• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of Treatment on Wood Materials in Alternative Making of Wooden Bag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analysis of Treatment on Wood Materials in Alternative Making of Wooden Bag"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-1

ANALISIS PERLAKUAN TERHADAP MATERIAL KAYU DALAM ALTERNATIF

PEMBUATAN TAS WANITA

Analysis of Treatment on Wood Materials in Alternative Making of Wooden Bag

Carelia Raiza Andreana, Ellya Zulaikha

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Gedung Despro Jl. Despro no. 1 Kampus ITS Sukolilo Surabaya.

Korenspondesi Penulis

Email : careliaraiza@gmail.com , ellya.zulaikha@gmail.com Kata kunci: Trend Apparel Kayu, Pengolahan Kayu, Rapi

Keywords: Wooden Apparel Trend, Wood Processing, Neat

ABSTRAK

Subsektor fesyen menyumbang 56% dari ekspor produk industri kreatifIndonesia. Hal itu menunjukkan bahwa fesyen merupakan komoditi dengan peluang besar di Indonesia. Di sisi lain, diperlukan inovasi agar dapat bersaing di tengah tumbuhnya industri fesyen nasional. Salah satu peluang inovasi adalah penggunaaan bahan kayu untuk salah satu produk fesyen, yaitu apparel. Belum banyak pengrajin kayu yang memproduksi produk apparel seperti tas. Namun, untuk mengolah kayu sebagai produk tas ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu karakter kayu yang berat dan jenis material kayu yang sesuai untuk produk tas. Mengingat tas harus memenuhi unsur kenyamanan, kekuatan, daya tampung, dan gaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa jenis kayu serta perlakuan terhadap kayu yang bisa digunakan dalam pembuatan tas yang ringan dan memiliki estetika tinggi. Pembuatan tas kayu dijadikan peluang diferensiasi produk tas untuk pengrajin kayu agar mampu bersaing dalam dunia fesyen. Penelitian ini diawali dengan observasi di IKM kayu. Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu melakukan observasi terhadap jenis kayu yang telah digunakan IKM kayu yang berada di Pepelegi, Sidoarjo. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap karakter kayu serta cara pengolahan kayu untuk produk tas. Tantangan yang dihadapi adalah penentuan jenis kayu, bentuk potongan kayu yang berpengaruh pada aspek kekuatan perekatan lem dan pemotongan. Kemudian dilanjutkan menganalisis arah serat yang cocok, penempelan kayu terhadap material lain supaya rapi, dan proses produksi. Kategori rapi yang dimaksud berupa lem tidak terlihat, kerapian penggabungan antara kayu dan material lain rapi, serta kesesuaian penyusunan pattern.

ABSTRACT

Fashion subsector contribute 56% from Indonesia’s creative industrial product export. This shows that fashion is a commodity with great opportunities in Indonesia. Besides, innovation is needed in order to compete during of the growth of national fashion industries. One of the innovation by using wood for fashion product, apparel. There was not many craftsmen for apparel (such as bag). But, make wood into bag, there are some several things that need to be considered, those are heavy wood character and the suitable type of wood material. Bag should comfort, strength, capacity, and style. Research is meant to analyze several type of woods and treatment that could be used in the making lightweight bag with high aesthetics. Wooden bag is an opportunity for craftmen to compete with different type of bag on fashion industry. Starts with observation on IKM. Before doing the analysis, first thing to do is doing observation of the type of wood used by wooden IKM in Pepelegi, Sidoarjo. Next thing to do is to analyze the wood characteristic and how to process the wood for bag product. Challenges that has to be faces are

(2)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-2

determination of the cut shape of wood which affects the strength of the glue and cutting. Afterward continued with analizing the right direction of the wood fiber, attaching wood to another material so it would be neat, and production process. The meaning of neat are: the glue is seamless, the neatness of combining wood with other materials, and the suitability of the pattern.

(3)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-3 PENDAHULUAN

Perkembangan tren produk fesyen saat ini, kayu menjadi bahan alternatif memenuhi target pasar serta memiliki karakteristik tersendiri sehingga mampu menghasilkan produk yang khas. Kayu memiliki potensi dan daya tahan yang tinggi, sehingga kayu dapat diolah menjadi produk mebel,

appliance,

bahkan

apparel

yang dibutuhkan daya ketahanan yang tinggi. Di samping itu, Indonesia berupaya meningkatkan eksporberbagai produk ke berbagai negara. Salah satu upayapeningkatan tersebut dilakukan pembinaan IKM oleh Bank Indonesia. Salah satu program pembinaan yang dilakukan adalah upaya peningkatan ekspor produk unggulan dari Jawa Timur ke Jepang. Menurut Bank Indonesia dalam acara ‘Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur, ekspor Indonesia ke Jepang tahun 2015 sejumlah 18 Milyar USD dan tahun 2017 mengalami kenaikan sejumlah 22,3 Milyar USD. Menurut Bank Indonesia jumlah tersebut merupakan peluang yang bagus untuk meningkatkan ekspor di semua sektor perdagangan. Pasar yang bisa dibidik oleh UKM-IKM Indonesia menurut (Bank Indonesia 2019) adalah agro industri, tekstil, kayu, bunga krisan, makanan halal, produk kayu (selain perabot), kebutuhan

home center

, perikanan dan hasil laut. Karena upaya tersebut banyak pihak yang ikut serta dalam program tersebut, seperti UKM-IKM di Jawa Timur. Salah satu UKM-IKM yang aktif mengikuti program-program bank Indonesia adalah TOTA wood craftyang dimiliki oleh Tato Andryan. TOTA wood craft merupakan IKM Sidoarjo yang bergerak dibidang mebel dan

home décor

. Kurangnya pengembangan diferensiasi produk pengrajin kayu TOTA wood craft kearah fesyen tas sangat disayangkan karena sub sektor ekspor fesyen sedang meningkat. Menurut survey badan ekonomi kreatif, didapatkan hasil survei khusus ekonomi kreatif oleh Bekraf tahun 2014-2015 sektor fesyen terbanyak. Fesyen mendapat 56%, kriya mendapat 37%, kuliner mendapat 6%, dan lainnya 1% (Rusiawan 2017). Maka dari itu pengembangan produk kayu Tato Andryan kearah fesyen sangat berpotensi bagus dan menjadi inovasi usaha Tato Andryan sendiri.

Beberapa pelaku industri kreatif dari luar maupun dalam negeri sudah mulai mengeluarkan produk fesyen dari kayu. Industri pabrikan maupun buatan tangan biasanya banyak mengaplikasikan produk fesyen dari kayu ke produk

apparel

.Salah satu pelaku industri tas kayu adalah perusahaan yang bertempat di Seminyak, Bali. Tas merupakan alat bantu berupa wadah yang biasanya bertali untuk membawa barang-barang kecil ketika bepergian (Eskak and Salma, Minat Konsumen Terhadap Desain Produk Tas dari Limbah Ban Dalam di Yogyakarta 2017). Perusahaan tersebut mengolah material kayu dan bahan suede menjadi produk

apparel

-nya, yaitu

3-way bag: clutch/ crossbody/ wristlet

Harga tas dari perusahaan itu mencapai 3 juta lebih. Maka inovasi atau pun pembeda terhadap produk rancangan penulis agar memiliki

innovative point

yang menarik tersendiri. Beberapa inovasi yang dapat dikembangkan dalam konsep produk dan material yang digunakan, berikut analisis produk eksisting;

Spesifikasi produk:

1. Material: kayu jati, tekstil

suede

, kuningan, magnet.

2.

Innovative point

: tas dapat dilipat-lipat untuk memberi volume, jika tidak dilipat (dibiarkan lurus) berbentuk rata.

(4)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-4 3. Peluang: setiap segmen kayu tebal, tidak tipis, belum explore jenis tas dan material kayu

lain.

4. Harga: sekitar Rp 3.090.000.

Jika membuat suatu produk dari kayu namun tidak memperhatikan bentuk yang dibuat atau tidak mengetahui alternatif cara yang harus dilakukan maka akan membuat produk semakin berat. Banyak produk kayu yang beredar berbentuk

solid,

sehingga membuat sedikit lebih berat.

Banyak alternatif cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas produk, salah satunya dengan mengobinasikan material kayu dengan material lain yang dapat meningkatkan kualitas produk itu sendiri dan dapat membuat kayu tersebut sedikit lebih ringan.

Dari beberapa peluang tersebut maka sangatlah besar potensi kayu yang diolah menjadi produk fesyendari kayu. Kayu dapat didefinisikan sebagai sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, sebagai bagian dari suatu pohon (Dumanauw 2001). Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang melimpah ruah dari hasil hutan. Kayu biasanya digunakan sebagai bahan baku mentah yang diproses untuk menjadi barang jadi. Pada dasarnya terdapat dua jenis kayu, yaitu kayu lunak (

softwood

) dan kayu keras (

hardwood

) (Chandravialissa 2019). Dikutip dari buku ‘Mengenal Kayu’ karya J.F. Dumanauw, kayu lunak/ringan bentuk daunnya seperti jarum. Pohon daun jarum mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan lurus ke atas. Termasuk kayu daun jarum ini antara lain pinus atau tusam, agathis (damar), dan jamuju (Dumanauw 2001). Lain hal dengan kayu keras, bentuk daunnya lebar, dan memiliki kecenderungan menggugurkan daunnya. Pertumbuhan pohon daun lebar lambat, umumnya batangnya tidak lurus, dan berbonggol. Sementara yang termasuk kayu daun lebar antara lain jati, meranti, mahoni dan lain sebagainya, yang potensinya cukup besar di Indonesia (Dumanauw 2001).

Berikut jenis-jenis kayu keras dan kayu lunak yang telah diamati sebelum proses pembuatan tas:

a) Tanaman jati

(Tectona Grandis L.F)

Gambar 1. Kayu Jati

Merupakan tanaman yang alami sering ditemukan di Indonesia. Jati merupakan tanaman yang dikenal masyarakat berkualitas tinggi serta memiliki daya jual tinggi. Kebutuhan kayu jati olahan untuk Indonesia, baik skala domestik maupun ekspor pada tahun 1999 sebesar 2,5 juta m³/tahun dan baru terpenuhi sebesar 0,8 juta m³ /tahun (Leksono 2001). Pohon jati memiliki

(5)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-5 pangkal batang berakar papan pendek dan dapat bercabang (Siregar 2005). Jati merupakan kayu yang awet, kuat, berserat dekoratif, berwarna indah, serta tahan terhadap perubahan cuaca (Eskak 2013a).

b) Kayu Sonokeling

Sonokeling juga merupakan kayu yang banyak ditemukan di Indonesia. Karena tekstur dari kayu ini halus dan mengkilap maka sering dijumpai pada produk produk

furniture

. Corak dari serat kayu sonokeling sangat indah. Sehingga dalam pemanfaatan kayu ini dapat memberikan keindahan dalam produk. Sonokeling sering dipakai sebagai bahan untuk kayu lapis dan vinir kayu (Akmal 2009).

Gambar 2. Kayu Sonokeling c) Kayu Ebony

(Diospyros Celebica Bakh)

Ebony tergolong kayu keras. Kayu Ebony disebut di Indonesia adalah kayu hitam atau kayu arang. Tanaman ini tergolong dalam suku

Ebenaceae

(Kurniaty 2001). Kayuebony salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Pada umumnya eboni di daerah sebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 540 meter dari permukaan laut (Soerianegara, et al. 1995). Menurut (Sutarno, et al. 1997), eboni tumbuh di hutan primer basah pada dataran rendah dan tidak menggugurkan daun. Di Jawa, eboni dapat tumbuh di daerahtempat pohon jati juga tumbuh, sehingga pohon jati merupakan indikator pertumbuhan tanaman eboni.

(6)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-6 d) Kayu Jati Belanda (Pinus)

Kayu jati belanda (pinus) sangat banyak ditemukan di Indonesia. Persebaran kayu pinus di Indonesia dapat ditemui di Pulau Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (Tantoroputri, Santosa and Poillot 2018). Kayu Pinus sendiri berserat lurus, bertekstur halus dengan permukaan kayu yang mengkilap dan berwarna kuning sampai kemerahan atau coklat. Kayu Pinus (alias: Tusam, Hujam, Sumatra Pine, Merkusi Pine, Jati Belanda) termasuk kedalam jenis kayu daun jarum yang biasanya banyak dimanfaatkan sebagai kayu lapis, bahan baku pembuatan mebel dan bahan bangunan (Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam 1981).

Gambar 2. Kayu Jati Belanda METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melakukan riset perancangan produk diperlukan metode-metode yang sesuai dengan kebutuhan perancangan. Hal tersebut untuk efisiensi dan efektifitas dalam pengumpulan data. Mengidentifikasi permasalahan dari pengembangan produk dari IKM (Industri Kecil Menengah) TOTA wood craft menjadi latar belakang dalam perancangan riset desain ini. Kenyataannya, IKM TOTA wood craft melakukan pengembangan produk dalam ranah

home décor

dan mebel saja. Sementara tuntutan industri kreatif saat ini, bergerak di bidang fesyen. Dari fenomena inilah muncul ide untuk mengembangkan produk IKM TOTA wood craft kearah sektor fesyen. Dalam studi riset desain yang dilakukan, penulis melakukan analisa terhadap material produk perancangan.

Kemudian dilakukan penelitian/observasi di IKM kayu. Dalam riset material dari produk membahas eksplorasi material dengan identifikasi bentuk,

pattern

, dan kombinasi dengan material lain. Kemudian dari riset material dihasilkan

keyword

/ kata kunci yang digunakan acuan dalam pengembangan material kayu. Setelah melakukan riset material, eksperimen selanjutnya melakukan implementasi material pada konsep desain. Hasil dari implementasi konsep desain akan menghasilkan analisis-analisis yang berkaitan dengan proses produksi. Observasi

Observasi adalah pengamatan, namun yang dilakukan secara cermat dan mendalam terhadap suatu objek atau permasalahan (Eskak 2014b). Observasi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu, mengamati, memotret/merekam, mencatat dan menyimpulkan hasil akhir observasi.

(7)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-7 Tabel 1. Observasi lapangan

Observasi : Pengumpulan Data

Subjek Penelitian Tato Andryan (pemilik IKM TOTA wood craft yang berdiri sejak tahun 2010)

Waktu dan Durasi 9 November 2018

Tujuan

1. Mengetahui karakter kayu dan cara treatment kayu.

Untuk mengetahui karakter kayu dilakukan dengan mengamati proses pengolahan kayu dan wawncara langsung kepada Pak Tato. Kemudian mengetahui treatment terhadap kayu sebelum di olah melalui bertanya langsung dengan Pak Tato.

2. Mengetahui jenis-jenis kayu.

Untuk mengetahui jenis jenis kayu, dilakukan survey langsung ke workshop TOTA wood craft dan dijelaskan langsung oleh Pak Tato sendiri jenis jenis kayu apa saja yang TOTA wood craftmiliki.

3. Proses Pembuatan Produk Kayu.

Untuk mengetahui teknik pembuatan produk kayu sehingga dapat disesuaikan dengan kemampuan Pak Tato dalam eksplorasi desain.

Dari pengumpulan data di TOTA wood craft didapatkan karakteristik kayu, sebagai berikut pada tabel 2,

Tabel 2. Analisis karakter kayu

Selanjutnya dari pengamatan karakter kayu, penulis mendapatkan teknik pembuatan kayu secara efisien. Tabel 3. menunjukkan alat tepat guna yang dapat digunakan untuk mengolah material kayu:

Tabel 3. Alat pengolahan kayu

No. Alat Fungsi

1. Bend Saw berfungsi memotong kayu menjadi bilah-bilah kecil. Maksimal tebal kayu 5 cm. 2.

Analisis Nama Kayu

Jati Sonokeling Ebony Jati Belanda Jenis Keras (kuat) Keras (kuat) Keras (kuat) Lunak (ringan) Massa Ringan Sedikit Berat Berat Sangat Ringan Kesan Standart Mewah Mewah dan Elegan Standart Treatment Tahan Panas Tahan Panas Tahan Panas Tidak Tahan Panas

(8)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-8

No. Alat Fungsi

Laser Cut berfungsi memotong, mengukir kayu menjadi bentuk yang kita inginkan. Penggunaannya memerlukan

software untuk menjalankan program yang sesuai keinginan pembuat. Dapat digunakan dimaterial kayu maks tebal 1 cm,

akrilik, alumunium, dsb.

3. Mitre Saw dan dapat diatur kemiringan sudut yang diinginkan. merupakan alat pemotong kayu secara vertikal

4.

Mitre Saw (mini) me-rupakan alat pemotong kayu secara vertikal dan dapat diatur kemiringan sudut yang diinginkan.

Versi ini lebih mampu memotong kayu lebih kecil, antara 3 mm – 50 mm

5. yang memudahkan pemotongan hanya dengan mendorong Table Saw merupakan pemotong kayu yang berada di meja kayu kearah pisau.

6.

Amplas duduk merupakan alat penghalus permukaan benda yang dapat kita atur tingkat kehalusannya. Bisa diganti nomor amplas dari yang paling kasar sampai paling halus.

7.

Sejenis amplas yang juga merupakan alat penghalus permukaan benda. Tetapi berbeda dengan amplas duduk,

penggunaan alat ini di pegang menggunakan tangan.

8.

Milling Router adalah alat yang digunakan untuk membuat profil sudut pada kayu. Dapat diganti mata bor nya dengan

berbagai kebutuhan bentuk yang diinginkan.

Eksperimen

Metode eksperimen merupakan proses eksplorasi kayu yang berguna dalam memahami sifat material/ karakteristik bahan. Sehingga hasil tersebut dapat membantu pengolahan kayu dengan baik dan benar.

Tabel 4. Eksperimen lapangan (sumber: penulis) Eksperimen: Pengumpulan Data

(9)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-9 Eksperimen: Pengumpulan Data

Tujuan

1. Mengetahui karakteristik material/ bahan.

2. Mengetahui pengolahan material yang sesuai dengan alat yang dimiliki.

3. Eksplorasi motif dan jenis material.

Membuat beberapa pola yang diaplikasikan pada masing masing jenis kayu.

Langkah eksperimen pertama yang dilakukan, penulis melakukan proses pembuatan tas kayu di TOTA wood craftyang dilakukan dengan menggunakan alat yang ada. Hasil dari pengamatan produksi akan membantu pengembangan analisis terkait dengan efisiensi, kelebihan, dan kekurangan proses produksi.

Gambar 3. Proses pembuatan tas kayu

Proses percobaan pembuatan

prototype

pertama diawali dengan presentasi ide terhadap mitra kerja. Setelah disepakati, penulis membuat sketsa kemudian di implementasikan pada purwa-rupa/ tiruan spons eva. Selain gambar kerja, purwa-rupa tersebut menjadi acuan mitra untuk membuat tas kayu. Kemudian langkah selanjutnya adalah pemotongan kayu menggunakan

band saw

. Sebelum melakukan pemotongan, penulis membuat cetakan potongan dari kertas dan ditempel ke kayu untuk memudahkan mitra dalam memotong pola.

Setelah bahan baku kayu sudah diolah, langkah selanjutnya adalah menjahit interior tas/

lining

menggunakan bludru. Setelah selesai,

lining

tersebut siap dirangkai dengan kayu. Proses penggabungan

lining

dan kayu agar kerat dan tidak lepas harus mengggunakan lem dan dicapit menggunakan klem. Setelah semua selesai,

prototype

tas kayu siap dianalisis. Setelah mengamati cara pengolahan kayu yang dikembangkan kedalam konsep dan menghasilkan bentuk/

pattern

yang sesuai dengan arah serat, karakter dan cara pengolahan kayu. Adapun ilustrasi dari proses pengamatan dan hasil yang didapatkan dapat dilihat dalam Gambar 6. Di bawah ini;

(10)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-10 Gambar 4. Arah serat berdasarkan pattern

Setelah melalui eksperimen bentuk, selanjutkan akan dilakukan eksperimen penyambungan kayu terhadap

secondary material,

seperti

fabric.

Tabel 5. menunjukan eksperimen macam-macam cara penyambungan kayu dengan

secondary

material

, yaitu bludru.

Tabel 5. Penyambungan kayu

No. Gambar Keterangan

1.

Menggunakan Lem 2.

Menggunakan jahit lurus (dijahit ke kayu) 3.

4.

Menggunakan jahitan variatif (dijahit ke kayu)

(11)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-11

No. Gambar Keterangan

5.

6.

7.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kekuatan Jenis Kayu

Tabel 6. merupakan analisa perbandingan kekuatan kayu dipotong menggunakan

pattern

hexa dan dicoba dikeratkan ke

fabric.

Analisa tersebut menghasilkan pengamatan terhadap potongan kayu yang diujikan terhadap 4 jenis kayu. Kemudian setelah potongan kayu, penulis menganalisa kekuatan lem yang diujikan terhadap masing-masing kayu.

Tabel 6. Analisa kekuatan

No. Gambar Jenis Kayu Potongan Perbandingan Kekuatan Lem 1.

Kayu Sonokeling -Keras -Tidak Patah

-Merekat kuat -Ujung saja yang terkelupas 2.

Kayu Jati Belanda -Lunak -Banyak Patah

-Tidak kuat

-Sebagian dari kayu mudah mengelupas 3.

Kayu Ebony -Keras -Tidak Patah

-Merekat kuat -Ujung saja yang terkelupas 4.

Kayu Jati -Sedang

-Sebagian Patah

-Kuat

-Ujung saja yang terkelupas

Diketahui dari Tabel 6, jenis kayu yang memiliki kriteria tidak patah, merekat kuat, dan proses pengeleman tidak banyak yang lepas yang berhasil merupakan jenis kayu keras. Sehingga dapat disimpulkan kayu yang dapat diolah menjadi potongan kecil, tipis, dan merekat ke material lain dengan mudah adalah jenis kayu Ebony dan Sonokeling.

(12)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-12 Potongan

Pattern

yang Berkaitan dengan Arah Serat

Gambar 5. Analisa serat berdasarkan pattern

Menurut Gambar 7, diketahui dari eksperimen 2 jenis

pattern

yang diujikan terhadap arah serat kayu, percobaan nomer satu tumpang tindih antara arah potong yang vertikal dan arah serat yang horizontal. Maka dapat disimpulkan jenis

pattern

yang dapat diolah kedalam kayu adalah

pattern

yang memiliki arah sama, baik arah potong kayu dan arah serat (Gambar 02). Proses Produksi

Dari percobaan pembuatan prototype pertama dapat ditarik beberapa analisis terhadap efisiensi proses produksi pada beberapa kriteria, yaitu;

1. Pemotongan Kayu

Gambar 6. Band saw Hasil analisis:

a) Membutuhkan waktu 30-40 menit pengerjaan. b) Sedikit rapi.

01

(13)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-13 c) Beberapa ada yang tidak lurus.

d) Pinggiran kayu masih kasar.

Gambar 7. Laser cut Hasil analisis:

a) Membutuhkan waktu 15 menit pengerjaan. b) Potongan rapi, presisi.

c) Potongan semua lurus. d) Pinggiran kayu halus.

Diketahui dari eksperimen 2 jenis teknologi potong kayu, didapatkan beberapa kriteria analisa. Aspek efektifitas waktu potong, finishing yang rapi, dan kerapihan potongan yang diamati pada proses produksi. Maka dapat disimpulkan jenis teknologi potong kayu yang efisien dalam memangkas usaha dan waktu adalah

laser cut

.

2. Pemotongan

Edges

(Pinggiran)

Gambar 8.

Mitre saw (mini

)

Hasil analisis:

1. Dapat diatur kemiringan macam-macam sudut. 2. Perlu diamplas lagi (finishing).

(14)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-14 Hasil analisis:

1. Tidak dapat diatur kemiringan sudut. 2. Perlu diamplas lagi (finishing).

Diketahui dari eksperimen 2 jenis teknologi pembuat

edges

/ profil tepi kayu, didapatkan 2 aspek pengamatan terkait efisiensi proses produksi. Pada aspek pembuat sudut berbeda, tetapi ada kesamaan pada aspek

finishing.

Maka dapat disimpulkan jenis teknologi potong kayu yang sangat lebih memangkas usaha adalah

Mitre Saw

dikarenakan sudut dapat diatur sesuai keinginan pengguna. Walaupun sama-sama perlu diamplaslagi untuk kehalusan, tetapi dibutuhkan alat yang paling cocok untuk

treatment

kemiringan. Berikut merupakan illustrasi dalam pemotongan

edges

.

Gambar 10. Penggambaran Pemotongan dengan Mitre Saw 3. Penempelan

Gambar 11. Penggambaran Pemakaian Cat Vether

Gambar 13. menunjukkan bahwa Dalam pengamatan dari proses produksi dalam penempelan kayu ke fabric dilakukan meggunakan lem kuning karena lebih efisien waktu dalam pengerjaan dan bisa kita atur. Tetapi dalam penempelan dibutuhkan penutup pinggiran kayu dan fabric agar terlihat rapi. Maka dapat disimpulkan jenis penutup atau treatment untuk pinggiran kayu dan fabric yang sesuai dengan konsep adalah cat vether. Cat Vether merupakan cat yang biasa digunakan untuk menutup pinggiran tas kulit. Berikut adalah penggambaran pemakaian;

4. Perakitan/

Assembly

Dalam proses perakitan/

assembly

, supaya bisa rapi dan teratur dalam proses penempelan maka diperlukan bantuan pengerat, berikut analisa pengerat yg digunakan;

(15)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-15 Tabel 7. Perbandingan jenis pengerat

No. Gambar Jenis Pengerat Keterangan

1.

Kertas + Lem

-Urutan sesuai.

-Saat dilepas, meninggalkan bekas kertas yang susah dihilangkan -Perlu kerja dua kali untuk menghilangkan bekas kertas.

2.

Isolasi Kertas

-Urutan sesuai.

-Saat dilepas, tidak meninggalkan bekas

-Efisien 3.

Isolasi lakban, isolasi bening, dsb.

-Urutan sesuai.

-Saat dilepas, meninggalkan bekas lem dari solasi yang susah dihilangkan

-Perlu kerja dua kali untuk menghilangkan bekas kertas.

Saat proses

assembly,

penulis mencoba 3 jenis alat perekat, yaitu kertas, solasi kertas (warna kuning), solasi bening/ lakban. Maka dapat disimpulkan dan ditekankan agar proses produksi lebih efisien dalam menyusun

pattern,

harus menggunakan solasi kertas (warna kuning).

Gambar 14. Isolasi kertas warna kuning

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pengembangan produk oleh IKM TOTA wood craft yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk fesyen

apparel

, berupa tas kayu. Penulis melakukan beberapa eksperimen untuk menghasilkan beberapa jenis kayu yang mampu untuk digunakan sebagai produk fesyen tas ada ebony, sonokeling, jati belanda, dan jati. Berdasarkan hasil beberapa eksperimen, kekuatan kayu yang konsisten secara pengolahan yang paling sesuai untuk diaplikasikan pada produk tas adalah kayu ebony dan sonokeling yang merupakan jenis kayu keras.

Dalam proses pemotongan kayu menggunakan mal yang terbuat dari kayu dan bantuan teknologi

laser cut

untuk membantu kerapihan. Jenis teknologi potong

edges

/ pinggiran kayu

(16)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-16 yang sangat lebih memangkas usaha adalah

mitre saw

dikarenakan sudut dapat diatur sesuai keinginan pengguna. Penggunaan cat vether (cat tepian kulit) merupakan cara yang tepat untuk merapikan pinggiran kayu dan

fabric

agar terlihat rapi dan rata.

Saran

Pengembangan desain produk tas kayu disesuaikan dengan kemampuan IKM dan alat yang dimiliki. Dalam mengembangkan produk tas kayu disarankan menggunakan material kayu keras yang beragam misalkan dengan kayu ebony dan sonokeling. Dikarenakan kayu lunak (jati belanda) akan terbakar jika terkena

cutting laser.

Dalam proses produksi rangkaian

pattern

dilarang menggunakan perekat jenis lakban, solasi bening, dan lem. Perekat yang diperbolehkan untuk menyusun

pattern

hanya solasi kertas (warna kuning) untuk membantu penataan dan tidak meninggalkan bekas saat dilepas.

KONTRIBUSI PENULIS

Penulis pertama selaku kontributor utama. Penulis kedua merupakan kontributor anggota, sekaligus pembimbing dalam menulis

paper

ini. Topik

paper

ini berasal dari tugas akhir penulis pertama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada proses penelitian ini, dari awal hingga terbentuknya akhir ini banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan

paper

ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada; Allah SWT , Wirusaha Bank Indonesia, Pak Tato, orangtua, keluarga. Pak Toby, Mas Bogang, dan Cak Sholeh selaku pembimbing lapangan sekaligus mitra. Serta, Aji Nur Sanyoto yang senantiasa membantu.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, I. 2009. Kayu Olahan. Jakarta: Gramedia.

Bank Indonesia. 2019. Business Matching Indonesia-Jepang Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur. Performed by Bank Indonesia. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Surabaya. April 30.

Chandravialissa, R I. 2019. Pengembangan Desain Kerajinan Manik-Manik Kaca IKM Jombang sebagai Tas Wanita dengan Konsep Archean Digitarian. Surabaya: Departemen Desain Produk Industri, Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Dumanauw, J. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Eskak, Edi. 2013a. "Krisis Bahan Baku Seni Kerajinan Kayu Di Jepara Dan Solusi Pemecahannya." Dinamika Kerajinan Dan Batik Vol. 30, No. 2. Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik. 73-84.

Eskak, Edi. 2014b. "Metode Pembangkitan Ide Kreatif Dalam Penciptaan Seni." CORAK Jurnal Seni Kriya Vol. 2, No.2. 167-174.

Eskak, Edi, and Irfa'ina Rohana Salma. 2017. "Minat Konsumen Terhadap Desain Produk Tas dari Limbah Ban Dalam di Yogyakarta." In Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik ke-6. Yogyakarta: Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik. 75-85.

(17)

Prosiding Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik 2019

Yogyakarta, 08 Oktober 2019 eISSN 2715-7814

B8-17 Kurniaty, R. 2001. Ebony (Diospyros Celebica Bakh). Dalam: Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia.

Jilid II. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan, Badan Litbang Kehutanan.

Leksono , B. 2001. Pentingnya Benih Unggul dalam Program Penanaman Jati dan Strategi Pencapaiannya. Yogyakarta: Puslitbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan .

Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam. 1981. Mengenal Sifat - Sifat Kayu Indonesia dan Penggunaanya. Yogyakarta: Kanisius.

Rusiawan, Wawan. 2017. Data Statistik dan Hasil Survey Badan Ekonomi Kreatif: Kerjasama Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik. Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif.

Siregar, E. 2005. Potensi Budidaya Jati. Sumatera Utara: Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Soerianegara, L, D S Alonzo, S Sudo, and M SM Sosef. 1995. Diospyros L. In: Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, L., and Wong, W.C. (eds). Plant Resources of South-East Asia . Bogor: Prosea. Sutarno, H, T Uji, E Rahman , Hartutiningsih, Subadri, Suciatmih, W Widiono, et al. 1997. Pengenalan

Pemberdayaan Pohon Hutan. Bogor: Prosea.

Tantoroputri, M, Adi Santosa, and Jean F Poillot. 2018. Perancangan Modular Panel dengan Memanfaatkan Limbah Kayu Pinus Bekas. Surabaya: Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra.

Gambar

Gambar 1. Kayu Jati
Gambar 1. Kayu Ebony
Gambar 2. Kayu Jati Belanda
Tabel 2. Analisis karakter kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa H 1 diterima, artinya tada hubungan antara pola pemberian ASI dengan perkembangan bayi usia 9 bulan.Hasil penelitian Lidya dan Rodiah

Disampaikan pada pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Budidaya Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara..

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis ICT pada materi sistem syaraf yang dikembangkan memenuhi kategori dari

Bila ditemukan dugaan serius pelanggaran kejujuran dan moralitas Peneliti, dengan bantuan anggota Peneliti senior (anggota ad hoc MPEP) sebagai narasumber dalam bidang

Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.Dalam bidang jasa,

Menurut (Somantri, 1969:7) hal-hal yang diajarkan pada saat itu adalah pengalaman belajar yang digali dan dipilih dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, dan

Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan sampel 24 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus ) jantan galur Sprague dawley berusia 2-3 bulan terbagi ke dalam

Untuk penelitian lebih lanjut perlu dikembangkan dengan menggunakan besar sampel yang lebih banyak dan memperhatikan lintas sosial budaya, berbagai faktor yang mempengaruhi