• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROSEDUR PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT KESEHATAN/BAHAN PAKAI HABIS MEDIS DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO

SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi

Oleh:

RIGEL DANARDONO NIM F3313088

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKRTA

(2)

ii ABSTRACT

EVALUATION PROCEDURES STORAGE AND DISTRIBUTION DISPOSABLE MEDICAL EQUIPMENT/MATERIAL AT PHARMACY WAREHOUSE ORTHOPEDIC HOSPITAL PROF. DR. R. SOEHARSO

SURAKARTA RIGEL DANARDONO

F3313088

This research aimed to determine the procedure of storage and distribution disposable equipment/material at Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. The method used was interview, observation and Standard Operating Procedures at Orthopaedic Hospital Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta and the reality on The fields.

Referred to their storage procedures, existence of manual recording with Ledger Inventory which functions to register the disposable medical equipment/ material stored in the Pharmacy Warehouse, and preparing Card Stock (Stock) on each item there. Based on distribution procedures, officers from Pharmacy Warehouse required to be more careful and disciplined in order to get good distribution.

(3)

iii ABSTRAK

EVALUASI PROSEDUR PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT KESEHATAN/BAHAN PAKAI HABIS MEDIS DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO

SURAKARTA

RIGEL DANARDONO F3313088

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian Alat/Bahan Pakai Habis Medis pada Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Metode yang digunakan ialah wawancara, observasi langsung serta membandingkan antara Standar Prosedur Operasional Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

Ditinjau dari prosedur Penyimpanan adanya pencatatan manual dengan Buku Besar Persediaan yang fungsinya mendaftar alat/bahan pakai habis medis yang disimpan di Gudang Farmasi, serta membuatkan Kartu Persediaan (Stock) pada tiap-tiap barang yang ada di sana. Dari prosedur Pendistribusian, Petugas Gudang Farmasi dituntut untuk lebih teliti dan disiplin agar pendistribusian barang tidak salah.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(Q.S Al-Insyrah: 6)

Jangan hanya menjadi sebuah lilin

Karena yang dia lakukan hanya untuk orang lain.

Namun jadilah sebuah lebah yang bermanfaat bagi bunga, manusia dan ratunya

(Penulis)

Sesuatu akan menjadi kebanggaan, Jika sesuatu itu dikerjakan Dan bukan hanya dipikirkan.

Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan, Jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya.

Bukan hanya menjadi impian saja.

Penulis persembahkan kepada:

 Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

 Ibu, Bapak dan Ketiga Kakak ku tercinta

 Almamater Universitas Sebelas Maret  Teman-teman kelas Diploma 3 AKC

2013

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah banyak

melimpahkan hidayah, rahmat, dan nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Evaluasi Prosedur Penyimpanan dan

Pendistribusian Alat Kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis di Gudang Farmasi

Rumah Sakit Ortopedi. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta”.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk dapat

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Hunik Sri Runing Sawitri, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sebelas Maret.

2. Dr. Djuminah, M.Si., Ak. selaku ketua Program Studi Diploma III

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

3. Christiyaningsih Budiwati, SE, M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Tugas Akhir

yang senantiasa memberikan pengarahan, petunjuk, dan bimbingannya

dalam penyusunan tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu teori dan praktek selama

masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas

(9)

ix

5. Seluruh staf dan karyawan yang telah melayani dan mengatur kegiatan

perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

6. Bapak dan Ibu selaku orang tua beserta kakak-kakak ku Mbak Lia, Mas

Bintang dan Mbak Rini yang selama ini telah sangat berjasa dalam

memberikan doa dan dorongan semangat yang tulus kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Teman-teman Kos Techno House Bangkit, Yoga, Agung Sus, Agung DM,

Tio, Arifin yang menemani dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, serta Dhema dan Asih yang memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis.

8. Teman-teman D3 Akuntansi kelas C dan seangkatan 2013 yang selama ini

sangat banyak memberikan kenangan yang tak terlupakan baik canda, tawa dalam suka maupun duka.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk perbaikan di kemudian hari. Akhir kata semoga

penulisan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2016

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit ... 5

1. Definisi Rumah Sakit ... 5

2. Tujuan Rumah Sakit ... 8

3. Klasifikasi Rumah Sakit ... 8

B. Pengertian Persediaan ... 9

(11)

xi

2. Tipe-tipe Persediaan di Rumah Sakit ... 10

C. Pengertian Prosedur ... 10

D. Penyimpanan Barang ... 11

E. Pendistribusian Barang... 12

F. Prosedur menurut SPO (Standar Prosedur Operasional) ... 13

1. Prosedur Penyimpanan ... 13

2. Dokumen yang terkait dalam Prosedur Penyimpanan ... 14

3. Prosedur Pendistribusian ... 16

4. Dokumen yang terkait dalam Prosedur Pendistribusian ... 17

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 19

1. Sejarah Rumah Sakit ... 19

2. Visi dan Misi ... 22

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 23

4. Deskripsi Jabatan ... 24

5. Pelayanan dan Fasilitas... 30

B. Analisis dan Pembahasan ... 32

1. Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian ... 32

2. Evaluasi Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian ... 37

3. Kelebihan dan Kekurangan ... 43

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.2.1 Flow Chart Penyimpanan Menurut SPO (Standar

Prosedur Operasional) ... 15

Gambar 3.2.2 Flow Chart Pendistribusian Menurut SPO (Standar Prosedur Operasional) ... 18

Gambar 3.1.1 Struktur Organisasi ... 23

Gambar 3.2.3 Flow Chart Penyimpanan Menurut Prosedur ... 34

(13)

xiii TABEL

Tabel 3.1.1 Perbandingan Prosedur Penerimaan ... 37

Tabel 3.2.1 Tabel Evaluasi Kartu Persediaan (stock) ... 40

Tabel 3.1.2 Perbandingan Prosedur ... 41

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era mobilitas seperti saat ini kesehatan menjadi kebutuhan yang

utama. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan di rumah

sakit semakin membaik di setiap tahunnya. Berkembangnya pelayanan di

rumah sakit juga didukung dengan sarana dan prasarana yang baik sehingga

pelayanan kepada pasien dapat dirasakan secara maksimal dan dapat

memudahkan semua pihak yang terkait di rumah sakit.

Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian dan peralatan.

Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan/Bahan Medis Pakai Habis yang bermutu, bermanfaat, aman dan

terjangkau. Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, “Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.”

(15)

Dalam menjalankan kegiatannya, sebuah rumah sakit tak lepas dengan

persediaan alat/bahan pakai habis, khususnya alat/bahan pakai habis medis.

Persediaan ini dibutuhkan di berbagai ruang seperti Depo Rawat Jalan,

Laboratorium, Radiologi dan Gigi dll. Dalam kegiatan penyimpanannya harus

dijaga dengan benar dan di bedakan penanganannya dari tiap-tiap persediaan

alat kesehatan/bahan pakai habis. Dalam segi pendistribusiannya juga harus

melalui tahapan-tahapan yang sistematis dan mengikuti prosedur yang ada.

Penyimpanan barang bertujuan untuk menjaga kondisi barang secara utuh dan

dijaga menurut standar stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi serta penggolongan jenis Sediaan Farmasi Alat Kesehatan/Bahan

Pakai Habis. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menghindari kerusakan barang

pada saat digunakan.

Pengendalian intern meliputi organisasi, metode dan ukuran-ukuran

yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian

dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong

dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001: 163). Dalam penerapan

prosedur yang harus diperhatikan ialah penerimaan dan pengeluaran kas,

karena karakternya yang mudah untuk disalahgunakan. Hal ini harus diperketat

untuk mengurangi risiko kecurangan yang dilakukan karyawan. Selain

penerimaan dan pengeluaran kas, penerimaan dan pengeluaran barang

persediaan juga sama pentingnya demi terciptanya keamanan barang yang

(16)

3

Dengan pengalokasian kas yang baik dapat mencegah terjadinya

penyelewengan. Adanya pengendalian intern yang baik dengan didukung

perangkat yang canggih, tidak menutup kemungkinan terjadi kerja sama dari

para karyawan untuk melakukan kecurangan yang dapat menyebabkan suatu

pengendalian mudah untuk diselewengkan atau disalahgunakan (Mulyadi,

2001: 170). Sebanding dengan pengalokasian persediaan yang baik, dapat

mencegah kecurangan yang dilakukan oleh karyawan.

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta melakukan 4

jenis pembelian persediaan yakni pembelian bahan medis, bahan non medis,

peralatan medis dan pembelian bahan makan (gizi). Bahan medis antara lain:

obat-obatan, bahan baku, alat kesehatan habis pakai, alat kesehatan semi

inventaris, atau alat kesehatan inventaris. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit, “kegiatan pengelolaan bahan medis

pakai habis meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan bahan medis habis pakai, pengendalian dan terakhir administrasi.”

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka dalam

penulisan Tugas akhir ini penulis memilih judul “EVALUASI PROSEDUR

PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN ALAT

KESEHATAN/BAHAN PAKAI HABIS MEDIS DI GUDANG FARMASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI. PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA”.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas penulis merumuskan masalah sebagai

berikut.

Apakah penerapan prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian di

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sudah sesuai dengan

SPO (Standar Prosedur Operasional)?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui kesesuaian antara Standar Prosedur Operasional

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan

Pelaksanaan.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Untuk mengetahui bagaimana prosedur yang telah diterapkan pada rumah

sakit tersebut, serta menjadi gambaran dan evaluasi agar lebih baik di masa

yang akan datang.

2. Bagi Peneliti

Penelitian bertujuan untuk menambah pengetahuan pada prosedur

penyimpanan dan pendistribusian serta menambah wawasan akan

penerapan ilmu yang telah didapat di Diploma Tiga Akuntansi Universitas

Sebelas Maret.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan pembaca

(18)

5 BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Undang-undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009, tentang

Rumah Sakit mendefinisikan rumah sakit sebagai institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat

darurat.

Berdasarkan fungsinya rumah sakit memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat sehingga sebagian besar dikelompokkan

dalam organisasi sektor publik yang tidak berorientasi mencari keuntungan,

kecuali beberapa rumah sakit yang didirikan oleh Perseroan Terbatas (PT)

yang memang bertujuan menambah pendapatan. (Nordiawan & Hertianti,

2010: 59).

Indonesia memiliki beberapa jenis rumah sakit, antara lain

a. Rumah Sakit Umum

b. Rumah Sakit Terspesialisasi

c. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan

d. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan dan

(19)

Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit terbagi atas:

1) Rumah Sakit Milik Pemerintah

Adalah rumah sakit umum yang dimiliki dan dikelola oleh

pemerintah. Contohnya RSUP dan RSUD.

Perbedaannya RSUP merupakan milik pemerintah pusat yang

mengacu pada Departemen Kesehatan, sedangkan RSUD

merupakan milik pemerintah provinsi dan kabupaten atau kota, di

bawah pembinaan urusan kerumahtanggan dari Departemen Dalam

Negeri dan RSUD tetap berada di bawah koordinasi Departemen

Kesehatan.

Jenis rumah sakit milik pemerintah ada dua:

a) Rumah Sakit Pemerintah yang tidak bisa dipisahkan, yaitu

rumah sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah.

Contohnya, RSUD KARANGANYAR dan RSUD KLATEN

b) Rumah Sakit Milik Pemerintah yang dipisahkan, yaitu rumah

sakit yang dimiliki oleh kekayaan pemerintah yang dipisahkan.

Misalnya Rumah Sakit BUMN. BUMN yang memiliki rumah

sakit antara lain Pertamina, PT. Aneka Tambang, PT. Pelni dan

(20)

7

2) Rumah Sakit Berbentuk Badan Layanan Umum (BLU)

Adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang/jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

Jenis Rumah Sakit yang berbentuk BLU antara lain Rumah Sakit

Cipto Mangunkusumo (RSCM), Rumah Sakit Jantung Harapan

Kita, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Rumah Sakit Makassar,

Rumah Sakit Karyadi Semarang, Rumah Sakit Sanglah Denpasar,

Rumah Sakit Padang, Rumah Sakit Palembang dan Rumah Sakit Dr.

Sarjito Yogyakarta.

Selain rumah sakit tersebut ada banyak RSUD yang dialihkan

menjadi BLUD, seperti RSUD Budi Asih, RSUD Tarakan, RSUD

Koja, RSUD Duren Sawit, RSUD Haji dan RSUD Pasar Rebo.

3) Rumah Sakit Milik Swasta

Adalah rumah sakit yang dimiliki oleh perorangan atau badan

(21)

2. Tujuan Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit, Penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan

b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,

masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di

rumah sakit

c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah

sakit, serta

d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit dan Rumah sakit.

3. Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi rumah sakit umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari:

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Klasifikasi Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri dari:

(22)

9

b. Rumah Sakit Khusus kelas B

c. Rumah Sakit Khusus kelas C

B. Persediaan

1. Deskripsi Persediaan

Persediaan ialah asset lancar yang berbentuk barang atau

perlengkapan yang diperoleh, disimpan dan didistribusikan untuk

mendukung kegiatan operasional. Barang-barang tersebut dimaksudkan

untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada

masyarakat. (Peraturan Menteri Keuangan tentang Pedoman

Penatausahaan Persediaan)

Persediaan Rumah Sakit masuk pada jenis perusahaan jasa, yang

memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien secara paripurna. Di

rumah sakit memiliki karakteristik yang sama dengan perusahaan

dagang, yakni hanya terdiri dari satu golongan, yaitu persediaan barang

dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual

kembali. Bedanya di perusahaan jasa seperti rumah sakit harga

persediaannya dipatok berdasarkan jenisnya contohnya, Obat dan

Alat/bahan Pakai Habis. Persediaan alat/bahan pakai habis difungsikan

untuk keperluan perawatan pasien dan harga barang tersebut tidak

diambil keuntungannya, melainkan mengikuti patokan harga beli barang

itu sendiri, kecuali obat. Obat menggunakan patokan harga sebesar 20%

(23)

2. Tipe-tipe Persediaan di Rumah Sakit:

a. Persediaan Bahan Pakai Habis Medis

b. Persediaan Barang Pakai Habis Non-medis

c. Persediaan Alat Kesehatan Pakai Habis

Dari beberapa persediaan di atas saya akan mendeskripsikan Persediaan

Barang Habis Pakai Medis, yang melalui beberapa transaksi menurut

(Mulyadi, 2001: 555) di antaranya:

1) Pembelian

Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Prosedur pencatatan

harga pokok persediaan yang dibeli.

2) Retur pembelian

Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah prosedur pencatatan

harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada pemasok.

3) Pemakaian barang gudang

Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Prosedur permintaan

dan pengeluaran barang gudang.

4) Penghitungan fisik persediaan

Sistem dan Prosedur yang bersangkutan ialah Sistem penghitungan

fisik persediaan.

C. Pengertian Prosedur

Menurut Mulyadi (2001: 5) “Prosedur adalah satuan urutan kegiatan

(24)

11

departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara

seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. Di dalam suatu

sistem, biasanya terdiri dari beberapa prosedur di mana prosedur-prosedur

itu saling terkait dan saling mempengaruhi. Akibatnya apabila terjadi

perubahan salah satu prosedur, maka akan mempengaruhi prosedur-prosedur yang lain.”

Dapat disimpulkan bahwa Prosedur adalah kegiatan pencatatan yang

dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu departemen untuk

menyeragamkan pekerjaannya dengan tujuan agar kegiatan operasionalnya

dapat berjalan secara teratur.

D. Penyimpanan Barang

Penyimpanan adalah tahapan penting dari Sistem Pengelolaan,

karena pada tahap ini suatu Instansi harus dapat menjaga Barang Persediaan

agar tetap terjaga mutu dan isi dari barang tersebut. Sedangkan menurut

Subagya (1998: 68) Penyimpanan juga dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan, pencatatan

dan pengaturan barang persediaan di dalam ruang penyimpanan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014

setelah barang masuk di bagian Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan ini

bertujuan untuk menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

kesehatan dan Bahan Medis Pakai Habis sesuai dengan persyaratan

(25)

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Pakai Habis. Bertujuan agar

barang yang keluar tidak mengalami cacat atau rusak. Dari definisi di atas

dapat simpulkan bahwa Penyimpanan Barang Medis ialah kegiatan

pengurusan dan pencatatan demi menjamin kualitas dan keamanan Sediaan

Farmasi, Alat kesehatan/Bahan Medis Pakai Habis sesuai standar

kefarmasian

E. Pendistribusian Barang

Pendistribusian adalah perpindahan Barang Persediaan dari gudang

ke Sub-gudang atau ke tempat lain, menurut dokumen yang mengatur

tentang perpindahan barang tersebut. Dalam kegiatan pendistribusian perlu

adanya dokumen-dokumen yang mengatur tentang kegiatan ini, karena

dalam kegiatan Pendistribusian harus tercatat berapa banyak barang yang

keluar dan berapa banyak banyak barang yang masih di simpan di Gudang.

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014,

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Unit

Pelayanan kepada pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis,

jumlah dan ketetapan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem

distribusi untuk menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Pakai Habis di unit

(26)

13

Tujuan dari kegiatan distribusi ini agar memudahkan pasien, dengan

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada serta

metode sentralisasi dan desentralisasi

F. Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian Menurut Standar Prosedur Operasional (SPO)

1. Prosedur Penyimpanan a. Panitia Penerima

Panitia Penerima menerima barang beserta Faktur pembelian untuk

Bagian Gudang Farmasi, Bagian Akuntansi dan arsip Panitia

Penerima. Panitia penerima mengecek faktur pembelian jika barang

tidak sesuai maka Panitia Penerima mengirimkan faktur pembelian

ke supplier. Apabila sudah dicek dan sesuai, Panitia Penerima

membuat Berita Acara Serah Terima Barang dan melampirkan

faktur beserta barang ke Bagian Gudang Farmasi.

b. Bagian Gudang Farmasi

Petugas Gudang Farmasi menerima berita serah terima barang,

faktur pembelian dari supplier dan barang yang sudah dicek oleh

Panitia Penerima. Serta mengarsipkan faktur untuk bagian

akuntansi. Petugas gudang farmasi menerima barang dan dipisahkan

menurut jenisnya. Petugas gudang melakukan input barang sebagai

(27)

buku persediaan barang medis dan membuatkan kartu persediaan

(stock) pada persediaan yang belum terdaftar.

2. Dokumen-dokumen yang terkait dalam Kegiatan Penyimpanan Penyimpanan Barang.

Dalam kegiatan penyimpanan barang Petugas gudang farmasi

menerima dan mengisi dokumen antara lain:

a) Faktur Pembelian

Adalah dokumen yang berisi jumlah barang, spesifikasi dan nama

barang yang dibeli dari suatu distributor.

b) Berita Acara Serah Terima Barang

Adalah dokumen yang berisi pernyataan serah terima barang

antara pihak yang menyerahkan dengan Panitia Penerima barang.

Setelah barang tersebut diperiksa oleh pejabat pengadaan atau

panitia pemeriksa barang.

c) Buku Persediaan Barang

Buku dalam bentuk lembaran untuk mencatat/membukukan

persediaan yang masuk dan keluar dari gudang farmasi di bawah

pengurusan dan tanggung jawab pejabat pengurus persediaan

medis. Berfungsi sebagai pencatat daftar nama barang yang

(28)

15

d) Kartu Persediaan (stock)

Kartu yang digunakan untuk mencatat persediaan berdasarkan

jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, stok awal, jumlah barang

masuk dan keluar serta jumlah barang yang tersisa.

Dibawah ini adalah Gambar 3.2.1 yang menggambarkan alur kegiatan

prosedur penyimpanan barang di Gudang Farmasi.

(29)

3. Prosedur Pendistribusian a. Satker/sub-gudang

Satker/sub-gudang membuat daftar permintaan barang rangkap 3

(tiga) yang ditujukan untuk Bagian Penunjang Pelayanan, Bagian

Gudang Farmasi dan untuk arsip Satket itu sendiri. Dokumen yang

di gunakan yaitu Bukti Barang Keluar (BBK)

b. Bagian Penunjang Pelayanan

Bagaian Penunjang Pelayanan memverifikasi dokumen Bukti

Barang Keluar (BBK) rangkap dua lalu mengarsipkan dokumen.

Setelah mendapat verifikasi dari bagian penunjang pelayanan

dokumen barang keluar tersebut di masukkan ke gudang farmasi.

c. Gudang Farmasi

Gudang Farmasi menerima dokumen bukti barang keluar (BBK) dari

satker/sub-gudang yang sudah di bubuhi tanda tangan oleh Bagian

Penunjang Pelayanan. Petugas gudang farmasi mengeluarkan

persediaan sesuai permintaan satker/sub-gudang, apabila barang

tidak tersedia petugas farmasi memberi keterangan dengan mencoret

nama barang dari dokumen bukti barang keluar. Petugas gudang

farmasi mencatat pengeluaran pada kartu persediaan (stock) serta

memasukkan (entry) pada Sistem Informasi Manajemen Rumah

(30)

17

4. Dokumen-dokumen yang terkait dalam Kegiatan Pendistribusian Alat/Bahan Pakai Habis Medis pada Gudang Farmasi

Dalam kegiatan pendistribusian barang Petugas gudang farmasi

menerima dokumen antara lain:

a) Bukti Barang Keluar (BBK)

Dokumen ini digunakan sebagai syarat perpindahan barang dari

gudang farmasi ke satker-satker/sub-gudang yang sebelumnya

sudah di verifikasi oleh Bagian Penunjang Pelayanan dengan

rincian: No, Nama Barang, Banyaknya, Satuan, Keterangan.

b) Kartu Persediaan (stock)

Kartu yang digunakan untuk mencatat persediaan berdasarkan

jenis, jumlah, tanggal kadaluarsa, stok awal, jumlah barang masuk

(31)

Dibawah ini adalah Gambar 3.2.2 yang menggambarkan alur kegiatan

pendistribusian barang di Gudang Farmasi

Gambar 3.2.2 Flow Chart Pendistribusian Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis

(32)

19

19 BAB III

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah rumah

sakit yang khusus menangani permasalahan ortopedi yang beralamat di Jln.

Jendral A. Yani, Pabelan Surakarta

1. Sejarah Rumah Sakit

Prof. Dr. R. Soeharso ialah pendiri sekaligus menjadi Direktur

Pertama pada tahun 1941 – 1971. Beliau merintis dari tahun 1946 – 1971.

Sejarah berdirinya LOP tidak lepas dari sejarah perjalanan Rehabilitasi

Centrum (RC) karena merupakan bagian dari pelayanan RC yang dimotori

oleh Prof. Dr. R Soeharso. Perkembangan berikutnya LOP berubah nama

menjadi RS Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Rehabilitasi Centrum (RC) rintisan Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

pada waktu itu mendunia dan terkenal hingga Asia Tenggara dan mendapat

perhatian dalam dan luar negeri karena berhasil melaksanakan konsep

pelayanan Rehabilitasi Terpadu di bawah satu atap atas pemikiran yang

mendalam pada waktu itu. Pemikiran ini didapat saat menangani penderita

cacat tubuh akibat perang yang pada kenyataannya mengalami

(33)

penderita cacat yang tadinya, merasa tidak memiliki harapan menjadi

memiliki semangat baru.

RC saat itu hanya Lembaga Pusat Rehabilitasi Penderita cacat tubuh

(LPRRCT) kemudian baru dibuka Lembaga Ortopedi dan Prothese (LOP)

dan berikutnya diikuti dengan Akademi Maupun lembaga/yayasan di bawah

naungan nama Prof. Dr. R. Soeharso yang akhirnya tergabung dalam “Paguyuban lembaga Rehabilitasi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta” yang

berjumlah 10, antara lain:

a. BBRSBD

b. RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

c. YPAC

d. Yayasan Sheltered Workshop Solo

e. Pusrehabcat (Dorehabcat)

f. Sekolah Perawat Fisioterapi

g. Yayasan Paraplegia

h. Yayasan Koperasi Penderita cacat “Harapan” untuk paguyuban dan

usaha

i. Yayasan Pembinaan Olah Raga Penderita Cacat

j. Pusat Rehabilitasi Sosial Bina Masyarakat (PRSBM)

Pada tahun 1946 bersama dengan Suroto Reksporanoto menciptakan

(34)

21

Protese Indonesia yang kemudian berkembang menjadi training center

(terdapat di BBRSBD waktu itu LPRPCT berubah menjadi PRPCT)

Berkembang secara pesat setelah mendapat bantuan dari Kolonel

Gatot Soebroto yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Militer untuk

Surakarta, Pati dan Madiun. Mencetak beberapa dokter spesialis Bedah

Ortopedi. Satu-satunya Dokter juga seniman yang ikut melestarikan Budaya

Kraton Surakarta.

Setelah meninggal tahun 1971 di usia 59 tahun kemudian beliau

dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional di Bidang Ortopedi, dengan

penghargaan Bintang Maha Putra.

Dalam perkembangannya lembaga dengan nama Prof. Dr. R.

Soeharso ini berkembang secara dinamis terutama dalam hal ini RS.

Ortopedi mengalami perkembangan yang cukup berarti setara dengan

perkembangan ilmu kedokteran, terutama menyangkut dalam pelayanan

ortopedi dan Rehabilitasi Medik Paripurna.

Prof. Dr. R. Soeharso mengembangkan dan mempelopori proses

pelayanan Ortopedi & Rehabilitasi Medik secara Paripurna sesuai dengan

perkembangan kedokteran waktu itu & konsep WHO. Saat itu didukung

berbagai peralatan Ortopedi dan Rehabilitasi Medik dan dipenuhi semangat

pengorbanan yang tinggi maka dipersiapkan lahan yang luas di Pabelan

yang akhirnya menjadi RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso sejak tahun

(35)

2. VISI DAN MISI a. Visi

Visi Kementerian Kesehatan tahun 2019 adalah “Masyarakat

Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan. Visi Direktoral Jenderal Upaya

kesehatan tahun 2019 adalah Meningkatkan Akses Pelayanan Kesehatan

yang terjangkau dan berkualitas bagi Masyarakat. Visi RSO Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta tahun 2015-2019 yang hendak dicapai dalam kurun

waktu 5 tahun adalah “Menjadi Rumah Sakit Ortopedi Unggulan

Dengan Pelayanan Prima di ASEAN.”

b. Misi

Dalam mewujudkan Visi RSO Prof. Dr. R Soeharso Surakarta

diperlukan kerja sama dan tekad yang baik agar permasalahan yang

dihadapi akan mudah diselaraskan, sehingga misi rumah sakit

dirumuskan sebagai berikut:

1) Mewujudkan pelayanan sup spesialistik ortopedi traumatologi

terintegrasi pendidikan dan penelitian secara paripurna.

2) Mewujudkan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis yang

sehat, efektif, efisiensi dan dapat dipercaya (akuntabel)

3) Mewujudkan SDM yang profesional, inovatif dan kreatif

(36)

23

3.

Gambar 3.1.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Sumber: Bagian. Akuntansi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R Soeharso Surakarta

(37)

4. Deskripsi Jabatan a. Direktur Utama

Bertugas untuk melaksanakan pengelolaan perusahaan,

bertujuan untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit.

b. Direktorat Medik dan Keperawatan

Bertugas melaksanakan pengelolaan pelayanan medis dan

pelayanan keperawatan. Direktorat Medik dan Keperawatan

menyelenggarakan fungsi:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan medis, penunjang medis,

pelayanan keperawatan serta fasilitas medik dan keperawatan.

2) Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan medis, penunjang

medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas medik dan

keperawatan.

3) Pengendalian, pengawasan, dan evaluasi pelayanan medis,

penunjang medis, pelayanan keperawatan serta fasilitas medik dan

keperawatan.

4) Perencanaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi pengelolaan

instalasi-instalasi di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan.

Direktorat Medik dan Keperawatan, terdiri dari:

1) Bidang Pelayanan Medik

Bertugas melaksanakan perencanaan, pengembangan, monitoring

dan evaluasi di bidang medik. Bidang pelayanan medik

(38)

25

pengembangan program pelayanan medik, monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pelayanan medik.

Bidang pelayanan medik, terdiri dari:

a) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan

Bertugas melakukan penyimpanan bahan penyusunan rencana

kebutuhan dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi

pelayanan keperawatan rawat jalan.

b) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap

Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusun rencana

kebutuhan dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi

pelayanan medis dan penunjang medis rawat inap.

2) Bidang Pelayanan Keperawatan

Bertugas melaksanakan perencanaan pengembangan, monitoring

dan evaluasi di bidang pelayanan keperawatan. Bidang ini

menyelenggarakan dua fungsi, yaitu penyusunan rencana dan

pengembangan program pelayanan keperawatan, monitoring dan

evaluasi pelaksanaan pelayanan keperawatan.

Bidang pelayanan keperawatan terdiri dari:

a) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan

Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana

kebutuhan dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi

(39)

b) Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap

Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana

kebutuhan dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi

pelayanan keperawatan di rawat inap.

c. Direktorat Umum, SDM dan Pendidikan

Bertugas melakukan pengelolaan administrasi umum,

pendidikan dan penelitian serta sumber daya manusia. Direktorat

Jenderal Umum, SDM dan Pendidikan menyelenggarakan beberapa

fungsi antara lain:

1) Penyusunan rencana kebutuhan dan penyelenggaraan tenaga

kesehatan serta tenaga non kesehatan.

2) Koordinasi dan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan rumah

tangga serta pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit.

3) Koordinasi dan pelaksanaan kegiatan perencanaan, evaluasi dan

laporan rumah sakit.

4) Koordinasi rencana dengan pengembangan sumbar daya manusia,

pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan

pengembangan rumah sakit.

5) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ketatausahaan dan

rumah tangga pengelolaan sumber daya manusia, perencanaan

program pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan

(40)

27

Direktorat Umum, SDM, dan Pendidikan terdiri dari a) Bagian Umum

Bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan urusan

ketatausahaan dan kerumahtanggaan serta perencanaan dan

evaluasi. Bagian umum menyelenggarakan dua fungsi, yaitu

pelaksanaan kegiatan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan,

pelaksanaan kegiatan perencanaan dan evaluasi.

Bagian Umum dibagi dalam:

(1) Subbagian Tata Usaha dan Rumah Tangga

Bertugas melakukan urusan ketatausahaan dan

kerumahtanggaan.

(2) Subbagian Perencanaan dan Evaluasi

Bertugas melakukan penyusunan program dan evaluasi.

b) Bagian SDM

Bertugas melaksanakan pengelolaan kegiatan kepegawaian,

hukum, organisasi dan pemasaran. Bagian ini menyelenggarakan

tiga fungsi, yakni perencanaan, administrasi dan pengembangan

sumber daya manusia, pelaksanaan analisis jabatan, organisasi dan

kepegawaian, pelaksanaan pemasaran pelayanan rumah sakit.

(41)

(1) Subbagian Kepegawaian

Bertugas melaksanakan penyusunan rencana administrasi, dan

pengembangan sumber daya.

(2) Subbagian Hukum, Organisasi dan Pemasaran

Bertugas melakukan penyimpanan bahan analisis jabatan,

organisasi dan pelaksanaan serta pemasaran pelayanan rumah

sakit.

c) Bagian Pendidikan dan Penelitian

Bertugas melakukan pengelolaan kegiatan pendidikan dan

penelitian kesehatan maupun penelitian non kesehatan. Bagian

pendidikan dan penelitian menyelenggarakan dua fungsi yaitu

perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi kegiatan

pendidikan dan penelitian non kesehatan.

Bagian Pendidikan dan Penelitian terdiri dari:

(1) Subbagian Pendidikan dan Penelitian Kesehatan

Bertugas melakukan penyusunan rencana, pengembangan,

monitoring dan evaluasi kegiatan pendidikan dan penelitian

kesehatan.

(2) Subbagian Pendidikan dan Penelitian Non Kesehatan

Bertugas melakukan penyusunan rencana, pengembangan,

monitoring dan evaluasi kegiatan pendidikan dan penelitian

(42)

29

d. Direktorat Keuangan

Bertugas melaksanakan pengelolaan keuangan rumah sakit.

Direktorat Keuangan menyelenggarakan empat fungsi, antara lain:

1) Pelaksanaan penyusunan rencana dan anggaran

2) Pelaksanaan perbendaharaan dan mobilitas dana

3) Pelaksanaan akuntansi dan verifikasi serta pembukuan

4) Perencanaan, koordinasi, monitoring dan evaluasi pengelolaan

keuangan

Direktorat Keuangan terdiri dari:

a) Bagian Perbendaharaan dan Mobilitas Dana

Bertugas melakukan penyusunan anggaran, perbendaharaan

dan mobilitas dana. Bagian perbendaharaan dan mobilitas dana

menyelenggarakan empat fungsi, antara lain: pelaksanaan

kegiatan penyusunan anggaran, pelaksanaan kegiatan

perbendaharaan, pelaksanaan kegiatan mobilitas dana, evaluasi

penyusunan laporan. Bagian perbendaharaan dan mobilitas

dana terdiri dari:

(1) Subbagian Penyusunan Anggaran

Bertugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

anggaran.

(2) Subbagian Perbendaharaan

(43)

(3) Subbagian Mobilitas Dana

Bertugas melakukan penyiapan bahan mobilitas.

b) Bagian Akuntansi

Bertugas melakukan di bagian akuntansi keuangan serta

akuntansi manajemen dan verifikasi. Bagian akuntansi

menyelenggarakan dua fungsi, antara lain:

(1) Subbagian Akuntansi Keuangan

Bertugas melakukan akuntansi keuangan.

(2) Subbagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi

Bertugas melakukan akuntansi manajemen dan verifikasi.

e. Satuan Pengawas Intern

Bertugas melakukan pengawasan intern rumah sakit.

5. Pelayanan dan Fasilitas

Pelayanan dan Fasilitas yang disediakan oleh Rumah Sakit Ortopedi

Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta antara lain:

a. Layanan Reguler

1) Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta terdiri dari klinik ortopedi, klinik rehabilitasi,

klinik neurologi, klinik tulang belakang, klinik CTEV ( Ortopedi

(44)

31

klinik akupuntur, klinik bedah umum, klinik gigi dan mulut dan

klinik permasalahan perkembangan anak.

2) Rawat Inap

Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta memiliki kapasitas 127 tempat tidur yang

terdiri dari kelas VIP, I, II, III dan didukung oleh dokter spesialis

yang handal dan ahli di bidangnya serta petugas lain yang

berkompeten dan siap memberikan pelayanan terbaik untuk pasien.

3) Rehabilitasi Medik

Instalasi Rehabilitasi medik di Rumah Sakit Ortopedi Prof.

Dr. R. Soeharso Surakarta terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi,

ortotik prostetik, psikologi, terapi wicara dan pekerja sosial medis.

4) Instalasi Penunjang

Instalasi Penunjang di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta terdiri dari instalasi radiologi, instalasi

laboratorium, instalasi rawat intensif (ICU), instalasi gizi dan

instalasi farmasi.

b. Layanan Unggulan

Pelayanan unggulan Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso

Surakarta antara lain:

1) Rekonstruksi Sendi, Panggul, Lutut dan Pemanjangan Tulang

(45)

2) Pengembangan Pelayanan Ortopedi, Traumatologi dan Rehabilitasi

Medik pada Anak (rekonstruksi kelainan kongenitnal dan

pencegahan kecacatan).

3) Bedah Tulang Replantasi Anggota Gerak (jari tangan dan

rekonstruksi kecacatan tulang pada tangan).

4) Pusat Pelayanan Tulang Belakang

Operasi Unggulan yang sudah di kembangkan di Rumah Sakit Ortopedi

Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta adalah sebagai berikut:

1) Adult Reconstrucsion and Total Joint Repalcement

a) Total Hip Replacement

b) Total Knee Replacement

c) Tottal Ellbow Repalcement

d) Total Shoulder Replacement

2) Arthroscopic Surgery

3) Pediatric Surgery

4) Limb Lengthening Procedure Ilizarif

5) Scoliosis Surgery

B. Analisis dan Pembahasan

1. Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis di Gudang Farmasi

5. Prosedur penerimaan dan penyimpanan alat/bahan pakai habis medis

(46)

33

1) Panitia Penerima

Panitia Penerima menerima Faktur pembelian rangkap 3

(tiga) untuk panitia penerima, petugas gudang dan bagian

akuntansi. Selanjutnya mengecek faktur pembelian jika barang

tidak sesuai maka panitia penerima mengirimkan faktur pembelian

ke supplier. Apabila sudah dicek dan sesuai, barulah panitia

penerima membuat berita acara serah terima barang dan

melampirkan faktur beserta barang ke bagian gudang farmasi.

2) Gudang Farmasi

Petugas gudang farmasi menerima berita serah terima

barang, faktur pembelian dari supplier dan barang yang sudah

dicek oleh panitia penerima, serta mengarsipkan faktur untuk

bagian akuntansi. Langkah selanjutnya Petugas Gudang Farmasi

menerima barang untuk kemudian dipisahkan menurut jenisnya.

Setelah pemilahan barang Petugas Gudang melakukan input

barang sebagai persediaan secara komputerisasi dengan sistem

informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) dan mencatat secara

manual pada buku persediaan barang medis dan membuatkan kartu

(47)

Dibawah ini adalah Gambar 3.2.3 yang menggambarkan alur

kegiatan penyimpanan barang di Gudang Farmasi

Gambar 3.2.3 Flow Chart Penyimpanan Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis menurut Prosedur Rumah Sakit

(Sumber: Gambar ini dibuat menurut hasil wawancara dengan petugas gudang farmasi) 6. Prosedur pendistribusian alat kesehatan/bahan pakai habis medis pada

(48)

35

d. Satker/sub-gudang

Tahap awal kegiatan permintaan barang ialah bagian

satkr/sub-gudang membuat daftar permintaan barang menggunakan

dokumen bukti barang keluar (BBK) rangkap 3 (tiga), untuk

sartker, bagian penunjang pelayanan dan gudang farmasi.

e. Bagian Penunjang Pelayanan

Dokumen bukti barang keluar (BBK) dimasukkan ke bagian

penunjang pelayanan untuk diverifikasi, sebagai syarat pengajuan

persediaan ke gudang farmasi. Setelah mendapat verifikasi dari

bagian penunjang pelayanan, dokumen bukti barang keluar (BBK)

tersebut di masukkan ke gudang farmasi.

f. Bagian Gudang Farmasi

Gudang farmasi menerima dokumen bukti barang keluar (BBK)

dari satker/sub-gudang yang sudah di bubuhi tanda tangan oleh

bagian penunjang pelayanan. Petugas gudang farmasi

mengeluarkan persediaan sesuai permintaan satker/sub-gudang,

apabila barang tidak tersedia petugas farmasi memberi keterangan

dengan mencoret nama barang dari dokumen bukti barang keluar.

Petugas gudang farmasi mencatat pengeluaran pada kartu

persediaan (stock) serta memasukkan (entry) pada sistem informasi

manajemen (SIMRS).

Dibawah ini adalah Gambar 3.2.3 yang menggambarkan alur

(49)

Gambar 3.2.4 Flow Chart Pendistribusian Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis Medis menurut Prosedur Rumah Sakit

(50)

37

2. Evaluasi Prosedur Penyimpanan dan Pendistribusian Persediaan Alat/Bahan Pakai Habis pada Rumah Sakit Ortopedi Dr. R Soeharso Surakarta dengan Pelaksanaan di Rumah Sakit

a. Prosedur Penyimpanan

Prosedur penyimpanan yang baik yaitu mengacu pada peraturan

rumah sakit/SPO (Standar Prosedur Operasional) dan dibandingkan

dengan kegiatan dilapangan agar kegiatan yang dilaksanakan dapat

berjalan dengan baik, sistematis, tertata dan dapat dipantau dari segi

kualitas dan kuantitas barang tersebut.

Dalam Prosedur penyimpanan Petugas Gudang Farmasi

melakukan kegiatan Pencatatan dokumen yang terkait dalam prosedur

Penyimpanan. Di bawah ini adalah tabel 3.1.1 yang memaparkan

perbandingan kesesuaian antara SPO (Standar Prosedur Operasional)

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso dan kegiatan yang

dilaksanakan di Rumah Sakit.

Tabel 3.1.1

Tabel Evaluasi Prosedur Penyimpanan antara Peraturan Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan Pelaksanaan di Rumah

Sakit

Peraturan Rumah Sakit Pelaksanaan di Rumah Sakit

HASIL

Panitia penerima barang dan petugas Gudang Farmasi meneliti barang kemudian memindahkan ke Gudang Farmasi

Panitia Penerima Barang dan petugas Gudang Farmasi meneliti barang dari segi kualitas dan kuantitas barang sesuai

(51)

barang dimasukkan ke Gudang Farmasi di bawah Instalasi Farmasi.

Petugas Gudang Farmasi menerima perbekalan dari Pokja penerima barang obat dan alat kesehatan

Petugas Gudang Farmasi menerima perbekalan yang meliputi obat, bahan obat, gas medis, alat kesehatan pakai habis, serta alat dan bahan radiologi

Sesuai

Petugas Gudang Farmasi menyimpan persediaan secara alfabetis dan sesuai bentuk sediaannya, pengeluarannya dengan metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out)

Petugas Gudang Farmasi menyimpan secara urut menurut abjad dari nama persediaan obat maupun alat/bahan pakai habis, dibedakan menurut jenis dan ukurannya. Pada saat barang dikeluarkan menerapkan metode FIFO dan FEFO atau mana yang lebih dulu.

Sesuai

Memisah Alat

kesehatan/bahan pakai habis secara terpisah apabila memiliki risiko terbakar

Memisah alkohol dan persediaan lain yang mudah terbakar dan diberi tanda khusus bahan berbahaya

Sesuai

Perbekalan farmasi dicatat oleh petugas Gudang Farmasi dalam kartu persediaan (stock) dengan kolom nama, tanggal pertama kemasan

Persediaan di gudang farmasi dicatat oleh Petugas Gudang Farmasi dengan tiga metode yakni mencatat di buku persediaan, membuat

Tidak Sesuai, karena dalam kartu (stock) yang

(52)

39

dibuka, tanggal

kadaluarsa dan

perinngatan khusus. Serta mencatat (entry) data pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)

kartu persediaan (stock) pada tiap-tiap barang dan mencatat menggunakan Aplikasi SIMRS digunakan tidak ada tanggal pertama kemasan dibuka dan peringatan khusus

Secara rutin petugas

Gudang Farmasi

memantau kondisi fisik- sediaan agar mutunya terjamin

Petugas Gudang Farmasi mengecek kondisi fisik-barang secara rutin

seminggu sekali Sesuai

Di bawah ini adalah sampel dokumen yang terkait pada prosedur

penyimpanan. Tentang pencatatan dokumen yang dilakukan oleh Petugas

Gudang Farmasi pada Kartu Persediaan (Stock) apakah sudah melaksanakan

prosedur dengan baik yang bertujuan, agar setiap barang memiliki

(53)

Tabel 3.2.1

Tabel evaluasi kartu persediaan (stock) barang pada Gudang Farmasi

(Sumber : Tabel ini di ikhtisar dari sampel kartu persediaan (stock) barang)

b. Prosedur Pendistribusian

Prosedur pendistribusian adalah aspek penting karena pada saat

ini perpindahan suatu barang dari gudang farmasi ke setker-satker yang

ada di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso yang antara lain

satker/Sub-gudang Rawat Jalan Reguler, Rawat Jalan Eksekutif,

Rawat Inap, Gigi, Laboratorium dan Radiologi. Tujuan dari SPO ini

ialah sebagai acuan penerapan langkah-langkah kebijakan untuk

mengatur dan menertibkan pengeluaran perbekalan farmasi dari No

Sampel

Kode Sampel

Kriteria Evaluasi Prosedur Kode

Barang

Nama

Barang Satuan Tanggal

ED

(expired) Masuk Keluar Sisa

1 KS.01         2 KS.02         3 KS.03         4 KS.04         5 KS.05         6 KS.06         7 KS.07         8 KS.08         9 KS.09         10 KS.10         Total 10 0 10 8 10 5 8 10 10 Persentase 0% 100% 80% 100% 50% 80% 100% 100%

(54)

41

gudang farmasi. Di bawah ini adalah tabel 3.1.2 yang memaparkan

perbandingan antara Peraturan rumah sakit/SPO milik Rumah Sakit

Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dan yang terjadi di lapangan.

Selain membuat tabel perbandingan kesesuaian penulis juga

menggunakan metode pengambilan sampel dokumen yang terkait pada

prosedur pendistribusian untuk mengetahui keteraturan pencatatan,

yang tertera pada tabel 3.2.2

Tabel 3.1.2

Tabel Evaluasi Prosedur Pendistribusian antara Peraturan Rumah Sakit. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan Pelaksanaan di

Rumah Sakit

Peraturan Rumah Sakit Pelaksanaan di Rumah Sakit

HASIL

Sub-gudang/satker mengisi Bukti Barang Keluar untuk diberikan ke Bagian Gudang Farmasi dengan persetujuan Bidang Penunjang Pelayanan

Petugas Bagian Gudang menerima Bukti Barang Keluar dari Sub-gudang yang telah disetujui oleh Bidang Penunjang

Pelayanan Sesuai

Gudang Farmasi

mengeluarkan barang yang- tertera pada Bukti Barang Keluar

Gudang Farmasi

mengeluarkan barang yang tertera pada Bukti-

Barang Keluar,

tergantung ketersediaan barang yang ada

Sesuai

Petugas Bagian Gudang Farmasi mencatat kartu

Setelah barang keluar atau didistribusikan

(55)

persediaan (stock) serta melakukan pencatatan di

Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) secara berkala

Petugas Bagian Gudang Farmasi mencatat barang yang keluar tersebut pada kartu persediaan (stock) dan mencatat secara komputerisasi dengan Aplikasi milik rumah sakit yang bernama Sistem Informasi Rumah Sakit atau sering disebut SIMRS

Sesuai

Petugas Bagian Gudang Farmasi membuat Laporan Rekapitulasi Mutasi Persediaan Barang/Obat pada akhir bulan, serta melakukan stock opname pada akhir bulan

Setiap akhir bualan Petugas Gudang Farmasi membuat Laporan Rekapitulasi Persediaan Barang/Obat dan melakukan Stock Opname untuk mencocokkan laporan dengan persediaan yang ada.

Sesuai

Di bawah ini adalah sampel dokumen yang terkait pada prosedur

pendistribusian. Apakah kolom Bukti Barang Keluar (BBK) sudah ditulis

dengan jelas yang nantinya menjadi pembanding dengan pencatatan barang

keluar pada kartu persediaan (stock) yang tujuannya, setiap barang memiliki

(56)

43

Table 3.2.2

Tabel evaluasi Bukti Barang Keluar (BBK) pada Gudang Farmasi

No

Sampel

Kode

Sampel

Kriteria Evaluasi Prosedur

Teruntuk Macam

Kebutuhan Tanggal

Nama

Barang Banyaknya Satuan Keterangan

1 BBK.01        2 BBK.02        3 BBK.03        4 BBK.04        5 BBK.05        6 BBK.06        7 BBK.07        8 BBK.08        9 BBK.09        10 BBK.10        Total 10 10 7 10 10 10 10 10 Persentase 100% 70% 100% 100% 100% 100% 100%

(Sumber : Tabel ini di ikhtisar dari bukti barang keluar (BBK) sub-gudang) 3. Kelebihan dan Kelemahan

Berdasarkan pada hasil pengamatan dan perbandingan antara

Peraturan Pemerintah SPO Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso

Surakarta dan hasil wawancara di lapangan penulis menemukan beberapa

temuan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Bagian Gudang membuat tiga pencatatan baik manual maupun

dengan aplikasi komputer, secara manual Petugas Gudang Farmasi

mencatat di kartu persediaan (stock) dan mencatat di buku besar

(57)

(stock) baru. Secara aplikasi Petugas Gudang Farmasi mencatatnya

dengan SIMRS.

2) Dengan adanya Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) petugas gudang farmasi dapat mencatat dengan mudah

dan hasilnya dapat dilihat langsung oleh bagian akuntansi, instalasi

farmasi dan pihak-pihak yang membutuhkan hasil sediaan yang ada

di gudang farmasi, sehingga hal ini menjadi alat kontrol manajemen

yang baik yang dimiliki Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

Soeharso Surakarta.

3) Di dalam Kartu persediaan (stock) petugas memberi tanda warna

Biru dan Hitam dalam segi pencatatannya yakni Biru menunjukkan

adanya pemasukan dan Hitam menunjukkan adanya pengeluaran.

Hal ini bertujuan untuk memudahkan petugas pada saat pencatatan

dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).

4) Setiap akhir bulan Petugas Gudang Farmasi membuat Laporan

Rekapitulasi Mutasi Persediaan Barang/Obat serta melakukan

Stock Opname secara bersamaan untuk mengecek kebenaran dari hasil laporan yang akan di laporkan ke Bagian Akuntansi, Bagian

Instalasi Farmasi dan digunakan untuk arsip Gudang Farmasi

sendiri.

b. Kekurangan

1) Karena letak barang yang dipisah-pisah menurut jenisnya, serta

(58)

45

dapat disiplin dalam menerapkan sistem FIFO (First In First Out)

dan FEFO (First Expired First Out). Tujuannya ialah agar petugas

tidak salah mengeluarkan barang yang baru datang dari supplier.

2) Dalam tabel perbandingan ditemukan ada poin yang tidak sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 58 tahun

2014, yakni dalam kolom kartu persediaan (stock) milik rumah

sakit tidak ada kolom tanggal pertama kemasan dibuka dan

peringatan khusus terkait persediaan pakai habis medis.

3) Ditinjau dari hasil samppling dokumen pada kegiatan

penyimpanan, petugas gudang farmasi tidak mengisi pada kolom

bagian kode barang, satuan, tanggal masuk dan tanggal

kadaluwarsa (ED) hal ini cukup rawan karena dalam tujuan

pembuatan kartu persediaan (stock) menjadi percuma karena

kurangnya kedisiplinan dalam penulisan pada kolom-kolom

tersebut. Contohnya pada kolom (ED) expired pada setiap

persediaan Alat kesehatan/Bahan Pakai Habis memiliki tanggal

kadaluwarsa, namun tidak ditulisnya keterangan pada kolom

tersebut cukup berbahaya dikarenakan ini adalah persediaan barang

pakai habis medis yang dalam pendistribusiannya harus terhindar

dari pendistribusian barang yang kadaluwarsa agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan. Dari sampling dokumen bukti barang

keluar masih ada beberapa bukti barang keluar yang belum komplit

(59)

walaupun barang yang di tulis sudah jelas hendaknya pada kolom

tersebut tidak boleh kosong.

4) Banyak kotak wadah yang hampir mirip bentuk dan warnanya serta

setiap merek dengan komposisi yang sama namun terdapat jumlah

yang berbeda pada setiap kotaknya, oleh karena itu Petugas Gudang

(60)

46 BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengacu pada pembahasan rumusan masalah di bab 3, hasil

kesimpulannya ialah: Secara keseluruhan kegiatan penyimpanan dan

pendistribusian sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

58 tahun 2014 dan SPO Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso

Surakarta. Kegiatan yang dilakukan cenderung sama sehingga Petugas

Gudang Farmasi sudah hafal langkah-langkah yang harus diterapkan.

Namun yang perlu diperhatikan ialah jangan sampai ada rasa menyepelekan

karena kegiatan ini adalah alur yang penting demi memenuhi kebutuhan

Rumah Sakit dan kebutuhan Pasien. Kelebihan lain Petugas Gudang

Farmasi membuat pencatatan manual dengan Buku Besar Persediaan yang

fungsinya mendaftar alat kesehatan/bahan pakai habis dan obat yang

disimpan di Gudang Farmasi, serta membuatkan Kartu Persediaan (Stock)

pada tiap-tiap barang yang ada di sana. Untuk itu kedisiplinan, ketelitian

dan integritas petugas gudang menjadi poin penting dalam kegiatan

penyimpanan ini.

Dalam Prosedur Pendistribusian kegiatan yang dilakukan secara

keseluruhan sudah mengikuti SPO yang diterapkan pada Rumah Sakit

(61)

diperhatikan dalam hal pendistribusian, yaitu Petugas Gudang Farmasi di

tuntut harus mengerti barang apa yang diminta oleh satker-satker atau

Sub-gudang karena dikhawatirkan akan tertukar atau tidak sesuai dengan

permintaan Sub-gudang, oleh karena itu pendidikan serta pengetahuan yang

luas diperlukan dalam kegiatan pendistribusian ini.

Dalam kegiatan penyimpanan dan pendistribusian barang petugas

gudang farmasi harus disiplin mengisi kartu (stock) karena setiap barang

yang masuk atau keluar harus dicatat di kartu (stock) persediaan, tidak

hanya itu petugas harus mencatat dengan menggunakan Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi ke seluruh bagian, sehingga

jumlah barang dapat diketahui oleh pihak-pihak yang membutuhkan

informasi ini.

B. Saran

1. Perlu dibuatkan Sekat antara Alat kesehatan dan Bahan Pakai Habis agar

dalam kegiatan pendistribusian Petugas Gudang dapat memilah barang

secara leluasa.

2. Dalam Kartu Persediaan (Stock) hendaknya perlu ditambah kolom

tanggal pertama kemasan dibuka dan peringatan khusus terkait

persediaan pakai habis yang cukup berbahaya, contohnya Alkohol yang

mudah terbakar.

3. Masih ditemukan beberapa kolom kadaluwarsa/ED (expired) pada kartu

(62)

48

tidak boleh kosong, karena kolom ini akan menjadi perhatian penting

pada saat melakukan Stok Opname. Kedisiplinan dalam pencatatan

harus di tingkatkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Hendaknya dalam Penyimpanan Alat Kesehatan/Bahan Pakai Habis

yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound

Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan persediaan.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. 2008. ”Akuntansi Sektor Publik”. Jakarta. Salemba Empat

Mulyadi. 2001. “Sistem Akuntansi”. Edisi Ketiga. Jakarta. Salemba Empat

Nordiawan dan Hertianti. 2010. “Akuntansi Seketor Publik”. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat

Profil Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta//www.rso.go.id (diakses pada tanggal 20 April 2016)

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Republik Indonesia. 2007. Peraturan Meteri Kesehatan No. 839/Menkes/Per/VII/2007 Tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit

Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113/PMK01/2006 Tentang Pedoman Penatausahaan Persediaan

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Repubilik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)

Gambar

Gambar 3.2.1 Flow Chart Penyimpanan Alat  kesehatan /Bahan Pakai Habis Medis
Gambar 3.2.2 Flow Chart Pendistribusian Alat  kesehatan /Bahan Pakai Habis Medis
Gambar 3.1.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso  Sumber: Bagian
Gambar 3.2.3 Flow Chart Penyimpanan Alat  kesehatan /Bahan Pakai Habis Medis menurut Prosedur Rumah Sakit
+2

Referensi

Dokumen terkait

Peralatan proteksi trafo tenaga terdiri dari rele proteksi, trafo arus (CT), trafo tegangan (PT/ CVT), PMT, catu daya AC/ DC yang terintegrasi dalam suatu rangkaian, sehingga satu

(Tidak diadakan). a) Mengerti dan dapat kegunaan dari Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke belakang). b) Mengerti dan dapat melaksanakan cara

Setelah diperoleh kurva karakteristik dari 4 merk film sinar-X selama 10 hari, maka tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap nilai basic fog, kontras

Nilai ITFC yang rendah pada sampel briket material tandan kosong terjadi karena bahan baku tandan kosong memiliki kadar volatile matter yang tinggi, semakin tinggi kadar

Hasil eksperimen Algoritma C4.5 berbasis forward selection dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan menunjukkan teknik seleksi fitur forward selection dapat menghapus fitur

logika fuzzy metode Tsukamoto dalam menentukan kelayakan pemberian. kredit kepada calon debitur pada BPR

[r]

Penelitian ini termasuk dalam penelitian metode hukum normatif dengan melakukan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, penelitian kepustakaan yakni