1.1 LatarBelakang
Komunitas Jazz Jogja adalah komunitas yang terdiri dari musisi dan pecinta musik jazz di Yogyakarta. Sejak awal terbentuknya komunitas ini konsistenmenyosialisasikan musik jazz kesemua lapisan masyarakat, khususnya di daerah Yogyakarta. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengoreksi pandangan mayoritas masyarakat yang memosisikan musik jazz sebagai genre musik elit dan hanya milik kaum borjuis. Hal ini terlihat darimahalnya harga tiket dan megahnya gedung yang digunakan dalam pertunjukan musik jazz, sehingga tidak semua orang bisa menikmatinya.Fakta inilah yang membuat identitas musik jazz menjadi musik berkelas menengah ke atas dan berestetika tinggi.1
Dengan kata lain, hadirnya Komunitas Jazz Jogja adalah bentuk perlawanan terhadap pertujukan jazz yang elit. Komunitas Jazz Jogja membuat pertunjukan musik jazz yang sederhana dan merakyat dengan tujuan agar bisa dinikmati oleh semua kalangan, diantaranya: Jazz Gayeng, Ngayogjazz, Jazz Mben Senen, Etawa
1Diunduh dari laman http://fredywp.blogspot.com/2013/06/konsumsi-musik-jazz.html,diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Jazz,Jazz on The Street, dan Jazz Sunrise @the Beach.Menurut Hegel,
fungsi utama seni adalah untuk mempresentasikan yang absolut dalam bentuk indrawi.2 Komunitas ini, berkesenian dengan cara mengadakan pertunjukan musik jazz dan mendokumentasikan karya (lagu) dari beberapa project atau banddirekam ke dalam CD album kompilasi.
Komunitas Jazz Jogja sudah memproduksi lima album kompilasi sejak tahun 2009 hingga 2013.Album kompilasi adalah hasil perpaduan dari beberapa project dan lagu dalam sebuah CD.Album pertama berjudul Jazz Basuki Mawa Beya.Konsep album ini adalah setiap project bebas menciptakan karya sendiri yaitu musik jazz (all ganre) atau jazz gaya Indonesia. Album kedua berjudul
Jazz-Ing Java Sasarengan.Konsep yang diusung adalah mengaransemen
lagu tradisional Jawa menggunakan ritmis jazz. Album ketiga berjudul Lain Ladang Lain Jazznya.Konsep album ini adalah mengaransemen lagu jazz menggunakan ritmiskesenian tradisional Indonesia (jazz gaya Indonesia). Album keempat berjudul Panen
Karya.Konsep pada album ini adalah setiap project menciptakan
sebuah karya (lagu) menggunakan ritmis Indonesia. Album kelima
2Mudji Sutrisno, Teks-teks Kunci Estetika: Filsafat Seni (Yogyakarta: Galang Press, 2005), 32.
berjudul Study-Ing Babad Jazz.Konsep album ini adalah mengaransemen lagu jazz yang terkenal pada setiap eranya.
Perubahan konsep pada setiap albumnyasecara simetris membentuk proses kesadaran individu dan projectyang berpatisipasi pada album tersebut,dalam artian pembentukan habitus musikal mengikuti album kompilasi. Fokus penelitian ini pada individu dan
project Komunitas Jazz Jogja yang mengisi album kompilasi.Individu
dan project dipilih berdasarkan banyaknya keterlibatandi dalam album kompilasi.Hal ini bertujuan untuk melihat pembentukan habitus musikal yang terjadi pada pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Penelitian ini juga melihat karakteristik musikal, proses produksi, dan peran album kompilasi terhadap pembentukan habitus musikal bagi pengisinya (individu dan project).
1.2 Rumusan Masalah
Transformasi album kompilasi memfisibelkan pembentukan habitus musikal pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik musikal album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja?
2. Bagaimana proses produksi album kompilasikarya Komunitas Jazz Jogja?
3. Bagaimana peran album kompilasi karya Komunitas JazzJogja terhadap pembentukan habitus musikal bagi para pengisinya?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di atas yaitu untuk mengetahui karakteristik musikal, proses produksi, dan peran album kompilasi terhadap pembentukan habitus musikal pada pengisi album kompilasi.Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan wacana baru dan bermanfaat bagi mereka yang berkonsentrasi di ranah musikologi, etnomusikologi, maupun sosiologi.
Hasil penulisan ini dapat memberikan referensi kepada masyarakat umum dan pecinta musik jazz tentang album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja. Tulisan ini dapat memberikan pengertian dan pemahaman baru atas kesenian terhadap nilai budaya dan juga memperkaya pengetahuan untuk kajian musik khususnya musik jazz dan komunitas jazz di Indonesia.
1.4 Tinjauan Pustaka
Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa buku dan hasil penelitian, terkait dengan topik permasalahan yang diangkat. Tinjauan pustaka berisi uraian beberapa hasil penelitianyang dilakukan oleh peneliti lain, dimana hasil penetian tersebut berhubungan dengan penelitian ini. Beberapa literatur yang relevan digunakan oleh peneliti dalam membangun landasan teori. Kesenian dikaji sebagai bahan penelitian terhadap beberapa kepustakaan yang berkaitan dengan musik jazz itu sendiri, baik secara arti, kebudayaan, juga secara kajian musikologis terhadap perkembangan musik jazz secara umum maupun spesifik. Tinjauan pustaka sangatlah diperlukan sebagai bahan rujukan terhadap objek dari penelitian ini.
Melihat buku, artikel, dan tesis yang telah ada, sebenarnya permasalahan akan musik jazz bukan hal yang baru. Banyak penulis yang mengangkat musik jazz sebagai objek penelitian dengan kajian dan pengangkatan permasalah yang berbeda. Dinamika musik jazz dijelaskan dalam buku karya Samboedi dalam buku yang berjudul
JAZZ: Sejarah dan Tokoh-tokohnya. Buku ini tertulis perkembangan
dan sejarah musik jazzsecara global, di Australia, danAsia termasuk Indonesia.Informasi dalam buku ini yang digunakan oleh peneliti
yaitu perkembangan musik jazz secara global dan Indonesia. Samboedi menulis perkembangan musik jazz di Indonesia, khususnya tentang biografi musisi jazz sebelum dan sesudah tergabung dalam Indonesia All Stars. Ia juga menceritakan beberapa musisi jazz Indonesia, di antaranya: Embong Rahardjo, Indra Lesmana, Dullah Suweileh, Berry Likumahuwa.
Buku berjudul 123 Ayat Tentang Seni karya Yapi Tambayong menjelaskan 123 ayat tentang seni susastra, seni musik, seni drama, seni rupa, dan seni film. Ada satu ayat yang membahas tentang kolaborasi musisi jazz Belanda dengan Indonesia. Hal ini digunakan peneliti untuk menjelaskan sejarah perkembangan jazz di Indonesia.
Artikel karya yang ditulis oleh Oki Rahadianto Sutopo berjudul “Transformasi Jazz Yogyakarta: Dari Hibriditas menjadi Komoditas,” dalam Jurnal Sosiologi MASYARAKAT, Vol. 17, No. 1, Januari 2012, menjelaskan tentang perkembangan jazz Yogyakarta. Tulisan ini membahas tentang transformasi jazz di Yogyakarta. Narasi mengenai jazz hibrid menjelaskan jazz Yogyakarta menjadi sebuah tontonan yang mampu meraup profit.Hal ini disebabkan karena para kapital sudah masuk dalam aspek paling esensial yaitu pemaknaan akan produk budaya. Lokalitas yang diangkat bertujuan memberi makna
justru menjadi komoditas yang semakin jauh dari makna lokalitas itu sendiri.
Artikel karya yang ditulis oleh Oki Rahadianto Sutopo berjudul “Dinamika Kekuasaan Jazz dalam Komunitas Jazz Yogyakarta 2002-2010,” dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 14, No 1, Juli 2010, mejelaskan tentang perkembangan Komunitas Jazz Yogyakarta yang meliputi wacana perlawanan. Wacana perlawanan dijelaskan tentang musisi akademis yang mengusung jazz standar dengan musisi non-akademis yang mengusung jazz non-standar. Jazz standar berpedoman pada real book, sementarajazz non-standar memainkan Jazz Fusion. Wacana perlawanan terjadi karena ideologi akan musik jazz itu sendiri sehingga menghasilkan narasi-narasi yang berbeda.
Tesis yang diajukan oleh Wilton Aw. Djaya dengan judul “Pembentuk Identitas Kolektif Melalui Musik dalam Komunitas Jazz Yogyakarta”, Program Studi Kajian Budaya dan Media, UGM, 2011, menggunakan tiga landasan teori yaitu habitus dan wacana yang dikembangkan oleh Bourdieu, teori identitas yang dikembangkan oleh Henry Tajfel dan John C. Teori habitus digunakan untuk menganalisa prilaku individu Komunitas Jazz Jogja secara personal dan kolektif. Teori identitas digunakan untuk melihat identitas
kolektif Komunitas Jazz Jogja. Teori wacana digunakan untuk menganalisa relasi-relasi kuasa yang terjadi pada Komunitas Jazz Jogja. Wilton menjelaskanbahwa identitas kolektif Komunitas Jazz Yogyakarta didapat melalui relasi intergroup dan intragroup yang membuat berbeda dengan praktik reproduksi wacana tentang jazz.
Pada penelitian ini, penulis terfokus pada album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja.Adapun sepanjang pengamatan penulis, topik tentang kajian pembentukan habitus musikal pada Komunitas Jazz Jogja pengisi album kompilasi belum pernah diteliti.Dengan demikian, dapat diketahui penelitian ini orisinil.
1.5 Landasan Teori
Landasan teori digunakan dalam mengkaji permasalahan yang berfungsi untuk memperkuat dan membedah masalah-masalah dalam penelitian. Tesis ini membahas tentang pembentukan habitus musikal pada individu dan project pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja.Penelitian ini tidak hanya terfokus pada perubahan album kompilasi dari perspektif musikologi saja, melainkan juga melihat pembentukan habitus musikal dan proses produksi album kompilasi menggunakan perspektif sosiologi. Hal ini membuat peneliti menggunakan teorihabitus Pierre Bourdieu untuk melihat pembentukan habitus musikal pengisi album kompilasi.
Produksi kultural dihasilkan oleh individu dalam suatu ranah sosial. Individu itu sendiri memiliki habitus yang tercipta dari disposisi-disposisi mereka dimulaidari kanak-kanak pada suatu ranah.Habitus dibentuk melalui pendidikan dan interaksi antara individu yang mendiami suatu ruang sosial.3 Singkatnya, habitus merupakan tindakan atau sikap yang terakumulasi dan dinamis mengikuti ranah sosial, sehinggahabitus setiap individu berbeda-beda.
Produk habitus bersifat spesifik dan beradaptasi dengan ranah. Ranah merupakan sistem sosial yang bersifal relasional antara posisi objektif.4 Pada ranah terdapat perjuangan untuk memperebutkan sumber atau pertaruhan dan akses terbatas (field of stuggle).Proses produksi album kompilasi Komunitas Jazz Jogjadipandang sebagai suatu ranah dimana terjadi perjuangan atau manuver.Para individuyang tergabung dalam suatu project berjuang memproduksi karya untuk bisa berpatisipasi dan masuk dalam album kompilasi.
Para individu yang telah memiliki modal tetap harus menyesuaikan konsep album kompilasi. Ada empat katagorimodal,
3Richard Jenkins, Membaca Pikiran Pierre Bourdieu,terj., Nurhadi (Yogyakarta: Kreasi Wacana, cetakan ketiga 2013), 108-109.
yaitumodal ekonomi, modal sosial (berbagai jenis relasi bernilai dengan pihak lain yang bermakna),
modal kultural (pengetahuan sah satu sama lain), dan modal simbolis (prestise dan gengsi sosial).5Peneliti melihat keempat modal pada setiap individudengan tujuan untuk melihat pembentukan habitus musikal dariperubahan karakteristik musikal dan proses produksi album kompilasi.
Individu yang memiliki modal simbolis besar (dominan) akan mengisyaratkan tindakan eksplisit maupun implisit kepada individu yang memiliki modal simbolis kecil (terdominasi). Individu terdominasi akan mengikuti tindakan atau perintah dari individu dominan karena dianggap sesuatu yang legitimit. Tindakan atau perintah kerap diikuti oleh kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik adalah kekerasan dalam bentuk sangat halus yang diberikan pada individu tanpa mengundang resistensi, tetapi malah mengundang konformitas sebab sudah mendapat legitimasi sosial karena bentuknya yang sangat halus.6
Kekerasan simbolik dipengaruhioleh doxa yang cenderung
mengatur kehidupan sosial.Doxa itu sendiri
5Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu, terj., Pipit Maizier (Yogyakarta: Jalasutra, cetakan kedua 2009), 17. Lihat juga: Jenkins, 125.
merupakankestabilandan keterikatantatanan sosial dalam diri individu pada tradisi, serta terdapat kekuasaan yang sepenuhnya ternaturalisasi dan tidakdipertanyakan.7Doxa berada pada tatanan yang lebih tinggi dan dimiliki di bawah alam bawah sadar individu, sehingga apa yang diterimanya dianggap sesuatu kebenaran yang mutlak. Singkatnya, doxa merupakan kebenaran yang tidak dapat dipertanyakan. Pengisi album kompilasi menganggap Music Director adalah orang yang bertugas menjaga benang merah album kompilasi dan memiliki kemampuan bermusik yang baik. Hal ini membuat pengisi album kompilasi membenarkan saran yang diberikan Music
Directorguna kelancaran album kompilasi.
Korelasi habitus dengan modal menghasilkan suatu praktik pada suatu ranah sosial.Hal ini terjadi karena seluruh kehidupan sosial pada dasarnya bersifat praktis.8Pernyataan ini dianalogikan bahwa praktik tidak bekerja pada ruangan yang kosong.Relasi antara habitus dengan modal, praktik, doxa, kekerasan simbolik, dan kekuasaan simbolik dalam suatu ranah.Secara ringkas, Bourdieu menyatakan rumusan generative yaitu: (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik.9Pada penelitian ini, praktik berada pada Jaran Art Space,
7Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), xxi. 8Jenkins, 96.
Bentara Budaya Yogyakarta, dan Padepokan Bagong yang digunakan pada proses produksi album kompilasi.
Pierre Bourdieu dalam karyanya berjudulArena Produksi Kultural berbicara tentang suatu karya yang tercipta karena adanya relasi-relasi yang objektif pada suatu ranah.Karya seni tidak tercipta dari kreasi senimannya saja, banyak individu-individu yang berpatisipasi didalamnya, Bourdieu berpendapat bahwa:
Penyelidikan harus ditingkatkan kepada semua pihak yang turut memberikan kontribusi bagi hasil ini, yaitu orang-orang yang memahami ide karya seni itu (para komposer atau pemain drama); orang-orang yang melaksanakannya (musisi atau aktor); orang-orang yang menyediakan perlengkapan dan materi yang dibutuhkan (para pembuat alat musik); dan orang-orang yang memberikan audien pemahaman karya tersebut (kritikus, ahli musik atau sastra, dan sebagainya).10
Ada beberapa individu dan kelompok yang membantu produksi album kompilasi, seperti Music Director (MD), Dagadu, Padepokan Bagong, Jaran Art Space, Bentara Budaya Yogyakarta, dan Sound
Engineer.
Karya seni baru bisa eksis sebagai objek simbolis jika dia diakui dan dikenali.Artinya, jika dilembagakan secara sosial sebagai karya seni dan diterima oleh para penikmat yang sanggup mengenali
10Pierre Bourdieu, Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya, terj., Yudi Santosa (Yogyakarta: Kreasi Wacana Offset 2010), 12.
dan mau mengakuinya sebagai karya seni.11Album kompilasi sudah bisa disebut objek simbolis karena sudah diakui, dikenali, dan diterima oleh pecinta musik jazz khususnya di Yogyakarta sejak tahun 2009.
Penelitian ini melihat pembentukan habitus musikal dari individu dan project pengisi album kompilasi. Skema pembentukan habitus musikal dalam penelitian ini adalah:
Gambar 1.1: Skema pembentukan habitus musikal individu dan project pada album kompilasi
Skema diatas menjelaskanproses pembentukan habitus musikal pada individu dan projectmengikutikonsep album kompilasi.Pada akhirnya,konsep dari album kompilasi (ranah) membentuk habitus pada individu dan project.Penelitian ini tidak hanya terfokus pada perubahan karakteristik musikal (teks), tetapi juga pada
11Richard Harker, Cheelen Mahar, dan Chris Wilkes (eds), 15. Individu Project Album Kompilasi 1 Album Kompilasi 2 Album Kompilasi 3 Album Kompilasi 4 Album Kompilasi 5
pembentukan habitus (konteks) dari perspektif sosiologi dimana teori habitus digunakan atau bekerja.
Penelitian ini secara umum melihat Komunitas Jazz Jogja yang memproduksi album kompilasi dalam skema penelitian, yaitu:
Gambar1.2 : Skema penelitian Komunitas Jazz Jogja Album Kompilas i Panen Karya Study-ing Babad Jazz Konteks Teks Sosiologi Musikologi
Alldint Jazz Mben Senen Etawa
Pengisi Album Kompikas (Individu dan
project Jazz Basuki Mawa Beya Sasarengan Lain Ladang, Lain Jazznya Proses Pembentukan Habitus Musikal
1.6 Metode Penelitian
Dalam mengkaji dan mendeskripsikan suatu permasalahan
dalam penelitian perlu menggunakan metode-metode
penelitian.Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan multidisiplin (musikologi dan sosiologi).Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik, dengan cara deskripsi berbentuk kata-kata dan bahasa dalam suatu konteks yang alamiah.12Metode yang digunakan diharapkan membantu dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam rumusan masalah. Penulisan akan dilakukan secara deskriptif analitis, sehingga memberikan pemahaman baru bagi para pembaca.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan untuk mendukung ide, gagasan, dan pola pikir demi keakuratan dengan cara mengumpulkan data secara tertulis sebagai literatur, baik dari buku-buku ilmiah maupun karya-karya tulis lainnya. Pengumpulan data dijadikan sebagai sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan permasalahan di beberapa perpustakaan, diantaranya: Perpustakaan Universitas Gajah Mada dan
12Lexy J Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 6).
Perpustakaan ISI Yogyakarta.Dalam menganalisa, data-data yang ditemukan di lapangan diseleksi yang baik dan sesuai kebutuhan.13 1.6.1 Batasan Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan karena untuk melihat pembentukan habitus dari individu dan project.Individu disini maksudnya orang atau anggota Komunitas Jazz Jogja yang mengisi album kompilasi.Project adalah beberapa individu yang terkumpul dalam sebuah band pengsi album kompilasi. Hal ini dilakukan dengan cara memilih individu dan project yang paling banyak berpatisipasi dalam album kompilasi, dengan tujuan melihat pembentuk habitus musikal. Subjek penelitian ini adalah Agung Prasetyo, Gilang, Yoga Pradana, Aggria Hida, Danny Eriawan, personel Blank on 5,
Everyday, dan beberapa anggota Komunitas JazzJogja.Objek
penelitian yaitu individu dan project yang berpatisipasi paling banyak dalam album kompilasi.
1.6.2 Lokasi Penelitian
Terdapat tiga lokasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat pembentukan habitus musikal pengisi album kompilasi, yaitu: (1) Jaran Art Space atau Mabes Komunitas Jazz
13Soedarsono, Metodologi Penelitiana Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, cetakan kedua 2001), 127.
Mben Senen, beralamat di Jln. Ring Road Utara, no. 4, Condong
Catur digunakan untuk berlatih dan progress report setiap project, (2) Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), beralamat di Jl. Suroto 2Kotabaru, Yogyakarta digunakan sebagai tempat progress report dan menyosialisasikan karya dari setiap project yang akan di take, dan(3) Padepokan Seni Bagong Kussadiarja, beralamat di Jln. Kembaran RT 04/RW 21, Taman Tirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta digunakan sebagai tempat takealbum kompilasi.
1.6.3 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian, digunakan teknik pengumpulan data. Secara garis besar, data yang diperoleh dapat dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) data yang diperoleh dari wawancara, (2) data yang diperoleh dari observasi, dan (3) data berupa dokumen, teks, atau karya seni yang dinarasikan.14Ketiga jenis pengelompokan data dapat dianalogikan menjadi wawancara, pengamatan, dan kajian kepustakaan. Peneliti juga menggunakan tiga jenis pengelompokan dalam mengumpulkan data, yaitu:
1.6.3.1 Wawancara
Wawancara dapat dilakukan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau informan dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau paduan wawancaraatau bisa juga dilakukan wawancara tanpa panduan.15 Peneliti langsung datang ke lokasi penelitian dengan membawa beberapa alat bantu untuk mempermudah proses wawancara, seperti: buku, bolpoint, kamera, dan handycame.
1.6.3.2 Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk melihat proses pembentukan habitus musikal pada berbagai aktivitas Komunitas Jazz Jogja dalam proses produksi album kompilasi.
1.6.3.3 Kajian kepustakaan
Pengumpulan data ini dilakukan menggunakan sumber tertulis dapat berupa buku, artikel, tesis, surat kabar, booklet, jurnal, majalah, makalah seminar, data dari situs internet, dan beberapa penulisan ilmiah. Dengan adanya sumber tertulis tersebut diperoleh data lebih awal terkait dengan objek penelitian.
1.6.4 Analisis Data
Model analisis data dalam penelitian yang digunakan adalah analisis data interaktif. Miles dan Huberman membagi menjadi tiga komponen dalam menganalisis data, yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.16
1.6.4.1 Reduksi Data
Analisis data menggunakan komponen kegiatan reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangansehingga finalnya dapat ditarik dan diverifikasi atau disimpulkan.17Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dan dimulai dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, dan menulis memo dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak relevan.
1.6.4.2 Penyajian Data
Analisa data menggunakan komponen kegiatan penyajian data yang berupa mengorganisasikan data, yakni menjalin data yang satu dengan data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis menjadi
16Pawito, 104.
17Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data
Kualitatif, terj., Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press, 1992), 16.
kesatuan.18 Pendeskripsian sekumpulan informasi yang sistematis untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajian juga dapat berbentuk gambar, tabel, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu dan mudah dipahami. 1.6.4.3 Menarik Kesimpulan
Menarik kesimpulan dan vertifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian. Ada kalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak pernah dirumuskan tanpa menyelesaikan analisis data.19 Makna dirumuskan untuk diuji kebenarannya, kecocokannya, dan kekokohannya yang telah disepakati oleh subjek di mana penelitian itu dilakukan. Perumusan makna menggunakan pendekatan emik, yaitu dari kacamata key
informan atauinforman atau subjek penelitian, bukan penafsiran
makna menurut pandangan peneliti. Hal ini dilakukan karena suatu makna tidak terlepas dari konteks dari hal yang dimaknai.
18Pawito, 105-106. 19Pawito, 106.
1.7 Sistematika Penulisan
Hasil Penelitian ini akan dibagi kedalam beberapa bab yang didalamnya akan menjelaskan secara keseluruhan setiap tema berdasarkan judul bab. Bab-bab disusun sebagai berikut:
Bab I. Bagian ini akan dibagi kedalam latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II.Pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan musik jazz dari New Orleans sampai perkembangan dan kegiatan Komunitas Jazz Jogja.
Bab III.Pada bab ini dideskripsikan analisa proses produksi dan karakteristik musikal album kompilasi karya Komunitas Jazz Jogja.
Bab IV. Bab ini menganalisis modal awal yang dimiliki beberapa individu dan project pengisi album kompilasi. Bab ini juga mengkaji peran album kompilasi bagi individu dan project yang mengisinya
Bab V.Bab terakhir ini berisikan tentang ringkasan dan penjelasan dari hasil penelitian dan penjelasan analitik tentang pembentukan habitus musikal dari individu dan project pengisi album kompilasi karya Komunitas Jazz.