• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN Oleh : EKA ROHMAWATI Nim:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN Oleh : EKA ROHMAWATI Nim:"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NO 23 TAHUN 2002

Oleh : EKA ROHMAWATI Nim: 11100099

Abstrak

Tindak pidana merupakan suatu pelanggaran hak-hak asasi manusia yang paling hakiki dan tidak ada suatu alasan yang dapat membenarkan tindak pidana tersebut, baik dari segi moral, susila dan agama, terutama tindak pidana yang dilakukan oleh seorang pelaku terhadap anak yang masih dibawah umur. Oleh karena perbuatan pelaku tersebut dapat menimbulkan trauma fisik dan psikis terhadap korban terutama yang berusia anak-anak sehingga bisa berpengaruh pada perkembangan diri korban ketika dewasa nanti. Undang - undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Perubahan UndangUndang tersebut diberlakukan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak dalam bentuk perlindungan hukum yang meliputi hak atas kelangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas perlindungan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tanpa diskriminasi

Kata Kunci : Bentuk Perlindungan Anak Korban Tindak Pidana

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya arus pertumbuhan globalisasi, industrialisasi dan adanya perdagangan bebas membuat banyak perubahan terhadap kondisi umat manusia yang juga berdampak pada beragamnya jenis tindak pidana. Tindak pidana tersebut tidak hanya menyentuh publik tetapi juga pribadi individu manusia. Adanya ketidak seimbangan ekonomi yang semakin lebar menjadi salah satu faktor utama penyebab berbagai macam tindak pidana. Salah satu pihak yang paling dirugikan akibat hal tersebut adalah anak-anak. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan perlakuan yang memperhatikan perkembangan dan peranan anak sebagai generasi penerus bangsa merupakan suatu hal yang harus dipegang oleh pemimpin negeri ini. Dengan demikian, anak yang belum matang secara mental dan fisik, kebutuhannya harus dicukupi, pendapatnya harus dihargai, diberikan pendidikan yang benar adanya suatu kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kejiwaannya, agar kelak anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang dapat diharapkan sebagai penerus

(2)

Anak yang menjadi korban kekerasan dalam kehidupan sehari-hari, yang menunjukkan bagaimana lemahnya posisi anak ketika mengalami kekerasan terhadap dirinya. Anak sangat rentan terhadap kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya, di ruang-ruang publik, bahkan dirumahnya sendiri. Kekerasan terhadap anak dominan terjadi di dalam rumah tangga yang sebenarnya diharapkan dapat memberikan rasa aman, dan yang sangat disesalkan adalah kasus-kasus kekerasan terhadap anak selama ini dianggap sebagai masalah yang wajar dan tidak dianggap sebagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana merupakan suatu pelanggaran hak-hak asasi manusia yang paling hakiki dan tidak ada suatu alasan yang dapat membenarkan tindak pidana tersebut, baik dari segi moral, susila dan agama, terutama tindak pidana yang dilakukan oleh seorang pelaku terhadap anak yang masih dibawah umur. Oleh karena perbuatan pelaku tersebut dapat menimbulkan trauma fisik dan psikis terhadap korban terutama yang berusia anak-anak sehingga bisa berpengaruh pada perkembangan diri korban ketika dewasa nanti. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diberlakukan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak dalam bentuk perlindungan hukum yang meliputi hak atas kelangsungan hidup, hak untuk berkembang, hak atas perlindungan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat tanpa diskriminasi. Pada dasarnya hukum merupakan pedoman atau pegangan bagi manusia yang digunakan sebagai pembatas sikap, tindak atau perilaku dalam melangsungkan antar hubungan dan antar kegiatan dengan sesama manusia lainnya dalam pergaulan hidup

bermasyarakat.

Upaya memberikan perlindungan kepada anak-anak yang menjadi korban dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem dan mekanisme perlindungan hukum dan sosial bagi anak yang beresiko atau menjadi korban tindak pidana. Selain itu sangat penting pula dilakukan upaya pemulihan dan reintregasi anak korban. Caranya antara lain dengan mengutamakan pendekatan yang baik kepada anak-anak yang menjadi korban dalam keseluruhan prosedur perundangan, memberi pelayanan medis, psikologis terhadap anak dan keluarganya, mengingat anak yang menjadi korban biasanya mengalami trauma yang akan berpotensi mengganggu

perkembangan kejiwaan mereka.

Kehidupan bermasyarakat setiap orang tidak dapat terlepas dari berbagai hubungan timbal balik dan kepentingan yang saling terkait antara yang satu dengan

(3)

yang lainya yang dapat di tinjau dari berbagai segi, misalnya segi agama, etika, sosial budaya, politik, dan termasuk pula segi hukum.

Ditinjau dari kemajemukan kepentingan seringkali menimbulkan konflik kepentingan, yang pada akhirya melahirkan apa yang dinamakan tindak pidana. Untuk melindungi kepentingan-kepentingan yang ada tersebut, maka dibuat suatu aturan dan atau norma hukum yang wajib di taati. Terhadap orang yang melanggar aturan hukum dan menimbulkan kerugian kepada orang lain akan di ambil tindakan berupa ganti kerugian atau denda, sedang bagi seorang yang telah melakukan tindak pidana akan dijatuhi sanksi berupa hukuman baik penjara, kurungan dan atau denda. Adanya pembangunan di bidang hukum yang merespon kompleksnya permasalahan – permasalahan hukum termasuk maraknya kejahatan yang terus terjadi seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah Indonesia melalui badan dan atau instansi – instansi beserta aparatur penegak hukum ( Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan ) diharapkan mampu melaksanakan upaya penegak hukum yang nyata dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan yang berlaku agar tatanan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang aman dan tertib dapat dicapai semaksimal mungkin.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar dalam penyusunan skripsi dapat mengarah dan terfokus pada permasalahan yang diteliti. Permasalahan yang akan penulis teliti terbataspada bentuk perlindungan terhadap anak korban tindak pidana menurut undang – undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut dengan menitikberatkan pada perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perlindungan terhadap anak korban tindak pidana menurut undang – undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ?

2. Apakah perlindungan hukum anak dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 sudah dapat memenuhi kepentingan hukum anak sebagai korban tindak pidana?

(4)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah “ suatu tulisan atau karangan mengenai penelitian disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila pokok – pokok pikiran yang dikemukakan disimpulkan melalui prosedur yang sistematis dengan menggunakan pembuktian yang meyakinkan, oleh karena itu dilakukan dengan cara yang obyektif dan telah melalui berbagai tes dan pengujian (Winarno Surachman,1990:34)

Peranan metode penelitian dalam sebuah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan secara lebih baik dan lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner.

3 Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal– hal yang belum diketahui.

4 Memberikan pedoman mengorganisasikan serta mengintegrasikanpengetahuan mengenai masyarakat(Ibid)

Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuwan mempelajari dan memahami lingkungan – lingkungan yang dihadapi. (Soerjono Soekamto,1986:17)

Maka penulisan skripsi ini bisa disebut sebagai suatu penelitian ilmiah dan dapat dipercaya kebenarannya dengan menggunakan metode yang tepat. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu hukum yang didasarkan pada asas-asas, norma-norma dan peraturan yang berlaku.(Ibid)

Berdasarakan pengertian di atas maka pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini digunakan untuk melakukan perbandingan perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dengan UU Tentang Perubahan UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

(5)

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Sehingga sifat penelitian yang digunakan deskriptif yang dimaksudkan untuk menggambarkan gejala yang terjadi tentang korban anak dalam tindak pidana.

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari:

(1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

(5) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (7) UU Tentang Perubahan UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder dapat bersumber dari bahan-bahan hukum yang melengkapi hukum primer dan peraturan perundang-undangan lain yang sesuai dengan masalah dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perlindungan Anak

b. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier dapat bersumber dari berbagai bahan seperti teori/ pendapat para ahli dalam berbagai literatur/buku hukum dan buku lain yang membahas tentang perlindungan anak sebagai korban tindak pidana, dokumentasi, kamus hukum dan internet.

(6)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan sebagai berikut: Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundangundangan terkait dengan permasalahan perlindungan terhadap anak dari korban tindak pidana

5. Jalannya Penelitian

Pelaksanaan jalannya penelitian ini melalui langkah – langkah sebagai berikut :

Dalam persiapan penelitian ini, peneliti memilih bidang hukum pidana, merumuskan masalah serta menetapkan judul penelitian selanjutnya disusun dalam bentuk proposal. Proposal penelitian diseminarkan dengan dibimbing oleh pembimbing skripsi serta dihadiri oleh beberapa peserta seminar. Setelah melalui konsultasi dan revisi dari pembimbing kemudian diajukan kepada Dekan Fakultas Hukum guna mendapatkan rekomendasi ijin penelitian.

6. Metode Analisis

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode deduktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat umum lalu menarik kesimpulan yang bersifat khusus sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian yaitu perlindungan anak dari korban tindak pidana menurut UU 23 tahun 2002 yang telah dirubah oleh DPR pada tanggal 25 September 2014

E. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1.Bentuk Perlindungan Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Menurut Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

a.Bentuk – bentuk Perlindungan terhadap anak Korban Tindak Pidana

Setiap terjadi kejahatan, mulai dari kejahatan ringan sampai dengan kejahatan berat, pastilah korban akan mengalami penderitaan, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Penderitaan yang dialami oleh korban dan keluarganya tentu tidak akan berakhir dengan ditangkap dan diadilinya pelaku kejahatan, terlebih apabila penderitaan itu berakibat korban menderita cacat seumur hidup atau meninggal dunia.

(7)

Secara teoritis, bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan dapat diberikan dalam berbagai cara, bergantung pada penderitaan / kerugian yang diderita oleh korban. Sebagai contoh, untuk kerugian yang sifatnya mental / psikis tentunya bentuk ganti rugi dalam bentuk materi/uang tidaklah memadai apabila tidak disertai dengan upaya pemulihan mental korban. Sebaliknya, apabila korban hanya menderita kerugian secara meteriil ( seperti harta bendanya hilang ) pelayanan yang sifatnya psikis terkesan terlalu berlebihan.

Oleh karena itu, dengan mengacu pada beberapa kasus kejahatan yang pernah terjadi, ada beberapa bentuk perlindungan terhadap korban kejahatan yang lazim diberikan, antara lain pemberian restitusi dan kompensasi, konseling,bantuan medis,bantuan hukum,informasi

b.Bentuk Perlindungan Korban menurut UU Tentang Perubahan UU No 23 Tahun 2002 Yang Telah Ditetapkan Oleh DPR Pada Tanggal 25 September Apabila anak telah menjadi korban tindak pidana maka usaha yang dilakukan menurut Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 64 ayat (2) yang pada dasarnya memuat tentang segala upaya yang diberikan pemerintah dalam melindungi anak yang menjadi korban tindak pidana yang meliputi:

1) Upaya rehabilitasi yang dilakukan di dalam suatu lembaga maupun di luar lembaga, usaha tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi mental, fisik, dan lain sebagainya setelah mengalami trauma yang sangat mendalam akibat suatu peristiwa pidana yang dialaminya.

2) Upaya perlindungan pada identitas korban dari publik, usaha tersebut diupayakan agar identitas anak yang menjadi korban ataupun keluarga korban tidak diketahui oleh orang lain yang bertujuan untuk nama baik korban dan keluarga korban tidak tercemar.

3) Upaya memberikan jaminan keselamatan kepada saksi korban yaitu anak dan saksi ahli, baik fisik, mental maupun sosialnya dari ancaman pihak-pihak tertentu, hal ini diupayakan agar proses perkaranya berjalan dengan efisien.

4) Pemberian aksebilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkaranya, hal ini diupayakan agar pihak korban dan keluarga mengetahui mengenai perkembangan proses perkaranya.

(8)

2.Perlindungan Hukum Anak dalam Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 dalamMemenuhi Kepentingan Hukum Anak sebagai Korban Tindak Pidana a.Urgensi Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Menjadi Korban Tindak

Pidana

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.(Maidin Gultom,2008:51)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu perbuatan dengan tujuan tertentu.(Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,1995:68)

Motivasi sering juga diartikan sebagai usaha-usaha yang menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu tergerak untuk melakukan suatu perbuatan karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. Kejahatan yang terjadi di Indonesia beragam diantaranya seorang guru mencabuli anak didiknya, seorang kakek mencabuli cucunya, seorang saudara kandung merebut kehormatan adiknya, seorang ayah memperkosa anak kandungnya yang masih SD, anak membunuh ayah kandungnya dan kenakalan remaja. Inilah gambaran fenomena kejahatan di Indonesia saat ini. Oleh karena itu anak perlu dilindungi oleh hukum.

b.Undang Undang Tentang Perubahan Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 Dalam Memenuhi Kepentingan Hukum Anak Sebagai Korban Tindak Pidana

Anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh ,dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Anak sebagai tunas,potensi,dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa memiliki peran

(9)

strategis,ciri, dan sifat khusus sehingga wajib dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi yang dapat mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia. Negara,Pemerintah,Masyarakat,Keluarga dan Orang Tua berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan menjamin terpenuhinya hak-hak asasi Anak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.Perlindunganterhadap Anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi Anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam berbagai bidang kehidupan,sehingga dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap hak-hak Anak oleh Pemerintah didasarkan pada prinsip hak asasi manusia yaitu Penghormatan,Pemenuhan, dan Perlindungan atas hak Anak.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup,tumbuh dan berkembang,berpartisipasi secara optimal seusai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,berakhlak mulia,dan sejahtera.

Saat ini kejahatan seksual terhadap anak semakin meningkat,sehingga perlu dilakukan peningkatan perlindungan terhadap Anak oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Beberapa pasal guna melindungi Kepentingan Hukum Anak Sebagai Korban

Tindak Pidana anak di keluarkan Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tetang Perlindungan Anak yang telah ditetapkan oleh DPR pada tanggal 25 September 2014 yatu pasal Pasal 54 Pasal 59 Pasal 67A Pasal 67B Pasal 69A Pasal 69B Pasal 69C Pasal 71A Pasal 72

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis di bab IV terdapat beberapa catatan akhir sebagai berikut :

1. Bentuk perlindungan terhadap anak korban tindak pidana menurut Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

1) Upaya rehabilitasi yang dilakukan di dalam suatu lembaga maupun di luar lembaga, usaha tersebut dilakukan untuk memulihkan kondisi mental, fisik, dan lain sebagainya setelah mengalami trauma yang sangat mendalam akibat suatu peristiwa pidana yang dialaminya.

(10)

2) Upaya perlindungan pada identitas korban dari publik, usaha tersebut diupayakan agar identitas anak yang menjadi korban ataupun keluarga korban tidak diketahui oleh orang lain yang bertujuan untuk nama baik korban dan keluarga korban tidak tercemar.

3) Upaya memberikan jaminan keselamatan kepada saksi korban yaitu anak dan saksi ahli, baik fisik, mental maupun sosialnya dari ancaman pihakpihak tertentu, hal ini diupayakan agar proses perkaranya berjalan dengan efisien.

4) Pemberian aksebilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkaranya, hal ini diupayakan agar pihak korban dan keluarga mengetahui mengenai perkembangan proses perkaranya.

2. Perlindungan hukum anak dalam Undang Nomor 23 Tahun 2002 sudah dapat memenuhi kepentingan hukum anak sebagai korban tindak pidana

1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban

penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), anak yang menjadi korban pornografi, anak korban HIV/AIDS, anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak korban kejahatan seksual, anak penyandang disabilitas, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

2) Perlindungan khusus untuk anak korban pornografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui upaya:

a. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan Peraturan Perundangundangan yang mengatur mengenai pornografi;

b. rehabilitasi;

c. pemantauan, pelaporan, serta pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan

d. pelibatan berbagai perusahaan, serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan pornografi. (pasal 67B)

(11)

3) Perlindungan khusus bagi anak korban kejahatan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya:

a. penanganan yang cepat, termasuk pengobatan secara fisik, mental, dan sosial, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya;

b. pemberian bantuan sosial bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu; c. pemberian perlindungan dan pendampingan selama proses penyidikan; dan d. pendampingan psikososial sehingga pulih. (pasal 69A)

4) Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual. (pasal 69B ayat 1)

Perlindungan terhadap anak korban kejahatan seksual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.(pasal 69B ayat 2)

5) Perlindungan khusus bagi anak korban HIV/AIDS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, pengobatan, perawatan, dan rehabilitasi oleh Pemerinth dan

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aveldoorn,1993,Pengantar Hukum Pidana,Jakarta:Pradya Paramita

Arif Gosita, 2011,Masalah Korban Kejahatan,Jakarta: Akademika Presindo,

Barda Nawawi Arief,2009,Perlindungan hukum Anak Dalam Proses persidangan,Makalah Seminar,Masalah Korban Kejahatan, Kumpulan Karangan,Jakarta,PT Buana Ilmu Populer Lamintang, P.A.F, 1997. Dasar – Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Moeljatno, 1999. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana.Jakarta:Bumi Aksara

Mansur,Didiek M.Arief,2007,Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,Jakarta: PT.Rajagrafindo

Maidin Gultom.2008,Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak DI Indonesia,Bandung :Refika Aditama

Moelyatno dalam Tolib Setiady. 2010 Pokok Pokok Hukum Penitensier Indonesia. Bandung :Alfabeta

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1995,Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Soerjono Soekanto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : Universitas Indonesia Press Soemitro,2000.Victimologi Sebuah Pengantar,Surakarta.Fakultas Hukum Unisri

Von Henting ,1948,The criminal and his victim

Winarno Surachman, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito Wundt dan Eisler dalam Nashriana. 2011Perlindungan Hukum Bagi Anak Di Indonesia. Jakarta:RajaGrafindo Persada

Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

(13)

Undang-Undang Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban

Undang – Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Referensi

Dokumen terkait

Program Gerak Gempur Bengkel Bersama Industri, Auto Count Sdn Bhd, menggunapakai AutoCount Computerized Accounting diadakan demi meningkatkan kefahaman tentang

Dengan melihat kondisi angin yang seperti ini bisa dikatakan pada tanggal 9 November 2017 hujan berpotensi turun dalam waktu yang cukup lama sebab pergerakan angin seperti mendapat

Sehubungan dengan tidak adanya peserta yang lulus evaluasi teknis pada pelaksanaan pengadaan pekerjaan Pembangunan Pembangkit Listrik Surya (PLTS) Terpusat di Provinsi Aceh

Selain dipasarkan di dalam negeri, EDC juga akan diekspor untuk memenuhi kebutuhan EDC dunia yang juga terus meningkat. Target pemasaran adalah negara-negara pengimpor

Berdasarkan uraian di atas yang menyebutkan bahwa kelopak bunga rosela mempunyai khasiat sebagai antibakteri maka dilakukan penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol

Berdasarkan identifikasi Masalah dan pembatasan Masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah dengan penggunaan metode

Adrianto, E.E., 2011, Efek Hepatoptotektif Ekstrak Metanol : Air Daun Macaranga tanarius (L.) Pada Tikus Jantan Terinduksi Parasetamol, Efek Hepatoptotektif. Infusa Daun

9 pencegahan penyakit (preventif) perlu ditekankan tanpa mengesampingkan upaya penyembuhan dan pemulihan. Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan perilaku,