• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENOK ILA KARTILA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ENOK ILA KARTILA SKRIPSI"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SAMPAH RUMAH TANGGA

(Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor)

ENOK ILA KARTILA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN

SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN

(2)

DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, BOGOR TENGAH,

KOTA BOGOR

ENOK ILA KARTILA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(3)

ANNA FATCHIYA dan GATOT YULIANTO.

Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar untuk aktivitas mandi, cuci, kakus, budidaya keramba, dan sarana untuk membuang sampah. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi Sungai Ciliwung. Sebagai bagian tengah Sungai Ciliwung, pemanfaatan yang tidak terkendali akan berkontribusi menyebabkan pencemaran ke Sungai Ciliwung bagian hilir dan Teluk Jakarta, sebagai muara Sungai

Ciliwung. Hal ini terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah ke sungai ; (2). Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga ; (3). Hubungan antara

karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan ; (4). Hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 40 orang. Unit analisis adalah ibu rumah tangga yang merupakan bagian dari anggota masyarakat bantaran Sungai Ciliwung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Kelurahan Babakan Pasar memiliki sikap positif dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga. Sebagian besar responden juga memiliki tindakan yang positif dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

Hubungan antara jarak rumah ke sungai dengan sikap memiliki hubungan negatif dengan nilai korelasi rendah dan signifikan. Sedangkan hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan memiliki hubungan positif yang signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%) dan hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tindakan memiliki hubungan negatif pada taraf nyata 0,2 (80%).

Hubungan antara sikap dengan tindakan memiliki hubungan positif yang signifikan pada taraf nyata 0,05 (95%). Hal ini menunjukkan semakin positif sikap seseorang maka akan semakin positif/baik tindakannya.

Kata Kunci : Sungai Ciliwung, Sikap, Tindakan, aktivitas pembuangan sampah

(4)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN SAMPAH RUMAH TANGGA (Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor)

adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, September 2008

Enok Ila Kartila C 44104029

(5)

© Hak cipta milik Enok Ila Kartila, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

(6)

SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT BANTARAN

SUNGAI CILIWUNG DALAM AKTIVITAS PEMBUANGAN

SAMPAH RUMAH TANGGA

(Kasus di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor)

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ENOK ILA KARTILA C44104016

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(7)

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 3 1.4. Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pencemaran Air dan Sungai ... 4

2.2. Sungai dan Bantaran Sungai ... 4

2.3. Masyarakat Bantaran Sungai ... 5

2.4. Sampah ... 6

2.4.1. Pengertian Sampah ... 6

2.4.2. Penggolongan Sampah... 7

2.4.3. Penanganan Sampah... 9

2.5. Sikap dan Tindakan ... 10

2.5.1. Definisi Sikap dan Tindakan ... 11

2.5.2. Komponen/Struktur Sikap ... 11

2.5.3. Perubahan dan Pembentukan Sikap ... 12

2.5.4. Hubungan Sikap dengan Tindakan ... 13

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 14

IV. METODELOGI PENELITIAN ... 16

4.1. Metode Penelitian ... 16

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 16

4.3. Populasi dan Sampel ... 17

4.4. Metode Analisis ... 17

4.4.1. Analisis Korelasi Rank Spearman ... 17

4.5. Hipotesis Penelitian ... 20

4.6. Batasan dan Pengukuran ... 21

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 26

5.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam ... 26

5.1.2. Kependudukan ... 26

5.1.3. Pendidikan ... 27

5.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 28

5.1.5. Gambaran Umum Pemukiman Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar... 29

(8)

Halaman

5.2. Karakteristik Responden ... 31

5.2.1. Umur Responden ... 31

5.2.2. Lama Pendidikan ... 32

5.2.3. Tingkat Pendapatan ... 32

5.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 32

5.2.4. Lama Bermukim ... 33

5.2.5. Jarak Rumah ke Sungai ... 33

5.2.6. Volume Sampah ... 33

5.3. Faktor Eksternal ... 34

5.3.1. Ketersediaan Fasilitas Pembuangan Sampah ... 34

5.3.2. Aktivitas Tokoh Masyarakat ... 35

5.3.3. Sistem Drainase Lingkungan ... 36

5.4. Sikap Responden ... 37

5.4.1. Sikap Responden tentang Dampak Sampah yang Dibuang Ke Sungai Ciliwung ... 37

5.4.2. Sikap Responden dalam Aktivitas Membuang Sampah ke Sungai Ciliwung ... 39

5.5. Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Sampah Rumah Tangga ... 40

5.6. Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 43

5.6.1. Hubungan antara Umur dengan Sikap... 43

5.6.2. Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Sikap ... 44

5.6.3. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Sikap... 45

5.6.4. Hubungan antara Lama Bermukim dengan Sikap ... 46

5.6.5. Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Sikap... 46

5.7. Hubungan Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 47

5.7.1. Hubungan antara Umur dengan Tindakan ... 48

5.7.2. Hubungan antara Lama Pendidikan dengan Tindakan ... 48

5.7.3. Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tindakan... 49

5.7.4. Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Tindakan... .. 50

5.7.5. Hubungan antara Lama Bermukim dengan Tindakan... 50

5.7.6. Hubungan antara Volume Sampah dengan Tindakan ... 51

5.7.7. Hubungan antara Jarak Rumah ke Sungai dengan Tindakan.. 51

5.8. Hubungan antara Sikap dengan Tindakan dalam aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 54

6.1. Kesimpulan ... 54

6.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(9)

Halaman 1. Peta Daerah Penelitian... 58 2. Data Karakteristik Internal Responden ... 59 3. Atribut Sikap Responden dalam aktivitas Pembuangan Sampah

Rumah Tangga ………... 61 3. Atribut Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah

Rumah Tangga ... 65 4. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman

Karakteristik Internal Responden dengan Sikap... 66 5. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman

Karakteristik Internal dengan Responden Tindakan ... 67 6. Hasil Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman Sikap

dengan Tindakan Responden ... 68 7. Dokumentasi Penelitian... 69

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penafsiran Koefisien Korelasi... ... 20

2. Komposisi Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008... 27

3. Komposisi Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2008... 28

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008 ... 29

5. Karakteristik Internal Responden Bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 ... 31

6. Aktivitas Tokoh Masyarakat di Bantaran Sungai Ciliwung ... 35

7. Sistem Drainase di Bantaran Sungai Ciliwung... 36

8. Hasil Pengukuran Sikap Responden Terhadap Obyek Sikap ... 37

9. Tindakan Responden dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 42

10. Analisis Korelasi Karakterisik Internal Responden dengan Sikap dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 43

11. Analisis Korelasi Karakteristik Internal Responden dengan Tindakan dalam Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga ... 48

(11)

I.1. Latar Belakang

Sungai merupakan aliran dari mata air hulu mencari jalan ke arah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut (Rustamadji diacu dalam Priambodo, 2005). Sungai mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh manusia di sepanjang daerah aliran sungai, baik aktivitas positif maupun negatif, secara langsung dapat mempengaruhi lingkungan sungai itu sendiri. Selain itu, secara tidak langsung juga mempengaruhi lingkungan pesisir dan laut, tempat

bermuaranya aliran sungai.

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang mengalir melintasi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Depok dan Jakarta. Sungai Ciliwung yang melintasi Bogor dan bermuara di Teluk Jakarta, memiliki fungsi penting bagi masyarakat sekitar yaitu sebagai sumber air baku, jalur pariwisata (arung jeram), kegiatan pertanian, perikanan (antara lain budidaya ikan di keramba),dan

pemukiman penduduk. Berbagai macam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan sungai Ciliwung. Apabila aktivitas tersebut tidak terkendali dan berlebihan, dapat menyebabkan tekanan terhadap sungai Ciliwung yaitu berupa pencemaran.

Pencemaran yang terjadi di sepanjang aliran Sungai Ciliwung bersumber dari limbah domestik, limbah industri, dan limbah peternakan. Limbah domestik berasal dari aktivitas masyarakat dalam membuang limbah rumah tangga.

Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik dan dibuang begitu saja di sungai menjadikan lingkungan sungai tercemar, rawan banjir, mudah longsor, timbulnya penyakit menular danpada akhirnya dapat menyebabkan pencemaran laut. Hal ini tentu saja akan berdampak buruk tidak hanya bagi masyarakat pesisir tetapi juga bagi sumberdaya perikanan dan ekosistemnya.

Aktivitas pembuangan sampah oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung terjadi mulai dari hulu sampai hilir sungai. Hasil penelitian yang pernah dilakukan di hilir Sungai Ciliwung wilayah Jakarta menunjukkan bahwa masyarakat bantaran Sungai Ciliwung memiliki sikap dan

(12)

2

tindakan negatif dalam membuang sampah rumah tangga (Priambodo, 2005). Mengingat bahwa sungai merupakan suatu aliran air yang mengalir dari hulu ke hilir, maka aktivitas pembuangan sampah domestik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di bagian hulu atau tengah juga akan mempengaruhi kondisi

pencemaran sungai di bagian hilir. Oleh karena itu, diperlukan penelitian tentang sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di wilayah Bogor sebagai bagian hulu atau tengah Sungai Ciliwung. Salah satu wilayah Bogor yang dilalui oleh Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar.

1.2. Perumusan Masalah

Sungai Ciliwung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bogor. Salah satu kawasan yang dilewati oleh Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar. Sungai Ciliwung memiliki fungsi penting bagi masyarakat sekitar kelurahan Babakan Pasar yaitu sebagai sarana MCK (mandi, cuci, kakus), kegiatan perikanan seperti budidaya ikan keramba, dan pemukiman.

Adanya perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai merupakan salah satu penyebab terganggunya aliran Sungai Ciliwung. Diduga faktor yang

menyebabkan masyarakat Kelurahan Babakan Pasar membuang sampah ke Sungai Ciliwung adalah Kelurahan Babakan Pasar merupakan kawasan pemukiman padat penduduk dan perdagangan (pasar), tidak tersedianya lahan pengelolaan sampah yang baik, serta faktor kebiasaan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang membuang sampah di sungai.

Perilaku membuang sampah ke sungai yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam kegiatan pembuangan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji:

(1) Bagaimana sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga ke sungai?

(2) Bagaimana tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar dalam membuang sampah rumah tangga?

(13)

(3) Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga?

(4) Bagaimana hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

(1) Sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas dan dampak membuang sampah rumah tangga ke sungai

(2) Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar dalam membuang sampah rumah tangga (3) Hubungan antara karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung

dengan sikap dan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga

(4) Hubungan antara sikap dengan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah :

(1) Sebagai referensi pengembangan lebih lanjut tentang pengelolaan

lingkungan hidup pada umumnya dan perilaku masyarakat bantaran sungai terhadap aktivitas pembuangan sampah rumah tangga yang mempengaruhi lingkungan sungai pada khususnya,

(2) Bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya pengambilan kebijakan yang berkenaan dengan perencanaan dan penyusunan program lingkungan sungai.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Air dan Sungai

Menurut PP No 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam air untuk kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai tingkat tertentu sampai yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya.

Sumber pencemaran air sungai dapat dibedakan menjadi sumber domestik dan non domestik. Sumber pencemaran domestik adalah buangan dari

perkampungan, kota, pasar, jalan, terminal, rumah sakit dan sebagainya. Sumber pencemaran non domestik adalah pabrik, industri, pertanian, perikanan,

peternakan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya. Lahan di sepanjang sungai Ciliwung digunakan untuk berbagai kegiatan antara lain pemukiman, pertanian, perikanan. Limbah tersebut didistribusikan ke badan sungai sepanjang DAS Ciliwung sehingga terjadi pencemaran Sungai Ciliwung (Sastrawijaya 1991).

2.2. Sungai dan Bantaran Sungai

Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah tanah (Khordi, M Ghufran, Andi Baso Tancung 2007). Menurut Rustamadji diacu dalam Priambodo (2005) sungai merupakan aliran dari mata air di hulu mencari jalan ke arah yang lebih rendah (hilir) untuk akhirnya bermuara ke laut. Sungai memiliki fungsi antara lain : 1. sungai sebagai sumber air, 2. sungai sebagai pengendali banjir, 3. sungai sebagai sarana transportasi, 4. sungai sebagai daerah belakang, artinya pemukiman penduduk bantaran sungai yang membelakangi sungai, dan 5. sebagai daerah depan, artinya sungai merupakan common property yang dapat dinikmati oleh siapa saja secara positif maupun negatif (Rustamadji diacu dalam Priambodo 2005).

Berdasarkan sifat badan air, tanah, dan populasi biota air, sebuah sungai dapat dibedakan menjadi hulu, hilir, dan muara (Khordi et al 2007). Sungai bagian tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi biota air

(15)

sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh, aliran lambat, dan populasi biota air di dalamnya

termasuk banyak, tapi jenisnya kurang bervariasi, sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbatasan dengan laut. Di bagian sungai ini mempunyai tebing yang landai dan dangkal, badan air dalam, keruh serta mengalir lambat.

Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografi, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan (Manan 1995). Dalam sebuah DAS terdapat berbagai macam penggunaan lahan misalnya hutan lindung, pertanian, perikanan, kolam, tambak, pertanian, dan sebagainya. Sebagai contoh adalah DAS Ciliwung yang berhulu di kawasan puncak mengalir melewati Kota Bogor, Depok, dan bermuara di Jakarta.

Menurut Keppres No 32/1990 Pasal 1 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, bantaran sungai merupakan kawasan sepanjang kiri sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Peraturan pemerintah (PP) No 35/1991 Pasal 1 Tentang Sungai menjelaskan bahwa bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi (palung) sampai

dengan kaki tanggul (tepi sungai bagian bawah) sebelah dalam. Keppres No 32/1990 Pasal 16 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menyebutkan bahwa kriteria bantaran sungai yaitu sekurang-kurangnya 100 meter di kiri dan kanan (dilihat dari aliran sungainya) sungai besar dan 50 meter di kiri dan kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.

2.3. Masyarakat Bantaran Sungai

Menurut Tatawidjojo (2007) masyarakat yang tinggal di bantaran sungai memiliki karakteristik tipikal. Poin pembedanya adalah kohesivitas yang lebih erat dibanding masyarakat yang tinggal di fasilitas lain seperti rel kereta, maupun jalan raya. Hal itu disebabkan oleh digunakannya secara kolektif air sungai yang vital bagi kehidupan manusia. Lazimnya, daerah bantaran sungai tidak dijangkau oleh layanan air minum pemerintah, oleh karena itu kepentingan dan penggunaan air bersama akan air menciptakan adanya kesamaan antar masyarakat bantaran

(16)

6

sungai. Di sisi lain, masyarakat pinggir sungai cenderung untuk tinggal

berdekatan. Secara teoritis, jarak fisik tersebut dinamakan proximitas. Dua aspek ini, kesamaan dan kedekatan menghasilkan interaksi antar pribadi yang lebih intensif, dan menjadikan individu-individu lebih kohesif, yang kemudian mengidentifikasikan diri sebagai satu komunitas. Terlebih karena masyarakat Timur dikategorikan sebagai masyarakat kolektivis yang menghargai kekerabatan dan interrelasi antar individu, maka individu-individu yang tergabung akan memiliki rasa aman dan penerimaan sosial yang didapat dari sense of

belongingness pada komunitas. Individu yang memiliki sense of belongingness

pada komunitas akan menempatkan kepentingan komunitas dengan porsi yang lebih besar daripada individu yang tidak.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Priambodo (2005) di bagian hilir Sungai Ciliwung, Kelurahan Kampung Melayu, masyarakat bantaran Sungai Ciliwung memiliki tingkat pendapatan yang rendah dengan jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4-6 orang. Kondisi pemukiman masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Kampung Melayu tidak tertata rapi dan kumuh. Rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Kampung Melayu pada umumnya memiliki ukuran 10-50 m2 yang dibangun saling berimpitan antara rumah yang satu dengan rumah lainnya, dinding-dinding rumah terbuat dari kayu dan tidak memiliki halaman rumah serta minimnya ventilasi dari setiap ruangan rumah.

Pada umumnya masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Kampung Melayu adalah masyarakat pendatang. Masyarakat

pendatang tersebut membangun rumah di tepi sungai karena terdesak kebutuhan tempat tinggal dan terbatasnya lahan untuk membangun rumah sehingga

masyarakat pendatang memanfaatkan tepian sungai untuk membangun rumah. Sungai Ciliwung dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Kampung Melayu untuk kegiatan mencuci, kakus, dan tempat membuang sampah.

(17)

2.4. Sampah

2.4.1. Pengertian Sampah

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya, bersifat padat (Soemarwoto 1989). Hadiwiyoto (1983) menyatakan ciri-ciri sampah, sebagai berikut:

(1) Sampah adalah bahan sisa, baik bahan-bahan yang sudah tidak gunakan lagi (barang bekas) maupun bahan yang sudah diambil bagian utamanya. (2) Dari segi sosial ekonomis, sampah adalah bahan yang sudah tidak ada

harganya.

(3) Dari segi lingkungan, sampah adalah bahan buangan yang tidak berguna dan banyak menimbulkan masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

Berdasarkan ciri-ciri yang dapat dilihat di atas, dapat dibuat batasan yang definif tentang sampah yaitu sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan

pencemaran atau gangguan kelestarian.

2.4.2. Penggolongan sampah

Hadiwiyoto (1983) menyatakan penggolongan sampah dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya.

1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya.

Berdasarkan asalnya, sampah dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari asrama, rumah sakit, hotel-hotel dan kantor.

b. Sampah dari hasil kegiatan industri/pabrik.

c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.

(18)

8

d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar. e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan.

2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya

Berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam, yaitu: a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya

termasuk dalam golongan ini.

b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya

Berdasaran bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu:

a. Sampah berbentuk padatan (solid) misalnya daun, kertas, karton, kaleng, plastik.

b. Sampah berbentuk cairan(termasuk bubur) misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah.

c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbondioksida, ammonia, dan gas-gas lainnya.

4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya

Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah dapat dibedakan :

a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar. b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah luar

perkotaan, misalnya di desa, di daerah pemukiman, dan di pantai. 5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya

Berdasarkan proses terjadinya, sampah dibedakan antara lain:

a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadi karena proses alami,misalnya rontoknya daun-daunan di pekarangan rumah.

b. Sampah non alami, ialah sampah yang terjadinya karena kegiatan-kegiatan manusia.

6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya

Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan, yaitu : a. Sampah organik, yaitu terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton,

tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, dan buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya

(19)

tersusun oleh unsur-unsur karbon, hydrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegadrasi oleh mikroba.

b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-lagam lainnya, gelas, mika, atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegadrasi oleh mikroba

2.4.3. Penanganan Sampah

Penanganan sampah ialah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah dalam kaitannya dengan lingkungan yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah, atau mengembalikan (recycling) sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat (Hadiwiyoto 1983).

Tahap pertama dalam di dalam penanganan sampah ialah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, sesudah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya.

a. Pengumpulan Sampah

Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Biasanya pengumpulan sampah tidak banyak mengalami kesulitan, dengan alat-alat sederhana seperti sapu lidi, pengeruk, penggaruk, maka sampah dapat mudah dikumpulkan. Di kota-kota untuk mempermudah pengumpulan sampah banyak dijumpai tempat-tempat sampah berupa bak sampah, tong sampah, dan kotak-kotak sampah. Di tempat-tempat demikian itu sampah rumah tangga, sampah toko, sampah jalan raya, dan jenis-jenis sampah lainnya dikumpulkan. Dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut, misalnya truk, gerobak sampah, kereta dorong, sampah-sampah tersebut diangkut ke lokasi pembuangan atau pemanfaatan sampah-sampah. b. Pemisahan Sampah

Pemisahan sampah ialah memisahkan jenis-jenis sampah, yaitu berupa daun-daunan, kertas atau yang tergolong dalam sampah organik dipisahkan dari sampah yang berupa gelas, keramik, logam, plastik (sampah anorganik).

(20)

10

dahulu dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Kemudian pada tahap kedua sampah-sampah tersebut dipisahkan lagi berdasarkan jenis keperluan. c. Pembakaran

Pembakaran sampah dapat dikerjakan pada suatu tempat, misalnya ladang atau tanah lapang yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikian pembakaran seperti ini sukar dikendalikan. Bila terdapat angin yang cukup kencang, maka sampah, arang sampah, abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya, yang tentu saja akan menimbulkan gangguan-gangguan. Pembakaran yang paling baik dikerjakan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan. Tetapi pembakaran seperti ini memerlukan biaya operasi yang mahal.

d. Penimbunan Sampah

Penimbunan sampah ialah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Beberapa keuntungan apabila sampah ditimbun ialah :

1. Tanah yang semula tidak rata, dapat dibuat rata.

2. Tempat yang semula tidak digunakan, dapat dimanfaatkan menjadi tempat untuk berbagai keperluan misalnya jalan, gedung, dan sebagainya.

3. Bila tanah tersebut digunakan sebagai tanah pertanian, taman, atau ditanami dengan pohon-pohonan, maka akan menjadi tempat yang subur sekali.

4. Akibat negatif yang ditimbulkan dari sampah yang ditimbulkan dari sampah terhadap lingkungan dapat dikendalikan.

2.5. Sikap dan Tindakan

2.5.1. Definisi sikap dan Tindakan

G.W. Allport (1935) yang dikutip oleh Sears Anna (2004)

mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

(21)

Sikap adalah organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu (D.Krech dan Crutchfield dikutip Sears et al 2004).

Menurut Gerungan (1988), pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap,

pandangan, atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objek tadi itu. Jadi, attitude itu lebih

diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan bereaksi terhadap suatu hal.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai (Rakhmat 2001). Sikap

mempunyai daya pendorong atau motivasi dan mengandung aspek evaluatif. Sikap dapat bersifat positif dan negatif. Pada sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan pada objek tertentu. Pada sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, dan tidak menyukai pada objek tertentu (Sarwono 2002). Menurut Ahmadi (1991) tindakan adalah tahapan di mana

pengetahuan/informasi mulai dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu tingkah laku individu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan motivasinya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi.

2.5.2. Komponen/Struktur sikap

Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yakni komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Azwar 2003).

Mann (1969) yang dikutip oleh Azwar (2003), menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isyu atau

(22)

12

problem yang kontroversial. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Adapun komponen perilaku berisi tendensi atas kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

2.5.3. Perubahan dan Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari hasil interaksi sosial yang dialami seseorang. Interaksi sosial tidak saja berarti sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial, namun juga terjadi hubungan yang saling mempengaruhi dan timbal balik, yang pada akhirnya turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing. Interaksi sosial juga bermakna tidak saja hubungan antar individu dengan lingkungan fisik, melainkan juga dengan lingkungan psikologis di sekelilingnya.

Melalui interaksi sosial, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Menurut Azwar (2003), ada beberapa faktor yang dapat membentuk dan merubah sikap, diantaranya:

1. Pengalaman pribadi,yakni apa yang telah dan sedang kita alami. Menurut Meddlebrook (1974) yang dikutip Azwar (2003), tidak adanya

pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, yakni seseorang yang kita anggap penting akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap terhadap obyek sikap. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, dan lain sebagainya.

3. Media massa, dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan yang berupa sugesti yang dapat mengarahkan opini.

(23)

Menurut Walgito (2002) pembentukan dan perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor internal (individu itu sendiri), yaitu cara dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak. Faktor internal itu merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan.

2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor-faktor tersebut yaitu sifat obyek yang dijadikan sasaran, kewibawaaan orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau

sekelompok orang yang mendukung sikap tersebut, media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, dan situasi pada saat sikap itu dibentuk.

2.6. Hubungan Sikap dengan Tindakan

Hubungan sikap dengan tindakan dapat dinyatakan bahwa adanya sikap dapat menciptakan suatu tindakan ataupun tidak sama sekali. Kecenderungan untuk melihat sesuatu secara spesifik dengan cara tertentu atau disebut dengan sikap dapat menjadi pemicu seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Terkadang sikap pun tidak dilanjutkan menjadi tindakan karena suatu hal. Penyimpulan sikap tidak dapat dibuat berdasarkan satu tindakan pada satu saat saja. Cara yang lebih tepat adalah menggunakan kriteria observasi berulang yakni apakah berulang kembali pada waktu-waktu yang berbeda (Sarwono, 2002).

Sears, Peplau, Freedman (1985) menyebutkan bahwa manusia akan memiliki sikap yang lebih kuat terhadap suatu objek, bila memiliki pengalaman langsung dengan objek itu, daripada hanya mendengarkan tentang objek itu dari orang lain atau hanya membacanya. Dikatakan pula sikap yang lebih kuat terhadap suatu hal, maka sikap itu juga akan konsisten terutama dengan tindakan yang relevan. Pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan suatu masalah juga akan memperkuat sikap. Sumber kekuatan sikap yang lain nampaknya muncul dari adanya kepentingan tetap ataupun kepentingan sendiri dalam suatu masalah.

(24)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Sungai Ciliwung yang membentang dan mengalir melalui empat wilayah pemerintah daerah yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Jakarta akan terus mengalami peningkatan pencemaran sebagai akibat semakin intensnya aktifitas manusia terhadap sungai tersebut. Salah satu aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran adalah aktivitas membuang sampah limbah domestik di Sungai Ciliwung.

Pembuangan sampah dan limbah domestik di bantaran Sungai Ciliwung menyebabkan penurunan kualias air dan tercemarnya sungai sehingga sungai Ciliwung tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan manusia seperti sumber air minum dan kegiatan perikanan. Selain itu, tercemarnya sungai Ciliwung memberikan dampak negatif terhadap lingkungan pesisir dan Teluk Jakarta sebagai muara Sungai Ciliwung

Aktivitas membuang sampah ke sungai yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam kegiatan pembuangan sampah rumah tangga yang dihasilkan. Sikap dan tindakan

masyarakat dalam melakukan aktivitas membuang sampah ke sungai dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri masing-masing individu (faktor internal) dan faktor lingkungan sosial (faktor eksternal). Faktor-faktor internal sangat erat hubungannya dengan sikap individu terhadap suatu objek yang dihadapi, dalam hal ini sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga di bantaran sungai. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah ketersediaan fasilitas pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat, dan sistem drainase lingkungan

Analisis secara kuantitatif digunakan untuk melihat hubungan antara faktor internal yaitu karakteristik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan per hari, dan jarak rumah ke sungai, dengan sikap dan tindakan masyarakat bantaran sungai dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Faktor-faktor eksternal yang meliputi ketersediaan tempat pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat,

(25)

dan sistem drainase lingkungan digunakan untuk melihat apakah faktor-faktor eksternal tersebut mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

Untuk mengetahui lebih jelas rangkaian hubungan antara masing-masing peubah sikap dan tindakan masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi Analisis kuantitatif secara korelasi

Tindakan dalam membuang sampah rumah tangga

Sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga Faktor-faktor eksternal : 1. Ketersediaan fasilitas pembuangan sampah 2. Aktivitas tokoh masyarakat 3. Sistem drainase lingkungan Sampah Rumah Tangga yang Dihasilkan

Karakteristik responden: (Faktor-faktor internal) 1. Umur 2. Lama pendidikan 3. Tingkat pendapatan 4. Jumlah tanggungan keluarga 5. Lama bermukim 6. Jarak rumah ke sungai 7. Volume sampah yang

dihasilkan rumah tangga

(26)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut Nazir (2005) metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-keterangan faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok atau daerah. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner dalam pengambilan data (Singarimbun 1989). Suatu penelitian survei bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu (Nasution 2003). Survei dapat digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif, deskriptif, maupun eksperimental.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image (Fauzi 2001). Data text adalah data-data yang berbentuk alphabet maupun numerik, sedangkan data image adalah data-data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu. Data image yang digunakan berupa foto-foto keadaan lokasi penelitian yang diambil langsung di lapang, dan sketsa wilayah daerah penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi daerah penelitian dan wawancara langsung kepada responden dengan dipandu kuisioner yang di dalamnya memuat identitas diri responden serta atribut-atribut mengenai sikap dan tindakan responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga. Identitas diri responden meliputi nama, umur, lama pendidikan, tingkat

pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, jumlah sampah yang dihasilkan per hari, dan jarak rumah ke sungai.

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri atas data monografi Kelurahan Babakan Pasar dan data dari berbagai literatur berupa buku, internet, dan skripsi.

(27)

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah rumah tangga yang tinggal di wilayah pemukiman sekitar bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Adapun penentuan responden atau sampel didasarkan pada metode purposive

sampling. Penentuan responden berdasarkan atas kriteria yaitu responden tinggal

0-50 meter dari batas tepian sungai, dan responden adalah ibu rumah tangga yang bersedia untuk mengisi atau menjawab kuisioner. Jumlah sampel yang ditetapkan 40 orang ibu rumah tangga yang diambil dari tujuh titik daerah sampel yaitu RW 04 yang terdiri dari RT 01, RT 02, RT 03, RT 04, RT 05 ; RT 02 RW 08, dan RT 01 RW 09. Tiap-tiap RT, dipilih 4 atau 5 orang untuk dijadikan responden. Ketujuh RT ini dipilih karena letaknya bersinggungan dengan Sungai Ciliwung. Unit analisis adalah ibu rumah tangga yang merupakan bagian dari anggota masyarakat bantaran Sungai Ciliwung.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun 1989). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis korelasi (hubungan) Rank Spearman.

Pengolahan data menggunakan program komputer EXCEL for Windows dan SPSS 15.0 for windows.

4.4.1. Analisis Hubungan (Correlation) Rank Spearman

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakterisik masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan sikap dan tindakan serta untuk mengetahui hubungan sikap masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dengan tindakan. Analisis menggunakan uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman (rs)

digunakan untuk menguji hubungan-hubungan antara variabel yang diamati antara lain :

(28)

18

(1) Hubungan antara sikap (Y1) dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Y1 (X) ;

(2) Hubungan antara tindakan (Y2) dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi Y2 (X) ;

(3) Hubungan antara sikap (Y1) dengan tindakan (Y2).

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi sikap (Y1) antara lain umur (X1), lama pendidikan (X2), tingkat pendapatan (X3), lama bermukim (X5), dan jarak rumah ke sungai (X6), sedangkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tindakan (Y2) antara lain umur (X1), tingkat pendidikan (X2), tingkat pendapatan (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), lama bermukim (X5), jarak rumah ke sungai (X6), dan volume sampah yang dihasilkan per hari (X7).

Uji Rank Spearman dapat digunakan untuk mengukur derajat erat tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya serta untuk mengetahui konsistensi dari ranking yang telah diberikan pengamatan yang ada untuk masing-masing variabel. Rumus Rank Spearman menurut Siegel (1992), sebagai berikut

N N d r N i i s 3 1 2 6 1 . ...(1)

keterangan : rs = koefisien korelasi rank Spearman N. di= selisih antara peringkat Xi dan Yi. N = banyaknya pasangan data

Uji Signifikansi rs digunakan dengan statistik t, yaitu :

2 1 2 s s r N r t ...(2) Keterangan : t = t hitung

rs = koefisien korelasi Rank Spearman N N = banyaknya pasangan data

(29)

Mengukur tingkat signifikansi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t pada taraf nyata sebesar 0,05 (95%), 0,01 (99%) dan 0,2 (80%) dengan derajat bebas (dB) sebesar N-2.

Uji t hitung digunakan untuk melihat kekuatan hubungan antara dua variabel yang diperbandingkan dengan nilai t tabel, sehingga hipotesis nol dapat ditentukan apakah diterima atau ditolak pada uji dua sisi (two tailed). Menurut Santoso (2000) interpretasi nilai t hitung terhadap t tabel sebagai berikut :

 Jika t hitung > 0,05, maka Ho dapat diterima yang berarti tidak ada hubungan nyata antara umur (X1), lama pendidikan (X2), tingkat

pendapatan (X3), jumlah tangggungan keluarga (X4), lama bermukim (X5), jarak rumah ke sungai (X6), dan volume sampah yang dihasilkan (X7), dengan sikap (Y1) dan tindakan (Y2).

 Jika t hitung < 0,05, maka Ho dapat diterima yang berarti terdapat hubungan nyata antara umur (X1), lama pendidikan (X2), tingkat

pendapatan (X3), jumlah tangggungan keluarga (X4), lama bermukim (X5), jarak rumah ke sungai (X6), dan volume sampah yang dihasilkan (X7), dengan sikap (Y1) dan tindakan (Y2).

Besar kecilnya hubungan dalam analisis korelasi dinyatakan dalam bilangan yang disebut koefisien korelasi atau koefisien hubungan. Koefisien yang bertanda positif menunjukkan arah korelasi positif. Koefisien yang bertanda negatif menunjukkan arah negatif, sedangkan yang bernilai 0,00 menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y.

Hubungan antara variabel independent (X) dan varibel dependent (Y) dinyatakan dalam bilangan. Bilangan yang menyatakan besar kecilnya hubungan disebut koefisien korelasi. Koefisien korelasi terletak antara -1 <rxy<+1 dengan interpretasi sebagai berikut (Sugiyono dan Wibowo 2000).

1. Koefisien korelasi sama dengan +1, maka hubungan liniear positif sempurna.

2. koefisien korelasi sama dengan -1, maka hubungan liniear negatif sempurna.

(30)

20

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Penafsiran koefisien korelasi

Interval Koefisien Tingkat Korelasi

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,00 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono dan Wibowo (2000)

4.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka pendekatan studi maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan nyata positif antara masing-masing variabel seperti umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, lama bermukim, dan jarak rumah ke sungai, dengan sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

2. Terdapat hubungan nyata positif antara masing-masing variabel seperti umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, volume sampah yang dihasilkan dan jarak rumah ke sungai, dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

3. Terdapat hubungan nyata positif antara sikap dengan tindakan dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga.

(31)

4.6. Batasan dan Pengukuran

Untuk memberikan pengertian dari variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, maka diperlukan batasan dari masing-masing variabel sehingga dapat diketahui indikator pengukuran yang jelas. Adapun, variabel-variabelnya sebagai berikut:

1. Karakteristik masyarakat bantaran sungai adalah ciri-ciri, sifat, atau faktor personal yang dimiliki oleh responden dan relatif tidak berubah.

Karakteristik bantaran sungai meliputi umur, lama pendidikan , tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, lama bermukim, jarak rumah ke sungai, dan volume sampah yang dihasilkan per hari.

2. Sampah rumah tangga adalah sisa-sisa bahan padat baik bahan organik maupun anorganik yang dihasilkan oleh responden dari rumah tangga dan telah mengalami perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena pengolahan dan sudah tidak bermanfaat.

3. Sikap dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah

pemikiran dan perasaan yang ditimbulkan oleh responden baik dilakukan secara positif, netral, maupun negatif dalam aktivitasnya membuang sampah rumah tangga (obyek sikap) yang diikuti dengan kecenderungan bertingkah laku terhadap obyek dari sikap tersebut. Sikap responden dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga meliputi frekuensi membuang sampah tiap hari, cara membuang sampah (dibakar, dibuang ke sungai, ditimbun), dampak sampah yang dibuang ke sungai, cara yang tepat untuk membuang sampah, manfaat sampah , ada tidaknya pemilahan sampah, lokasi membuang sampah, tempat sampah yang disediakan di rumah, dan lain-lain. Sikap positif menunjukkan kecenderungan responden untuk menerima suatu obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas membuang sampah rumah tangga), sedangkan sikap negatif menunjukkan responden menolak suatu obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas membuang sampah rumah tangga). Sikap netral menunjukkan sikap keragu-raguan atau kebimbangan responden terhadap obyek sikap (dampak sampah yang dibuang ke Sungai Ciliwung dan aktivitas

(32)

22

membuang sampah rumah tangga). Pengukuran sikap menggunakan skala likert. Sikap positif diukur apabila responden menjawab sangat setuju dan setuju pada obyek sikap. Sikap netral diukur apabila responden menjawab ragu-ragu/netral pada obyek sikap. Sikap negatif diukur apabila responden menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju pada obyek sikap. Dalam penelitian ini, semua butir pernyatan sikap disajikan dalam bentuk pernyataan positif. Pemberian skor untuk pernyataan sikap dengan cara pemberian skor jawaban sebagai berikut :

Skor 5 = Responden yang menjawab sangat setuju Skor 4 = Responden yang menjawab setuju

Skor 3 = Responden yang menjawab netral/ragu-ragu Skor 2 = Responden yang menjawab tidak setuju Skor 1 = Responden yang menjawab sangat tidak setuju

Dengan demikian, diperoleh jumlah skor maksimum dan skor minimum dari masing-masing atribut sikap. Skor maksimum 5 x 40 = 200 dan skor minimum 1 x 40 = 40.

4. Tindakan dalam membuang sampah rumah tangga adalah tindakan yang dilakukan oleh responden dalam kegiatan membuang sampah rumah tangga. Tindakan responden dalam membuang sampah rumah tangga meliputi frekuensi membuang sampah tiap hari, cara membuang sampah (dibakar, dibuang ke sungai, ditimbun, dibuang ke tempat penampungan sampah dan sebagainya), ada tidaknya pemilahan sampah, lokasi membuang sampah, membayar iuran sampah, pembungkusan terhadap sampah rumah tangga, kegiatan pemanfaatan sampah, dan proses

pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sosial). Pengukuran tindakan dengan pemberian skor pada pernyataan positif dan pernyataan negatif. Nilai skor maksimum tindakan adalah 2 x 10 = 20 sedangkan nilai skor minimum 1 x 10 = 10.

Pemberian skor pada pernyataan positif sebagai berikut : Skor 2 = melakukan

Skor 1 = tidak melakukan

(33)

Skor 2 = tidak melakukan Skor 1 = melakukan

5. Umur responden adalah rentang waktu hidup responden sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan dan dihitung dalam satuan tahun. Penggolongan umur responden diperoleh melalui selisih antara umur tertinggi dengan umur terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut :

Muda : 21 – 36 Tahun Dewasa : 37 – 52 Tahun

Tua : 53 – 68 Tahun

6. Lama pendidikan adalah lama pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden. Penggolongan lama pendidikan responden diperoleh melalui selisih antara lama pendidikan tertinggi dengan lama pendidikan terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

Rendah : 3 – 6 Tahun Sedang : 7 – 10 Tahun Tinggi : 11 – 14 Tahun

7. Tingkat pendapatan adalah rata-rata penghasilan yang diperoleh rumah tangga responden berupa uang dalam satu bulan, diukur dalam satuan rupiah. Penggolongan tingkat pendapatan responden diperoleh melalui selisih antara jumlah pendapatan tertinggi dengan jumlah pendapatan terendah yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

Rendah : Rp 300.000,00 – Rp 2.533.333,00 Cukup : Rp 2.533.334,00 – Rp 4.766.667,00 Tinggi : Rp 4.766.667,00 – Rp 7.000..001,00

8. Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang biaya hidupnya masih menjadi tanggungan rumah tangga responden termasuk responden itu sendiri, diukur dalam satuan orang. Penggolongan jumlah tanggungan keluarga responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi tanggungan keluarga dengan jumlah terendah tanggungan keluarga yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

(34)

24

Sedikit : 3 – 5 Orang Cukup : 6 – 8 Orang Banyak : 9 – 11 Orang

9. Lama bermukim adalah jarak tahun terakhir responden tinggal di daerah penelitian pada saat dilakukan penelitian dalam satuan tahun.

Penggolongan lama bermukim responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi lama bermukim dengan jumlah terendah lama bermukim yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

Baru : 2 – 22 Tahun

Cukup lama : 23 – 43 Tahun

Lama : 44 – 64 Tahun

10. Volume sampah yang dihasilkan adalah jumlah sampah yang dihasilkan oleh responden per hari dengan menggunakan satuan meter kubik. Pengukuran volume sampah untuk masing-masing kantong sebagai berikut: (1) Ukuran kantong kecil adalah 33 cm x 8 cm x 27 cm = 7.128 cm3 atau setara dengan 0,007128 m3 ; (2) Ukuran kantong sedang adalah 40 cm x 10 cm x 35 cm = 14.000 cm3 atau setara dengan 0,014 m3 ; dan (3) Ukuran kantong besar adalah 50 cm x 15 cm x40 cm = 30.000 cm3 atau setara dengan 0,03 m3. Sampah yang terdapat di dalam kantong kresek dalam keadaan tidak terpisah atau tercampur. Penggolongan

volume sampah yang dihasilkan responden diperoleh melalui selisih antara jumlah tertinggi volume sampah yang dihasilkan dengan jumlah terendah volume sampah yang dihasilkan yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

Sedikit : 0,007 – 0,015 meter kubik Cukup banyak : 0,016 – 0,024 meter kubik Banyak : 0,025 – 0,033 meter kubik

11. Jarak dari rumah ke sungai adalah jarak yang ditempuh oleh responden untuk mencapai sungai dengan rumah dengan berjalan kaki dan diukur dengan menggunakan satuan meter (m). Penggolongan jarak rumah ke sungai yang dihasilkan responden diperoleh melalui selisih antara jarak

(35)

terjauh rumah ke sungai dengan jarak terdekat rumah ke sungai yang kemudian dibagi dengan tiga kategori kelas sebagai berikut:

Dekat : 1 – 17 meter Sedang : 18 – 34 meter Jauh : 35 – 51 meter

12. Faktor-faktor eksternal adalah segala sesuatu yang mempengaruhi responden yang berasal dari luar individu, yang terdiri dari ketersediaan fasilitas pembuangan sampah, aktivitas tokoh masyarakat, dan sistem drainase lingkungan. Pengukuran faktor-faktor eksternal diukur melalui pernyataan responden tentang hal tersebut. Faktor-faktor eksternal meliputi:

a. Ketersediaan fasilitas pembuangan sampah adalah tersedianya tempat-tempat pembuangan sampah, petugas, dan fasilitas lainnya yang berhubungan dengan kegiatan pembuangan sampah.

b. Aktivitas tokoh masyarakat dalam aktivitas pembuangan sampah rumah tangga adalah aktivitas tokoh masyarakat, ulama, penyuluh, atau agen pembaharu yang mengajak atau memberi teladan masyarakat untuk membuang sampah yang baik.

c. Sistem drainase Lingkungan adalah ada atau tidaknya sistem drainase pembuangan limbah rumah tangga di lokasi setempat, dengan melihat ada atau tidaknya saluran drainase/parit dan kualitasnya.

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah wilayah pemukiman di Kelurahan Babakan Pasar, Kota Bogor. Penentuan lokasi ini ditentukan sengaja atau purposive

sampling yaitu teknik pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi yang unit

sampel ditentukan secara sengaja dengan pertimbangan: (a) bahwa di wilayah tersebut merupakan kawasan pemukiman yang padat penduduknya, (b) berada di bantaran sungai (Sungai Ciliwung) yang masih memiliki pola perilaku membuang sampah di sungai. Waktu penelitian dilaksanakan pada minggu ketiga bulan Mei sampai minggu kedua bulan Juni.

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Alam

Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 42 ha. Secara topografi, wilayah Kelurahan Babakan Pasar merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian tanah 247 meter di atas permukaan laut. Kelurahan Babakan Pasar memiliki kisaran suhu udara rata-rata 29 C.

Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 9 RW (Rukun Warga) dan 39 RT (Rukun Tetangga). Jarak Kelurahan Babakan Pasar dari pusat pemerintahan kecamatan sejauh 3 Km, jarak dari pemerintah kota sejauh 2 Km, jarak dari ibukota provinsi sejauh 120 Km dan jarak dari ibukota negara sejauh 60 Km.

Batas wilayah administratif wilayah Kelurahan Babakan Pasar sebagai berikut :

(1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Paledang, (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukasari, (3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gudang,

(4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Baranang Siang. Kelurahan Babakan Pasar merupakan salah satu Kelurahan

yang dilalui oleh Sungai Ciliwung. Terdapat empat RW yang berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung, yaitu RW 01, RW 04, RW 08,dan RW 09. Dari keempat RW ini, RW yang semua wilayahnya berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung adalah RW 04 dan dikenal dengan nama Pulo Geulis.

5.1.2. Kependudukan

Kelurahan Babakan Pasar memiliki karakteristik penduduk yang heterogen baik dalam hal umur, jenis pekerjaan, agama maupun tingkat pendidikan.

Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk kelurahan Babakan Pasar sampai dengan bulan April 2008 adalah 11.317 jiwa, terdiri dari 5.775 orang laki-laki dan 5.542 orang perempuan.

(37)

Tabel 2. Komposisi Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2008 Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia.

No Kelompok Umur (tahun) Penduduk Laki-laki (orang) Perempuan

(orang) Jumlah (orang) Prsentase (%)

1 0-4 405 407 812 7.18 2 5-9 479 478 957 8.46 3 10-14 429 387 816 7.21 4 15-19 249 417 666 5.88 5 20-24 473 416 889 7.86 6 25-29 416 393 809 7.15 7 30-34 435 400 835 7.38 8 35-39 432 456 888 7.85 9 40-44 512 420 932 8.24 10 45-49 446 457 903 7.98 11 50-54 442 345 787 6.95 12 54-59 413 368 781 6.90 13 60-64 379 313 692 6.11 14 65 keatas 265 285 550 4.86 Total 5.775 5.542 11.317 100.00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008

Rasio jenis kelamin (RJK) laki-laki dan perempuan Kelurahan Babakan Pasar sebesar 96 artinya dalam 100 orang penduduk laki-laki terdapat 96 orang penduduk perempuan. Rasio beban tanggungan dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk berusia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun per seratus penduduk berusia 15 sampai dengan 64 tahun. Nilai rasio beban tanggungan di Kelurahan Babakan Pasar adalah 39. Artinya setiap 100 orang penduduk yang berusia produktif harus menanggung 39 orang penduduk yang berusia tidak produktif.

5.1. 3. Pendidikan

Pendidikan memberikan informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Dengan memperoleh pendidikan seseorang diharapkan dapat semakin memahami kondisi yang terjadi disekitarnya. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan pendidikan. Pemerintah mewajibkan warganya mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun.

(38)

28

Masyarakat di Kelurahan Babakan Pasar yang sudah mengenyam

pendidikan dasar sembilan tahun sebesar 22,43% (Tabel 3). Jumlah masyarakat yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMA cukup besar (32,38%). Hal ini diduga berasal dari masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Babakan Pasar cukup besar, yang umumnya memiliki tingkat kesejahteraan dan pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat Kelurahan Babakan Pasar yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2008.

No Jenjang Sekolah Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Tamat SD 1182 29.76 2 DO SD Kelas 4 18 0.45 3 DO SD Kelas 5 11 0.28 4 DO SD Kelas 6 9 0.23 5 Tamat SMP 831 22.43 6 DO SMP Kelas 1 29 0.73 7 DO SMP Kelas 2 22 0.55 8 DO SMP Kelas 3 14 0.35 9 Tamat SMA 1266 32.38 10 DO SMA Kelas 1 8 0.20 11 DO SMA Kelas 2 7 0.18 12 DO SMA Kelas 3 2 0.05 13 Tamat D-III 183 4.61 14 Tamat Sarjana 310 7.80 Total 3.892 100.00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008

Ket : DO = Drop Out

5.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Masyarakat Kelurahan Babakan Pasar pada umumnya memiliki mata pencaharian di bidang jasa dan perdagangan. Hal ini karena keterbatasan lahan pertanian dan pemukiman. Sebagian besar masyarakat Kelurahan Babakan Pasar (39,94%) memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta (Tabel 4). Hal ini karena lokasi Kelurahan Babakan Pasar dekat dengan pusat perdagangan berupa pasar tradisional (Pasar Bogor), swalayan dan mini market. Selain itu, masyarakat Babakan Pasar, selain terdiri dari masyarakat pribumi, juga terdapat masyarakat keturunan Tionghoa, yang pada umumnya memiliki jiwa wiraswasta.

(39)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 24 1.10 2 TNI/ Polri 1 0.05 3 Swasta/ BUMN/ BUMD 692 31.85 4 Wiraswasta 868 39.94 5 Pertukangan 97 4.46 6 Pensiunan 58 2.67 7 Jasa 433 19.93

Total 2.173 100.00

Sumber : Data Monografi Kelurahan Babakan Pasar, 2008.

5.1.5. Gambaran Umum Pemukiman Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar

Umumnya tipe bangunan rumah yang terdapat di bantaran Sungai Ciliwung adalah rumah-rumah permanen, meskipun terdapat juga rumah-rumah semi permanen. Tipe rumah permanen dicirikan dengan dinding rumah terbuat dari batu bata dengan lantai semen atau keramik, sedangkan rumah tipe semi

permanen dicirikan dengan dinding terbuat dari setengah batu bata dan setengah dinding terbuat dari kayu dengan lantai tanah. Rumah-rumah di bantaran Sungai Ciliwung dibangun saling berimpitan antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya dan tidak memiliki halaman rumah serta rumah-rumah tersebut dibangun membelakangi sungai atau bersisian dengan Sungai Ciliwung.

Tipe jalan di bantaran Sungai Ciliwung berupa gang-gang sempit yang lebarnya satu meter dan hanya mampu dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan roda dua seperti sepeda dan motor. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga seperti selokan/got yang berukuran 0,5 meter dalam kondisi bersih dan lancar, walaupun terkadang terdapat sampah, tetapi sampah tersebut segera dibersihkan oleh masyarakat setempat.

Penyediaan air bersih di pemukiman bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar mengandalkan air yang berasal dari air PAM dan sumur,

(40)

30

5.1.6. Pemanfaatan Sungai Ciliwung

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, tidak terlepas dari Sungai Ciliwung, dalam arti bahwa Sungai Ciliwung dengan segala kondisinya saat ini masih merupakan sarana penting bagi masyarakat dalam menunjang hidup mereka. Sungai Ciliwung masih dimanfaatkan oleh masyarakat bantaran Sungai untuk berbagai kegiatan di antaranya untuk membuang sampah, budidaya keramba, membuang kotoran (buang air besar), mandi, dan mencuci.

Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk tempat pembuangan sampah masih dilakukan oleh sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar. Masyarakat melakukan aktivitas ini dengan alasan kebiasaan, kemudahan, praktis, dan keterbatasan fasilitas tempat sampah. Masyarakat juga berpendapat selama ini, membuang sampah ke sungai tidak berdampak negatif terhadap kehidupan mereka, karena sampah yang dibuang ke sungai akan langsung hanyut terbawa air sungai. Akan tetapi, ada juga sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung yang tidak membuang sampah ke sungai. Hal ini karena adanya kesadaran akan dampak negatif membuang sampah ke sungai dan adanya petugas yang mengambil sampah ke rumah setiap pagi atau sore.

Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk aktivitas MCK masih dilakukan oleh sebagian masyarakat bantaran Sungai Ciliwung. Masyarakat berpendapat bahwa Sungai Ciliwung masih layak dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan untuk air minum, masyarakat berpendapat bahwa Sungai Ciliwung sudah tidak layak untuk digunakan. Mereka menggunakan air PAM dan sumur untuk sumber air minum. Bagi sebagian masyarakat yang tidak menggunakan air sungai Ciliwung untuk kegiatan MCK, mereka beralasan bahwa air Sungai Ciliwung sudah tercemar dan kotor, sehingga tidak layak lagi untuk digunakan. Mereka menggunakan fasilitas MCK pribadi atau umum untuk kegiatan tersebut.

Pemanfaatan Sungai Ciliwung untuk kegiatan perikanan (keramba), masih dilakukan oleh masyarakat bantaran Sungai Ciliwung, walaupun dalam skala kecil. Ikan yang dibudidayakan adalah ikan mas. Mereka melakukan budidaya keramba sebagai hobi dan usaha sampingan. Seiring berjalannya waktu,

masyarakat yang melakukan budidaya ikan dengan keramba, semakin berkurang. Hal ini karena seringnya terjadi banjir yang menghanyutkan keramba mereka dan

(41)

keterbatasan modal karena biaya pakan dan pemeliharaan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan ikan hasil keramba.

5.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, lama bermukim, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah ke sungai dan volume sampah yang dihasilkan rumah tangga.

Tabel 5. Karakteristik Internal Responden Bantaran Sungai Ciliwung Kelurahan Babakan Pasar, Tahun 2008.

Karakteritik Responden Jumlah (orang) Persentase (%) Rata-rata Kisaran Umur Muda (21 – 36 tahun) Sedang (37 – 52 tahun) Tua (53 – 68 tahun) 9 23 8 22,5 57,5 20 44 tahun 21 – 66 tahun Lama pendidikan Rendah (3 – 6 tahun) Sedang (7 – 10 tahun) Tinggi (11 -14 tahun) 20 8 12 50 20 30 8 tahun 3 – 12 tahun Pendapatan Rendah (Rp 300.000,00 – Rp 2.533.333,00) Sedang (Rp 2.533.334,00 – Rp 4.766.667,00) Tinggi (Rp 4.767.668,00 – Rp 7.000.001,00) 35 3 2 87,5 7,5 5 Rp 1.467.700,00 Rp 300.000,00 – Rp 7.000.000,00 Jumlah tanggungan keluarga

Sedikit (3 – 5 orang) Sedang (6 – 8 orang) Banyak (9 – 11 orang) 29 9 2 72,5 22,5 5 5 orang 3 – 10 orang Lama bermukim Baru (2 – 22 tahun) Sedang (23 – 43 tahun) Banyak (44 – 64 tahun) 20 14 6 50 35 15 26 tahun 2 – 62 tahun Jarak rumah ke sungai

Dekat (1 – 17 meter) Sedang (18 – 34 meter) Jauh (35 – 51 meter) 23 7 10 57,5 17,5 25 18 meter 1 – 50 meter Volume sampah yang dihasilkan

Sedikit (0,007 – 0,0015) Sedang (0,0016 – 0,024) Tinggi (0,024 – 0,033) 27 0 13 67,5 0 32,5 0,018 m3 0,007 – 0,03 m3 Sumber : Data primer diolah, 2008.

5.2.1. Umur Responden

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa usia terendah responden adalah 21 tahun sedangkan usia tertinggi adalah 66 tahun. Berdasarkan Tabel 5, terlihat sebagian besar responden termasuk ke dalam kelompok umur dewasa

(42)

32

(57,5%). Rata-rata umur responden adalah 44 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk ke dalam usia produktif untuk bekerja.

5.2.2. Lama Pendidikan

Pendidikan memberikan informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Berdasarkan Tabel 5, responden telah mengenyam pendidikan selama 7 – 10 tahun (20%). Rata-rata lama pendidikan responden adalah 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden masih tergolong rendah karena berada di bawah standar pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah. Pada umumnya

responden menyadari akan pentingnya pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, tetapi karena faktor biaya dan kemampuan orang tua untuk membiayai sekolah, sehingga banyak responden yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi.

5.2.3. Tingkat Pendapatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga responden adalah ekonomi. Pendapatan merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Pada Tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan rendah (87,5%) dengan kisaran pendapatan Rp 300.000,00 – Rp 2.533.333,00. Responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah memiliki profesi sebagai buruh, pedagang, dan supir dengan pendapatan harian sebesar Rp 15.000,00 – Rp 50.000,00/hari. Sedangkan responden yang memiliki pendapatan sedang maupun tinggi memiliki profesi sebagai PNS dan pegawai swasta dengan pendapatan per bulan sebesar Rp 3.000.000,00 – Rp 7000.000,00.

5.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Pada umumnya, responden bantaran Sungai Ciliwung di Kelurahan Babakan Pasar adalah keluarga yang memiliki tanggungan keluarga seperti suami/istri, anak, dan keluarga lainnya yang hidup dalam satu rumah. Sebagian besar responden (72,5%) terdiri dari keluarga inti sebanyak 3 – 5 orang yang

Referensi

Dokumen terkait

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan/menghitung pembayaran pajak, objek pajak/bukan objek pajak, sesuai dengan

Reform education funding also carries implications for every school and school operational assistance to manage the special allocation fund derived from state and

Menjaga kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat atau kotor dapat menimbulkan masalah

22 Tabel 4.2 Jenis Perusahaan dan Usia yang disyaratkan dalam iklan Lowongan Pekerjaan Profesi Manajer Sumber Daya Manusia melalui Media Koran ... 24 Tabel 4.3 Jenis Perusahaan

Néhány román és magyar, csíki gazda megtanulta a Szent János-áldás román és magyar nyelvű, gyimesi változatainak szövegét (azon alkalmakkal, amikor a menyasszony

 merupakan petugas yang tetap pada pelayanan rujukan.  Ramah tamah dan tekun.  Bersedia membantu pemakai perpustakan.  Memiliki pengetahuan umum yang luas. 

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Sungai Ciliwung merupakan salah satu kontributor yang signifikan untuk banjir di Jakarta. Pengendalian banjir di daerah

Figure 12: Example of segmentation results: a portion of the seg- mentation boundaries (red lines) for Fig. 8 remapped in the 3D space. Boundary lines are superimposed to the