• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI MEMBACA DALAM KELUARGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI MEMBACA DALAM KELUARGA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI MEMBACA DALAM KELUARGA

Oleh :

IRLI SRI SUCIATI Pustakawan Muda Email:bacapustaka@yahoo.com

Buta huruf masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Hingga kini tingkat budaya baca kita secara nasional masih memprihatinkan.

Pada umumnya, orang malu dan berusaha menutup-nutupi agar tidak ketahuan bahwa mereka belum bisa membaca dan berhitung huruf latin. Bahkan, di lingkungan yang kental nuansa Islamnya, tak sedikit penduduk yang buta huruf itu merasa tidak perlu belajar tulis-baca huruf latin karena mereka telah bisa tulis baca huruf Arab. Kondisi ini diperparah lagi oleh tekad pemerintah kabupaten yang pada masa lalu berusaha keras menutup-nutupi warganya yang buta huruf. Sebab, salah satu persyaratan untuk memperoleh penghargaan Parasyamya di wilayahnya harus bebas buta huruf.

Realitas budaya baca di Indonesia yang masih kelabu ini, hendaknya menggugah dan memacu setiap lembaga pendidikan dan perpustakaan dengan segenap stake holder – termasuk media massa dan para pencinta bacaan – untuk secara sukarela berpartisipasi, bahkan proaktif memberikan sumbangsih mereka demi menumbuh kembangkan minat baca masyarakat. Hal ini tentu membawa konsekuensi logis bahwa sebelum mengajak orang lain untuk maksud tadi, maka kita- terutama para orang tua- harus lebih dulu memiliki kegemaran membaca, agar ajakan yang luhur dan mulia ini bisa berpengaruh efektif terutama kepada anak-anak di rumah. Bukankah tak sedikit orang-orang yang sukses dan jadi orang besar berasal dari keluarga cinta baca ? Setiap orang tua perlu mengapresiasi budaya baca dengan memberikan suri tauladan bagi keluarganya.

Faktor Kendala

(2)

penerbit yang mampu memproduksi buku-buku bermutu, kecilnya honorarium pengarang buku, sampai ke mahalnya harga buku. Catatan dari Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) menyebutkan, selain masalah kualitas buku, dari segi produktivitas pengarang umum di luar buku pelajaran saja, sudah menurun drastis sejak 5 tahun terakhir. Tahun 1999, para pengarang kita mampu memproduksi 9.000 judul buku, kini cuma sekitar 6.000 judul buku setiap tahun. Bandingkan dengan Malaysia (lebih 15.000 judul buku), Jepang (60.000 judul) dan Inggris (110.155 judul) setiap tahun.

Rendahnya minat baca di negara kita pada dasarnya lebih disebabkan faktor internal dibanding faktor eksternal dari tiap individu warga masyarakat. Faktor eksternal (harga buku, mutu buku, lingkungan keluarga, dan sebagainya) jelas berpengaruh, tetapi pengaruh faktor internal lebih dominan. Jika setiap orang memiliki motivasi kuat, maka kebiasaan membaca (reading habit) akan meningkat, bahkan akhirnya bisa memiliki kecintaan membaca. Jadi, pertama-tama motivasi (dorongan, niat) membaca harus ditanamkan, karena merupakan stimulus serta need for achievement yang mampu membangkitkan kemauan membaca dari dalam diri kita masing-masing.

Motivasi Membaca

Ada hubungan linier antara motivasi baca dan minat baca seseorang. Semakin rendah tingkat motivasi baca seseorang, akan semakin rendah pula minat bacanya. Sebaliknya, kian tinggi tingkat motivasi baca seseorang, akan kian tinggi pula minat bacanya.

Sebagai fondasi dalam membangun keluarga cinta baca, ada 10 motivasi pilihan, yang jika ditanamkan kuat-kuat pada setiap anggota keluarga sesuai tingkat perkembangan jiwa dan penalarannya, akan menggugah minat baca mereka. Kesepuluh motivasi pilihan itu adalah :

1. Aktivitas membaca bisa mendatangkan inspirasi. Inspirasi akan diperoleh jika kita tekun membaca sesuai minat atau panggilan jiwa.

(3)

2. Reading habit bisa menggali bakat dan potensi diri, lalu dikembangkan secara optimal, sehingga setiap orang mampu meningkatkan kualitas SDM-nya secara mandiri.

3. Kebiasaan membaca dapat memacu daya nalar (intelektual).

4. Kebiasaan membaca bisa melatih konsentrasi, sebab mustahil kita akan mampu memahami dan mengerti isi materi bahan bacaan secara baik dan benar, jika saat membaca kita tak berhasil melakukan konsentrasi.

5. Bagi orang usia tua, kebiasaan membaca bahan pustaka bermutu bisa mencegah terjadinya kepikunan, karena kegiatan membaca secara rutin akan memelihara/ memperbaiki daya ingat seseorang.

6. Bahan bacaan bisa sebagai sarana rekreasi. Orang tua bisa mengajak anggota keluarganya berkunjung ke perputakaan, memberikan buku (bacaan) yang sesuai minat baca putra-putrinya, apalagi jika saatnya tepat di hari ulang tahun mereka, atau mendiskusikan secara serius tetapi santai-topik bacaan apa saja yang aktual dan dapat menarik perhatiannya.

7. Dengan sering berkonsentrasi karena banyak membaca, maka pikiran dan emosi seseorang menjadi kian terkendali, sehingga mudah untuk berpikir positif dalam menyikapi berbagai masalah.

8. Terpeliharanya konsentrasi melalui kebiasaan membaca buku bermutu, jika dipupuk secara teratur dan berlanjut, pada saatnya, akan menumbuhkan kekuatan jiwa untuk meraih berbagai kemampuan, termasuk meraih sukses sekaligus kebahagiaan.

9. Aktivitas membaca termasuk perintah Tuhan kepada seluruh umat manusia. “Bacalah, bacalah atas nama Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam, dari apa-apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al Alaq : 1-5). Ayat tersebut justru merupakan ayat Al Quran yang pertama-tama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab itu, kebiasaan membaca bisa dimotivasi sebagai bagian integral dari kegiatan ibadah yang pasti banyak mendatangkan berkah.

(4)

10. Kegemaran membaca bisa membuat seseorang sebagai autodidak, dapat melakukan pendidikan seumur hidup (long life education) tanpa harus bergantung pada pendidikan formal yang biayanya kian meroket.

Paradigma Baru

Paradigma lama yang menganggap kebutuhan pokok hidup hanya bersifat jasmani saja, harus segera kita tinggalkan, diganti paradigma baru yang mengidentifikasi manusia sebagai makhluk spiritual. Hal ini untuk merehabilitasi harkat dan martabat kemanusiaan secara signifikan dalam kapasitasnya sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi, yang sejak awal telah diciptakan untuk mengemban amanat dan misi ilahi dengan menempatkan aktivitas membaca sebagai “kebutuhan pokok” seperti makanan empat sehat lima sempurna. Tanpa sikap mental ini, kita akan terus tertinggal, sementara bangsa makin maju.

Para tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Hamka dan yang sekaliber dengan mereka lainnya, tak diragukan lagi komitmennya dalam mencintai dunia bacaan. Tak heran, dalam Bung Karno antusias berwasiat kepada generasi muda kita : “Pemuda harus membaca dan terus membaca. “Filosof Prancis, Ralp Waldo Emerson, dengan tegas menyatakan : Mereka yang banyak membaca adalah mereka yang menemukan sukses dan bahagia.”

Dalam kaitan ini, alangkah baiknya jika Gerakan Wakaf Buku Nasional dapat diberdayakan secara intensif agar ke depan tak seorang pun mengkambing hitamkan mahalnya harga buku yang dituding sebagai biang keladi rendahnya minat baca secara nasional. Setiap pengelola perputakaan besar di Tanah Air diharapkan partisipasinya untuk menghadiahkan sebagian koleksinya-seusai bahan pustaka di weeding - kepada pihak-pihak yang meminta atau membutuhkan, seperti yang selama ini dilakukan Perpustakaan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah – LIPI Jakarta. LIPI juga pernah menerima hibah tak kurang dari 25.000 judul buku koleksi Dr. G. L. Hicks dari Australian National University. Pada bulan Juli 2004 British Council bahkan telah menghibahkan belasan ribu buku ke Depdiknas (Kompas, 22-07-04).

(5)

Jika pihak asing saja peduli dengan masalah budaya baca kita, maka kita pun percaya bila Gerakan Wakaf Buku Nasional aktif mengetuk hati kaum the haves di negeri tercinta ini, tentu banyak yang peduli terhadap upaya mulia ini.

SEPUTAR APA DAN BAGAIMANA BERCERITA ATAU MENDONGENG YANG BAIK KEPADA ANAK-ANAK

Oleh :

IRLI SRI SUCIATI Pustakawan Muda

Kegiatan mendongeng tidak semata-mata berarti menceritakan tentang dongeng-dongeng yang bermuatan kiah rekaan ataupun khayalan pada anak-anak. Lebih luas dari itu, mendongeng lebih berati bercerita tentang apa saja pada anak-anak atau para penyimak lainnya. Bahkan berita bisa bersumber dari buku-buku dongeng, cerita rakyat, fabel, dan sebagainya maupun karangan si pencerita sendiri. Memang dongeng bisa dinikmati siapa saja, namun sejauh ini anak-anak bisa dikatakan sebagai penonton atau sasaran utama.

Umumnya kegiatan mendongeng atau bercerita memang dekat dengan kehidupan anak-anak. Cerita-cerita yang dibacakan ataupun disampaikan umumnya dikemas sedemikian rupa agar dapat dicerna oleh anak-anak. Dengan kemampuan membaca yang rata-rata masih minim, penyampaian cerita secara lisan tepat ditujukan untuk anak-anak. Awal kegiatan mendongeng itu sebagai salah satu sarana hiburan maupun pengisi waktu luang. Apalagi dimasa belum ada alternatif hiburan dari media lain seperti televisi, mendongeng menjadi hiburan dan sekaligus sarana komunikasi seseorang dengan anak maupun lingkungannya. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, sama nasibnya dengan tradisi lisan lainnya, peran kegiatan mendongeng atau bercerita kemudian digantikan dengan media lain.

(6)

mendengarkan omongan seorang pencerita. Peran pencerita digantikan oleh banyak pihak dan banyak bentuk dalam industri media hiburan.

Diakui, selain sebagai salah satu bentuk hiburan, kegiatan mendongeng mempunyai posisi yang menguntungkan. Selain bertugas menghibur, kegiatan ini juga bisa menjadi sarana didaktis. Melalui ekspresi, penjiwaan dan komunikasi orang tua, anak akhirnya bisa mempersonifikasikan dan memilih unsur yang baik dari cerita. Hubungan kegiatan mendongeng dengan pembentukan kepribadian anak terjadi saat anak mulai dapat mengidentifikasikan tokoh. Ketika anak ikut hanyut dalam cerita, ia segera melihat dongeng dari mata, perasaan dan sudut pandangnya. Melalui pendekatan mendongeng, nilai-nilai kemanusiaan dapat ditanamkan pada anak tanpa terasa seperti digurui. Proses penyerapan cerita dan pesan-pesan dibalik cerita sangat berharga bagi proses belajar anak. Proses ini bahkan terus berlanjut setelah kegiatan bercerita tersebut selesai, melalui diskusi atau tanya jawab yang berlangsung pada anak.

Dengan memandang kegiatan mendongeng tidak semata sebagai sarana hiburan, muncul pertanyaan kualifikasi seperti apakah yang layak sebagai pendongeng atau pencerita yang baik ?. Sejauh ini memang tidak ada batasan ataupun persyaratan ketat bagi seorang pendongeng. Namun beberapa pengamat menganggap unsur kedekatan pendongeng dan pendengar menjadi unsur yang patut dipertimbangkan. Yang pertama dan utama menjadi seorang pendongeng bagi anak adalah orang tua. Tugas bercerita ini terutama sebaiknya dilakukan oleh sang ibu yang sejak awal sudah memiliki kedekatan dengan anak. Selain orang tua belakangan memang bermunculan orang-orang yang secara khusus bercerita atau mendongeng bagi anak-anak. Dikalangan ini ada yang kemudian mengembangkan kemampuan mendongeng secara profesional dan dikenal sebagai pendongeng atau story teller.

Untuk menjadi pendongeng yang baik diperlukan beberapa kriteria antara lain :

Sang pendongeng harus mempunyai cerita yang bagus. Kebanyakan cerita yang disampaikan seorang pendongeng bersumber dari buku. Tidak semua cerita itu siap untuk disampaikan pada anak-anak. Seringkali cerita dalam

(7)

buku terlalu banyak dan akibatnya dapat membosankan anak-anak jika disampaikan secara lisan. Cerita-cerita ini masih harus dikemas lebih lanjut. Sang pendongeng harus menyukai dan menikmati cerita maupun proses

penyampaiannya. Anak-anak biasanya melihat hal ini dari sang pendongeng. Mendongeng yang baik berkaitan dengan isi cerita dan cara bercerita. Isi

cerita yang baik harus mendidik atau memiliki pesan moral. Pesan moral tersebut tidak harus disampaikan langsung melalui ekspresi, figur, sikap dan suara seorang anak yang baik. Tidak harus selalu cerita yang disampaikan syarat dengan pesan moral. Ada dongeng yang memang semata-mata untuk menyenangkan anak-anak.

Selain itu untuk bisa mendongeng dengan teknik yang baik juga diperlukan ikatan batin dengan anak-anak. Seperti layaknya ikatan batin antara seorang anak dan ibu, sudah pasti sang anak akan merasa senang jika tahu sang ibu berada didekatnya. Ikatan batin ini dapat dicapai dengan berperilaku baik kepada anak-anak. Perlihatkan kalau kita senang dengan mereka. Tidak perlu diungkapkan, cukup ditunjukkan dan dirasakan saja. Apabila ikatan batin itu sudah terjalin dan anak-anak merasa senang dengan pendongeng, hasilnya apapun yang disampaikan pasti akan didengarkan.

Dalam praktiknya para pendongeng profesional pun kini benar-benar memperhatikan kebutuhan dan keinginan penontonnya. Tidak jarang pula kini pendongeng menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Seorang pendongeng juga harus memahami perkembangan anak-anak sesuai masa sekarang. Pada saat mendongeng kita harus bisa menyesuaikan dniri dengan anak-anak. Kita harus masuk ke gaya anak, harus lebih funky.

Kunci lain yangharus dimiliki oleh seorang pendongeng adalah keseriusan. Keseriusan yang dimaksud jelas-jelas membutuhkan wawasan yang luas, kondisi tubuh yang prima serta konsentrasi yang tinggi yang harus dimiliki seorang pendongeng.

Menjadikan bagian dari penonton, memiliki wawasan yang luas dan menjiwai cerita merupakan bekal yang harus dimiliki dari dalam diri para

Referensi

Dokumen terkait

Cinnamomum zeylanicum Blume yang dilakukan dengan mengamati lamanya hewan percobaan (mencit) bertahan pada alat Rotary Road yang berputar, terlihat bahwa dengan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bangsa babi galur murni Australia ( Landrace , Yorkshire , Duroc dan Berkshire ) sebanyak 10 ekor per bangsa di Balai Pembibitan

Pengatur Tampilan Empat Sisi Yang Berputar Berbasis Mikrokontroler AT89S51 adalah pengatur tampilan dalam hal menetapkan posisi suatu bidang benda empat sisi untuk berhenti

Gambar 5 Penurunan Konsesntrasi Fe setelah regenerasi resirkulasi air olahan 3 menit Dari keempat grafik di atas diketahui bahwa waktu jenuh terlama diperoleh ketika adsorben

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inventory turnover, ukuran perusahaan, komite audit, dewan direksi, kepemilikan manajerial dan

Kalau menurut saya kelemahanya adalah di pembiayaan, karena yang jelas untuk pembiayaan ini kami dari Desa Wisata Watu Ledhek itu apa namanya, sistem itu adalah

Dokumen ini dimaksudkan semata-mata hanya untuk tujuan penyediaan informasi tentang harga pasar wajar harian serta gambaran umum aktivitas terkini pasar finansial, dan bukan

Mengingat makanan tambahan berupa biskuit yang berbahan pangan lokal bagi ibu hamil kurang energi kronis, memberikan kontribusi yang bermakna terhadap konsumsi