• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMASARAN KERBAU RAWA DI WILAYAH BANUA ENAM

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

(Marketing of Swamp Buffalo at Banua Enam Area in

Southern Province Kalimantan)

RETNA QOMARIAH,E.S.ROHAENI danA.SUBHAN

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 70700

ABSTRACT

Swamp buffalo (Bubalus bubalis) or kerbau kalang is buffalo germplasm of nuftah South Kalimantan Province and has a great potential to be developed as a producer of meat. Swamp buffalo development centers in the Banua Enam region including three districts, i.e. HSU, HST, and, HSS District. This paper aims to provide information about the marketing of swamp buffalo in the area Banua Enam South Kalimantan Province. Data collected in the form of primary and secondary data. Primary data obtained from the survey results on breeder and market players, while the secondary data drawn from relevant agency reports. The results showed: (1) Sales system in the area of swamp buffalo Banua Enam in the form of live buffalo estimated by prices buyers (middlemen/wholesalers), so that it can harm keepers ranchers. 2) Marketing of swamp buffalo from Banua Enam mainly to meet the needs of meat in South Kalimantan (Banua region itself as well as District Banjar and the Banjarmasin City at 64,7% per month, and to meet market demands in Central Kalimantan province at 35,3% per month, or for South Kalimantan region of 4 head/day, while being marketed to the Central Kalimantan were 2 head per day. (3) The pattern of marketing channels outside of South Kalimantan province need to be more developed because it only reached 35,3% of the swamp buffalo real market.

Key Words: Marketing, Swamp Buffalo, Banua Enam, South Kalimantan

ABSTRAK

Kerbau rawa (Bubalus bubalis) atau disebut kerbau kalang merupakan plasma nuftah Provinsi Kalimantan Selatan dan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai penghasil daging. Sentra pengembangan kerbau rawa di wilayah Banua Enam ada di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten HSU, HST, dan, HSS. Tulisan ini bertujuan memberikan informasi tentang pemasaran kerbau rawa di wilayah Banua Enam Provinsi Kalimantan Selatan. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei pada peternak dan pelaku pasar, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Sistem penjualan kerbau rawa di wilayah Banua Enam dalam bentuk kerbau hidup dengan system taksiran oleh pembeli (pedagang pengumpul/pedagang besar), sehingga dapat merugikan peternak, 2) Pemasaran kerbau rawa dari Banua Enam terutama untuk memenuhi kebutuhan daging di Kalimantan Selatan sebesar 64,7% per bulan, dan di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 35,3% per bulan, atau untuk wilayah Kalimantan Selatan sebanyak 4 ekor/hari dan Kalimantan Tengah sebanyak 2 ekor per hari, 3) Pola saluran pemasaran ke luar Provinsi Kalimantan Selatan perlu lebih dikembangkan karena baru mencapai 35,3% dari volume penjualan kerbau rawa.

Kata Kunci: Pemasaran, Kerbau Rawa, Banua Enam, Kalimantan Selatan

PENDAHULUAN

Kerbau rawa (Bubalus bubalis) atau disebut kerbau kalang (“Hadangan” istilah masyarakat Banjar) merupakan plasma nuftah Provinsi Kalimantan Selatan yang sudah lama beradaptasi dan berkembang pada daerah rawa sebagai mata pencaharian utama atau sambilan.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal usul kerbau rawa, namun hewan ini telah lama hidup dan berkembangbiak dari generasi ke generasi. Populasinya sebanyak 38.488 ekor pada tahun 2004 (BPS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN, 2004), dan pada tahun 2009 sebanyak 44.603 ekor (BPS PROVINSI

(2)

KALIMANTAN SELATAN, 2009). Hal ini berarti selama lima tahun hanya terjadi peningkatan sebesar 13,7 atau 3,4% per tahun. Padahal kerbau punya kelebihan dalam memanfaatkan pakan berkualitas rendah dan mampu bertahan pada lingkungan yang cukup keras dengan pola pengembangan secara ekstensif, sehingga mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai penghasil daging. Namun demikian keragaan produksinya tidak sebaik pada ternak sapi.

Banua Enam merupakan wilayah hulu sungai di Kalimantan Selatan dan pintu masuk untuk provinsi tetangga yaitu Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, sehingga perekonomiannya cukup maju. Disebut Banua Enam karena kawasannya terdiri dari enam kabupaten, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), Hulu Sungai Selatan (HSS), Tapin, Balangan, dan Tabalong. Di daerah ini kerbau hanya berfungsi sebagai penghasil daging, tidak seperti daerah lainnya di Kalimantan Selatan, selain berfungsi sebagai penghasil daging juga digunakan untuk tenaga kerja.

Secara umum harga daging lebih rendah dari harga sapi. Dengan kondisi demikian, maka pasar bagi daging kerbau menjadi lebih luas dan lebih terjangkau oleh konsumen DEPTAN, 2004). Tetapi pada tingkat konsumen akhir, cenderung harga daging kerbau dan sapi relatif sama. Hal ini memberi peluang untuk pengembangan kerbau lebih luas lagi di Banua Enam Provinsi Kalimantan Selatan.

Sentra pengembangan kerbau rawa di wilayah Banua Enam ada di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten HSU, HST dan HSS. Produksinya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pasar di Banua Enam/Kalimantan Selatan, tetapi juga untuk pasar Provinsi Kalimantan Tengah. Oleh sebab itu, perlu diketahui pola pemasaran kerbau rawa agar tidak merugikan peternak.

Tulisan ini bertujuan memberikan informasi tentang pemasaran kerbau rawa di wilayah Banua Enam Provinsi Kalimantan Selatan yang berlangsung saat ini.

MATERI DAN METODE

Provinsi Kalimantan Selatan yang ditentukan secara purposive, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Tengah (HST), dan Hulu Sungai Selatan (HSS).

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan instansi terkait.

Sebagai responden/sumber data primer adalah peternak, pedagang pengumpul, pedagang besar, pedagang eceran/pasar daging, dan konsumen daging yang ada di tiga lokasi di wilayah Banua Enam. Pada tiap lokasi dipilih secara purposive 3 orang peternak kerbau dan pelaku pasar masing-masing 3 orang

Data yang dikumpulkan meliputi data sistem penjualan dan saluran pemasaran kerbau rawa di wilayah Banua Enam, selanjutnya data yang terkumpul dianalisis secara diskripsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem penjualan kerbau rawa

Kerbau rawa yang dijual di wilayah Banua Enam dalam bentuk kerbau hidup dari jenis kelamin jantan yang telah berumur > 2 tahun. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk tidak menjual ternak induk yang diperuntukkan untuk pembibitan atau untuk menambah populasi ternak.

Sistem penjualan kerbau hidup dilakukan berdasarkan taksiran berat daging dan kondisi kesehatan ternak, setelah terjadi kesepakatan antara peternak dan pembeli (pedagang pengumpul), baru terjadi penjualan. Biasanya pedagang pengumpul datang sendiri ke lokasi pengembangan kerbau untuk membeli kerbau hidup dan menjualnya kembali ke pedagang besar. Harga kerbau jantan > 2 tahun berkisar antara Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 per ekor. Pembayaran yang dilakukan ternak oleh pedagang pengumpul kepada peternak bertahap, yaitu: 25% kontan, dan 75% dihutang. Tenggang waktu pelunasan antara 1 minggu sampai 1 bulan berdasarkan kesepakatan antara peternak dan pembeli

(3)

sebesar 50 – 75% dibandingkan dengan kerbau dalam kondisi sehat

Penjualan dengan sistem taksiran berat daging oleh pedagang pengumpul selalu merugikan peternak, oleh karena itu, untuk mencegah kerugian peternak sudah saatnya untuk dihindari dan mulai mensosialisasikan penjualan ternak kerbau hidup dengan cara ditimbang oleh instansi berwenang.

Pemasaran kerbau rawa dari Banua Enam terutama untuk memenuhi kebutuhan daging di Kalimantan Selatan, di wilayah Banua Enam (Kabupaten HSU, HST, HSS, Tapin, Balangan, dan Tabalong) itu sendiri, serta Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin sebesar 64,7% per bulan atau 4 ekor/hari, juga untuk memenuhi kebutuhan pasar di Provinsi Kalimantan Tengah terutama untuk wilayah Tamiang Layang, Bontok, dan Muara Teweh sebesar 35,3% per bulan atau 2 ekor/hari. Peternak tidak mengalamai kesulitan dalam pemasaan, kapanpun mereka mau menjual, pedagang pengumpul siap membelinya.

Peternak memelihara kerbau selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga sebagai tabungan keluarga, sehingga mereka cenderung menjual kerbaunya disaat harga kerbau naik yaitu menjelang penyetoran biaya naik haji dan bulan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Saluran pemasaran kerbau rawa

Dari hasil survei, diketahui ada beberapa pola pemasaran kerbau rawa yang dikembangkan di Banua Enam (Kabupaten HSU, HST dan HSS) sebagai produsen sampai ke konsumen adalah sebagai berikut:

Pola pemasaran I:

Peternak/produsen

Pedagang pengumpul dalam/luar desa

Pedagang besar di kecamatan

Pedagang pengecer

Konsumen

Pola pemasaran II:

Peternak/produsen

Pedagang pengumpul dalam/luar desa

Pedagang besar di kabupaten

Pedagang pengecer

Konsumen

Pola pemasaran III:

Peternak/produsen

Pedagang besar di kabupaten

Pedagang pengecer

Konsumen. Peternak/produsen

Pola pemasaran IV:

Pedagang besar di kecamatan

Pedagang pengecer

Konsumen

Pola pemasaran V:

Peternak/produsen

Pedagang pengumpul dalam/luar desa

Pedagang besar di kabupaten Pedagang besar di luar provinsi/Kalteng

Pedagang pengecer

Konsumen

Pedagang besar jika menjual daging kerbau ke pedagang pengecer, maka ia juga berprofesi sebagai penjagal, tetapi jika menjual kerbaunya dalam bentuk hidup ke pedagang pengecer, maka yang berprofesi ganda sekaligus sebagai penjagal adalah pedagang pengecer tersebut.

(4)

Gambar 1 menyajikan skematik saluran kerbau rawa yang dikembangkan di Banua Enam (Kabupaten HSU, HST, dan HSS) sampai ke konsumen.

Dari Gambar 1 diketahui, bahwa pola penyaluran kerbau rawa dari peternak yang terbesar adalah melalui pedagang pengumpul, yakni 95%, hal ini disebabkan:

1. Proses pertukaran oleh pedagang pengumpul di tingkat pasar peternak berlangsung singkat, sehingga waktu peternak bisa dicurahkan untuk pekerjaan lain yang bermanfaat untuk pendapatan keluarga. 2. Kebiasaan peternak menunggu pedagang

pengumpul yang selalu datang ke kalang/ kandang mencari kerbau, sehingga petani dapat menghemat biaya transportasi dan waktu, serta biaya surat keterangan keluarnya ternak dari desa/surat jalan.

3. Peternak lebih tertarik menjual kerbaunya

ke pedagang pengumpul karena

keberadaannya selalu ada setiap waktu, kapanpun peternak mau menjual kerbaunya.

Dari 95% kerbau yang dipasarkan melalui pedagang pengumpul, 60% dipasarkan oleh pedagang besar di dalam provinsi, 35% dipasarkan oleh pedagang besar di luar provinsi, dan 10% oleh pengecer.

Penyaluran daging kerbau terbesar di tingkat pengecer terdapat pada pengecer dalam Provinsi Kalimantan Selatan (62%), terutama ke daerah Kabupaten Banjar dan Kota Banjamasin, hal ini dikarenakan:

1. Permintaan konsumen cukup baik dan persaingannya kecil karena kerbau yang masuk dari daerah lain tidak banyak. 2. Jarak dan alat transportasi lebih mudah.

2,5% 2,5% V 95%

II III IV I

30% 30% 35%

62%

Besar persentase pembelian tiap lembaga pemasaran berasal dari kerbau yang dipasarkan oleh peternak dalam 1 bulan

Gambar 1. Skema saluran pemasarn kerbau rawa asal Banua Enam Provinsi Kalimantan Selatan

Pengecer Kalimantan Tengah Pedagang besar Kalimantan Tengah Konsumen Kalteng Pedagang besar di kecamatan Pengecer lokal Konsumen lokal Pedagang besar di kabupaten Pedagang besar di kabupaten Pedagang pengumpul dlm/luar desa

(5)

Saluran pemasaran kerbau rawa dari Banua Enam yang paling banyak melibatkan lembaga pemasaran adalah saluran 5 tujuan luar provinsi, hal ini terjadi karena:

1. Pedagang pengumpul terbatas modalnya, sehingga tidak mampu menjual kerbaunya langsung ke luar daerah.

2. Pedagang pengumpul merasa nyaman dan lebih mudah menjual kerbaunya ke pedagang besar di dalam satu wilayah provinsi.

3. Kebiasaan pedagang besar luar provinsi membeli kerbau dari pedagang besar lokal.

Saluran pemasaran kerbau yang terpendek ada pada saluran 3 dan 4, tetapi dengan volume pemasaran kecil (5%), dan hanya dilakukan jika:

1. Kerbau dijual dalam keadaan mendesak atau karena sakit sehingga langsung dijual ke pedagang besar yang berprofesi langsung sebagai penjagal.

2. Jarak antara produsen/peternak relatif dekat dengan pedagang besar.

KESIMPULAN

Sistem penjualan kerbau rawa di wilayah Banua Enam dalam bentuk kerbau hidup secara taksiran oleh pembeli (pedagang pengumpul/

pedagang besar), sehingga dapat merugikan peternak.

Pemasaran kerbau rawa dari Banua Enam terutama untuk memenuhi kebutuhan daging di Kalimantan Selatan (wilayah Banua Enam sendiri = Kabupaten HSU, HST, HSS, Tapin, Balangan, dan Tabalong), serta Kabu paten Banjar dan Kota Banjarmasin sebesar 64,7% per bulan, dan untuk memenuhi kebutuhan pasar di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 35,3% per bulan, atau untuk wilayah Kalimantan Selatan sebanyak 4 ekor/hari, sedangkan yang dipasarkan sampi ke Kalimantan Tengah sebanyak 2 ekor per hari.

Pola saluran pemasaran ke luar Provinsi Kalimantan Selatan perlu lebih dikembangkan karena baru mencapai 35% dari volume penjualan kerbau rawa.

DAFTAR PUSTAKA

BPSPROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 2004. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.

BPSPROVINSI KALIMANTAN SELATAN. 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.

DEPTAN. 2004. Evaluasi Kinerja Pembangunan Pertanian Tahun 2000 – 2003. Departemen Pertanian RI, Jakarta.

Gambar

Gambar  1  menyajikan  skematik  saluran  kerbau  rawa  yang  dikembangkan  di  Banua  Enam  (Kabupaten  HSU,  HST,  dan  HSS)  sampai ke konsumen

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat mengoptimalkan polisi tidur otomatis dapat dipasang di kota- kota besar dengan pengguna kendaraan bermotor terbanyak dan sering mengalami kemacetan terutama

Demikian pula dengan masalah keamanan Selat Malaka dan Selat Singapura telah mendapat perhatian yang cukup luas dari masyarakat internasional, terutama setelah terjadinya

Harimurti (1984: 69) mengemukakan bahwa hubungan koherensi wacana sebenarnya adalah hubungan makna atau maksud. Artinya, antara kalimat bagian yang satu dengan

Identifikasi Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Penentuan Massa Atom Relatif dan Penentuan Massa Molekul Relatif di Sekolaha. Penyusunan Instrumen Penelitian:

4. Menurut saya penjagaan di area parkir Wisata Pemandian Air Panas Angseri mampu meningkatkan rasa aman bagi wisatawan yang berkunjung. Menurut saya jumlah toilet dan

Berdasarkan hasil dari ketiga wawancara diatas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dialami oleh karyawan yang beralih profesi menjadi driver Gojek adalah sarana

Dapat dilihat bahwa perbandingan pressure gradient dua fase dari fase air dan udara menunjukkan nilai yang hampir sama dengan error sebesar 30 % dengan kecenderungan makin

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa penyimpangan terbesar dan terkecil pada mesin CNC ROUTER antara pemrograman manual dengan pemrograman intregrasi data