• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG BEKERJA PART TIME DALAM MENGHADAPI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG BEKERJA PART TIME DALAM MENGHADAPI SKRIPSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

MENGHADAPI SKRIPSI

RACHMAWATI MARIANA

Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang marianariia@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara optimisme dengan coping stress pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode statistik korelasional. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil populasi mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time di kota Malang. Skala pada variabel optimisme berdasarkan teori Seligman dan skala pada variabel coping stress berdasarkan teori Aldwin dan Revenson. Peneliti melakukan modifikasi pada variabel coping stress dengan tidak mengikutsertakan salah satu dimensi dari emotion focused coping yaitu seeking meaning dengan pertimbangan bahwa dimensi tersebut tidak relevan atau sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling dengan menggunakan 30 mahasiswa part time yang berada di Universitas Brawijaya sebagai uji coba penelitian serta 100 mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi yang berada di kota Malang. Uji validitas yang digunakan adalah validitas isi dan uji reliabilitas menggunakan Cronbach-Alpha. Hasil penelitian dengan analisis statistik korelasi pearson product moment menunjukkan bahwa variabel optimisme dan coping stress memperoleh korelasi sebesar -0,374 dengan nilai signifikan 0,000 (sig < 0,05) yang artinya terdapat hubungan negatif antar variabel sehingga semakin tinggi optimisme, maka semakin rendah coping stress yang digunakan mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi. Hipotesa yang diajukan peneliti dapat diterima dengan menyebutkan adanya hubungan antara optimisme dengan coping stress pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi.

(2)

THE RELATIONSHIP BETWEEN OPTIMISM AND COPING STRESS IN A GRADUATE STUDENT WHO WORKS PART TIME IN THE FACE OF THESIS

ABSTRACT

Research aims to know whether there is a relation between optimism with coping stress on senior year student who works part time in facing thesis.. This type of quantitative research using statistical correlation methods. Data collection is done by taking the population of a graduate student who works part time in the city of Malang . Optimism based on a variable scale Seligman’s theory and coping stress scale based on Aldwin and Revenson’s theory. Researchers make modifications to the variable coping stress with not include one dimension of emotion focused coping is seeking meaning in consideration that these dimensions are not relevant or appropriate to the research objectives . Nonprobability sampling technique is using sampling with 30 part-time students who are at University of Brawijaya as research trials and 100 senior year student who works part time in the face of the thesis was in the city of Malang . Validity test used is content validity and reliability testing using Cronbach - Alpha . The results of the study with statistical analysis Pearson product moment correlation indicates that the variables of optimism and stress coping obtain a correlation of -0.374 with a significant value of 0.000 ( sig < 0.05 ) , which means there is a negative relationship between variables so that the higher the optimism , the lower the stress coping used a graduate student who works part time in the face of the thesis . Researchers proposed hypothesis can be accepted by mentioning the relationship between optimism coping with stress in a graduate student who works part time in the face of the thesis .

(3)

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bangku kuliah merupakan mediasi yang tepat bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya serta sebagai wadah untuk bereksplorasi yang seluas luasnya. Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mereka dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya memperoleh gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik, dorongan dari teman, dosen, maupun keinginan dari diri sendiri.

Setelah beberapa tahun dilalui dengan menerima berbagai teori dan beberapa buku yang dijadikan literatur secara tekun, seorang mahasiswa akan mencapai jumlah SKS yang menjadi prasyarat utama untuk menempuh tahap selanjutnya. Tahap terakhir dalam masa kuliah tersebut adalah masa penyelesaian tugas akhir atau skripsi. Skripsi merupakan tugas akhir di mana mahasiswa melakukan sebuah penelitian pada kasus-kasus atau fenomena yang muncul yang kemudian diteliti dengan menggunakan teori-teori yang relevan yang sudah dipelajari selama masa perkuliahan dan akhirnya akan dianalisis untuk mendapatkan hasil dari penelitian tersebut. Tidak sedikit mahasiswa berkeluh kesah di saat mereka menulis skripsi. Keluh kesah merupakan salah satu gejala yang menunjukkan adanya stresss dalam diri orang yang mengeluh.

Dewasa ini, beberapa mahasiswa terutama mahasiswa tingkat akhir yang sedang menghadapi skripsi terkadang memutuskan untuk mengambil kuliah sambil bekerja sehingga bukan hanya tugas belajar saja yang harus dipikul melainkan juga tugas pekerjaan. Mahalnya pendidikan, tuntutan persyaratan pendidikan minimum oleh perusahaan, keinginan untuk menaikkan jabatan atau hanya sekedar ingin update pengetahuan merupakan beberapa alasan yang diambil dari sebagian mahasiswa yang kuliah sambil bekerja (Yenni, 2007). Menurut Wibowo (2004) motivasi mahasiswa tersebut berbeda-beda, ada yang ingin membantu orang tuanya dalam membiayai kuliahnya, ingin hidup mandiri dan mencari pengalaman. Kebanyakan pekerjaan yang paling banyak dilakukan mahasiswa adalah jenis pekerjaan paruh waktu (part-time).

(4)

Banyak orang beranggapan bahwa kuliah sambil bekerja beresiko gagal dalam melanjutkan kuliah. Tak jarang mahasiswa akhirnya putus kuliah karena sulitnya mengatur waktu antara kuliah dan kerja, karena sangat diperlukan pertimbangan yang matang ketika mahasiswa mengambil kuliah sambil bekerja. Namun di sisi lain kuliah sambil bekerja memiliki keuntungan bagi mahasiswa yang mempunyai masalah finansial, bekerja akan memberikan tambahan untuk biaya kuliah. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengatur aktivitas dengan baik antara padatnya kegiatan yang dilakukan saat kuliah dan bekerja, terutama bagi mahasiswa yang telah memasuki semester akhir dan mulai menyusun tugas akhir. Flavel (Suci, 2009) mengatakan bahwa pembagian waktu atau aktivitas ini tergantung dari bagaimana seseorang mampu untuk mengatur dirinya agar tujuan tetap tercapai. Sebaliknya, jika mahasiswa tidak mampu mengatur kegiatan aktivitasnya baik kegiatan perkuliahan atau pekerjaannya maka mahasiswa tersebut akan mengalami tekanan yang disebut stresss.

Dalam bahasa sehari–hari stress dikenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Lazarus dan Folkman (Halgin, 2010) mengatakan bahwa stress adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya. Penyebab stress biasanya disebut sumber stress atau stressor yang menurut Lazarus dan Folkman terdiri dari dua jenis sumber stress yaitu sumber internal dan eksternal. Tuntutan internal merupakan penyebab stress yang berasal dari dalam diri individu, yaitu tuntutan dari diri sendiri seperti keinginan untuk selalu menjadi yang terbaik dan kepribadian masing-masing individu, sedangkan tuntutan eksternal bisa bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di perkuliahan dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya.

Mahasiswa yang bekerja mempunyai banyak kegiatan diluar perkuliahan yang dapat membuatnya lebih stress yaitu seperti mahasiswa tingkat akhir yang disibukkan dengan penyusunan skripsi tetapi ia juga mempunyai kegiatan lain diluar kuliah misal bekerja sambilan (part time), dimana mereka mengalami tekanan untuk mengatur waktu agar kegiatan-kegiatan yang dimiliki tidak “bertabrakan” dan dapat menyelesaikan tugas kuliah dengan tepat waktu meskipun mereka harus bekerja. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai stressor atau sumber tekanan yang dimiliki oleh mahasiswa akhir yang bekerja part time.

Penurunan stress dapat diatasi dengan cara melakukan coping, hal ini disebabkan oleh timbulnya perasaan yang tidak menyenangkan akibat tidak tercapainya tujuan. Lazarus dan

(5)

Folkman (Safaria, 2006) mengemukakan bahwa coping merupakan usaha sadar individu untuk mengelola situasi yang menekan atau intensitas kejadian yang ditanggapi sebagai situasi yang menekan. Lebih jauh Folkman (Nurhayati, 2006) menjelaskan bahwa strategi coping adalah usaha secara kognitif dan perilaku untuk mengurangi, mengatasi, atau melakukan toleransi terhadap tuntutan internal dan eksternal yang terjadi karena adanya transaksi dengan lingkungan yang penuh stresss.

Kondisi yang stressful juga akan berkurang jika individu memiliki sikap optimisme, dimana sikap tersebut dapat mengarahkan pemikirannya pada tindakan yang positif atau membangun harapan positif yang dapat mengatasi hambatan atau permasalahan yang sedang dialami. Optimisme mendorong individu untuk selalu berfikir bahwa sesuatu yang terjadi adalah hal yang terbaik bagi dirinya. Optimisme tersebut akan membantu seseorang untuk bisa mengatasi hambatan-hambatan yang muncul dalam pencapaian tujuan atau target seorang individu (Ekasari & Susanti, 2009).

Fenomena sosial yang terjadi pada mahasiswa pekerja part time, seperti permasalahan dengan pembagian waktu dan percabangan konsentrasi yang dialami, mereka diharapkan mempunyai sikap dan pemikiran yang optimis. Sikap optimis akan membantu mahasiswa pekerja part time yang mempunyai masalah sehingga mereka akan berusaha bangkit dari keterpurukan atau masalah-masalah yang menimbulkan stress yang sedang dihadapi. Usaha yang dilakukan dapat meliputi menyusun rencana untuk langkah selanjutnya agar tidak jatuh pada situasi yang menekan lagi, menghindari masalah, bertindak serta berpikir positif agar tekanan atau stress yang mereka alami dapat berkurang.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyusun skripsi ini dengan tujuan untuk melihat apakah optimisme dan bentuk dari coping stress dapat meningkatkan orientasi pada target yang sudah ditetapkan yaitu target penyelesaian skripsi. Dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Optimisme dengan Coping stress pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Bekerja Part time dalam Menghadapi Skripsi”.

HIPOTESA PENELITIAN

Adanyan hubungan yang signifikan antara optimisme dengan coping stress pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi.

(6)

TINJAUAN PUSTAKA OPTIMISME

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia (Khalid, 2011), optimisme berarti paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan seperti sikap selalu mempunyai harapanbaik dari segala hal. Optimis adalah selalu berpengharapan baik, semangat meraih keberhasilan. Menurut Sagerestrom (Khalid, 2011) optimisme merupakan cara berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Optimisme dapat memebantu meningkatkan kesehatan secara psikologis, memiliki perasaan yang baik, melakukan penyelesaian masalah dengan cara yang logis sehingga hal ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh.

Aspek-aspek Optimisme

Menurut Saligman (Waruru, 2006) terdapat beberapa cara individu memandang suatu peristiwa atau masalah berhubungan erat dengan gaya penjelasan (explanatory style). Gaya penjelasan (explanatory style) seseorang terdiri dari tiga aspek, yaitu :

a. Permanent

Gaya penjelasan peristiwa ini menggambarkan bagaimana individu melihat peristiwa berdasarkan waktu, yaitu sifat sementara (temporary) dan menetap (permanent). Orang-orang yang mudah menyerah (pesimis) percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian buruk yang menimpa mereka bersifat permanen atau kejadian itu akan terus berlangsung dan selalu hadir mempengaruhi hidup mereka. Orang-orang yang melawan ketidakberdayaan (optimis) percaya bahwa penyebab kejadian buruk tersebut bersifat sementara atau temporary.

b. Pervasive (spesific vs universal)

Gaya penjelasan peristiwa ini berkaitan dengan ruang lingkup peristiwa tersebut, yang meliputi universal (menyeluruh) dan spesific (khusus). Orang yang pesimis akan mengungkap pola pikir dalam menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan dengan cara universal, sedangkan orang yang optimis dengan cara spesifik. Dalam menghadapi peristiwa yang menyenangkan, orang yang optimis melihatnya secara universal atau keseluruhan, sedangkan orang yang pesimis memandang peristiwa menyenangkan disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Sebagian orang bisa melupakan persoalan dan melanjutkan kehidupan mereka bahkan ketika salah satu aspek penting dari kehidupan (misal: pekerjaan) berantakan. Ada

(7)

sebagian lain yang membiarkan satu persoalan melebar mempengaruhi segala segi keidupan mereka dan menganggapnya sebagai bencana.

c. Personalization

Gaya penjelasan masalah yang berkaitan dengan sumber dari penyebab kejadian tersebut dan dibedakan menjadi internal dan eksternal. Orang yang optimis memandang masalah-masalah yang menekan dari sisi lingkungannya (eksternal) dan memandang peristiwa yang menyenangkan berasal dari dalam dirinya (internal). Sebaliknya, orang yang pesimis memandang masalah-masalah yang menekan bersumber dalam dirinya (internal) dan menganggap keberhasilan sebagai akibat dari situasi diluar dirinya (eksternal).

COPING STRESS

Menurut Lazarus dan Folkman (Utomo, 2008), coping didefinisikan sebagai proses untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan baik yang berasal dari individu (internal) maupun dari luar individu (eksternal) dengan sumber-sumber daya yang digunakan dalam menghadapi tekanan. Aldwin dan Revenson (Kertamuda & Herdiansyah, 2006) menyatakan bahwa pengertian strategi coping merupakan suatu cara atau metode yang dilakukan oleh tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang bersifat menyakitkan, serta merupakan ancaman yang bersifat merugikan.

Jenis-jenis Coping stress

Cara mengatasi stress (coping) antara individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Namun demikian para ahli telah menggolongkan bentuk coping. Adapun bentu-bentuk coping menurut Lazarus dan Folkman (1984) terbagi menjadi 2 yaitu :

a. Problem-focused coping

Digunakan oleh individu dengan mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan atau mengembangkan sumber daya pada dirinya. Individu akan mengurangi stressor dengan mempelajari cara atau keterampilan baru. Pendekatan ini cenderung digunakan jika individu yakin dapat merubah situasi sehingga individu tersebut dapat mengurangi ketegangan dengan cara melakukan sesuatu, seperti memodifikasi, atau meminimalis situasi yang sedang dihadapi.

(8)

b. Emotion-focused Coping

Digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress. Pengaturan respon emosi menggunakan dua pendekatan yaitu perilaku dan kognitif. Pendekatan perilaku termasuk dengan menggunakan alkhol, mencari social support dari teman atau keluarga, dan melakukan aktivitas lain. Sedangkan pendekatan kognitif adalah bagaimana orang berpikir mengenai situasi yang penuh tekanan.

Aspek-aspek Coping stress

Aldwin dan Revenson (Utomo, 2008) juga mengemukakan indikator-indikator strategis dalam menghadapi permasalahan yang dikembangkan dari teori Lazarus dan Folkman. Aldwin dan Revenson juga membagi coping menjadi dua yaitu :

a. Problem focused coping

Indikator yang menunjukkan berorientasi pada strategi ini antara lain: 1) Instrumental action (tindakan secara langsung)

Individu melakukan usaha dan memecahkan langkah-langkah yang mengarahkan pada penyelesaian masalah secara langsung serta menyusun rencana bertindak dan melaksanakannya.

2) Cautiousness (kehati-hatian)

Individu berfikir, meninjau dan mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah, berhati-hati dalam memutuskan masalah, emminta pendapat orang lain dan mengevaluasi tentang strategi yang pernah diterapkan selanjutnya.

3) Negotiation (negosiasi)

Individu membicarakan serta mencari penyelesaian dengan orang lain yang terlibat di dalamnya dengan harapan masalah dapat terselesaikan.

b. Emotion focused coping

Indikator yang menunjukkan berorientasi pada strategi ini antara lain : 1) Escapism (pelarian diri dari masalah)

Usaha yang dilakukan individu dengan cara berkhayal atau membayangkan hasil yang akan terjadi atau mengkhayalkan seandainya ia berada dalam situasi yang lebih baik dari situasi yang dialaminya sekarang.

2) Minimization (meringankan beban masalah)

Usaha yang dilakukannya adalah dengan menolak memikirkan masalah dan menganggapnya seakan-akan masalah tersebut tidak ada dan membuat masalah menjadi ringan.

(9)

3) Self blame (menyalahkan diri sendiri)

Perasaan menyesal, menghukum dan menyalahkan diri sendiri atas tekanan masalah yang terjadi. Strategi ini bersifat pasif yang ditunjukkan pada dalam diri sendiri.

4) Seeking meaning (mencari arti)

Usaha individu untuk mencari makna atau hikmah dari kegagalan yang dialaminya dan melihat hal-hal yang penting dalam kehidupannya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala coping stress yang berdasarkan dari teori Aldwin dan Revenson dengan menggunakan dimensi yang telah dijelaskan seperti diatas tetapi pada aspek emotion focused coping peneliti tidak menggunakan semua dimensi melainkan menghilangkan salah satu dimensi yaitu seeking meaning dengan pertimbangan bahwa pengertian dari dimensi seeking meaning tidak sesuai dengan maksud dari tujuan penelitian yang dilakukan.

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variabel independen (bebas) yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah optimisme, sedangkan variabel dependen (terikat) adalah coping stress.

Subjek penelitian

Subjek penelitian terdiri dari 100 mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time yang berada di kota Malang. Uji coba penelitian menggunakan 30 mahasiswa yang bekerja part time yang berada di Universitas Brawijaya.

Alat Ukur 1. Optimisme

Variabel optimisme dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun dengan mengacu pada aspek-aspek optimisme dari teori Seligman (Khalid, 2011) yaitu Permanent, Pervasive, dan Personalization. Skala optimisme terdiri 30 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan empat alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,839 dengan standar aitem gugur sebesar 0,25 dan menghasilkan 17 aitem lolos dan dapat dijadikan sebagai aitem penelitian. Hal tersebut berarti bahwa skala optimisme merupakan layak untuk digunakan dalam penelitian (standar reliabilitas > 0,60).

(10)

2. Coping stress

Skala coping stress dalam penelitian ini diukur dengan skala yang disusun dengan mengacu pada aspek-aspek coping stress dari teori skala coping stress yang disusun berdasarkan pemaparan teori menurut Aldwin dan Revenson (Utomo, 2008) dimana teori tersebut berasal dari pengembangan teori Lazarus dan Folkman. Dimensi-dimensi tersebut yaitu Instrumental action, Cautiousness, Negotiation, Escapism, Minimization, Self blame. Pada aspek emotion focused coping, peneliti melakukan modifikasi dari teori sebenarnya dengan tidak diikutsertakan dimensi seeking meaning kedalam penelitian karena dianggap tidak sesuai dengan maksud dari penelitian, dan dengan hanya menyertakan ketiga dimensi emotion focused coping sudah dapat menunjukkan inti dari teori.

Skala coping stress terdiri 30 aitem pernyataan dengan skor skala likert yang menyediakan empat alternatif respon jawaban. Pada uji coba penelitian uji reliabilitas skala menggunakan analisis aitem dengan koefisien Cronbach Alpha dan menghasilkan nilai sebesar 0,861 pada aspek problem focused coping dan 0,812 pada aspek emotion focused copoing dengan standar aitem gugur sebesar 0,25 dan menghasilkan 24 aitem serta 15 aitem di setiap aspek coping stress tersebut. Hal tersebut berarti bahwa skala coping stress layak untuk digunakan dalam penelitian (standar reliabilitas > 0,60).

METODE ANALISIS

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adal korelasi Pearson Product Moment.

HASIL

Hasil uji korelasi dapat diperoleh besarnya korelasi antara variabel optimisme dan coping stress diperoleh besarnya korelasi yaitu -0,374 dengan nilai signifikan 0,000, dimana terdapat tanda negatif pada nilai tersebut dan mempunyai arti semakin tinggi optimisme maka semakin rendah coping stress yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time. Nilai signifikan yang diperoleh variabel optimisme dengan coping stress sebesar 0,000. Artinya, nilai signifikan lebih kecil dibanding dengan α (sig < 0,05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara kedua variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel optimisme dengan coping stress. Hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara optimimsme

(11)

dengan coping stress pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi dapat diterima.

PEMBAHASAN

Hasil pemelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif secara signifikan dengan coping stress pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menyelesaikan skripsinya. Semakin tinggi optimisme maka semakin rendah coping stress yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi. Hal tersebut terjadi dikarenakan hasil penelitian menunjukkan adanya koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,374 dimana nilai korelasi tersebut memiliki nilai yang negatif. Nilai signifikansi yang dihasilkan adalah 0,000 yang merupakan nilai tersebut berada di bawah α = 0,05 atau 5% atau dapat dikatakan signifikan. Hasil analisa secara statistik menunjukkan bahwa hipotesa yang diajukan oleh peneliti dapat diterima.

Scheir dan Carver (Sari, 2007) menyatakan bahwa optimisme sangat berhubungan dengan hasil-hasil positif yang diinginkan seseorang seperti kondisi moral yang bagus, prestasi yang memuaskan, serta adanya kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Optimisme sangatlah penting bagi individu yang sedang mengalami masalah atau tekanan, khususnya mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time sambil menyelesaikan skripsi. Mahasiswa part time tersebut tidak dapat mengatasi masalahnya jika mahasiswa tersebut tidak memiliki optimisme dalam dirinya. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi mempunyai sikap optimisme yang cukup tinggi dengan prosentase 48% pada kategori tinggi, 52% pada kategori sedang, dan tidak seorang pun berada pada kategori rendah dari 100 responden yang menjadi subjek penelitian. Namun, memiliki sikap optimisme saja tidaklah cukup, oleh karena itu perlu adanya coping stress yang dapat mengatasi stres atau permasalahan yang sedang dialaminya.

Dari hasil analisa tabel pada coping stres, diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi menggunakan strategi coping stress dengan tingkat sedang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kategorisasi subjek yaitu terdapat prosentase 91% berada di kategori sedang, prosentase 9% berada di kategori tinggi, dan tidak terdapat seorang pun berada di kategori rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi

(12)

skripsi memiliki sikap optimisme yang cukup tinggi, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mahasiswa yang bekerja part time tersebut dapat menurunkan serta menyelesaikan masalah yang sedang dialaminya dengan menggunakan strategi coping stress yaitu problem focused coping dan emotion focused coping.

Lazarus dan Folkman (Nurhayati, 2006) mengemukakan terdapat dua macam strategi coping, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping. Problem focused coping merupakan tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mencoba memecahkan masalah yang sedang dihadapinya dengan melakukan perubahan terhadap dirinya dan lingkungannya. Emotion focused coping merupakan pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengurangi atau meredakan tekanan emosi yang ditimbulkan oleh stressor, sedangkan kondisi obyektif yang menimbulkan masalah tidak ditangani. Berdasarkan hasil perolehan skor dari bentuk strategi coping stress dapat dilihat bahwa dari 100 responden penelitian terdapat 67 mahasiswa cenderung menggunakan problem focused coping dan sisanya 33 mahasiswa cenderung menggunakan emotion focused coping dalam mengatasi stressor atau tekanan yang sedang dialaminya. Dari hasil penelitian, mahasiswa yang bekerja part time dalam menghadapi permasalahannya sebagian besar mereka lebih condong menggunakan strategi coping yang memfokuskan pada masalah yakni problem focused coping.

Taylor (Utami, 2010) yang menyatakan bahwa faktor internal yang dapat mempengaruhi coping adalah kepribadian yang dimiliki seseorang seperti sikap optimis, cara berfikir, dan kontrol diri. Seperti pada hasil penelitian yang menyatakan bahwa optimisme mempunyai hubungan dengan coping stress karena berdasarkan hasil pengolahan data secara statistik yang menunjukkan bahwa terdapat 0,140 atau 14% sumbangan yang diberikan antara variabel optimisme kepada variable coping stress, dan sisanya sebesar 86% berasal dari faktor lain yang lebih berhubungan dengan coping stress dibandingkan dengan faktor optimisme yang dimiliki mahasiswa yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan strategi coping yang dilakukan oleh individu yaitu meliputi usia, pendidikan, status sosial ekonomi, dukungan sosial, jenis kelamin, serta pengalaman tiap individu (Utami, 2010).

Hasil analisa data penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara variabel optimisme dengan coping stress, yang artinya semakin tinggi optimisme maka semakin rendah coping stress yang digunakan mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi dan sebaliknya, semakin rendah optimisme maka semakin tinggi coping

(13)

stress yang digunakan oleh mahasiswa tersebut. Sementara dalam penlitian ini terdapat mahasiswa yang memiliki optimisme cukup tinggi (optimis). Artinya Mahasiswa yang optimis dapat melihat dengan cara pandang yang positif dan terus melakukan yang lebih baik saat menghadapi masalah atau kesulitan. Jika mahasiswa yang bekerja part time tersebut menghadapi kendala dalam proses penyusunan skripsi maka mahasiswa tersebut akan terus berusaha menghadapi kendala tersebut sampai masalah yang dihadapi terselesaikan. Sebaliknya, mahasiswa bekerja part time yang kurang optimis dalam menyusun skripsi, ketika menghadapi hambatan maka merekan akan melihat hambatan tersebut sebagai suatu beban dan kurang memiliki keyakinan untuk menghadapi hambatan tersebut, sehingga mereka belum dapat menyelesaikan masalah atau kesulitan yang mereka hadapi.

KESIMPULAN

Hasil penelitian dengan menggunakan analisa korelasi Product moment-Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antar variabel sehingga semakin tinggi optimisme pada mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time, maka semakin rendah coping stress yang digunakan mahasiswa tingkat akhir yang bekerja part time dalam menghadapi skripsi. Hipotesa yang diajukan oleh peneliti yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara optimisme dengan coping stress dapat diterima.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Saran Metodelogis

a. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan metode kualitatif agar dapat memberikan informasi yang lebih mendalam. Metode kualitatif dianggap mampu mengungkapkan suatu permasalahan secara mendalam.

b. Teori yang digunakan dalam penelitian selanjutnya diharapkan berasal dari teori yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Saran Praktis

a. Bagi Mahasiswa yang telah memasuki tingkat akhir atau yang sedang mengahadapi skripsi diharapkan dapat fokus pada satu kegiatan saja yaitu menyelesaikan studinya dengan baik dan tepat waktu agar tidak mengalami tekanan dan dapat fokus pada pendidikannya.

(14)

b. Kuliah sambil bekerja baiknya dilakukan saat mahasiswa memasuki semester awal sampai pertengahan agar tidak memperlambat kelulusannya, karena bekerja part time dapat dilakukan setelah mahasiswa menyelesaikan jam kuliahnya dan dapat mengatur jadwal sesuai kesibukannya di kampus.

c. Bagi keluarga, teman atau lingkungan, diharapkan orang di sekitar subjek dapat memberikan masukan sesuai pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa part time yang sedang menghadapi skripsi agar keputusan yang diambil oleh mahasiswa tersebut dapat membuahkan hasil baik untuk studi atau pekerjaannya.

KETERBATASAN PENELITIAN

Penjabaran keterbatasan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini :

1. Penelitian ini tidak menggunakan semua dimensi coping stress menurut Aldwin & revenson melainkan tidak mengikutsertakan salah satu dimensi yaitu seeking meaning, dengan alasan menganggap bahwa salah satu dari dimensi tersebut tidak sesuai dengan maksud dari penelitian.

2. Hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan karena peneliti elah melakukan kesalahan seperti yang dijelaskan diatas yaitu tidak mengikutsertakan semua dimensi yang terkait dengan teori yang dipakai.

DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, A & Susanti, N. D. (2009). Hubungan Antara Optimisme Dan Penyesuaian Diri Dengan Stress Pada Narapidana Kasus NAPZA di Lapas Kelas II A Bulak Kapal Bekasi. Jurnal Soul, Vol. 2, September. Bekasi. www.ejournal-unisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/722?

Halgin, R. P.,& Withbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis Pada Gangguan Psikologi. Edisi 6 Jilid 1 (terjemahan). Jakarta : Salemba Humanika.

Kertamuda, F., & Herdiyansyah, H. (2009). Pengaruh Strategi Coping Terhadap Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru. Jurnal Psikologi Vol. 6 No. 1. Universitas Paramadina. Jakarta. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=120819&lokasi=lokal

Khalid, I. (2011). Pengaruh Self Esteem dan Dukungan Sosial Terhadap Optimisme Hidup Penderita HIV/AIDS. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

(15)

Hidayatullah Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/.../IDHAM%20KHALID-FPS.pdf?

Nurhayati, S.R. 2006. Peningkatan Kemampuan Menggunakan Problem Focused Coping Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jurnal Humanitas : Inodnesia Psychological Journal Vol.3 No.1 Januari 2006: 18-27. http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/728/393

Safaria, T. (2006). Stres Ditinjau Dari Active Coping, Avoidance Coping dan Negative Coping Jurnal Humanitas Vol. 3 No. 2. Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/720

Sari, V. Y. (2007). Hubungan Antara Optimisme Dengan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa Pengambil Skripsi. Naskah Publikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial

Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/.../naskah-publikasi-02320155.pdf?

Suci, R. R. (2009). Perbedaan Self-Regulation Pada Mahasiswa yang Bekerja dan Mahasiswa yang Tidak Bekerja. Jurnal Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Paramadina. Jakarta.

Utami, M. N. F. A. (2010). Dinamika Coping Stress Pada Istri Yang Memiliki Suami Penderita Diabetes Mellitus. (Skripsi) Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata. Semarang.

http://eprints.unika.ac.id/.../1/06.40.0063_Martina_Nur_Frida_Ayu_Utami.pdf

Utomo. (2008). Hubungan Antara Model-Model Coping Stres Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. (skripsi) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Waruru, F.E. 2006. Korelasi Antara Optimisme dan Prestasi Akademik Siswa SD Santa Maria Kelas 6 di Cirebon. Jurnal Psikologi Vol 4 No. 1, Juni 2006. Fakultas

Psikologi Universitas Tarumanegara Jakarta.

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/41?

Wibowo, S. (2004). Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Kerja Paruh Waktu. Skripsi (tidak diterbitkan) Universitas Atmajaya. Jakarta.

Yenni, D. (2007). Kuliah Sambil Kerja Why Not. Majalah Medan Bisnis 1 Edisi Desember. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Linear regressions of the observed and predicted values of haemolymph osmolality on mass corrected water content during the desiccation period, for both the fresh water and

Pokja Pekerjaan Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kabupaten Banggai Kepulauan pada SKPD Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi Tengah

Pengujian pengoperasian sistem simulasi UPM memanfaatkan teknologi GPS pada smartphone untuk jalan berbayar telah berjalan dengan baik seperti dapat dilihat pada

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kendari Tahun.. 2013 -

Beberapa aspek penting yang diperoleh selama proses perancangan website ecommerce ialah : Tipe huruf yang digunakan adalah jenis huruf Sans-Serif, yaitu tipe Arial

7) Periksa kisar ulir yang dibuat (Gambar 11) dengan menggunakan kaliber ulir (screw pitch gage). Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir dilanjutkan. Kalau

Sehingga dengan banyaknya dana yang terkumpul maka eL-Zawa mulai mengonsentrasikan pendistribusian zakat secara produktif di dusun Klaseman desa Kucur Malang yang merupakan

Swt melarang atau melaknat perempuan-perempuan yang mencabut alis dan yang meminta untuk dicabut alisnya. Padahal, pada saat ini mencabut alis yang dilakukan dalam