• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON TIBET TERHADAP MIGRASI ETNIS HAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH CINA ( KIKI KARTIKA N - INDRA PAHLAWAN ) Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON TIBET TERHADAP MIGRASI ETNIS HAN YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH CINA ( KIKI KARTIKA N - INDRA PAHLAWAN ) Abstract"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 RESPON TIBET TERHADAP MIGRASI ETNIS HAN YANG

DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH CINA ( KIKI KARTIKA N - INDRA PAHLAWAN )

Abstract

This research describes about how the Tibet’s response toward Han ethnic migration that was done by China Goverment. The factors that influence China to issue policy Han ethnic migration to Tibet region. The China military action toward participant in a demonstran of Tibet that make infraction of Human Right and reaction of international world toward problems of China and Tibet.Method that was done in this research in descriptive method by use secondary data, problem research focus of Han Ethnic that was done by China goverment to Tibet Region. The theory that was used in this research is critical theory whose purpose to fade some dominations and freedom, justice, and agreement. Critical theory used reflex method by making criticsm continiously toward arrangment or social intituion, politic,economi, that tend to condusif for achievement of freedom, justice, and agreement.

The result of this research shows that the cause of hardness response from Tibet because there are Han ethnic migration that cause more than one thousand Tibet citizen that some of them ride march around the city attack one of the goverment buildings to go down a China flag in a school, burn the flag an go up the Tibet flag. It was caused mobilization failed that was not balance. Aculturation that was forced by China goverment through Han ethnic migration is one of the policy types of country that was forced and there was no negotiation from center goverment and provice.

Key Words : Policy Han ethnic migration, Critical Theory, Freedom, Justice, Aculturation

Pendahuluan

Penelitian ini akan menjelaskan respon yang diperlihatkan Tibet terhadap migrasi etnis Han yang dilakukan oleh pemerintah Cina.

Hubungan Tibet dengan Cina diawali semenjak masa Dinasti Tang. Hubungan ini terjalin baik karena adanya pernikahan antara seorang jendral Tibet dengan seorang putri kaisar. Tibet pernah menjadi negara independen yang memiliki sebuah fungsi negara yang normal (1911-1949). Akan tetapi keberadaan Tibet saat itu tidak diakui oleh negara-negara lain, terutama Cina. Revolusi Cina pada tahun 1911, berimbas pada jatuhnya Dinasti Qing dan melahirkan Republik Cina. Setelah periode tersebut, pemerintahan yang berganti-ganti dengan berbagai konflik didalamnya membuat Cina kurang memberikan perhatian pada wilayah Tibet. Pada periode ini Tibet dapat dikatakan telah memiliki status independen

(2)

2

secara de facto.1

Pada tahun 1950 tentara Cina memasuki daerah teritori Tibet untuk mengamankan situasi disana, di mana pada saat itu juga diikuti pemberontakan dari rakyat Tibet yang tidak setuju dengan keputusan Cina. 2 Tindakan yang dilakukan oleh Cina mendapatkan banyak pertentangan dari masyarakat Tibet, karena selama ini Tibet menganggap bahwa negaranya sudah lepas dari kekuasaan Cina. Tibet menjadi provinsi Cina pada tahun 1950 setelah Tentara Merah Cina menyerbu wilayah ini, dan berhasil menguasai ibu kota provinsi Tibet yaitu Lhasa dan mengusir Dalai Lama dari kekuasaannya dan sejak saat itu Tibet ingin memerdekakan diri dari Cina.

Pada tanggal 10 Maret 1959, Dalai Lama melarikan diri ke India dan meminta suaka politik. Sekitar 80.000 pengungsi juga menyusulnya ke pengasingan. Di tahun-tahun pengasingan itu, Dalai Lama meminta bantuan PBB untuk mengangkat masalah Tibet. Amerika Serikat mendukung gerakan Dalai lama ini yang menghasilkan keluarnya tiga resolusi PBB yang dihasilkan oleh sidang Majelis Umum tahun 1959, 1961, dan 1965, yang secara umum menuntut Cina untuk menghormati hak-hak asasi masyarakat Tibet dan kehendak untuk menentukan nasibnya sendiri (self determination).3

Dalam politik Tibet terlihat seolah-olah ada dua kelompok kepentingan. Kelompok pertama yaitu pengikut setia Dalai Lama, yang hanya menginginkan hak otonomi bagi Tibet. Kelompok kedua yaitu dari kalangan muda Tibet dan mahasiswa Tibet di pengasingan, yang meski tidak jelas siapa pemimpinnya, namun menginginkan kemerdekaan penuh bagi Tibet dan kelompok ini menginginkan Dalai Lama diganti karena selain berusia lanjut Dalai Lama lebih cenderung berkompromi dengan Beijing. Dua kelompok ini menyerukan gerakan politiknya dari Dharmasala-India Utara, tempat pemerintahan pengasingan Dalai Lama.4

Pasukan Cina ditempatkan di Tibet tidak hanya untuk melawan ancaman yang dirasakan dari luar oleh negara-negara seperti India, tetapi juga untuk menekan oposisi dari dalam. Alasan lain adalah tujuan Cina ingin menguasai Tibet adalah sejarah menceritakan bahwa melalui perang, penaklukan, invasi asing, dan kelalaian kekaisaran Cina, wilayah yang begitu besar jatuh ke tangan musuh. Hongkong diambil alih oleh Inggris pada 1842 , Macau oleh Portugis pada 1557, dan Taiwan yang memisahkan diri. Cina ingin menyatukan semua wilayah kedaulatannya termasuk Tibet.5

Selama bertahun-tahun masalah Tibet nyaris terlupakan dan kehilangan sorotan internasional. Dalai Lama dan para pelarian di pemerintahan pengasingan terus menyerukan agar Cina memberikan kemerdekaan kepada Tibet. Masyarakat internasional pada umumnya melihat permasalahan antara Tibet dengan Cina dari sudut pandang Tibet sebagai daerah otonomi yang didiskriminasikan oleh pemerintah pusat. Migrasi etnis Han mulai dilakukan

1 Soyomukto,N., Revolusi Tibet: Fakta,Intrik Dan Politik Kepentingan Tibet-Cina-Amerika Serikat, Garasi, Yogyakarta,2008, hal 26.

2

Carlson, Allen (2004), Beijing’s Tibet Policy: Securing Sovereinty and Legitimacy. Washington DC: East-West Center Washington P 10-13

3 Soyomukto, op.cit., hal, 3 4 Suku Cina di Tibet, op.cit.

(3)

3

semenjak tahun 1970, tetapi tidak berjalan mulus karna saat itu akses menuju Tibet tidak mudah. Migrasi ini mulai terlihat lagi pada 2006 saat jalur kereta api yang menghubungkan Tibet dengan Golmud (Cina) diresmikan.6 Migrasi etnis yang dibuat oleh pemerintah Cina dianggap Tibet sebagai upaya penghapusan budaya Tibet, sementara pemerintah Cina merasa upaya tersebut dilakukan dengan alasan pemerataan ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Cina beralasan dengan mengucurkan dana besar untuk menciptakan infrastruktur dan mendorong migrasi etnis Han ke wilayah itu agar masyarakat Tibet terasimilasi ke dalam arus besar masyarakat Cina. Hal itu dianggap Tibet hanya menguntungkan pendatang dan menghancurkan kebudayaan Tibet.

Tibet terdiri dari orang Tibet terutama etnis dan beberapa kelompok etnis lain. Ada empat etnis utama yang berada di Tibet, yaitu etnis Tibet (93%), etnis Han (6%), etnis Hui (0,3%), dan etnis Monpa (0,3%). Masyarakat Tibet memandang kekuasan Cina di Tibet telah menghapuskan kebebasan universal di Tibet melalui ideologi komunisme Cina. Revolusi Kebudayaan di tahun 1966-1976 di Tibet dipandang turut ambil bagian dalam usaha pemerintah Cina mengeruk nilai-nilai unik kebudayaan agama di Tibet yang sebagian besar menganut agama Budha, Islam, dan Kristiani.7

Masalah Tibet mengemuka lagi pada Maret 2008 dalam memperingati 49 Tahun Hari perlawanan Tibet terhadap invasi Cina. Masih dengan keinginan Tibet dulu, Tibet ingin memiliki negara sendiri yang bebas dari pendudukan China. Akan tetapi pada demonstrasi kali ini ditambah dengan unek-unek lain, tuduhan bahwa pemerintah China telah melakukan pembunuhan atas budaya Tibet dengan cara migrasi etnis Han dan rekayasa sosial untuk mengubah Tibet menjadi masyarakat modern yang bercirikan industri, pelayanan, dan urban.8

Respon Tibet ditunjukkan pada unjuk rasa 10 Maret 2008, ketegangan sempat meledak di Tibet, menyusul protes para biksu Budha atas kesemena-menaan Cina, yang berubah menjadi aksi dengan tuntutan yang maju, yaitu menyerukan tuntutan Tibet merdeka diikuti tindakan yang radikal dengan menimbulkan kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan terhadap rumah-rumah dan toko-toko milik orang yang bukan berasal dari etnis Tibet. Bahkan pada akhirnya, aksi itu mengarah pada aksi serangan terhadap orang yang tak beretnik Tibet pada tanggal 14 Maret 2008. Protes anti-Cina ini merupakan aksi terbesar yang pernah dihadapi pemerintah Cina dalam jangka waktu 20 tahun terakhir.9

Cina secara drastis juga meningkatkan kehadiran polisi di provinsi Sichuan di Barat daya, dalam tindakan keras terhadap etnis Tibet yang memprotes migrasi etnis Han ke daerah yang secara tradisional merupakan daerah orang Tibet, sedikitnya orang telah tewas dan puluhan lainnya cedera di provinsi Sichuan.10 Munculnya protes dari rakyat Tibet yang menginginkan kemerdekaan dari Cina membuat nasionalisme Cina muncul. Pemerintah

6 ibid 7

Suku Cina di Tibet , op.cit., hal 1

8 China terperangah Tibet pecah , http://m.inilah.com/read/detail/19348/ (diakses pada 24 April

2012)

9

Soyomukto, op.cit., hal 3

10 Tiongkok akan tingkatkan kehadiran polisi di Sichuan. http://www.voaindonesia.com/ , (diakses

(4)

4

Cina tidak segan untuk melakukan upaya-upaya yang dapat menghentikan budaya Tibet. Salah satu dari masalah tesebut adalah perbedaan antara agama Budha yang dianut oleh Etnis Cina dan agama Budha yang dianut oleh Etnis Tibet. Tibet mempercayai Dalai Lama sebagai Budha serta pemimpin Tibet. Hal inilah yang membuat pemerintah Cina semakin gencar untuk memusnahkan budaya Tibet sebagai bentuk suatu kedaulatan negara.

Memasuki tahun 2008, banyak rakyat Tibet yang memilih menggunakan kekerasan untuk mempertahankan kedaulatannya. Dengan kondisi itu, pemerintah Cina semakin serius menanggapi permasalahan Tibet. Pada dekade ini, Cina memilih melakukan tindakan Represif untuk menyelesaikan konflik tersebut. Cina mempertahankan keyakinan bahwa Tibet secara historis merupakan bagian dari Cina.

Isu Tibet telah mencuat dan menjadi isu hangat di dunia Internasional. Berbagai sikap ditunjukkan oleh dunia Internasional, ada yang bersimpati, netral, namun ada yang mengecam tindakan Cina. Cina mencoba mengubah sikap rakyat Tibet akan tetapi hal itu sulit untuk dilakukan. Kebijakan politik penempatan warga Cina di Tibet diambil sebagai satu-satunya penyelesaian, jika tidak dapat membuat Tibet menjadi orang Cina, maka warga Cina-lah yang ditempatkan di Tibet. Melalui kebijakan itu warga Tibet menjadi penduduk minoritas yang termarjinal. Cina beranggapan masalah dapat diselesaikan setelah mengeluarkan kebijakan itu.

Migrasi Etnis Han menjadi salah satu akar permasalahan yang berujung tindakan bruntal Militer Cina. Pembantaian, pembakaran hidup-hidup, menjadi tindakan Cina yang sangat melanggar hak-hak orang Tibet.11 Tindakan pemerintah Cina ini mengundang protes dari Amerika Serikat dan mendesak Pemerintah Cina untuk memperbaiki masalah-masalah HAM di Tibet. Pro dan kontra mulai muncul dalam usaha penegakan HAM di Cina. Kebijakan Cina untuk penegakan HAM akan tergantung pemerintah dan rakyat Cina sendiri yang sudah memahami adanya masalah, tetapi membutuhkan waktu dan perkembangan politik tertentu untuk dapat menyelesaikannya secara berarti dan sungguh-sungguh. Pemerintah Cina tentu saja akan mendahulukan kepentingan nasionalnya yang dianggap lebih penting dalam skala prioritas Cina. Masalah Tibet dapat diselesaikan tanpa adanya korban maupun pelanggaran HAM melalui perbaikan strategi, sikap, dan kebijakan pemerintah Cina.

Dalam membahas suatu permasalahan perlu dikemukakan beberapa teori yang dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti dan diharapkan mampu menjadi hipotesa yang akurat. Teori yang dimaksud disini adalah suatu cara mengorganisir pengetahuan kita sedemikian rupa sehingga kita mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang pantas dicari jawabannya dan membimbing riset kearah yang memadai.

Teori merupakan generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena. Dalam menyusun generalisasi itu teori selalu menggunakan konsep-konsep, konsep itu lahir dari pikiran manusia dan karena bersifat abstrak, sekalipun fakta-fakta dapat dipakai sebagai batu loncatan. Robert Cox menyatakan bahwa “Theory is always for someone and for some purpose”. Maksud dari pernyataan Cox adalah semua teori ditujukan untuk seseorang dengan tujuan atau fungsi

11

(5)

5

tertentu dan kepentingan tertentu. Artinya disini selalu ada pemihakan untuk siapa teori tersebut. Teori kritis mengarah pada kompleksnya bidang sosial dan politik sebagai sebuah keseluruhan daripada suatu bagian yang terpisah-pisah. Pendekatan kritis memimpin ke arah konstruksi besarnya gambaran dari fenomena menyeluruh, dan selalu mencari-cari untuk mencoba memahami proses perubahan dan keduanya dilibatkan. Intinya teori ini ingin menyediakan emansipasi atau perubahan.

Terdapat dua pendekatan dalam memahami teori kritis sebagaimana yang dijelaskan oleh Robert Cox, yakni pendekatan problem-solving dan pendekatan kritis. Pendekatan problem-solving atau disebut pula pendekatan tradisional lebih memfokuskan pada solusi yang diperoleh melalui pemisahan subjek dari objek sehingga dihasilkan suatu solusi yang benar-benar objektif. Berlawanan dengan itu pendekatan kritis memfokuskan pada solusi yang diperoleh melalui konsolidasi subjek dan objek karena menurutnya tidak ada solusi yang benar-benar objektif dan bebas dari nilai subjeknya, seperti masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya sosial, politik, ekonomi bahkan ideologi yang melekat sebagai atribut natural society.

Teori kritis bertujuan untuk menghilangkan berbagai bentuk dominasi serta kebebasan, keadilan dan persamaaan. Teori kritis menggunakan metode reflektif dengan melakukan kritik secara terus menerus terhadap tatanan atau institusi sosiol, politik, ekonomi yang ada, yang cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Migrasi didefenisikan sebagai aktivitas perpindahan. Sedangkan secara formal, migrasi didefenisikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain yang melampaui batas politik/negara ataupun batas administrasi/batas bagian suatu negara. Migrasi juga ikut memberikan sumbangan pada pembentukan lembaga, tidak hanya lembaga secara fisik. Ketika terjadinya migrasi maka akan cenderung muncul komunitas komunitas atau etnik. Dimana hal ini berlaku secara sosial, ketika muncul suatu komunitas sosial maka akan terbentuk sebuah institusi untuk mereka yang bertujuan pada pencapaian kepentingan mereka. Institusi ini lah yang kemudian ikut berpengaruh pada dunia internasional. Seperti pada pola interaksi penentuan kebijakan dan lainnya.

Asimilasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Asimilasi diartikan sebagai proses sosial yang timbul bila ada: kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya, individu-individu sebagai anggota kelompok itu saling bergaul secara langsung dan intensif dalam waktu yang relatif lama, kebudayaan-kebudayaan dari kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. Biasanya golongan-golongan yang dimaksud dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan-golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas.

Akulturasi dapat didefinisikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur-unsur-unsur

(6)

6

kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sukar berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (covert culture), dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (overt culture). Covert culture misalnya: sistem nilai-nilai budaya, keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat, dan beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. Sedangkan overt culture misalnya kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berguna dan memberi kenyamanan.

Menurut R. William Liddle terdapat dua masalah yang menjadi pokok kegagalan integrasi, yaitu :

1. Dimensi Horizontal , yaitu masalah yang timbul karena adanya perbedaan suku , ras , agama, aliran dan lain-lain. Dalam hal ini adalah perbedaan etnis Han dan etnis Cina yan mayoritas etnis Han.

2. Dimensi Vertikal , yaitu masalah yang timbul karena adanya diskriminasi dari pemerintahan pusat pada daerah, terutama etnis minoritas. Dalam hal ini Cina mendiskriminasikan etnis Tibet dengan melakukan migrasi etnis Han ke Tibet yang membuat etnis Tibet semakin tersingkir serta pembangunan yang tidak merata bagi warga Tibet.

Konflik etnis adalah konflik terkait dengan permasalahan-permasalahan mendesak mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial antara dua komunitas etnis atau lebih. Konflik etnis lebih disebabkan oleh robohnya rezim otoriter tertentu, yang kemudian mendorong pihak-pihak di dalam suatu negara tertentu untuk saling berebut kekuasaan. Seolah-olah tekanan yang lama menindas mereka kini sudah hancur, sehingga dendam lama, terutama dendam akibat konflik di masa lalu, kini tampil ke depan.

Ketika suatu bangsa, yang memiliki suatu komunitas etnis yang besar mulai merasa dalam ancaman atau pun ketidak puasan, kesadaran nasional pun muncul hingga ke skala yang besar, inilah yang disebut gejala etnonasionalisme. Dalam sebuah minoritas etnis, terutama yang diabaikan oleh pemerintah pusat, tumbuhnya sentimen etnonasional merupakan fenomena positif bagi rasa keanggotaan komunitas. Di sisi lain etnonasionalisme merupakan sebuah gerakan negatif, yaitu saat etnonasionalisme berkembang menjadi gerakan politik dimana sebuah kelompok menuntut berdirinya pemerintahan sendiri.

Tibet merasa tindakan migrasi etnis Han yang dilakukan Cina sebagai ancaman bagi terjaganya kebudayaan Tibet. Tibet yang sudah lama memiliki konflik dengan Cina semakin merasa terganggu dengan kebijakan Cina yang dianggap Tibet hanya ingin menguasai Tibet sepenuhnya.

Menurut Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan manusia yang memiliki nenek moyang yang sama, ingatan sosial yang sama dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen kultural itu adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki sejarah yang kuran lebih sama. Kedua hal ini biasanya menjadi ukuran

(7)

7

bagi solidaritas dari suatu komunitas. Konflik etnis adalah konflik terkait dengan permasalahan-permasalahan mendesak mengenai politik, ekonomi, sosial, budaya dan teritorial antara dua komunitas atau lebih. Dalam hal ini etnis Tibet beda dengan etnis Cina yang mayoritas etnis Han. Alasan inilah yang memicu Tibet meminta otonomi khusus dan bahkan menginginkan kemerdekaan dari Cina.

Hasil dan Pembahasan Migrasi Etnis Han

Pemerintah ingin suatu kelompok etnis yang berbeda bisa hidup dalam suatu kelompok dengan gaya hidup dan budaya yang berbeda sehingga ada upaya untuk saling menghormati dan trnggang rasa diantara mereka. Dalam tingkat yang lebih tinggi, masyarakat yang dipilih dari etnis minoritas yang berbeda digabungkan untuk bekerja sama di komite agar dapat mencapai suatu keharmonisan dari seluruh etnis minoritas yang ada di Cina maupun dengan etnis mayoritas (Han).

Upaya Pemerintah untuk membangun wilayah barat Cina telah mencapai Tibet. Terkenal dengan “atap dunia”, wilayah Tibet berbatasan dengan Nepal dan India. Sejak Partai Komunis Cina membuka wilayah Tibet, warga Cina daratan lainnya ber migrasi ke Tibe. Kebanyakn adalah warga etnis Han.

Pada tahun 2001, 4th Tibet Work Forum dan daerah otonomi Tibet mengembangkan suatu kebijakan untuk pembangunan Tibet yang berisi antara lain menentang gerakan separatis dan mempercepat gerakan asimilasi di Tibet untuk mencapai persatuan dan kesatuan di Cina dengan merencanakan pengembangan ekonomi dengan ditingkatkannya migrasi masyarakat dari daerah lain ke Tibet.12

Untuk memudahkan proses modrenisasi dan asimilasi di Tibet, Pemerintah Cina melalui Minister of the State Affairs Commission (SEAC) Li Dezhu melakukan percepatan pembangunan dengan membuat Great Western Development Program (GWD) atau Program pembangunan wilayah barat Cina pada tahun 2000. Hal tersebut dilakukan untuk perbaikan masalah-masalah kebangsaan yang dihadapi oleh Cina. Dengan adanya GWD mepercepat proses integrasi etnis minoritas menjadi sebuah sosialis pasar. Pelaksanaan dari program ini akan mendorong migrasi etnis Han ke Tibet dan daerah lainnya di Cina serta untuk mencapai suatu kesatuan nasional dan stabilitas sosial.13

Berdasarkan perspektif etnosentris yang kuat dari Han, bahkan ketika Cina dikuasai etnis non-Han, maka budaya Han dianggap lebih unggul daripada budaya yang lain. Daerah-daerah ini dikuasai dan diperintah oleh orang-orang Han dengan cara Han yang jika di masa lalu dengan cara konfusian maka saat ini dengan cara komunis. Kedatangan Etnis Han sebagai imigran ke Tibet membuat wilayah Tibet memiliki perekonomian yang lebih baik mengingat Tibet merupakan salah satu provinsi termiskin di Cina.

Faktor-Faktor Lahirnya Kebijakan Migrasi Etnis Han

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan pemerintah Cina melakukan kebijakan migrasi etnis Han terhadap wilayah Tibet yaitu:

12 A True Middle-way Solution to Tibetan Unrest, http://wlx.sowiki.net/?action=show&id=242 (

diakses pada 29 september 2012)

(8)

8

1. Cina bukan negara yang hanya terdiri dari satu etnis saja melainkan fakta terdapat 56 etnis termasuk Han, Mongol, Korean, Muslims, Tibetans, dll.

2. Tibet telah menjadi bagian dari China sejak ribuan tahun yang lalu (Dinasti Yuan 1271-1368, Dinasti Ming 1368-1644, Dinasti Qing 1644-1911, Republik China, sampai menjadi RRC 1949).

3. Pada masa keruntuhan Dinasti Qing, Inggris telah menguasai Tibet sebagai wilayah koloni dan membuat rakyat Tibet menjadi budak

4. Sebelum 1950, saat Cina menguasai Tibet masih dalam situasi perbudakan dibawah kepemimpinan rejim boneka Dalai Lama.

5. Dalai Lama dulu dan sekarang masih didanai oleh CIA untuk membantu Dalai Lama memisahkan Tibet dari wilayah Cina dan memaksa pemerintah India untuk menerima Dalai Lama serta mendanai kampanye pemisahan diri Tibet dari Cina.

6. Sebagai bentuk kedaulatan negaranya, Cina telah mengeluarkan dana yang sangat besar untuk membangun Tibet, mendirikan sekolah, Rumah Sakit, serta infrastruktur. Hal-hal inilah mengapa alasan China kuat merasa memiliki kedaulatan sepenuhnya atas Tibet.14

Pengakuan kedaulatan pemerintahan sangat penting, karena pemerintah atau otoritas penguasa adalah pihak yang membuat peraturan dan menerapkan sanksi atas peraturan itu. Intervensi dan agresi negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang menjadi ancaman kedaulatan suatu negara, karena intervensi terhadap suatu negara dalam menjalankan kebijakan dalam negeri dan luar negerinya merupakan salah satu bentuk penjajahan. Kedaulatan sebuah bangsa atau negara yaitu dapat menciptakan sistem yang demokratis bagi negaranya.

Kemerdekaan inilah yang terutama diserukan kelompok warga Tibet di pengasingan serta pimpinan spiritual Tibet Dalai Lama saat ini, sementara Cina bersikeras bahwa kemerdekaan Tibet tidak diakui Cina maupun negara mana pun.15 Kedaulatan negara menjadi dasar terhadap suatu wilayah di dunia ini. Tujuannya kepada pemerintah-pemerintah untuk melatih secara total dan kewenangan yang eksklusif di antara beberapa spesifikasi atau bidang usaha tertentu. Dengan adanya globalisasi hubungan sosial timbul dan mempunyai tuan rumah yang secara kualitas tidak lagi mempunyai wilayah dan batasan yang larut mejadi satu di dalam derasnya aliran arus elektronik dan lain sebagainya, dengan kondisi awal secara krusial efektif dari kedaulatan telah bergeser. Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang bisa menentukan nasib bangsanya sendiri (otonom), tanpa intervensi negara mana pun.

Perlawanan oleh Rakyat Tibet terhadap Cina

Dalai Lama dan rakyatnya tak pernah berhenti dalam memperjuangkan kemerdekaan Tibet. Puncaknya terjadi saat peringatan 49tahun pemberontakan Tibet terhadap pemerintah komunis Cina yang gagal dan menyebabkan Dalai Lama mengungsi ke India sampai sekarang. Demonstrasi yang dipimpin oleh

14 Status Tibet, op.cit., hal 22 15 ibid

(9)

9

para biksu itu, 100 orang diperkirakan tewas oleh tembakan ribuan tentara yang dikerahkan pemerintah Cina. Akibatnya, kerusuhan merebak di berbagai wilayah di Tibet atas aksi anarkis yang dilakukan tentara Cina itu.16 Protes Tibet dipandang sebagai serangan atas identitas nasional Cina.

Mayoritas warga Cina tidak mengetahui interpretasi pemerintah Cina atas Tibet. Cina hanya tahu bahwa pemerintah telah melakukan banyak hal di Tibet, mulai dari membangun jalan raya, rel kereta api di pegunungan dan infrastruktur lain di Tibet. Puncak perlawanan rakyat Tibet adalah terjadi pada pemberontakan tahun 1959. Perlawanan rakyat Tibet dan penindasan yang dilakukan tentara Cina, membuat Dalai Lama, pemimpin spiritual agama Budha Tibet harus menyingkir ke Dharamsala, kota yang tak berapa jauh dari perbatasan India-Tibet dan membentuk suatu pemerintahan dalam pengasingan. Pemerintahan dalam pengasingan itu didukung oleh masyarakat internasional, khususnya Barat yang menuduh Cina telah melanggar HAM. Sejak 1950, apalagi setelah Deng Xiaoping memperkenalkan reformasi ekonomi, banyak hal yang telah dilakukan Cina untuk membuat Tibet menjadi bagian yang tak terpisahkan dari wilayah Cina.17

Kerusuhan yang terjadi pada Maret 2008 sebagai salah satu bentuk perlawanan rakyat Tibet karena merasa mengalami intimidasi dari pemerintahan (militer Cina). Konflik antara masyarakat Tibet dan Cina dipicu oleh migrasi orang Han dan rekayasa sosial yang dilakukan Cina. Kerusuhan tersebut disebabkan adanya mobilisasi yang berakhir pada kerusuhan pada Maret 2008, aksi mobilisasi besar-besaran dalam bentuk migrasi etnis Han untuk mendiami sebagian wilayah Tibet. Masyarakat Pro-Tibet menganggap kebijakan Cina yang tidak adil teradap rakyat Tibet membuat sebuah lembaga internasional menuduh pemerintah Cina tidak menghargai dan tidak toleran atas perbedaan budaya. Pemerintah pusat Cina telah menanamkan ratusan miliar yuan untuk pembangunan Tibet yang hanya dinikmati oleh para imigran Han. Hal inilah yang memunculkan anggapan terjadinya kesenjangan sosial antara penduduk lokal dan para pendatang. Sasaran lain dari perlawanan rakyat Tibet ini selain tentara dan polisi yang dituduh sebagai alat penjajah, juga para imigran Han. Menghadapi kerusuhan ini, Pemerintah Cina tidak segan menggunakan kekuatan militer serta menuduh Dalai Lama dan para pendukungnya berusaha untuk merusak citra internasional Cina.

Tindakan perlawanan rakyat Tibet ini membuat Dalai Lama sebagai pemimpin spiritual agama tidak setuju dengan terjadinya aksi kekerasan yang dilakukan para pengikutnya. Dalai Lama masih berpegang pada prinsip bahwa aksi protes terhadap Cina harus dilakukan secara pasif, jauh dari kekerasan dan pertumpahan darah dan mengancam akan mengundurkan diri jika aksi kekerasan dan serangan terhadap Etnis Han tidak dihentikan.18 Perbedaan pandangan antara generasi muda Tibet dengan Generasi Tua Tibet. Golongan muda Tibet lebih menilai sebaiknya perlu melakukan perlawanan dengan

16 “Dalai lama pembawa obor perdamaian dari Tibet”, http://avrilious

/2008/04/dalai-lama-pembawa-obor-perdamaian-dari.html (diakses pada 28 juni 2102)

17

A Dahana, “Tibet lagi, Tibet lagi”,

http://www.unisosdem.org/ekopol_detail.php?aid=9750&coid=3&caid=31 (diakses pada 28 juni 2102)

(10)

10

kekerasan sebagai bentuk respon masyarakat Tibet akan adanya eksistensi suatu etnis lain (Han) dalam komunitas besar mereka. Golongan tua Tibet lebih menginginkan langkah damai tanpa adanya konflik kekerasan dalam penyelesaian eksistensi etnis Han di Tibet tersebut. Dalai Lama sebagai pemimpin agama dan pemimpin Pemerintahan masyarakat Tibet mengambil langkah dalam menengahi perbedaan pandangan dua golongan tersebut dengan cara elegan (tidak ada kekerasan), respon Cina menanggapi tindakan Dalai Lama adalah dengan mengeluarkan kebijakan terhadap Dalai Lama untuk kembali ke Tibet.

Reaksi dan ancaman Dalai Lama (Tenzin Gyatso) ini telah membuat masyarakat Tibet terpecah. Tekanan dunia terhadap Cina makin kuat. Para aktivis HAM menganjurkan untuk memboikot Olimpiade yang untuk Cina akan menjadi kebanggaan nasional untuk menempatkan diri di panggung terhormat dunia internasional. Tekanan internasional yang begitu kuat dihadapi oleh Cina, tidak menghentikan Pemerintah Cina untuk melakukan penumpasan perlawanan yang dilakukan rakyat Tibet. Televisi Kanada mengatakan pihaknya telah menyaksikan salah seorang dari para pengunjuk rasa di provinsi Gansu Selasa, dan merekam gambar-gambar yang menunjukkan pembantaian militer Cina terhadap para pengunjuk rasa.

Dalam laporan televisi Kanada ditunjukkan, lebih dari 1.000 warga Tibet, yang sebagiannya naik kuda, berarak di sekeliling kota, menyerang satu gedung pemerintah, menurunkan bendera Cina di sebuah sekolah, membakar bendera itu, dan mengerek bendera Tibet. Laporan Xinhua itu sekaligus membenarkan klaim sebelumnya oleh kelompok-kelompok aktivis pengasingan Tibet yang menyatakan protes anti-pemerintah telah meluas.19

Gelombang protes yang menyapu Tibet belum lama ini seakan-akan menyatukan opini internasional tentang negeri itu. Reaksi yang banyak muncul adalah kecaman dan kutukan keras kepada pemerintah Cina yang dianggap menanggapi protes tersebut dengan pendekatan represif. Hal itu dibuktikan antara lain dengan foto-foto jurnalistik yang memerlihatkan aparat keamanan Cina memukuli para demonstran Tibet yang tidak melakukan perlawanan.20

Pemerintah Cina melihat Tibet sebagai provinsi pemberontak yang menginginkan kemerdekaan dan membentuk pemerintahan sendiri. Protes besar-besaran warga Etnis terjadi karena merasa tidak puas terhadap sikap pemerintahan Cina yang dianggap melakukan distorsi terhadap kebudayaan Tibet sedangkan Dalai Lama dan para biksu lainnya menjadikan Tibet sebagai daerah suci yang harus dijaga keasliannya karena menyangkut religiusitas agama Budha yang dianut oleh mayoritas warga Tibet.

Keinginan Tibet untuk melepaskan diri dan mendapatkan kemerdekaan dari Cina inilah yang membuat Cina merasa integritasnya terancam dengan adanya gerakan separatis ini. Pemerintah Cina berusaha selalu menjaga kedaulatan dan integritas negeri sebagai wujud dari sikap Cina yang menentang segala bentuk intervensi oleh negara adidaya yang berusaha menciptakan ketidakseimbangan global. Sebagai kesatuan wilayah. Hal ini

19

Tentara China Penuhi Tibet Jurnalis Dilarang Masuk”, http://hariansib.com/2008/03/21/tentara-cina-penuhi-tibet-jurnalis-dilarang-masuk

(diakses pada 29 juni 2012)

(11)

11

dibuktikan dengan banyaknya biara Buddha dan artefak budaya Tibet yang hancur tidak terurus, serta masuknya Etnis mayoritas Cina Han ke Tibet.

Tibet telah mendapatkan otonomi khusus yang diberikan oleh pemerintah Cina untuk dapat menata pemerintahan yang mandiri (genuine self-governance), yang dapat memungkinkan rakyat Tibet hidup dalam kemerdekaan dan kehormatan dan kebebasan menjalankan agama dan kebudayaannya. Tibet telah menjadi wilayah independen (genuine self-governance) yang diberikan oleh pemerintah Cina, masyarakat internasional secara formal tidak mengakui Tibet sebagai sebuah negara yang merdeka. Sebagian besar rakyat Tibet lebih memilih Cina daripada penguasa lama Tibet, ini karena rakyat tersebut terdiri kaum miskin dan kaum budak, dan nyatanya Tentara Pembebasan membebaskannya sehingga sistem perbudakan itu tidak ada lagi di Tibet. Segolongan orang kaya dan elite yang pernah menikmati sistem perbudakan di Tibet tentu saja membenci Cina, karena "hak-hak privilege" nya sebagai kaum elite terhapus.

Disinyalir Tibet berkembang menjadi suatu daerah yang lebih maju, orang yang berpendidikan yang dulunya dari kalangan rendah menjadi lebih banyak dan selalu bertambah. Tibet dulu tidak memiliki sekolah yang modren dan yang bersekolah kurang dari 2% dengan 95% penduduk muda dan dewasa buta huruf. Pada akhir 2003, Tibet memiliki 1.011 sekolah dengan tipe-tipe dan tingkatan yang berbeda, 2.020 pusat pengajaran. Dengan total 453.400 murid sekolah dasar dan tingkat buta huruf kurang dari 30%.21 Kemajuan pembangunan juga tampak di sebagian wilayah Tibet. Seperti pembangunan kereta yang menjadi alat trasportasi umum untuk memasuki wilayah Tibet, pembangunan sekolah, pabrik dan rumah sakit.22

Dampak Terhadap Citra dan Politik Internasional Cina

Pasca peristiwa pemberontakan Tibet 2008 dan apa yang telah dilakukan Cina untuk menghentikan pemberontakan tersebut, telah membuat dunia internasional khususnya AS memberikan berbagai respon negatif. Salah satunya adalah keputusan AS untuk memboikot Olimpiade Beijing 2008. Meskipun pada akhirnya Olimpiade tersebut tetap diselenggarakan, bahkan Presiden Bush tetap menghadiri upacara pembukaannya.

Amerika serikat tidak dapat serta merta mengakhiri hubungan bilateralnya dengan Cina akibat dari konflik etnis yang mereka miliki atas HAM. AS mengakui kepentingannya atas keberadaan Cina dalam interaksi dan dinamika internasional. Misalnya saja, hak veto yang dimiliki Cina di PBB. Pengambilan keputusan PBB yang diakui banyak diarahkan dan terpengaruh oleh kebijakan AS, dapat terhambat dengan kepemilikan hak veto tersebut.

The Tibetan Policy Act of 2002 dikeluarkan sebagai bentuk kebijakan AS dalam kasus HAM Tibet, mengarahkan Cabang Eksekutif AS untuk mendorong pemerintah Cina untuk ikut serta berdialog dengan Dalai Lama atau wakil-wakilnya, panggilan untuk pembebasan tahanan politik dan agama Tibet di Cina, mendukung pembangunan ekonomi, pelestarian budaya, kelestarian lingkungan, dan tujuan lainnya di Tibet, dan melaksanakan kegiatan lain demi "mendukung aspirasi rakyat Tibet untuk melindungi identitas mereka." Cina memperlihatkan

(12)

12

ketidaksenangannya terhadap campur tangan AS.

Periode tahun 2007-2008 merupakan rentan waktu berlangsungnya Kongres ke110 Hubungan AS-Cina. Kongres tersebut membahas banyak hal terkait hubungan bilateral AS-Cina. Adapun peristiwa penting yang terjadi pada rentan waktu tersebut dan menjadi pokok pembahasan, antara lain China’s anti-satellite weapon test pada Januari 2007, the 17th Party Congress pada Oktober 2007), a crackdown against demonstrations in Tibet pada Maret 2008, the election of a new, pro-engagement government in Taiwan pada Maret 2008, the massive Sichuan earthquake pada Mei 2008, dan Beijing’s hosting of the 2008 Olympics pada Agustus 2008. Dalam laporan Congress Research Service 2009, dipaparkan secara umum bahwa AS dan Cina tetap bersepakat melanjutkan semua kesepakatan dan kerja sama yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam urusan politik, hubungan bilateral AS dan Cina terus berusaha diupayakan untuk berjalan sesuai kesepakatan yang telah AS dan Cina putuskan. Terbukti dengan tetap ada inisiasi dan respon positif kedua negara untuk terus melanjutkan pertemuan dan kongres khusus yang membahas hubungan kedua negara secara bilateral dengan lebih terbuka. Pergantian pemerintahan di AS pun, diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dan mencari jalan keluar dari konflik yang terjadi antara AS dan China.

Simpulan

Masalah yang terjadi antara Pemerintah Cina dan Tibet berawal dari tindakan Cina yang ingin mengusai Tibet untuk menjadi kedaulatan negaranya. Permasalahan lainnya antara Cina dan Tibet yaitu permasalahan yang berdasar dari permasalahan budaya yang berlawanan yaitu tentang perbedaan antara kepercayaan Buddha yang dianut oleh Cina dan Buddha Lama. Tibet yang ingin memerdekakan diri dan merasa Tibet layak berdiri sebagai suatu negara jelas-jelas menolak tindakan Cina ini. Berbagai cara dilakukan Cina untuk melancarkan kehendaknya. Pembauran etnis yang mulai dilakukan dengan cara migrasi etnis Han ke Tibet, pembangunan, bantuan-bantuan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan dilancarkan Cina ke Tibet. Pemerintah Cina sendiri menganggap tindakannya benar demi kemakmuran dan perkembangan Tibet.

Tibet sendiri merasa tindakan yang dilakukan Cina hanya untuk menguasai Tibet dan ingin menghancurkan budaya, dan agama Tibet. Tidak hanya cara lembut yang di gunakan Cina, kekerasan juga ikut mewarnai tindakan Cina lewat aksi militernya. Rakyat Tibet di tembak, dipukuli hingga tewas, dibakar hidup-hidup, ditenggelamkan, dibedah, dicekik, digantung, dan dipenggal. Rakyat Tibet dibunuh, tanpa pemeriksaan, karena dicurigai menentang komunisme, atau bahkan tanpa alasan sama sekali. Alasan umum yang paling mendasar adalah mereka tidak mau meninggalkan agama.

Masyarakat Pro-Tibet menganggap kebijakan Cina yang tidak adil teradap rakyat Tibet membuat sebuah lembaga internasional menuduh pemerintah Cina tidak menghargai dan tidak toleran atas perbedaan budaya. Pemerintah pusat Cina telah menanamkan ratusan miliar yuan untuk pembangunan Tibet yang hanya dinikmati oleh para imigran Han. Hal inilah yang memunculkan anggapan terjadinya kesenjangan sosial antara penduduk lokal dan para pendatang. Sasaran lain dari perlawanan rakyat Tibet ini selain tentara dan polisi yang dituduh sebagai alat penjajah, juga para imigran Han.

(13)

13

Menghadapi kerusuhan ini, Pemerintah Cina tidak segan menggunakan kekuatan militer serta menuduh Dalai Lama dan para pendukungnya berusaha untuk merusak citra internasional Cina.

Menurut penulis, konflik internal yang dialami Cina dan Tibet dapat diselesaikan apabila kedua belah pihak mau bernegosiasi dan mengatakan keinginan masing-masing pihak. Keterbukaan dari Pemerintah Cina adalah salah satu pemicu agar tidak ada kesalahpahaman dari pihak atau rakyat Tibet, karena sebagai pihak yang dirugikan rakyat Tibet akan mudah mempercayai propaganda dari pihak lain. Cina bila berkeinginan untuk membuat rakyat Tibet dan wilayahnya menjadi bagian dari Cina, sebaiknya Cina memberikan hak otonomi terhadap Tibet, serta menghormati budaya dan agama Tibet serta menggunakan peace diplomacy.

DAFTAR PUSTAKA

B.N ,Marbun, SH , Kamus Politik , Jakarta 2005

Bonavia David, Dede Oetomo , Cina dan Masyarakatnya, Jakarta, Erlangga 1990 Budiarjo, Miriam (2006). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

Carlson, Allen (2004), Beijing’s Tibet Policy: Securing Sovereinty and LegitimacyWashington DC: East-West Center Washington

Cox, Robert. “Social Forces, States and World Orders: Beyond International Relations Theory”, Millenium: Journal of International Relations Studies, (1981)

Lama, Dalai., 2011. Negeriku & Rakyatku. Indonesia. Jakarta: Kadam Choeling Michael E.Brown, Causes and Implications of Ethnic Conflict, dalam The

Ethnicity Reader. Nationalism , Multiculturalism, and Migration, Guibernau dan Jhon Rex (eds), Great Britain,Polity Press, 1997

Soyomukto,N., Revolusi Tibet: Fakta,Intrik Dan Politik Kepentingan Tibet-Cina-Amerika Serikat, Garasi, Yogyakarta,2008

Stephen D. Krasner, Globalization and Sovereignty, dalam David A. Smith et al (eds.), States and Tenzin Gyatso, A Desperate Year, Freedom in Exile:The Authobiography of His Moliness The Dalai Lama of Tibet, Modder and Stoughthon Ltd., Inggris, 1990

China terperangah Tibet pecah , http://m.inilah.com/read/detail/19348/ (diakses pada 24 April 2012)

China Rilis RUU Antipemisahan”

http://64.203.71.11/kompascetak/0503/09/1n/1611845.htm (diakses 2 september 2012)

Dalai Lama. 2008. Disampaikan sebagai pidato Peringatan 49 Tahun

(14)

14

http://www.cfr.org/China/dalai-lamas-speech-49th-anniversary-tibetan-national-uprising-day/p15986 (diakses 23 agustus 2012)

Dalai lama pembawa obor perdamaian dari Tibet”, http://avrilious /2008/04/dalai-lama-pembawa-obor-perdamaian-dari.html (diakses pada 28 juni 2102) DR. Bantarto Bandoro, “Masalah-masalah Keamanan Internasional Abad 21”,

http://www.lfip.org/english/pdf/baliseminar/Masalah%20Keamanan% 20Internasional%20-(diakses 2 septembet 2102)

Eddy Maszudi,” Makna Kunjungan SBY ke China”,

http://www.suaramerdeka.com/harian/0507/27/opi3.htm (diakses 4 september 2012)

Etnis yang Berpopulasi di Atas 5 Juta”,

http://indonesian.cri.cn/chinaabc/chapter6/chapter60102.htm (diakses pada 23 April 2012)

Suku Cina di Tibet , http://baltyra.com/2009/11/29/56-etnis-suku-di-china-the-tibetan (diakses pada 11 Mei 2012)

“Status Tibet yang Diperdebatkan”,

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=1&jd=Status+Tibet+ yang+Diperdebatkan&dn=200 80321035530 ( diakses pada 16 juni 2102)

Tiongkok akan tingkatkan kehadiran polisi di Sichuan.

http://www.voaindonesia.com/ , (diakses pada 22 april 2012) Titik Nol (20) Perayaan Akbar”,

http://www.kompas.com/lipsus102008/readib/xml/2008/08/29/07495 186/titik.nol.20.perayaan.akbar (diakses 28 agustus 2012)

Tentara China Penuhi Tibet Jurnalis Dilarang Masuk”,

http://hariansib.com/2008/03/21/tentara-cina-penuhi-tibet-jurnalis-dilarang-masuk (diakses pada 29 juni 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Menciptakan solusi untuk wilayah kota atas berbagai masalah kota yang timbul seperti polusi, banjir, pemanasan global, pembangunan gedung- gedung atau

Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Memecahkan Masalah Melalui Penerapan Teknik SSCS (Search, Solve, Create , And Share) Pada Pembelajaran IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam pemodelan VAR pengujian pertama adalah melakukan uji stasioneritas Pengujian stasioneritas diujikan terhadap masing-masing data variabel yang akan digunakan

Halimatus Saddiah Marpaung : Tinjauan Hukum Terhadap Anti Dumping Dalam Perdagangan Internasiona Menurut GATT-WTO : Implimentasinya di Indonesia, 2003... Halimatus Saddiah Marpaung

Bagi Investor, yaitu diharapkan agar dapat menjadi faktor penentu keputusan yang akan diambil dalam melakukan aktivitas investasi saham pada perbankan yang

Subjek penelitian adalah data rekam medis penderita TB laten dengan hasil tes IGRA positif yang merupakan anggota keluarga pasien TB aktif di Rumah Sakit Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 72,

³Inilabas ni Linda ang kanyang rosaryo at hawak pa rin ang mikropono, sinabi niya, ³Now we pray the rosary for our safe journey.´ Naglabas ng rosaryo ang iba... ³Idinaos ang