• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis, atau kebutuhan paling dasar atau paling bawah dari piramida kebutuhan dasar. Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Kozier, 2004).

Keteraturan dan lamanya tidur dari masing-masing orang seperti juga halnya dengan masa sakit, maka tidur merupakan persoalan yang bersifat pribadi. Ada orang yang memerlukan lebih banyak tidur dibandingkan yang lain. Ada orang yang mudah tidur dan yang sulit tidur, ada tidur yang tidak tenang dengan tidur yang dengan tenang. Kebiasaan-kebiasaan agaknya memegang peranan dalam pola-pola tidur dan tidur akan lebih mudah jika kebiasaan-kebiasaan itu tetap diikuti (Dian, 2006). Permasalahan-permasalahan di atas disebut dengan gangguan tidur. Terdapat beberapa macam jenis gangguan tidur antara lain insomnia, hipersomnia dan gangguan siklus tidur bangun (Lumbantobing, 2004).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter, 2005). Gangguan tidur insomnia ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperi gangguan psikiatrik, gangguan medis, gangguan neurologis, gangguan lingkungan, gangguan ritme sirkadian, gangguan perilaku dan gangguan tudur primer. Gangguan psikiatrik ini adalah gangguan tidur karena konsumsi alkohol, obat-obatan, kopi, rokok, ansietas dan sebagainya (Lumbantobing, 2004). Khomsan (2009) juga menyebutkan bahwa menghisap rokok menjelang tidur, dapat memicu

(2)

insomnia. Hal ini disebabkan nikotin bersifat neurostimulan yang justru membangkitkan semangat. Berkaitan dengan hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tidur adalah merokok, dimana kandungan nikotin didalam rokok dapat menjadi stimulan bagi seseorang untuk sulit memulai tidur dan ada kecenderungan terbangun disaat tidur.

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang menjadi masalah seluruh dunia baik Negara maju maupun Negara berkembang. Di negara-negara yang maju kebiasaan merokok telah jauh berkurang, sedangkan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia upaya untuk membatasi konsumsi rokok masih kurang intensif. Sebanyak 65-85% tembakau telah dikonsumsi di seluruh dunia dalam bentuk rokok dan telah timbul berbagai masalah kesehatan karena kebiasaan merokok. Berbagai organisasi kesehatan termasuk WHO giat berkampanye untuk menangani masalah epidemic merokok, diperkirakan 2,5 juta orang meninggal tiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan oleh rokok (Amu, 2008).

Berdasarkan data WHO wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya, selain itu merokok juga bertanggung jawab terhadap kematian satu dari lima orang. Oleh karena itu rokok dinyatakan berbahaya bagi siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Namun demikian fakta menunjukkan bahwa menurut data susena 2001, prevalensi perokok pada laki-laki sebesar 62,2% dan perempuan 1,7%. Angka ini meningkat drastis dibandingkan tahun 2005, dan diperkirakan beberapa tahun mendatang akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya promosi-promosi rokok di media-media (Sukirman, 2007).

Menurut WHO produk tembakau adalah produk yang dibuat dengan menggunakan seluruh atau sebagian dari daun tembakau sebagian bahan dasar yang diproduksi untuk digunakan sebagai rokok yang dikonsumsi dengan cara dihisap, dikunyah atau disedot. Produk tembakau khususnya rokok dapat berbentuk sigaret, kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot dan tembakau tanpa asap. Aspa rokok terbagi atas

(3)

asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap yang dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Komposisi kimia dan asap rokok tergantung pada jenis tembakau, desain rokok (separti ada tidaknya filter atau bahan tambahan), dan pola merokok individu (Syah, 2008).

Kebiasaan merokok ini tidak hanya ditemukan pada orangtua atau orang dewasa saja, namun kebiasaan merokok ini juga dapat ditemukan pada remaja. Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan bahwa 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok (Nusantaranews, 2009). Data dari WHO menyebutkan, Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan konsumsi rokok terbesar nomor 3 setelah China dan India dan diatas Rusia dan Amerika Serikat. Padahal dari jumlah penduduk, Indonesia berada di posisi ke-4 yakni setelah China, India dan Amerika Serikat. Berbeda dengan jumlah perokok Amerika yang cenderung menurun, jumlah perokok Indonesia justru bertambah dalam 9 tahun terakhir. Pertumbuhan rokok Indonesia pada periode 2000-2008 adalah 0.9 % per tahun (Nusantaranews, 2009). Sementara itu Tandra (dalam Nasution, 2007) menyebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan rentang usia 15 hingga 21 tahun. Meningkatnya prevalensi merokok di Negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia terutama di kalangan remaja menyebabkan masalah merokok menjadi semakin serius. Remaja mulai merokok dikaitkan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya.

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1999). Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM, 2002).

(4)

Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin,bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (dalam Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai masa badai dan topan karena ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan social. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut, tidak semua dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 1 – 7 April 2010 terhadap masyarakat desa Kenduren, terutama remaja laki – laki ditemukan perokok aktif sebanyak 63% dari total jumlah remaja sebesar 629 orang. Data tersebut berdasarkan observasi dari beberapa RT. Hal ini sangat memprihatinkan karena kebiasaan merokok yang diikuti dengan begadang yang dilakukan remaja laki-laki di Desa Kenduren dapat mengganggu kesehatan dan terganggunya pola tidur sehingga mengakibatkan penurunan mental. Kebiasaan begadang ini sebagai efek dari merokok yang dilakukan oleh remaja, sehingga mereka merasa capek di pagi hari, merasa masih ngantuk dan tampak tidak segar karena kurang tidur. Hasil wawancara dengan 4 remaja yang sedang begadang dan kedapatan merokok menyebutkan bahwa mereka tidak dapat tidur dengan nyenyak sebelum tengah malam, maka mereka menghabiskan waktu dengan begadang sambil merokok bersama teman-temannya. Hal ini menambah motivasi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Merokok Dengan Insomnia Pada Remaja Laki-Laki Di desa Kenduren Kecamatan Wedung Kabupaten Demak”.

(5)

B. Rumusan Masalah

Menigkatnya jumlah perokok aktif di kalangan remaja Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak permasalahan yang menjadi penyebab peningkatan jumlah remaja yang mengkonsumsi rokok di Indonesia ini seperti usaha untuk mencari jati diri, karena teman sebaya, pengaruh iklan dan sebagainya. Salah satu akibat dari konsumsi rokok pada remaja ini adanya gangguan tidur pada remaja. Remaja yang perokok ada kecenderungan untuk begadang sampai larut malam bersama teman-temannya, sehingga pola tidurnya menjadi terganggu. Ketika bangun di pagi hari tidak didapati tubuh yang segar namun hanya perasaan yang masih mengantuk. Hal ini akan mengganggu aktivitas remaja setiap harinya terutama bagi remaja yang masih sekolah. Berkaitan dengan uraian tersebut maka pertanyaan peneltiian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan perilaku merokok dengan insomnia pada remaja laki-laki desa Kenduren.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan insomnia pada remaja desa Kenduren.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan perilaku merokok pada remaja laki-laki di Desa Kenduren

b. Mendeskripsikan insomnia pada remaja laki-laki di Desa Kenduren c. Menganalisis hubungan perilaku merokok dengan insomnia pada

remaja laki-laki di Desa Kenduren

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Desa

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan informasi lebih lanjut terkait permasalahan kebiasaan merokok dan

(6)

begadang tengah malam pada remaja yang dikhawatirkan meningkat menjadi tindakan kriminalitas.

2. Bagi Remaja Desa Kenduren

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi oleh remaja karena begitu banyaknya dampak buruk dari perilaku merokok

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang lebih lanjut dalam melakukan penelitian mengenai hubungan perilaku merokok terutama terhadap gangguan insomnia.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan mengenai gangguan insomnia akibat perilaku merokok pada remaja.

E. Bidang Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keparawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keluarga dalam komunitas.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalah saat ini peneliti ingin mengetahui pengaruh kinerja, penerimaan, perlakuan dan komitmen terhadap karir

Oleh karenanya, mereka sebaiknya menanyakan apakah para karyawan memahami apa yang diharapkan dari mereka untuk dilakukan (tindakan kunci) atau untuk diselesaikan (hasil

Dari hasil wawancara dengan ketiga subjek mengatakan jika mereka mengalami masalah terhadap kesehatan fisik yang rentan penyakit, kesepian di tinggal pasangan,

Dari beberapa studi kasus pengalaman risiko konstruksi pembangkit listrik konvensional dan identifikasi risiko yang terjadi, maka langkah- langkah yang diperlukan

Hanya pengetahuan yang diperoleh dengan disiplin berpikir dan bekerja yang sesuai dengan standar akademik dapat digolongkan sebagai teori yang menjadi bagian suatu bidang

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

1 Dengan menggunakan Blok Aljabar dengan model pembelajaran Course Review Horay saya menjadi lebih memahami materi faktorisasi bentuk aljabar. 2 Saya lebih percaya diri

Untuk meningkatkan effisiensi dan efektifitas pembelajaran IPBA melalui teleskop, dirancang perangkat sistem jaringan akuisisi astronomi yang menyambungkan komputer