• Tidak ada hasil yang ditemukan

Domestikasi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus Fuscoguttatus Lanceolatus) melalui Proses Aklimasi terhadap Lama Waktu Penurunan Salinitas Media

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Domestikasi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus Fuscoguttatus Lanceolatus) melalui Proses Aklimasi terhadap Lama Waktu Penurunan Salinitas Media"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

22

Domestikasi Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus Fuscoguttatus –

Lanceolatus) melalui Proses Aklimasi terhadap Lama Waktu Penurunan

Salinitas Media

M. Bahrus Syakirin1*, Tri Yusufi Mardiana2, Suginanjar3

1,2,3Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

*Korespondensi email: ririn_220164@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan respon lama waktu penurunan salinitas terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dan respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu penurunan salinitas. Ikan uji yang digunakan adalah ikan kerapu cantang berukuran 8 cm. Media yang digunakan adalah air laut dengan salinitas 35 ppt. Wadah uji yang digunakan adalah akuarium ukuran 40 x 25 x 25 cm diisi air laut sebanyak 10 L. Penelitian dilaksanakan berdasarkan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah lama waktu penurunan salinitas yaitu A (2 ppt per 0,5 jam), B (2 ppt per 1 jam), C (2 ppt per 1,5 jam) dan D (2 ppt per 2 jam). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dilakukan analisis ragam dan untuk mengetahui respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu penurunan salinitas dilakukan analisis polinomial ortogonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang tertinggi diperoleh pada penurunan salinitas dengan lama waktu 2 jam sebesar 83,33% dan terendah diperoleh pada lama waktu 0,5 jam sebesar 33,33%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa lama waktu penurunan salinitas media berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang. Hasil analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa pola respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu penurunan salinitas media berbentuk linier persamaan linier dari pola respon tersebut adalah Y = 15,28 + 33,89 X (R2 = 0,93).

Kata Kunci : Domestikasi Ikan Kerapu Cantang, Salinitas, Aklimasi

ABSTRACT

This study aims to determine the effect and response time of reducing salinity on the survival of Cantang grouper and the response to survival of Cantang grouper to the length of time to decrease in salinity. The test fish used was grouper cantang measuring 8 cm. The medium used was sea water with a salinity of 35 ppt. The test container used was an aquarium measuring 40 x 25 x 25 cm filled with 10 L seawater. The study was conducted based on a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The treatments applied were the length of time to decrease the salinity, namely A (2 ppt per 0.5 hour), B (2 ppt per 1 hour), C (2 ppt per 1.5 hours) and D (2 ppt per 2 hours). To determine the effect of treatment on the survival of Cantang grouper, analysis of variance was carried out and to determine the response of survival of Cantang grouper to the length of time to decrease in salinity, orthogonal polynomial analysis was carried out. The results showed that the highest survival rate of grouper cantang was obtained at a decrease in salinity with a duration of 2 hours at 83.33% and the lowest was obtained at a duration of 0.5 hours at 33.33%. The results of the

(2)

23

analysis of variance showed that the length of time to decrease the salinity of the media had a very significant effect on the survival of the cantang grouper. The results of orthogonal polynomial analysis showed that the pattern of survival response for cantang grouper to the length of time to decrease the salinity of the media was linear in the form of a linear equation the response pattern was Y = 15.28 + 33.89 X (R2 = 0.93).

Keywords: Cantang Grouper Domestication, Salinity, Acclimation

PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai potensi laut 6,1 juta ton/tahun dengan potensi lestari untuk hasil penangkapan 4,9 juta ton/tahun (KKP 2011). Mengingat kebutuhan dunia akan produk perikanan terus meningkat tiap tahunnya. Sedangkan tingkat budidaya saat ini masih tergolong rendah, sehingga untuk mencukupi kebutuhan akan konsumsi ikan, maka salah satunya dengan cara budidaya. Salah satu usaha budidaya yang masih sangat terbuka luas ialah budidaya laut.

Salah satu jenis ikan karang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan sudah menjadi komoditas ekspor penting ke Hongkong, Jepang, Singapura dan Cina adalah kerapu. Dalam upaya memenuhi permintaan pasar akan benih kerapu diperlukan usaha pembenihan ikan kerapu secara buatan untuk mengantisipasi kebutuhan benih secara berkesinambungan. Metode hibridisasi merupakan salah satu upaya meningkatkan benih ikan kerapu dengan mengedepankan kualitas dan kuantitas yang baik serta dapat menambah diversifikasi spesies dan mempunyai prospek budidaya yang berpeluang meningkatkan produksi perikanan di masa yang akan datang.

Budidaya ikan kerapu hibrid cantang yakni antara kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan merupakan usaha bisnis yang sangat potensial. Dengan melakukan usaha budidaya kerapu hibrid, maka selain dapat menjamin kontinuitas pakan, target produksi pun dapat diatur dengan permintaan pasar tanpa tergantung pada kondisi alam. Keuntungan lain, kerapu hibrid hasil budidaya juga akan memiliki tingkat kesehatan dan kondisi hidup yang lebih tinggi (Moelyanto, 1992)

Sebagai ikan yang tergolong euryhaline, ikan kerapu cantang yang asalnya dari laut bisa dibudidayakan di air payau setelah mengalami aklimasi terhadap salinitas yang lebih rendah. Salinitas yang merupakan salah satu faktor pembatas, sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan kerapu cantang.

Listiani (2002) mendefinisikan bahwa salinitas merupakan tingkat kadar garam atau keasinan terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar sungai, danau, kolam, aquarium dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dapat dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air tawar ini secara definisi, kurang dari 0,05 ppt (part-per-thousand). Jika lebih dari itu, air akan dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5 ppt. Lebih dari 5 ppt disebut brine. Salinitas media selain menentukan keseimbangan pengaturan tekanan osmose cairan tubuh, juga mempunyai pengaruh penurunan terhadap metabolisme, tingkah laku, pertumbuhan dan kemampuan berproduksi. Tekanan osmotik ikan atau organisme akuatik lainnya ditentukan oleh tingkat salinitas terhadap medianya, sehingga ikan akan melakukan penyesuaian terhadap salinitas melalui proses osmoregulasi tersebut. Menurut Soetomo (1997), tekanan osmotik terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi pelarut dan yang larut pada 2 sisi lapisan permeabel.

(3)

24

Salinitas media menentukan keseimbangan pengaturan tekanan osmose cairan tubuh dan mempunyai pengaruh penurunan terhadap metabolisme, tingkah laku, pertumbuhan dan kemampuan berproduksi. Ikan–ikan air tawar mempunyai tekanan osmotik cairan internal (dalam tubuh) lebih besar dari tekanan osmotik eksternalnya (lingkungan), sehingga kandungan yang ada di dalam tubuh ikan akan keluar dan air akan masuk kedalam tubuh. Oleh karena itu, agar sel-sel yang ada didalam tubuh ikan berfungsi dengan baik untuk melakukan proses fisiologis, maka sel-sel tersebut harus berada dalam kondisi yang seimbang antara tekanan osmotik internal dan eksternalnya. Untuk itu diperlukan suatu proses pengaturan tekanan osmotik internal dan eksternal. Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh agar proses fisiologis tubuh dapat berjalan normal dinamakan osmoregulasi (Hardianti, 2016). Selanjutnyas dinyatakan bahwa ikan yang berada dalam media dengan salinitas atau tekanan osmotik yang terlalu rendah (hipoosmotik) atau terlalu tinggi (hiperosmotik) bisa mengakibatkan ikan mengalami kematian karena proses osmoregulasi mtidak bisa berjalan dengan sempurna yang diakibatkan kerja organ-organ tubuh ikan tidak berjalan dengan normal. akibatnya proses-proses fisiologis internal ikan tidak berjalan dengan normal dan akibatnya ikan akan mati.

Ikan kerapu cantang yang dibudidayakan di tambak, pada awalnya akan mengalami dengan adanya perbedaan salinitas media yang berbeda dengan salinitas sebelumnya dimana ikan tersebut hidup. Perbedaan salinitas ini akan berpengaruh proses fisiologis dalam tubuh ikan kerapu cantang. Oleh karena itu untuk dapat hidup normal, ikan kerapu cantang harus melakukan proses penyesuaian diri (aklimasi) terhadap perubahan salinitas media. Perubahan yang mendadak dan dalam waktu yang singkat dapat mengakibatkan kematian pada ikan kerapu cantang karena ikan mempunyai batas toleransi terhadap perubahan salinitas. Perubahan salinitas yang tidak terlalu lebar dan dalam waktu yang cukup lama bisa membuat ikan kerapu cantang melakukan proses penyesuaian diri dengan baik.

Aklimasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon kompensasi dari suatu organisme terhadap perubahan suatu faktor lingkungan atau penyesuaian diri dari suatu organisme terhadap satu faktor lingkungan (Affandi dan Tang, 2017).

Untuk membudidayaan ikan kerapu cantang yang aslinya merupakan ikan laut kemudian dipindahkan di tambak bisa diistilahkan sebagai domestikasi. Menurut Zairin (2003), domestikasi merupakan suatu cara pengadopsian hewan dalam suatu populasi yang hampir punah (terancam kelestariannya) dari kehidupan liar (habitat asli) ke dalam lingkungan budidaya. Sedangkan menurut Gusrina (2008), domestikasi adalah pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat baru dalam hal ini manusia biasa memperoleh ikan dengan cara mengambil dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang terbatas yaitu kolam pemeliharaan.

Ikan yang akan dibudidayakan adalah ikan yang telah mengalami domestikasi dalam lingkungan budidaya. Domestikasi adalah pemindahan suatu organisme dari habitat lama ke habitat baru dalam hal ini manusia biasa memperoleh ikan dengan cara mengambil dari alam kemudian dipelihara dalam suatu lingkungan yang terbatas yaitu kolam pemeliharaan.

Suatu jenis ikan dalam sistem budi daya ikan dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat domestikasinya menjadi 4 tingkat sebagai berikut (Gusrina, 2008) : 1. Domestikasi sempurna, yaitu apabila seluruh siklus hidup ikan sudah dapat

dipelihara di dalam sistem budidaya. Contoh beberapa jenis ikan asli Indonesia yang sudah terdomestikasi sempurna antara lain ikan Gurame, ikan Baung, dan Bandeng.

2. Domestikasi dikatakan hampir sempurna apabila seluruh siklus hidupnya sudah dapat dipelihara di dalam sistem budidaya, tetapi keberhasilannya masih rendah. Ikan asli Indonesia yang terdomestikasi hampir sempurna antara lain ikan Betutu, Balashark, dan Arwana.

(4)

25

3. Domestikasi belum sempurna apabila baru sebagian siklus hidupnya yang dapat dipelihara di dalam sistem budidaya. Contohnya antara lain ikan Napoleon, ikan hias laut, dan ikan Tuna.

4. Belum terdomestikasi apabila seluruh siklus hidupnya belum dapat dipelihara di dalam sistem budidaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama waktu penurunan salinitas dalam proses aklimasi terhadap kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dan untuk mengetahui perbedaan lama waktu penurunan salinitas yang optimal terhadap kelangsungan hidup ikan kerapu cantang.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Juni sampai 10 Juni 2018 di Laboratorium Budidaya Air Payau Dan Laut, Universitas Pekalongan, Jalan Pantai Dewi, Slamaran, Pekalongan utara, Jawa Tengah. Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kerapu cantang berukuran 8 cm yang diperoleh dari Balai Budiaya Air Payau Situbondo Jawa Timur yang sudah terseleksi, sehingga ikan kerapu cantang yang digunakan dalam kondisi baik. Indikator yang digunakaan untuk mengetahui aktivitas hewan uji yang baik adalah ikan kerapu cantang aktif bergerak, lincah, dan tidak cacat.

Media yang digunakan adalah air laut Slamaran dengan salinitas 35 ppt, suhu 28oC, kemudian air diturunkan sebanyak 2 ppt sesuai dengan perlakuan. Wadah uji yang digunakan adalah akuarium ukuran 40 x 25 x 25 cm diisi air laut sebanyak media air laut dengan ketinggian 10 cm dan setiap akuarium dilengkapi dengan 2 aerator.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen yang dilakukan secara laboratoris berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah perbedaan lama waktu penurunan salinitas yaitu :

Perlakuan A = Penurunan salinitas 2 ppt per 0,5 jam Perlakuan B = Penurunan salinitas 2 ppt per 1 jam Perlakuan C = Penurunan salinitas 2 ppt per 1,5 jam Perlakuan D = Penurunan salinitas 2 ppt per 2 jam

Pelaksanaan penelitian mengikuti tahapan sebagai berikut :

1. Menyiapkan wadah penelitian berupa akuarium sebanyak 12 buah dengan mencucinya terlebih dahulu sampai bersih.

2. Menyiapkan air media pemeliharaan dengan salinitas yang masih layak untuk kehidupan ikan uji (34 ppt).

3. Air media yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam wadah penelitian dengan volume sebanyak 10 L, kemudian diaerasi.

4. Ikan kerapu cantang uji sebelum dimasukkan ke dalam wadah penelitian, terlebih dahulu diseleksi berdasarkan ukuran agar diperoleh ukuran yang seragam.

5. Selanjutnya Ikan kerapu cantang diaklimasikan terhadap salinitas media dengan menurunkan salinitas media sebesar 2 ppt dengan lama waktu aklimasi sesuai dengan perlakuan yang diterapkan sebagai perlakuan sampai pada tingkat salinitas 20 ppt.

6. Ikan kerapu cantang yang sudah diaklimasikan tersebut, kemudian secara bersamaan dimasukkan ke dalam setiap akuarium sesuai dengan tingkat salinitas yang diterapkan dengan kepadatan 12 ekor per akuarium

7. Ikan kerapu cantang kemudian dipelihara selama 1 minggu untuk diamati tingkat kelangsungan hidupnya.

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah benih yang

(5)

26

bertahan hidup setelah dimulai perlakuan sampai akhir pengamatan (7 hari) dengan jumlah ikan kerapu cantang mula-mula dan dinyatakan dalam persen (%).

Untuk mengetahui kelangsungan hidup ikan kerapu cantang digunakan rumus sebagai berikut (Effendie, 1997) :

KH = (Nt/No) x 100%

………... (1)

Keterangan :

KH = Tingkat Kelangsungan Hidfup Ikan Kerapu Cantang (%) Nt = Jumlah Ikan Kerapu Cantang pada Akhir Peneltitian (ekor) No = Jumlah Ikan Kerapu Cantang pada Awal Peneltitian (ekor) Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H0 = Perbedaan lama penurunan waktu salinitas diduga tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan kerapu cantang

H1 = Perbedaan lama penurunan waktu salinitas diduga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan kerapu cantang

Data yang dianalisis secara statistika adalah tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang.Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dilakukan analisis ragam (Hanafiah, 1995). Untuk mengetahui respon tingkat tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu aklimasi dilakukan analisis polinomial ortogonal (Sudjana, 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Selama penelitian telah dilakukan perhitungan tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan tabel diketahui bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang tertinggi diperoleh pada perlakuan penurunan salinitas dengan lama waktu 2 jam sebesar 83,33% dan terendah diperoleh pada lama waktu 0,5 jam sebesar 33,33%.

Tabel 1. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Kerapu Cantang Selama Penelitian pada

Tiap Perlakuan dan Ulangan

Hasil analisis ragam terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang diperoleh hasil bahwa nilai F hitung > F tabel (1%) yang artinya bahwa lama waktu penurunan salinitas media berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang

Untuk mengetahui lebih lanjut respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu penurunan salinitas media dilakukan analisis polinomial ortogonal. Hasil analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa pola respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap lama waktu penurunan salinitas media berbentuk linier.

Adapun persamaan linier dari pola respon tersebut adalah Y = 15,28 + 33,89 X (R2 = 0,93) dimana Y adalah tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang dan X adalah lama waktu penurunan salinitas media.

Ulangan Lama Waktu Aklimasi (jam)

0,5 1 1,5 2

1 33,33 41,67 66,67 83,33

2 25,00 50,00 58,33 75,00

3 41,67 50,00 75,00 91,67

(6)

27

Pembahasan

Berdasarkan analisis ragam diketahui bahwa lama waktu penurunan salinitas media berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang. Pengaruh utama dari salinitas media adalah akan mempengaruhi tekanan osmotik media. Menurut Anggoro (1992) dan Anggoro dkk. (2012), tekanan osmotik media semakin besar dengan semakin meningkatnya salinitas media. Meningkatnya tekanan osmotik media ini akan berpengaruh terhadap proses osmoregulasi tubuh ikan kerapu cantang sebagai suatu bentuk penyesuaian diri terhadap terjadinya perbedaan tekanan osmotik media dengan tekanan osmotik dalam tubuh ikan kerapu cantang.

Ikan kerapu cantang yang dipindahkan ke dalam media dengan salinitas berbeda dari tempat asalnya akan mengalami masalah akibat adanya perbedaan tekanan osmotik (salinitas) media dengan cairan dalam tubuhnya. Perbedaan tekanan osmotik ini akan berpengaruh terhadap berjalannya proses-proses fisiologis dalam tubuh ikan. Agar proses-proses fisiologis dalam tubuh ikan dapat berjalan dengan normal, maka ikan kerapu cantang harus bisa menyesuaikan diri (aklimasi) terhadap adanya perubahan salinitas tersebut melalui proses osmoregulasi.

Proses penyesuaian diri ini akan menentukan kehidupan ikan selanjutnya. Apabila ikan kerapu cantang gagal dalam proses penyesuaian dirinya maka ikan tersebut bisa mati dan sebaliknya jika ikan kerapu cantang bisa menyesuaikan dengan lingkungan barunya maka ikan tersebut bisa hidup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama waktu proses penyesuaian terhadap penurunan salinitas media berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan ikan kerapu cantang dalam proses penyesuaian diri terhadap perubahan salinitas media. Perubahan yang terjadi secara mendadak akan memaksa ikan kerapu cantang melakukan proses penyesuaian diri dengan melakukan osmoregulasi. Kemampuan osmoregulasi ikan kerapu cantang dipengaruhi oleh berapa lama perubahan salinitas media tersebut terjadi. Semakin lama ikan berada dalam media dengan salinitas berbeda maka proses penyesuaian diri bisa berjalan dengan baik dan sebaliknya lama waktu penyesuaian diri dapat membuat ikan gagal dalam proses penyesuaian diri.

Hasil analisis polinomial ortogonal menunjukkan bahwa makin lama waktu aklimasi makin tinggi tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang. Waktu penyesuaian diri yang lama akan memberikan waktu pada ikan untuk melakukan proses penyesuaian diri. Proses-proses fisiologis dalam tubuh akan berjalan dengan baik karena waktu penyesuaian diri berlangsung lebih lama. Sebaliknya jika waktu penyesuaian diri lebih singkat maka ikan tidak akan mampu memaksimalkan kerja organ-organ tubuhnya dengan baik yang untuk selanjutnya akan berpengaruh terhadap berjalannya proses-proses fisiologis dalam tubuh dan bisa menyebabkan kematian pada ikan akibat tidak berjalannya proses-proses fisiologis secara normal. Itulah yang menyebabkan tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang semakin rendah sejalan dengan semakin rendahnya lama waktu aklimasi yang dilakukan oleh ikan kerapu cantang.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Perbedaan lama waktu penurunan salinitas media berpengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang.

2. Respon tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu cantang terhadap perbedaan lama waktu penurunan salinitas media berbentuk linierdengan persamaan regresi sebagai berikut : Y = 15,28 + 33,89 X (R2 = 0,93)

(7)

28

Untuk melakukan proses domestikasi ikan kerapu cantang diperlukan waktu aklimasi sekitar 24 jam dengan penurunan salinitas sebesar 2 ppt/jam.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. dan U. M. Tang. 2017. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.

Anggoro, S. 1992. Efek Osmotik Berbagai Tingkat Salinitas Media Terhadap Daya tetas Telur dan Vitalitas Larva Udang Windu (Penaeus monodon F.). Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana, IPB. Bogor.

______, S. Rudiyanti dan I. Y. Rahmawati. 2013. Domestikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Melalui Optimalisasi Media dan Pakan. Journal of Management of Aquatic Resources. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 119-127

_______, F. Purwanti, W. T. Taufani and K. Nakamura. 2018. Effect of Osmotic Shocks on Sodium Regulation and Na-K-ATPase Activity of Pacific White Shrimp (Litopenaeus vannamei Boone, 1931). Proceedings of the Pakistan Academy of Sciences : Pakistan Academy of Sciences B. Life and Environmental Sciences 55 (1) : 15–19 (2018) Copyright © Pakistan Academy of Sciences ISSN: 2518-4261 (print), ISSN 2518-427X (online).

Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. PT. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta.

Hanafiah, K.A. 1995. Rancangan Percobaan, Teori dan Aplikasi. Edisi ke-2 Cetakan 4. Penerbit Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang.

Hardianti, Q., Rusliadi., Mulyadi. 2016. Effect Of Feeding Made With Different Composition On Growth and Survival Seeds Of Barramundi (Lates calcarifer , Bloch ). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 9 (1): 1-10

Ismi, S. dan N. A. Yasmina. 2011. Pengamatan Perkembangan Benih Kerapu Hidrid Hasil Persilangan Antara Jantan Kerapu Kertang (Epinephelus Lanceolatus) dengan Betina Kerapu Macan (E. fuscoguttatus). Prosiding Seminar Nasional Kelautan VII. Inspiring Sea For Live : Tantangan dalam Pengelolaan Sumberdaya secara Bijaksana dan Berkelanjutan. Universitas Hang Tuah, Surabaya, 20 April 2011. hlm. 81-100.

Lim L. M., S. Senoo, S. Siddiquee and K. F. Rodrigues. 2014 Molecular Markers for Parentage Analysis in the Grouper F1 Hybrid Epinephelus coiodes X Epinephelus

lanceolatus (Actinopterygii : Perciformes : Serranidae). Acta Ichthhyologica et

Piscatoria 44 (1) : 59-64.

Listiani, L. 2002. Pengaruh Salinitas Terhadap Perkembangan Embrio Pertumbuhan Serta Kelangsungan Hidup Larva Kakap Merah (Lutjanusargentimaculatus) Sampai Umur 12 Hari. Universitas Diponegoro. Semarang.

Moumita de, M. A. Ghaffar, Y. Bakar, Zaidi, C. Cob and S. K. Das. 2016. Optimal Temperature for the Growth Form of Tiger Grouper (Epinephelus fuscoguttatus ♀) × Giant Grouper (E. lanceolatus ♂) Hybrid. Sains Malaysiana 45(4)(2016): 541– 549.

(8)

29

Moelyanto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Soetomo, H.A., 1997. Teknik Budi Daya Ikan Kakap Putih di Air Laut, Air Payau, Dan Air Tawar.Perwajahan : PT TRIGENDA KARYA.

Sudjana. 1989. Desain dan Analisis Eksperimen. Edisi III. Penerbit Tarsito, Bandung. Zairin, M. Jr. 2003. Endokrinologi dan Perannya Bagi Masa Depan Perikanan

Referensi

Dokumen terkait

Menghitung elevasi dari endapan sedimen yang mencapai bendungan yang merupakan titik dasar kedalaman baru ( new zero elevation ) berdasarkan hasil perpotongan antara

(5) Sukwanto, Kepala Bidang Perindustrian KabupatenPurbalingga, yang telahmemberikanpenjelasantentang batik Purbalingga serta upaya untuk memberikan perlindungan hukum

Menurut penulis, Ibu tiri dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai ibu tiri yang baik, dan keberhasilannya sebagai ibu tiri dengan kondisi keluarga yang kompleks

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dari penelitian, dihasilkan suatu Program Aplikasi Sistem Informasi Pengolahan Data Hasil Tes Pemanduan Bakat Cabang

Ditinjau dari segi materi pembelajaran, pembelajaran PAI bagi anak tuna grahita di SDLB/C Widya Bhakti sudah menggunakan materi sesuai ketentuan dari Badan Standar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) aktivitas belajar peserta didik kelas VII IPS SMP PGRI Tumbang Mirah dengan menggunakan Penerapan Metode Kerja Kelompok lebih

Awal mula perubahan fungsi ini tentu disebabkan karena beberapa faktor antara lain kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam upaya pelestarian Iyabelāle ini

Pendekatan Penelitian yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah uṣûl al-fiqh dengan menggunakan teori perbedaan dalam penggunaan metode penemuan