• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Abortus

2.1.1 Definisi Abortus

Abortus (aborsi, abortion) adalah berhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.14, 15, 16

Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia/ berat lahir janin yang viabel ( yang mampu bertahan hidup di luar kandungan ), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan 20 minggu.14, 15

Adapun istilah-istilah yang digunakan untuk membedakan abortus:

1 Abortus spontan: apabila abortus terjadi tanpa perilaku mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).

2 Abortus terinduksi: adalah terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Termasuk di dalamnya adalah:

(2)

2.a Therapeutic abortion: terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu. 2.b Eugenic abortion: terminasi yang dilakukan terhadap janin

yang cacat/malformasi berat.

2.c Elective abortion: interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan atas alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.15, 17

2.1.2. Etiologi Abortus

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan

monosomi X.

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna;

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol.

2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialiskarena hipertensi menahun.

3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.

(3)

4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.16,17

2.1.3 Klasifikasi abortus

Beberapa tipe abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

A. Abortus spontan

Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Dalam hal ini dibedakan sebagai berikut: 1. Abortus imminens, Abortus imminens adalah perdarahan

pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.

2. Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

4.Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu.

(4)

5. Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa minggu.

6. Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Seorang wanita menderita abortus rekuren/habitualis, apabila ia mengalami abortus berturut-turut 3 kali atau lebih.15, 17

Gambar 1. Klasifikasi abortus dengan gambar

B. Abortus provokatus (terinduksi)

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.15, 16

(5)

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:

- Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai indikasi medik, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan akan dapat membahayakan jiwa si ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya diperlukan persetujuan dari 2 sampai 3 orang dokter ahli. Di banyak negara, induksi (terapetik) aborsi kini dianggap legal.

- Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Perilaku ini sifatnya ilegal dan seringkali dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.15, 16

Gambar 2. Kategori Abortus

ABORTUS

ABORTUS SPONTANEUS ABORTUS PROVOKATUS ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS ABORTUS PROVOCATUS MEDICINALIS

(6)

2.1.4. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis abortus adalah:

• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.

• Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak

lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.

• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya

jaringan hasil konsepsi

• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis,

sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus.14, 16, 17

2.1.5. Resiko dan komplikasi Abortus

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologi. 18, 20, 21

1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita yaitu:

(7)

2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal. 3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar

kandungan.

4. Rahim yang robek (Uterine Perforation) 5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations).

6. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopik Pregnancy).

7. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease). 8. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).19, 20

2. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.21, 22

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post Abortion Syndrome” (Sindrom Paska Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).21, 22, 23

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

1. Kehilangan harga diri 2. Berteriak-teriak histeris

(8)

3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi 4. Ingin melakukan bunuh diri

5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang 6. Tidak bisa menikmati lagi seksual

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.21, 24

2.1.6. Ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan. Abortus provokatus, adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Aborsi provocatus merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh. Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.” Aborsi yang dilakukan secara sengaja (abortus provocatus) ini terbagi menjadi dua:

(9)

a. Abortus provocatus medicinalis.

Adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, yaitu apabila perilaku aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu. Abortus provokatus medisinalis / artificialis / therapeuticus adalah aborsi yang dilakukan dengan disertai indikasi medis. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medis adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Adapun syarat-syarat yang ditentukan sebagai indikasi medis adalah:

1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).

3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.

4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/ peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. 5. Prosedur tidak dirahasiakan.

6. Dokumen medik harus lengkap.24, 25 b. Abortus provocatus criminalis.

Adalah aborsi yang terjadi oleh karena perilaku-perilaku yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi

(10)

medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan. Secara umum pengertian abortus provokatus criminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang keluar itu sudah tidak bernyawa lagi.23, 24, 25

Sedangkan secara yuridis abortus provokatus criminalis adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau hidup. Bertolak pada pengertian di atas, dapatlah diketahui bahwa pada abortus provocatus ini ada unsur kesengajaan. Artinya, suatu perbuatan atau perilaku yang dilakukan agar kandungan lahir sebelum tiba waktunya. Menurut kebiasaan maka bayi dalam kandungan seorang wanita akan lahir setelah jangka waktu 9 bulan 10 hari. Hanya dalam hal tertentu saja seorang bayi dalam kandungan dapat lahir pada saat usia kandungan baru mencapai 7 bulan ataupun 8 bulan.23,24,25,26

(11)

2.2. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Masa remaja adalah masa peralihan antara masa anak- anak dan masa dewasa. Orang menyebut masa remaja sebagai masa yang paling indah. Tetapi berlawanan dengan itu, orang menyebutkan juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan kerawanan ini muncul karena pada masa remaja terjadi sesuatu yang baru., yaitu perubahan-perubahan fisik dan psikis.

Secara fisik, perubahan yang nyata ialah pertumbuhan tulang dan perkembangan alat kelamin serta tanda-tanda seksual sekunder seks, baik pada laki-laki maupun perempuan. Hormon seks yang penting ialah testosteron, estrogen dan progesteron.

Pada perempuan, tanda fisik yang pertama menunjukkan perkembangan seksual ialah perkembangan payudara. Perkembangan ini diikuti oleh tumbuhnya rambut dibagian pubis dan disekital alat kelamin, dan terjadinya menstruasi.

Seiiring dengan itu, alat-alat kelamin perempuan, baik yang bagian luar maupun bagian dalam juga berkembang menjadi sempurna. Alat kelamin bagian luar terdiri dari labia mayora (bibir besar), labia minora (bibir kecil) dan klitoris. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari vagina yang dibagian lubang luarnya mempunyai hymen (selaput darah), rahim, dua saluran telur dan dua indung telur. Gangguan perkembangan mengakibatkan alat kelamin tidak sempurna dan tidak berfungsi.

(12)

Setelah itu anak memasuki masa remaja. Secara psikis, perubahan yang terjadi pada remaja ialah munculnya dorongan seksual,perasaan cinta dan tertarik kepada lawan jenisnya. Perasaan-persaan ini juga tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon testosteron yang berpenngaruh besar pada seksualitas manusia.

Perkembangan seksual yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi seksualitas, yaitu masturbasi, nocturnal orgasme, percumbuan, dan hubungan seksual baik secara homoseksual maupun heteroseksual. 27, 28

2.3. PERUBAHAN PANDANGAN DAN PRILAKU SEKSUAL

Tidak dapat disangkal lagi bahwa telah terjadi perubahan pandangan dan perilaku seksual masyarakat , khususnya remaja. Hubungan ini tampak semakin muncul ke permukaan sejak satu dekade terakhir ini. Beberapa penelitian di beberapa kota , dengan kuat menunjukkan adanya perubahan tersebut. Hasil penelitian ini kemudian didukung pula oleh data klinik yang tidak dapat disangkal kebenarannya. 27, 28

Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya perubahan pandangan dan prerilaku seksual tersebut yaitu :

1. Pengawasan dan perhatian dan keluarga yang semakin longgar akibat kesibukan.

(13)

2. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas, sementara orang tua mengijinkan.

3. Lingkungan yang semakin permisif.

4. Semakin banyak hal-hal yang memberikan rangsangan seksual yang sangat mudah dijumpai.

5. Fasilitas yang mendukung untuk itu, yang sering kali diberikan oleh keluarga hasil sendiri tanpa disadari.

Perubahan pandangan yang kemudian mempengaruhi seksual, tampak dalam masa pacaran. Masa pacaran tidak lagi dianggap sebagai masa untuk saling megenal atau memupuk saling pengertian, melainkan telah diartikan terlalu jauh sehingga seakan-akan menjadi masa untuk “ belajar melakukan aktifitas seksual dengan lawan jenis “ .27

Kenyataan ini ditunjukkan juga oleh beberapa hasil penelitian. Aktivitas seksual yang dilakukan pada masa pacaran bervariasi pada setiap individu, tergantung pada sejauh mana perubahan pandangan yang terjadi dan sejauh mana yang bersangkutan takut terhadap akibat yang terjadi. 27,28

Beberapa aktivitas seksual yang dilakukan ialah : • Ciuman ringan

• Ciuman “maut” • Saling masturbasi • Oral sex

(14)

• Hampir hubungan seksual • Hubungan seksual

Kini hubungan seksual di kalangan remaja telah menjadi sesuatu yang tidak luar biasa lagi. Sebagian yang tidak mau melakukan hubungan seksual, mempunyai alasan tertentu, yaitu :

• Takut kehilangan keperawanan • Takut hamil

• Merasa berdosa

Tetapi sebagai pengganti hubungan seksual, mereka mau melakukan aktivitas seksual lainnya yang juga memberikan kepuasan seksual. Memang benar aktivitas seksual lainnya itu tidak akan mengganggu keperawanan dan tidak menimbulkan kehamilan, tetapi mengapa mereka tidak merasa berdosa juga? Lebih jauh lagi, hubungan seksual semakin cenderung bebas, berlangsung tidak hanya dengan satu pasangan melainkan dengan lebih dari satu, atas dasar prinsip “ suka sama suka “ . 28

Perubahan pandangan dan prilaku yang terjadi tentu menimbulkan akibat lebih jauh, seperti kehamilan tidak diinginkan (KTD), pengguguran kandungan, dan penularan penyakit hubungan seksual. Masa kini, ketika dunia sedang diguncang oleh Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang seakan-akan mewabah, maka perilaku seksual yang cendrung bebas seperti ini sungguh tidak menguntungkan.27, 28

(15)

2.4. PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Dampak dari perilaku ini dapat bermacam-macam, antara lain merasa berdosa atau bahkan terkena penyakit kelamin. 21, 29, 33

Pertumbuhan organ-organ genital yang ada baik di dalam maupun di luar badan sangat menentukan bagi perkembangan tingkah laku selanjutnya. Disampng tanda kelamin primer, tanda-tanda kelamin sekunder dipandang dari sudut psikologis, memegang peranan penting sebagai tanda perkembangan seksual, baik bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang lain. 21

Meningkatnya minat pada seksualitas menyebabkan sebagian remaja mencari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya dari pendidikan seks di sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks. 21, 33

Kebiasaan seksual dan reproduksi pada remaja dapat digolongkan dalam tiga kelompok:

(16)

1. Early sexual experience and late marriage

Pengalaman seksual dini dan menikah pada usia tua, terutama di negara-negara maju, seperti di Amerika Utara dan Eropa juga di kota-kota yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pada umumnya mereka melakukan hubungan seksual pada usia belasan tahun, tanpa memakai alat atau metode pencegahan kehamilan. Biasanya terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, cenderung mengakhiri dengan abortus, sering menderita penyakit akibat hubungan seksual dan menikah pada usia relatif tua.

2. Early marriage and childbearing

Menikah dini dan melahirkan ditandai dengan perkawinan segera setelah menstruasi yang pertama, diikuti dengan kehamilan segera. Kehamilan dan hubungan seksual diluar nikah jarang terjadi. Angka abortus dan penyakit kelamin pada kelompok ini rendah.

3. Kelompok transisi

Kelompok ini ditemukan di perkotaan masyarakat yang sedang mengalami transisi. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan pada perempuan meningkat dan kehamilan di luar nikah juga meningkat. 29, 30, 33

(17)

Permasalahan yang terkait langsung dengan fungsi dan proses reproduksi remaja:

1. Remaja aktif seksual sebelum tercapai kematangan mental dan sosial

2. Kehamilan yang tidak diinginkan remaja

3. Kondisi remaja yang tidak menunjang kehamilan sehat (anemia, kurang energi, dan kalori)

4. Percobaan pengguguran kandungan yang tidak aman oleh tenaga yang tidak terlatih

5. Terkena infeksi penyakit menular seksual 6. Risiko berganti-ganti pasangan seksual 7. Risiko komplikasi kehamilan dan persalinan

8. Risiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan kelainan pada bayinya. 29, 30, 33

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya masalah seksual remaja adalah:

1. Meningkatnya libido seksualitas, yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

2. Penundaan usia perkawinan yaitu Undang-Undang Perkawinan dan norma-norma sosial yang makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan seperti pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain.

(18)

3. Tabu larangan, berlakunya norma-norma agama yang melarang seseorang melakukan hubungan seksual sebelum menikah, bagi remaja yang tidak dapat menahan diri akan cenderung melanggarnya.

4. Kurangnya informasi tentang seks, yaitu karena belum lengkapnya informasi yang benar, ada kecenderungan meniru apa yang dilihatnya dan didengar di media massa.

5. Pergaulan yang semakin bebas, hal ini berkembang karena meningkatnya peran wanita dalam masyarakat yang kedudukannya makin sejajar, sehingga pergaulan pun makin bebas. 29, 30, 33

2.5. PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

(19)

pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.31, 32, 33

Hakikat pengetahuan menurut Jujun seperti yang diungkapkan Notoatmodjo adalah segenap apa yang diketahui manusia tentang sesuatu tertentu, termasuk tentang ilmu. Manusia mempunyai pengetahuan untuk menjawab permasalahan kehidupan sehari hari dan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sehingga pengetahuan memegang peranan sangat penting dalam hal pembentukan perilaku seseorang (overt behaviour). Faktor pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal seseorang dalam berperilaku dan perubahannya tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Ancok seperti yang diungkapkan Notoatmodjo berpendapat bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku dari segi positif dan segi negatif. Notoadmodjo mengatakan, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan tanpa didasari pengetahuan dan pengetahuan merupakan bagian yang sangat penting untuk

(20)

terbentuknya perilaku seseorang. Skiner seperti yang diungkapkan Notoatmodjo membuat batasan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menjawab isi materi yang ingin diukur. Bila seseorang dapat menjawab pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan lancar, baik secara lisan maupun tulisan maka dikatakan dia mengetahui bidang itu. Sekelompok jawaban verbal yang diberikan seseorang dinamakan pengetahuan.32, 33

Pengetahuan tentang abortus merupakan hasil dari proses belajar. Menurut ahli psikologi kognitif Neisser seperti yang diungkapkan oleh Notoadmodjo bahwa proses belajar adalah transformasi dari masukan (input), kemudian masukan tersebut direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Para ahli psikologi kognitif juga memperhitungkan faktor eksternal dan internal. Kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal dimana setiap proses belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal antara lain metode pengajaran. 32, 33

2.6 SIKAP

2.6.1 Pengertian Sikap

Pengertian sikap yang dikemukakan oleh Louis Thustone dan Charles Osgood seperti yang diungkap oleh Notoadmodjo adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berkowitz mengemukakan sikap sebagai perasaan mendukung atau memihak

(21)

(favorable) atau perasaan tidak mendukung (non favorable) terhadap suatu objek. Notoadmodjo sendiri berpendapat bahwa sikap merupakan reaksi atau respond yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Hal ini berati bahwa sikap akan muncul jika individu menerima suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. 31, 32, 33

2.6.2 Tingkatan Sikap

Notoadmodjo membagi tingkatan sikap menjadi empat yaitu: 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan sebagai subjek yang mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Seseorang mempunyai sikap yang berbeda beda tentang abortus. Sikap mereka dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian mereka untuk mencari informasi lebih banyak mengenai abortus.

2. Merespon (Respondent)

Merespon diartikan memberi jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelasaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valueing)

Menghargai diindikasikan dari kemampuan seseorang dalam mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah.

(22)

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya denga semua resiko yang bakal diterimanya. Misalnya seorang siswa bertekad untuk menghindari tindakan beresiko terhadap kehamilan. 32, 33

2.7. Kerangka Konsep

Kerangka konsepsional yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap abortus provokatus. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :

Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian

Sikap remaja

Remaja

Pengetahuan remaja

Tingkat resiko perilaku abortus

- Umur - Tingkat

Kelas Sumber media/ Informasi

Gambar

Gambar 1.  Klasifikasi abortus dengan gambar
Gambar 2. Kategori Abortus
Gambar 3 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong- royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di perpustakaan umum (public library). Di

Semua : Jago datang lagi, kini jago datang lagi untuk raih prestasi semoga Jago juara lagi!. Jago dos Q ia ia ia Ketua :

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur antara bayi yang

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau pengotornya dengan cara

PEMERINTAH (MENTER! KEHAKIMAN/ISMAIL SALEH, S.H.): Mengemukakan bahwa memang benar apa yang dikemukakan oleh FKP bahwa di dalam membahas Pasal 2 butir b Pemerintah

Jika beban pada suatu waktu lebih kecil dari setengah (50%) beban maksimum, katup ON/OFF akan menutup, lalu motor servo akan mengatur katup kedua untuk menjaga

 Ketiga patahan yang dianalisis dalam makalah ini bersifat tersekat dengan derajat berbeda-beda, dimulai sesar F2 sebagai sesar dengan sekatan paling efektif,

Penelitian yang dilakukan oleh Mesah (2012) terhadap siswa SDN Penanggungan Kota Malang juga menunjukkan bahwa pasca-penyuluhan miopia, terjadi peningkatan