanggalan Jawa. Pranatamangsa juga tidak kalah akurat dengan BMKG.

c. Apa saja tahap-tahap dalam menanam padi?

Jawab: pertama-pertama saya merendam benih padi dan disebar di lahan pembenihan, sambil menunggu benih padi tumbuh saya membuat lahan untuk tanam padi dengan cara dicangkul dan di bajak, bila bibit padi sudah siap langsung ditanam oleh buruh tanam yang saya kasih upah harian.

d. Pada tahap pembajakan sawah, apakah masih menggunakan sapi atau kerbau atau sudah menggunakan mesin traktor?

Jawab: memakai traktor, selain cepat pengerjaannya, biayanya kalau dihitung-hitung menjadi lebih sedikit dibanding dengan hewan.

e. Apakah anda masih menggunakan sistem bawon saat panen padi? Jawab: masih, tetapi berbeda dengan bawon yang lain yang tenaga tandur dan derepnya oleh tetangga-tetangga dekat. Kalau ditempat saya menggunakan sistem kroyokan yang hanya dikerjakan oleh satu kelompok berisi 5-10 orang saja saat tandur dan derep, saat pembagian upahnya tetap memakai bawon tapi perbandingan pembagian hasilnya yang berbeda.

f. Sejak kapan menggunakan sistem bawon?

(26)

g. Apakah manfaat menggunakan sistem bawon?

Jawab: secara sosial manfaatnya bisa membantu tetangga dekat. Bisa menolong sesama yang masih kekurangan.

h. Apa saja sistem pengupahan yang digunakan selain sistem bawon? Jawab: ada tebasan dan kroyokan.

i. Bagaimana sistem bawon yang anda terapkan?

Jawab: pada awal proses menanam padi dan saat derep saya menyuruh 5-10 orang buruh tani untuk mengerjakannya dengan diberi upah harian. Jika derep sudah selesai dan padi terkumpul di rumah saya maka istri saya akan membagi hasilnya dengan bawon, tetapi perbandingannya 9:1 untuk buruh tadi.

j. Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem bawon saat panen padi?

Jawab: kelebihannya bisa menolong para tetangga, kekurangannya kalau tetangga-tetangga yang disuruh derep maka hasilnya kadang kurang bersih dan tidak tepat waktu. Yang membuat kualitas gabahnya kurang bagus.

k. Hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan sistem bawon? Jawab: faktor cuaca yang tidak menentu, dan tidak ketepatan waktu saat derep.

l. Berapa hasil pendapatan apabila menggunakan sistem bawon dibanding dengan sistem pengupahan yang lain?

Jawab: kalau dengan bawon biasa sawah saya yang sekitar 1200 m3 mendapat hasil bersih 3 ton. Tetapi kalau pakai pakai bawon yang kroyokan kurang lebih saya mendapatkan 3-3,5 ton.

m. Manakah yang lebih menguntungkan antara sistem bawon dengan sistem pengupahan yang lain?

Jawab: lebih menguntungkan dengan sistem kroyokan.

n. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bawon di desa Mungseng? Jawab: sebagai petani di desa Mungseng saya harus ikut menjaga tradisi bawon, agar tradisi ini tidak dimakan jaman.

           

(27)

D. Buruh Tani 1. Identitas Diri

a. Nama : Hadi Prayitno b. Usia : 68 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 08.00 WIB/29 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya?

Jawab: tidak, anak-anak saya tidak mau bekerja disawah, tetapi sekolah juga hanya sampai bangku SMP karena saya tidak mempunyai biaya untuk melanjutkan ke bangku SMA. Anak saya juga tidak mau melanjutkan sekolah, karena merasa kasian kepada orang tua dan sekarang dia bekerja di meubel di luar kota.

b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah?

Jawab: cara menanamnya yaitu dengan berjalan mundur sesuai garis dan jarak antar tanaman yang sama.

c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: setelah selesai derep, padi dimasukkan kedalam bagor dan dibawa ke rumah yang punya sawah, biasanya yang bawoni adalah istri pemilik sawah dengan cara dibagi dengan rantang dengan perbandingan 5:1 atau 6:1.

d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah ada sejak simbah-simbah saya.

e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi?

Jawab: sering, karena saya yang sering disuruh warah-warah ke tetangga oleh pemilih sawah.

f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon? Jawab: ya itu dengan perbandingan 5:1 atau 6:1.

g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon?

Jawab: biasanya tiap bek’an mendapatkan hasil bersih 5 sampai 6 kg. h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon?

Jawab: kadang hari panen yang tidak sesuai dengan waktu luang saya. i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon?

Jawab: kelebihannya dapat mendapat gabah tanpa punya sawah sendiri, kekurangannya kadang saya tidak sempat untuk ikut derep. j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke

(28)

Jawab: kalau saya ingin pakai bawon terus, karena agar saya bisa mendapat gabah atau beras tanpa membeli.

k. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon?

Jawab: ya kalau disuruh ikut tandur dan derep harus langsung mau, karena ada yang sering tidak mau.

1. Identitas Diri

a. Nama : Suyamah

b. Usia : 48 tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Waktu : 10.00 WIB/29 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya?

Jawab: anak-anak saya sudah tidak mau bekerja disawah, sekolahnya juga hanya sampai SD karena tidak mampu membiayai untuk melanjutkan sekolah. Sekarang bekerja sebagai tukang batu.

b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah?

Jawab: dengan berjalan mundur secara pelan-pelan sesuai dengan urutannya.

c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: bila hasil derepan sudah terkumpul di bagor, selanjutnya dibawa ke rumah pemilik sawah, kemudian tiap orang minta bawon dengan cara dibagi menggunakan perbandingan 5:1 atau 6:1.

d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: sudah lama sekali, setahu saya orang tua saya dulu sudah ikut bawon.

e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi?

Jawab: dahulu sering, tapi akhir-akhir ini sudah jarang karena sudah banyak yang ditebaskan.

f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon?

Jawab: dengan ditakar atau langsung ditimbang menggunakan baskom kecil.

g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon?

(29)

h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon?

Jawab: cuaca yang kurang mendukung, mengakibatkan hari panen jadi bertambah.

i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon?

Jawab: kelebihannya dapat mendapat gabah tanpa punya sawah sendiri, kekurangannya kadang saya tidak sempat untuk ikut derep. j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke

sistem yang lain?alasannya?

Jawab: kalau saya masih ingin mendapatkan bawon terus, karena agar saya bisa mendapat gabah atau beras tanpa membeli.

k. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon?

Jawab: kalau disuruh ikut tandur dan derep pasti berangkat dan bekerja dengan baik sesuai dengan hasilnya yang akan didapat.

l. Identitas Diri

a. Nama : Surami

b. Usia : 45 tahun c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Waktu : 09.00 WIB/ 30 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Apakah anak-anak bapak atau ibu juga mengikuti ibu atau bapak menjadi seorang buruh tani atau petani yang bekerja disawah atau masih melanjutkan sekolah dan bekerja yang lainnya?

Jawab: anak saya tidak mau bekerja di sawah, dia saya larang menjadi seperti saya, kalau bisa menjadi lebih dari saya.

b. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah?

Jawab: tandur itu nata mundur, artinya menata atau menanam padi dengan mundur kebelakang agar tidak terinjak-injak.

c. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: padi hasil derep dikumpulkan ke rumah pemilik sawah dan dibagi dengan perbandingan 9:1.

d. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah sejak nenek saya ikut bawon.

e. Apakah sering mendapatkan order menanam padi?

Jawab: lumayan sering, apalagi saya sudah bekerja lama di tempat salah satu petani, jadi saya yang sering mencari orang untuk buruh tandur dan derep.

(30)

f. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon?

Jawab: perhitungannya yaitu dengan cara dibagi antara pemilik sawah dan buruh derep dengan perbandingan 9:1.

g. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon?

Jawab: kadang kalau padinya aman dari hama rata-rata tiap orang dalam satu kelompok mendapat 10 sampai 15 kg.

h. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon?

Jawab: terkait cuaca yang tidak tentu yang mengakibatkan waktu panen menjadi lama. Harusnya satu hari saja selesai derep, jika hujan akan mendai dua hari lamanya.

i. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon?

Jawab: kelebihannya yan terasa terbantu karena dapat gabah tanpa harus membeli.

j. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya?

Jawab: kalau saya masih ingin mendapatkan bawon. Karena dengan bawon kebutuhan ekonomi saya bisa terbantu.

1. Identitas Diri

a. Nama : Muharyono

b. Usia : 55 tahun c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Waktu : 09.00 WIB/31 Januari 2013 2. Daftar Pertanyaan dan Jawaban

a. Bagaimana cara menanam bibit padi di sawah?

Jawab: biasannya yang menanam padi adalah istri saya dengan cara berjalan mundur dan usahakan rapi berjajar sama jaraknya.

b. Bagaimana pelaksanaan sistem bawon di desa Mungseng?

Jawab: setelah selesai derep, padi dimasukkan kedalam bagor dan saya angkut ke rumah pemilik sawah menggunakan mobil sewaan dengan iuran bersama-sama dengan penderep lain. Sampai dirumah pemilik sawah bago-bagor yang terisi hasil panen penderep di pemilik sawah dibagi dengan cara dibagi dengan rantang dengan perbandingan 5:1 atau 6:1.

c. Sejak kapan terdapat sistem bawon di desa Mungseng? Jawab: sudah dahulu orang tua saya sudah ikut bawon.

(31)

d. Apakah sering mendapatkan order menanam padi?

Jawab: kalau saya jarang, karena saya hanya samben saja bekerja sebagai buruh tani. Jadi kalau ada yang mengajak derep saya baru berangkat.

e. Bagaimana sistem penghitungan upah dalam sistem bawon?

Jawab: setahu saya perhitungannya dengan perbandingan timbangan tiap 1 kg penderep 5 kg untuk pemilik sawah.

f. Berapa hasil pendapatan dari upah sistem bawon? Jawab: sekitar 10-15 hasil kotornya tiap bek’an.

g. Kendala-kendala apa saja saat bekerja pada sistem bawon?

Jawab: kendalanya saya yang jarang pernah punya waktu luang buat derep, karena pekerjaan utama saya adalah sebagai pedagang.

h. Apakah kelebihan dan kekurangan dari sistem bawon?

Jawab: dengan ikut bawon saya bisa mengurangi pengeluaran kebutuhan sehari karena berasnya tidak beli.

i. Apakah anda ingin bertahan dengan sistem bawon atau berganti ke sistem yang lain?alasannya?

Jawab: saya harap saya masih diajak tandur dan derep karena lumayan untuk tambahan pendapatan.

j. Kalau ingin bertahan, bagaimana upaya untuk melestarikan sistem bawon?

Jawab: dengan cara ikut mendukung petani untuk selalu menjaga tradisi bawon.              

Referensi

Dokumen terkait

Monitoring dan Evaluasi kegiatan PNPM Mandiri-KP dilakukan oleh Tim Monitoring dan Evaluasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Yapen kepada

Berdasarkan hasil uji hipotesis secara parsial, dapat diketahui nilai p value dari adventure shopping (X1) 0.001, value shopping (X3) 0.000, social shopping (X4) 0.040,

a) Obyek pengaturan agraria dalam wilayah Indonesia. Obyek yang dimaksud adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya. b)

AND WHEREAS the two Governments consider that the loan facility should be administered by and channelled through their respective financial institutions namely

In addition, olanzapine treatment seems to very significantly improve cognitive performance and decrease negative symptoms, particularly in patients previously treated with

tetap di dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya dan perasaannya. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan mengandung tujuan yang ingin

mempengaruhi biaya bunga perusahaan karena bunga pinjaman yang diminta oleh. bank komersial atau kreditor berdasarkan tingkat suku bunga pasar,

Dengan adanya kesadaran merek terhadap M yang tinggi dari konsumen, asosiasi merek yang kuat dari konsumen terhadap Minute Maid Pulpy, serta adanya pemberian