• Tidak ada hasil yang ditemukan

UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4, Nomor 1 Juli 2017

UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Age, Education, Work and Knowledge with Lower Heavy Service

*Noni Kristiana **Elvi Juliansyah

*Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Kapuas Raya Sintang

Abstrak

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang usia gestasi. Terjadi peningkatan kasus pada BBLR dari tahun 2011 sampai tahun 2013

mulai dari 116 menjadi 150 kasus (77,3%), dan 150 menjadi 153 kasus (93%). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Berat Badan Lahir

Rendah di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang 2014. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini

adalah keseluruhan ibu yang bayinya di rawat di ruangan Perinatologi pada tahun 2013 RSUD Ade M

Djoen Sintang berjumlah 365 orang kemudian sampel di ambil sebanyak 78 ibu menggunakan metode

purposive sampling.analisis data menggunakan univariat dan bivariat dengan taraf signifikansi 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 49 ibu dengan BBLR sedangkan 29 ibu tidak BBLR.

Dari uji statistik Chi Square, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara umur (p=0,082), pendidikan

(p=0,728), dan pekerjaan (p=0,423). Ada hubungan pengetahuan (p=0,049), OR sebesar 2,987 dengan

kejadian BBLR. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan rendah berisiko 2,987 kali dibandingkan

dengan ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan penetahuan dengan kejadian BBLR. Saran agar ibu-ibu lebih sering mendengar atau

mengikuti program pendidikan bagi ibu hamil baik yang formal maupun melalui media televisi atau

media lainnya untuk meningkatkan pengetahuan.

Kata Kunci : BBLR, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, dan Pengetahuan

Abstract

Low birth weight babies (LBW) are babies with birth weight less than 2500 grams regardless of

gestational age. An increase in cases of LBW from 2011 to 2013 ranged from 116 to 150 cases

(77.3%), and 150 to 153 cases (93%). The purpose of this study is to determine the factors associated

with the incidence of Low Birth Weight in Space Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang

2014. This study uses a type of Cross Sectional research with quantitative approach. The population of

this study were all mothers whose babies were treated in the perinatology room in 2013 Ade M Djoen

Sintang hospitals amounted to 365 people and then the samples were taken by 78 mothers using

purposive sampling method. Data analysis using univariate and bivariate with 95% significance level.

The results showed that 49 mothers with LBW while 29 mothers were not LBW. From the Chi Square

statistical test, there was no correlation between age (p = 0,082), education (p = 0,728), and job (p =

0,423). There is knowledge relation (p = 0,049), OR equal to 2,987 with occurrence of LBW. Pregnant

women who have low knowledge risk 2.987 times compared with pregnant women who have good

knowledge. This study can be concluded that there is a knowledge relationship with the occurrence of

LBW. Suggestion that mothers more often hear or follow education program for pregnant mother

either formal or through media of television or other media to increase knowledge.

(2)

Volume 4, Nomor 1 Juli 2017

A. Pendahuluan

Salah satu indikator penting untuk

menilai

tinggi

atau

rendahnya

derajat

kesehatan masyarakat adalah dilihat dari

Angka Kematian Bayi (AKB). Bahkan

dibandingkan dengan indikator lainnya seperti

morbiditas, AKB lebih sensitif karena AKB

universal akan lebih tinggi pada negara yang

kemajuan sosial ekonominya rendah, sehingga

sangat beralasan bila perhatian besar diberikan

pemerintah untuk penanggulangan kematian

bayi (Sulaeman, 2009).

Tingkat kematian bayi yang lahir dengan

berat badan rendah telah terbukti sangat tinggi

di beberapa studi. Bayi Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) termasuk 10 penyebab

kematian

terbesar

di

negara-negara

berpenghasilan rendah dan berkembang pada

tahun 2004 (WHO, 2008). BBLR adalah

satu-satunya prediktor mortalitas yang paling kuat

dalam beberapa bulan pertama kehidupannya

dan merupakan penentu utama kematian,

morbiditas dan kecacatan pada masa bayi dan

anak-anak dan juga memiliki dampak jangka

panjang pada hasil kesehatan dalam kehidupan

dewasa (WHO, 2011).

Posisi percepatan Tujuan Pembangunan

Milenium (TPM) di Indonesia hingga tahun

2003, sekaligus kecenderungan pencapaiannya

sampai dengan tahun 2015 dibidang kesehatan

(Indrawati, 2005). Berikut adalah pencapaian

yang dimaksud yang terkait dengan kesehatan

umumnya

dan

kesehatan

lingkungan

khususnya

disertai

dengan

beberapa

kecenderungannya. Target 5: Menurunkan

Angka Kematian Balita (AKBA) sebesar

dua-pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015. AKB

juga menurun tajam menjadi 35 per 1000

kelahiran hidup pada kurun 1998-2002.

Walaupun begitu angka kematian bayi ini

masih tergolong tinggi jika dibandingkan

dengan Negara anggota ASEAN lain, yaitu 4,6

kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih

tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi

dari Thailand. Variasi kematian bayi antar

propinsi masih cukup besar, dengan kematian

paling tinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat

yaitu hampir lima kali lebih tinggi dari angka

kematian bayi di Yogyakarta. Diprediksi ada

kecenderungan penurunan AKBA menjadi

sebesar 32 dan AKB sebesar 23 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2015 (Sarudji,

2010).

Kematian

bayi

terbanyak

karena

gangguan perinatal, dari seluruh kematian

perinatal, sekitar 2-27% disebabkan karena

kelahiran BBLR. Sementara itu, prevalensi

BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu

sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI,

2005). Tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5

juta kematian neonatal dinegara berkembang

atau penghasilan rendah. Lebih dari dua

pertiga kematian adalah BBLR yaitu berat

badan

lahir

kurang

dari

2500

gram.

Berdasarkan hasil penelitian mengatakan

secara global diperkirakan terdapat 25 juta

persalinan pertahun dimana 17% diantaranya

adalah BBLR dan hampir semua terjadi di

negara berkembang (Zaenab, 2006).

Setiap tahun diperkirakan terjadi 4,3 juta

kelahiran mati dan 3,3 juta kematian neonatal

di seluruh dunia. Meskipun AKB di berbagai

dunia telah mengalami penurunan, namun

kontribusi kematian neonatal pada kematian

bayi semakin tinggi (Prameswari, 2007).

Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia

menunjukkan kecenderungan penurunan yang

sangat lambat dalam waktu 10 tahun bila

dibandingkan dengan angka kematian bayi dan

balita. AKN pada tahun 1997 sebesar 26/1000

KH menurun menjadi 20/1000 KH (SDKI

2002-2003) dan 19/1000 KH sesuai hasil SDKI

2007. Perhatian terhadap upaya penurunan

AKN menjadi penting karena kematian

neonatal memberikan kontribusi terhadap 56%

kematian bayi (Depkes RI, 2008).

Menurut laporan Tahunan di Ruang

Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen

Sintang, Tahun 2011 terdapat kejadian berat

badan lahir rendah sebanyak 116 kasus. Tahun

2012 terdapat kejadian berat badan lahir

rendah sebanyak 150 kasus. Tahun 2013 kasus

BBLR di ruang perinatologi sebanyak 153

kasus dengan angka mortalitas 21 kasus.

Terjadi peningkatan kasus pada BBLR dari

tahun ke tahun mulai dari 116 menjadi 150

kasus (77,3%), dan 150 menjadi 153 kasus

(93%).

Berdasarkan data maka peneliti perlu

untuk melakukan penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade

Muhammad Djoen Sintang tahun 2014.

(3)

B. Metode

Peneliltian

ini

adalah

penelitian

kuantitatif non eksperimental yaitu explanatory

research. Adapun metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survey

dengan rancangan penelitian Cross Sectional

Study dimana pengambilan data antara variabel

bebas dan variabel terikat dilakukan dalam satu

waktu secara bersamaan.

Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi (Arikunto, 2010). Jadi

populasi penelitian ini adalah keseluruhan ibu

yang bayinya di rawat di ruangan Perinatologi

pada tahun 2013 RSUD Ade M. Djoen Sintang

berjumlah 365 orang. Waktu pengambilan

populasi bulan Mei Tahun 2014.

Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang di teliti. Pengambilan sampel

harus dilakukan sedemikian rupa sehingga di

peroleh sampel (contoh) yang benar-benar

dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat

menggambarkan

keadaan

populasi

yang

sebenarnya

(Arikunto,2010).

Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling.

Mengolah dan menganalisis data, baik

pada saat uji validitas dan reliabilitas, maupun

mengolah

dan

menganalisis

data

hasil

penelitian, peneliti menggunakan program

komputer. Program ini digunakan dengan

pertimbangan selain dari aspek kecepatan dan

kemudahan juga karena program ini memiliki

ketelitian yang sangat tinggi dan paling umum

digunakan dalam penelitian dibidang apapun

(Agushybana, 2006).

C. Hasil

1. Hasil Analisis Univariat

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR di Ruang Perinatalogi

RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014

Kejadian BBLR

n

%

BBLR

49

62,8

Tidak BBLR

29

37,2

Total

78

100

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa

ibu dengan kejadian BBLR sebanyak 49 ibu

(62,8%) sedangkan ibu yang tidak BBLR

sebanyak 29 ibu (37,2%).

2. Hasil Analisis Bivariat

Tabel 2

Hubungan Umur, Pendidikan, Pekerjaan dan Pengetahuan dengan Kejadian BBLR

di Ruang Perinatalogi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014

BBLR

Total

Variabel BBLR Tidak BBLR 95% OR P Value

n % n % n % Risiko 19 79,2 5 20,8 24 100 Umur 3,040 0,082 Tidak Berisiko 30 55,6 24 44,4 54 100 Rendah 32 65,3 17 34,7 49 100 Pendidikan 1,329 0,728 Tinggi 17 58,6 12 41,4 29 100 Bekerja 13 54,2 11 45,8 49 100 Pekerjaan 0,591 0,425 Tidak Bekerja 36 66,7 18 33,3 29 100 Tidak Baik 30 66,7 15 33,3 45 100 Pengetahuan 2,987 0,049

(4)

Volume 4, Nomor 1 Juli 2017

Berdasarkan tabel 2, hubungan umur

berisiko dengan kejadian BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen

Sintang Tahun 2014 sebanyak 19 ibu (79,2%),

sedangkan umur tidak berisiko sebanyak 30

ibu (55,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai

P=0,082 lebih besar dari =0,05. Maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan antara umur

dengan kejadian BBLR.

Berdasarkan tabel 2, hubungan tingkat

pendidikan rendah dengan kejadian BBLR di

Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad

Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 32 ibu

(65,3%) sedangkan tingkat pendidikan tinggi

sebanyak 17 ibu (58,6%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai P=0,728 lebih besar dari =

0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara pendidikan dengan kejadian

BBLR.

D. Pembahasan

1. Hubungan Umur dengan Kejadian

BBLR

Umur mempunyai pengaruh terhadap

kehamilan dan persalinan ibu. Usia yang

kemungkinan tidak risiko tinggi pada saat

kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-35

tahun, karena pada usia tersebut rahim

sudah siap menerima kehamilan, mental

sudah matang dan sudah mampu merawat

bayi dan dirinya. Sedangkan umur <20

tahun dan > 35 tahun merupakan umur yang

risiko tinggi terhadap kehamilan dan

persalinan (Cuningham, 2005). Dengan

demikian diketahui bahwa umur ibu pada

saat melahirkan turut berpengaruh terhadap

morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak

yang dilahirkan. Ibu yang berumur kurang

dari 20 tahun rahim dan bagian tubuh

lainnya belum siap untuk menerima

kehamilan dan cenderung kurang perhatian

terhadap kehamilannya. Ibu yang berumur

20-35 tahun rahim dan bagian tubuh lainnya

sudah siap untuk menerima dan

diharapkan untuk memerhatikan

kehamilannya.

Besarnya kejadian BBLR bukan hanya

terjadi pada kelompok umur yang non

produktif. Akan tetapi pada kelompak umur

produktif yang tergolong aman untuk

melahirkan

terkait

dengan

adanya

pergeseran

usia

menikah

dikalangan

masyarakat yang dulu pernah memiliki

Berdasarkan tabel 2, hubungan bekerja

dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi

RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang Tahun

2014 sebanyak 13 ibu (54,2%), sedangkan

tidak bekerja sebanyak 36 ibu (66,7%). Hasil

uji statistijk diperoleh nilai P=0,425 lebih

besar dari

=0,05. Maka dapat disimpulkan

tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan

kejadian BBLR.

Berdasarkan

tabel

2,

hubungan

pengetahuan tidak baik dengan kejadian BBLR

di Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad

Djoen Sintang Tahun 2014 sebanyak 30 ibu

(66,7%),

sedangkan

pengetahuan

baik

sebanyak 19 ibu (57,6%). Hasil uji statistik

diperoleh nilai P=0,519 lebih besar dari

=0,05. Maka dapat disimpulkan tidak ada

hubungan antara pengetahuan dengan kejadian

BBLR.

budaya menikah diusia dini, seperti setelah

menstruasi pertama datang, menjadi setelah

tamat SLTA atau usia seperti diatas 20

tahun ke atas (Sistriani, 2008).

Hal itu dapat dijelaskan

karena

sebagian

masyarakat

telah

banyak

mengetahui akibat buruk dari perkawinan

usia muda. Tingginya usia perkawinan pada

kelompok umur tersebut juga dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang

semakin baik tentang kesehatan reproduksi.

Masyarakat secara umum sudah mulai

mengerti masa perkawinan yang ideal

sesuai

dengan

kematangan

organ

reproduksi, mental ataupun sosial.

Berdasarkan

distribusi

frekuensi

menunjukkan bahwa ibu memiliki umur

berisiko <20 tahun dan >35 tahun sebanyak

24 ibu (30,8%) dan ibu memiliki umur

yang tidak berisiko 20-35 tahun sebanyak

54 ibu (69,2%). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ibu dengan umur

berisiko terhadap kejadian BBLR sebanyak

19 ibu (79,2 %). Sedangkan ibu dengan

umur tidak berisiko dengan kejadian BBLR

sebanyak 30 ibu (55,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi

Square diperoleh P=0,082 artinya tidak ada

hubungan yang bermakna antara umur

dengan

kejadian

BBLR

di

Ruang

Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen

Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil

penelitian yang didapat, bahwa teori dan

(5)

hasil penelitian tidak terdapat keterkaitan,

karena dari hasil penelitian yang didapat ibu

yang memiliki umur tidak berisiko terhadap

kejadian BBLR lebih banyak dibandingkan

ibu berisiko terhadap kejadian BBLR. Hal

ini menunjukkan bahwa ibu umur tidak

berisiko dapat terjadi BBLR. artinya tidak

selamanya umur berbanding lurus dengan

kejadian BBLR.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh Lili

Nurlaili,

terhadap

kejadian

BBLR

dikelurahan kesepuhan kota Cirebon Tahun

2009, menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara umur

dengan kejadian BBLR dengan P=1,000.

Penelitian

ini

berbeda

dengan

penelitian yang dilakukan oleh Nita

Merzelia terhadap determinan kejadian

BBLR yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara kejadian

BBLR dengan umur ibu hamil dengan

P=0,000.

2. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian

BBLR

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha

manusia untuk meningkatkan kepribadiannya

dengan

jalan

membina

potensi-potensi

pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa,

cipta dan budi nurani). Pendidikan juga berarti

lembaga yang bertanggungjawab menetapkan

cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan

organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini

meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat

(Ihsan Fuad, 2005).

Tingkat pendidikan ibu menggambarkan

pengetahuan

kesehatan.

Seseorang

yang

memiliki

pendidikan

tinggi

mempunyai

kemungkinan pengetahuan tentang kesehatan

juga tinggi, karena makin mudah memperoleh

informasi yang didapatkan tentang kesehatan

lebih banyak dibandingkan dengan yang

berpendidikan rendah. Sebaliknya pendidikan

yang kurang menghambat perkembangan

seseorang terhadap nilai-nilai yang baru di

kenal (Notoadmojo, 2007). Semakin tinggi

tingkat pengetahuan ibu, semakin tinggi pula

pengetahuan kesehatan. Pendidikan yang

tinggi memudahkan seseorang menerima

informasi lebih banyak dibandingkan dengan

pendidikan rendah. Pengetahuan kesehatan

yang tinggi menunjang perilaku hidup sehat

dalam penuhan gizi ibu selama kehamilan.

Oleh karena itu perlu dilakukan pendidikan

kesehatan oleh tenaga kesehatan. Pendidikan

kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu

usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan

kepada masyarakat, kelompok, atau individu.

Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan

tersebut

masyarakat

dapat

memperoleh

pengetahuan tentang pentingnya asupan nutrisi

selama kehamilan.

Berdasarkan

distribusi

frekuensi

menunjukkan ibu yang memiliki pendidikan

rendah tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP

sebanyak 49 ibu (62,8%) dan ibu memiliki

tingkat pendidikan tinggi tamat SMP, tamat

perguruan tinggi sebanyak 29 ibu (37,2%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu

dengan pendidikan rendah terhadap kejadian

BBLR sebanyak 32 ibu (65,3%). Sedangkan

ibu dengan pendidikan tinggi terhadap

kejadian BBLR sebanyak 17 ibu (58,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi

Square di peroleh P=0,728 artinya tidak ada

hubungan bermakna antara pendidikan dengan

kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD

Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil

penelitian yang didapat bahwa tidak ada

keterkaitan antara pendidikan dengan BBLR,

tidak selamanya orang berpendidikan tinggi

memiliki

pengetahuan

yang

baik,

dan

sebaliknya tidak selamanya orang yang

berpendidikan rendah memilki pengetahuan

yang tidak baik.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pipit Festy terhadap

analisis faktor risiko dengan kejadian BBLR

yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara kejadian BBLR dengan

pendidikan ibu hamil dengan P=0,002.

3. Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian

BBLR

Pekerjaan fisik banyak dihubungkan

dengan peranan seorang ibu yang mempunyai

pekerjaan tambahan di luar pekerjaan rumah

tangga dalam upaya meningkatkan pendapatan

keluarga. Beratnya pekerjaaan ibu selama

kehamilan dapat menimbulkan terjadinya

prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat

dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin

yang sedang dikandungnya (Manuaba, 2010).

Bila

seorang

ibu

ikut

membantu

penghasilan dalam rumah tangga maka pada

saat hamil mereka lebih banyak mengeluarkan

(6)

Volume 4, Nomor 1 Juli 2017

tenaga dan pikiran maka efeknya dapat

berpengaruh pada pemeriksaan kehamilan.

Pekerjaan

sangat

menentukan

terhadap

seseorang untuk berbuat sesuatu kegiatan.

Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan

ibu, dengan banyak kesibukan maka ibu

kadang- kadang lupa untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan tepat waktu, namun

pekerjaan

bukanlah

penghambat

dalam

bertindak bila ada kemauan ataupun ibu

memiliki pengetahuan yang baik terhadap

kesehatan maka ia akan berusaha untuk

melakukan

tindakan

dalam

hal

ini

memeriksakan kehamilannya.

Berdasarkan

distribusi

frekuensi

menunjukkan ibu yang bekerja petani, swasta,

PNS sebanyak 24 ibu (30,8%) dan ibu yang

tidak bekerja Ibu Rumah Tangga sebanyak 54

ibu (69,2%). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa ibu dengan bekerja terhadap kejadian

BBLR sebanyak 13 ibu (54,2%). Sedangkan

ibu dengan tidak bekerja terhadap kejadian

BBLR sebanyak 36 ibu (66,7%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi

Square di peroleh P= 0,423 artinya tidak ada

hubungan

bermakna

pekerjaan

dengan

kejadian BBLR di Ruang Perinatologi RSUD

Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil

penelitian bahwa tidak ada hubungan antara

teori dengan hasil penelitian, karena dari hasil

penelitian ibu yang tidak bekerja terhadap

kejadian BBLR lebih banyak dibandingkan ibu

bekerja terhadap kejadian BBLR. hal ini

menunjukkan bahwa tidak selamanya ibu yang

bekerja dapat mengakibatkan prematuritas atau

BBLR

karena

dengan

mendapatkan

penghasilan, mereka akan lebih mengutamakan

kesehatan untuk memeriksakan kehamilan dan

dengan pengetahuan yang baik mereka akan

lebih menjaga masa kehamilannya dengan

istirahat yang cukup.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan sebelumnya oleh Pipit Festy

terhadap analisis faktor risiko dengan kejadian

BBLR, menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara pekerjaan

dengan kejadian BBLR.

4.

Hubungan Pengetahuan dengan

Kejadian BBLR

Pengetahuan

atau

kognitif

merupakan

domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan

adalah

pembentukan

pemikiran asosiatif yang menghubungakan dan

menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan.

Bahwa pengetahuan adakalanya dikategorikan

sebagai terstruktur, tidak terstruktur, eksplisit

atau implisit. Jika pengetahuan diorganisasikan

dan mudah diseminasikan disebut pengetahuan

terstruktur dan dipahami, tetapi tidak dengan

jelas dinyatakan adalahpengetahuan implisit,

yaitu keahlian dan pengalaman pekerja yang

belum didokumentasikan secara formal untuk

mengkonversi pengetahuan implisit ke dalam

pengetahuan

eksplisit

tersebut

harus

diekstraksi dan diformat. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(over behavior).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu pendidikan dan

pekerjan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung

seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang, makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi, dengan pendidikan tinggi

maka seseorang akan cendeerung untuk

mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yag didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendididkan dimana di harapkan seseorang

dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pengetahuannya. Namun

perlu di tekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh

pada pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang

tentang

sesuatu

objek

juga

mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

aspek negatif. Kedua aspek inilah yang

akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek

positif dari objek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap

objek tersebut (Erfandi, 2009).

(7)

Berdasarkan

distribusi

frekuensi

menunjukkan ibu memiliki pengetahuan tidak

baik jika menjawab pertanyaan dengan benar <

70% sebanyak 45 ibu (57,7%) dan ibu

pengetahuan baik jika menjawab pertanyaan

dengan benar ≥ 70% sebanyak 33 ibu (42,3%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu

dengan pengetahuan tidak baik terhadap

kejadian BBLR sebanyak 30 ibu (66,7%).

Sedangkan ibu dengan pengetahuan baik

terhadap kejadian BBLR sebanyak 19 ibu

(57,6%).

Hasil uji statistik menggunakan Chi

Square di peroleh nilai P=0,519 artinya tidak

ada hubungan bermakna antara pengetahuan

dengan kejadian BBLR di Ruang Perinatologi

RSUD Ade M Djoen Sintang tahun 2014.

Berdasarkan teori yang ada dan hasil

penelitian yang didapat, bahwa teori dan hasil

penelitian tidak terdapat hubungan, hal ini

menunjukkan

bahwa

tidak

selamanya

pengetahuan tidak baik menyebabkan BBLR.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang di lakukan oleh novera idayanti, terhadap

tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap

penyebab BBLR di Klaten Tahun 2013, namun

hanya dapat dijelaskan berdasarkan tingkat

pengetahuan baik 17,6%, pengetahuan cukup

61,8% dan pengetahuan kurang 20,6%.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ade

Muhammad Djoen Sintang Tahun 2014, dapat

disimpulkan bahwa: tidak ada hubungan antara

Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, dan

Pengetahuan Ibu dengan kejadian BBLR di

Ruang Perinatologi RSUD Ade Muhammad

Djoen Sintang Tahun 2014. Ada hubungan

antara Pengetahuan Ibu (=0,049) dengan OR

2,987 terhadap kejadian BBLR di Ruang

Perinatologi RSUD Ade Muhammad Djoen

Sintang Tahun 2014.

Daftar Pustaka

Almatsier. 2005.

Prinsip-prinsip Ilmu

Gizi.

Jakarta : PT Gramedia Pusaka Utama

Bobak.

(2004). Buku ajar keperawatan

maternitas, alih bahasa maria A

Wijayarini, Peter I, cetakan I. Jakarta:

EGC

Depkes

RI.

2008.

Modul

(Buku

Acuan)Manajemen Bayi Berat Lahir

Rendah(BBLR) Untuk Bidan Di Desa.

Jakarta : Depkes RI

Francin,

P. (2005). Gizi Dalam Kesehatan

Reproduksi. Jakarta: EGC

Fuadi, I. 2005. Konsep dasar Pendidikan.

Jakarta: Salemba Medika

Kosim,

M Sholeh, dkk. 2005. Buku Ajar

Neonatologi, Edisi Pertama. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI

Laporan Tahunan Ruangan Perinatologi. 2013.

RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang

Manuaba, I.B.G. (2010). Ilmu Kebidanan,

Penyakit Kandungan dan KB Untuk

Pendidikan Bidan, Edisi 2. Jakarta: EGC

Maryanti, Dwi. 2011. Penatalaksanaan Pada

Bayi Risiko Tinggi. Jakarta: Rineka

Cipta

Mochtar, R. 2004. Sinopsis Obstetri, Obstetri

Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:

EGC

Notoatmodjo,

S.

2011.

Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Prawirohardjo,

S. 2005. Ilmu Kandungan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Proverawati,

Atikah dan Cahyo Ismawati.

(2010). Berat Badan Lahir Rendah.

Yogyakarta : Nuha Medika

Profil Rumah Sakit Ade Muhammad Djoen

Sintang. 2013

Pudjiaadi. 2010. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.

Jakarta : FK UI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

2007.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas)

Nasional

2007.

Jakarta:

Badan Litbangkes, DepKes RI

Saepudin, M. (2011). Metodologi Penelitian

Kesehatan Masyarakat.

Jakarta:

Trans

Info Media

Sarudji. D. (2010).

Kesehatan Lingkungan.

Bandung: Karya Putra Darwati

Sarwono.

(2007).

Ilmu

Kebidanan.

Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Soekidjo Notoatmodjo. 2011.

Metodologi

Penelitan Kesehatan.

Jakarta:

Rineka

Cipta

Sulaeman,

E.S.

2009.

Manajemen

KesehatanTeori

dan

Praktek

di

(8)
(9)

Puskesmas. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Sutanto, P.H. (2007). Analisis Data Kesehatan.

Jakarta: FKM UI

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan

Edisi V. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Wong,

Donna.

L.

2008.

Buku

Ajar

Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Asiyah, S. 2010. Karakteristik Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) Sampai Tribulan

II Tahun 2009 Di kota Kediri.Jurnal

Kesehatan suara Forikes

Festy. P. 2010. Analisis Faktor Risiko Pada

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) Di Kabupaten Sumenep. Skripsi

Himawan, A.W. 2006. Hubungan Antara

Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita

di Kelurahan Sekaran Kecamatan

Gunungpati Semarang. Skripsi.

Semarang: Universitas Negeri Semarang

Idayanti, N. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu

Hamil Tentang Penyebab Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR) Di BPM Sang

Timur

Klaten

Tahun

2013.

KTI

Merzelia, N. 2012. Determinan Kejadian Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) Di

Kabupaten Belitung Timur Provinsi

kepulauan Bangka Belitung. Skripsi

FKM. Universitas Indonesia

Nurhadi.

2006. Faktor Resiko Ibu Dan

Layanan Antenatal Terhadap Kejadian

BBLR Di BP RSUD Kraton Pekalongan.

Tesis. Universitas Diponegoro

Nurlaili,

L. 2009. Beberapa Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Berat

Badan Lahir Rendah Di Kelurahan

Kesepuhan Kabupaten Cirebon. Skripsi

Sistriani,

C. 2008. Faktor Maternal dan

Kualitas Pelayanan Antenatal yang

Beresiko terhadap Kejadian Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) Studi pada

Ibu yang Periksa Hamil Ke Tenaga

Kesehatan dan Melahirkan di RSUD

Banyumas. Tesis FKM. Universitas

Diponegoro

Simanjuntak,

Nelly, A. 2009. Hubungan

Anemia pada Ibu Hamil dengan

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Badan Pengelola Rumah

Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat

Kabupaten Labuhan Batu Tahun

2008-2009.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan pembelajaran, bagi peserta didik yang sudah mencapai kompetensi yang ditentukan (membaca, menghafal, dan menulis Q.S. al-Falaq dengan tart³ l , lancar,

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari variabel Modal, Jumlah Anggota dan Promosi terhadap Sisa hasil Usaha pada Koperasi Pegawai Negeri Harapan Kendal selama

Menimbang, bahwa hakim tingkat pertama dalam pertimbangannya menyatakan bahwa terhadap satu petak kedai kontrakan di Pasar Lubuk Alung dan perhiasan emas lebih kurang

‘Is this a good time for you both, or would you like to be left alone?’ Fitz looked at the Doctor’s naked torso, the damp towel in his own hand and the way he’d been bathing

Pada dasarnya tidak ada yang membedakan porsi atau pembagian harta warisan antara anak luar kawin dengan anak yang lahir dari perkawinan yang sah apabila

SAPROTAN BENIH UTAMA 027.1/21/E-Cat.PdInbrd- SPR/III/Pml/2020 07-Apr-20 06-Jun-20 15 APBN Pengadaan Benih Padi untuk Pengembangan Budidaya Padi Kaya Gizi.. (Biofortifikasi)

dicapai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dan DIY tahun 2007-2011 diukur dengan rasio kemandirian keuangan daerah, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio efektivitas

Apakah Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2002 sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang pemberian kompensasi, restitusi dan atau rehabilitasi