• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pelatihan MODUL MI-8 I. DESKRIPSI SINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pelatihan MODUL MI-8 I. DESKRIPSI SINGKAT"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Modul Pelatihan

MODUL MI-8

P

P

E

E

M

M

B

B

E

E

R

R

D

D

A

A

Y

Y

A

A

A

A

N

N

M

M

A

A

S

S

Y

Y

A

A

R

R

A

A

K

K

A

A

T

T

D

D

I

I

B

B

I

I

D

D

A

A

N

N

G

G

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

L

L

I

I

N

N

G

G

K

K

U

U

N

N

G

G

A

A

N

N

D

D

I

I

D

D

A

A

E

E

R

R

A

A

H

H

T

T

A

A

N

N

G

G

G

G

A

A

P

P

D

D

A

A

R

R

U

U

R

R

A

A

T

T

I. DESKRIPSI SINGKAT

emberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat pada prinsipnya sama dengan pemberdayaan masyarakat konvensional, yang membedakan adalah secara psikologis mereka merasa trauma dan kurang nyaman dengan segala keterbatasan di pengungsian. Tetapi jika petugas dapat memanfaatkan moment ini untuk menggalang kebersamaan, maka tidak menutup kemungkinan pemberdayaan masyarakat di bidang kesling akan berhasil, karena memang mereka sangat membutuhkan lingkungan yang nyaman.

Pada modul ini akan dibahas tentang dasar-dasar pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan yang perlu diterapkan di daerah tanggap

P

(2)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

2

darurat sehingga pembelajar dapat mengetahui perbedaan yang antara pemberdayaan masyarakat konvensional (tidak dalam keadaan darurat) dengan pemberdayaan masyarakat pada daerah tanggap darurat. Pada pokok bahasan 2 akan dipaparkan bagaimana langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat dan pokok bahasan 3 membahas tentang penerapan teknik berkomunikasi secara efektif dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu melakukan pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat:

1. Menjelaskan dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

2. Menerapkan langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

3. Menerapkan teknik komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

(3)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

3

III. POKOK BAHASAN

A. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat :

1. Pengertian dan Tujuan 2. Sasaran

B. Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

C. Teknik Komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat

IV. PROSES PEMBELAJARAN

Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah 1: Peyiapan Proses pembelajaran

1. Kegiatan Fasilitator

Kegiatan bina suasana dikelas a. Memperkenalkan diri

b. Menggali pendapat pembelajar (curah pendapat) tentang apa yang dimaksud dengan pengelolaan sarana pembuang kotoran manusia di daerah tanggap darurat

(4)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

4

c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang pengelolaan sarana pembuanga kotoran manusia di daerah tanggap darurat

2. Kegiatan Peserta

a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan

fasilitator

c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting

Langkah 2: Review pokok bahasan

1. Kegiatan Fasilitator

a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 sampai dengan 4 secara garis besar dalam waktu yang singkat

b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang

diajukan peserta 2. Kegiatan Peserta

a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting

b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan

c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator

Langkah 3: Pendalaman pokok bahasan di kaitkan dengan situasi tanggap darurat

(5)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

5

a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mendiskusikan pokok bahasan sbagai berikut :

 Kelompok 1 : Identifikasi jenis-jenis jamban yang sesui denga situasi kondisi di daerah tanggap daurat,

 Kelompok 2 : Penyediaan jamban yag sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

 Kelompok 3 : Pemeliharaan jamban di daerah tanggap darurat

b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi. 2. Kegiatan Peserta

a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji.

b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada fasilitator.

c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan/ sub pokok bahasan yang ditugaskan dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan.

Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil duskusi

(6)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

6

c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat d. Merangkum hasil diskusi

2. Kegiatan Peserta

a. Mengikuti proses penyajian kelas

b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator

c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi masing – masing pokok bahasan yang dikaitka dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat yang telah dibuat oleh tiap kelompok

Langkah 5: Simulasi pada situasi taggap darurat (buatan)

1. Kegiatan Fasilitator

a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mensimulasikan pokok bahasan : (1) Identifikasi jenis jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat, (2) Penyediaan jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat

Catatan : setiap kelompok mensimulasikan dalam situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat yang berbeda

b. Meminta masing-masing kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer

c. Memberikan bimbingan pada proses simulasi. 2. Kegiatan Peserta

(7)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

7

b. Melakukan simulasi secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat yang berbeda

c. Kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer untuk mengobservasi kelompok yang sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang sudah baik dan yang masih memerlukan perbaikan

d. Mengemukakan hasil observasi untuk perbaikan dan pengkayaan

Langkah 6: Rangkuman dan evaluasi hasil belajar

1. Kegiatan Fasilitator

a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 5 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan b. Memperjelas jawaban peserta terhadap

masing – masing pertanyaan

c. Bersama peserta merangkum hasil proses hasil pembelajaran pegelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat

2. Kegiatan Peserta

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator.

d. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pegelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat

(8)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

8

V. URAIAN MATERI

POKOK BAHASAN I

DASAR-DASAR PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN

LINGKUNGAN

DI DAERAH TANGGAP DARURAT

A.

Pengertian dan tujuan pemberdayaan

masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat

Kumpulan masyarakat di suatu pengungsian pada daerah tanggap darurat harus dipandang sebagai suatu komunitas yang perlu dilayani oleh tenaga kesehatan dan sekaligus sebagai komunitas yang memiliki potensi untuk dapat saling melayani dalam upaya menciptakan kemandirian khususnya dibidang kesehatan lingkungan. Hal ini perlu dilakukan karena tidak jarang lama tinggal mereka ditempat pengungsian dalam jangka panjang yang tidak mungkin secara terus-menerus bergantung pada tenaga kesehatan dengan segala keterbatasannya. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat perlu dilakukan menuju kemandirian bidang kesehatan lingkungan untuk mengurangi faktor risiko terjadinya masalah kesehatan sebatas kemampuannya.

Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah kesehatan lingkungan yang terjadi

(9)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

9

disekitar pengungsian sebagai tempat tinggalnya sementara dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yg dimiliki secara mandiri maupun dengan bantuan petugas kesehatan lingkungan sebagai simultan.

Dengan demikian bantuan yang diberikan oleh petugas kesling dalam jangka panjang tidak akan menjadi semacam bahan “adiksi” yang menimbulkan ketergantungan, dalam artian prinsip kerja petugas lebih banyak berperan sebagai pendamping atau katalist.

B.

Sasaran pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat

Sasaran umum adalah seluruh warga pengungsi yang berpotensi terkena dampak risiko kesehatan lingkungan.

Sasaran khusus adalah mereka yang diperkirakan mempunyai kelebihan tertentu baik dibidang keahlian, sumber daya ataupun kepemimpinan, biasanya para tokoh masyarakat dan pamong desa setempat yang lebih dikenal dengan istilah “local genius”

Sasaran lain yang dapat digolongkan dalam kelompok provider, biasanya LSM atau organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap penanggulangan bencana. Kedua sasaran terakhir inilah pemberdayaan bidang digantungkan menuju upaya penyehatan lingkungan agar dapat mengurangi risiko masalah kesehatan di daerah tanggap darurat pasca bencana.

(10)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

10

POKOK BAHASAN II

LANGKAH-LANGKAH

PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN

DI DAERAH TANGGAP DARURAT

POKOK BAHASAN 1

Prinsip-prinsip dalam pemberadayaan masyarakat

Dalam memberdayakan masyarakat terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan, yakni:

1. Menumbuh-kembangkan kemampuan individu, keluarga, kelompok peduli dan masyarakat umum disekitar

2. Menumbuh kembangkan peran serta dan tanggung jawab individu, keluarga, kelompok peduli dan masyarakat umum

3. Mengembangkan semangat gotong royong dan

saling berbagi dalam berbagai kesempatan 4. Bekerja bersama masyarakat dari titik nol

5. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait dan yang peduli

6. Menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat melalui musyawarah dan mufakat apa-apa yang dianggap terbaik baginya

(11)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

11

Proses pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat

1. Mengenali jenis dan karakteristik bencana yang telah menimpa, sehingga mereka harus tinggal dipengungsian

Hal ini perlu dilakukan karena jenis dan karakteristik bencana yang telah terjadi akan dapat mempengaruhi prediksi faktor risiko yang mengancam kesehatan warga pengungsi. Demikian juga bentuk upaya sanitasi darurat yang akan dilakukanpun sedikit banyak juga ditentukan oleh jenis dan karakteristik bencan yang telah terjadi. 2. Mengumpulkan informasi mengenai dampak/

kerugian yang telah diderita oleh masyarakat, baik dari segi materiil maupun moril. Informasi tentang kerugian masyarakat sebagai dampak bencana yang barusan menimpanya akan berguna bagi strategi pemberdayaan masyarakat. Jika dampak dan kerugian akibat bencana yang dirasakan oleh terlalu besar apa lagi sampai menimbulkan trauma, maka kemungkinan besar upaya pemberdayaan masyarakat akan berjalan lamban. Jika hal ini yang terjadi, maka pemberdayaan yang akan dilakukan perlu diawali dengan upaya pemulihan sekaligus memotivasinya untuk menumbuhkan semangat bangkit kembali. Perlu segera disadarkan adanya ancaman kesehatan lingkungan di sekitar pengungsian jika tidak dikelola dengan upaya sanitasi yang baik akan memperburuk status kesehatan penghuninya.

(12)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

12

3. Melakukan identifikasi “local genius” dan

sumber-sumber lokal sebagai potensi

Melalui berbagai pendekatan petugas kesehatan melakukan identifikasi tentang tokoh masyarakat dan pamong desa serta organisasi masyarakat/ LSM untuk mengorganisir menjadi sebuah tim yang saling bersinergi. Pada tahap berikutnya hendaknya secara persuasif dikenalkan adanya risiko masalah yang bersumber pada lingkungan fisik disekitar pengungsian yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit.

4. Membangun Tim kerja untuk membangun kesadaran bersama dan membangun tekad untuk mencegah masalah jangan sampai terjadi

Proses ini perlu dilakukan dengan hati-hati karena biasanya mereka menyadari tetapi sikap yang ditunjukkan adalah lebih mengembalikan permasalahan itu kepada petugas kesehatan yang tugas pokoknya melayani masyarakat. Sedangkan mereka sendiri dihinggapi rasa frustasi dan biasanya merasa tidak mampu berbuat banyak. Untuk itu perlu diyakinkan bahwa kemampuan petugas kesehatan setempat sangat terbatas baik dari segi jumlah personil maupun sumber daya yang dimilikinya. Pada saat yang bersamaan lakukan upaya-upaya yang mengarah pada membangun rasa percaya diri bahwa kalau mereka bersatu dalam sebuah tim akan mampu mengatasinya dan mereka memang membutuhkan hidup dengan lingkungan yang sehat walaupun di tempat pengungsian

(13)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

13

5. Membagi tim menjadi sub tim dengan tugas dan

tanggung jawab yang spesifik

Tim yang telah dibentuk segera diresmikan dan jika tim sudah mulai menyadari akan kebutuhan kesehatan yang perlu segera dilakukan, maka mulailah dengan memotivasi untuk membuat rencana aksi secara sederhana versi mereka. Mulailah dengan analisis situasi untuk mengenal potensial problem melalui diskusi diantara mereka dan kunjungan ke lokasi. Pengenalan potensial problem sepenuhnya dilakukan oleh tim, sedangkan petugas hanya memberikan stimultan tentang prediksi yang akan terjadi jika potensial problem itu tidak segera ditangani. Potensial problem itu hendaknya mengarah pada upaya sanitasi darurat pada :

a. Pengelolaan air bersih

b. Pengelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban)

c. Pengelolaan sampah

d. Pengelolaan pembuangan limbah e. Pengendalian vektor

f. Pengelolaan sanitasi makanan - minuman

Dengan demikian tim yang besar ini dapat dibagi menjadi beberapa sub tim dan tiap sub tim bertanggung jawab pada 2-3 obyek pengelolaan. Jika mereka telah sepakat, maka langkah selanjutnya pengadaan fasilitas-fasilitas tersebut dengan pendekatan “sharing” sumber daya dan tenaga. Sudah barang tentu jika menyangkut masalah disain teknis, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab petugas kesehatan, sedangkan tim dilibatkan dalam pembuatan/ pengadaan dan perawatan selanjutnya.

(14)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

14

6. Menyusun panduan perawatan sarana yang telah

berhasil di bangun

Langkah berikutnya berikan bimbingan untuk menyusun panduan bagaimana cara perawatan sarana yng telah berhasil dibangun. Hal ini perlu dilakukan karena untuk menjaga kontinyuitas keberadaan dan kelayakan sarana tersebut. Jika memungkinkan dibuat semacam jadual kerja lengkap dengan nama personel yang bertugas dengan melibatkan warga pengungsi selain yang telah tergabung dalam tim. Pada panduan perawatan tersebut sebaiknya juga dicantumkan indikator-indikator keberhasilan dan indikator yang menunjukan bahwa sarana tersebut sudah saatnya dilakukan perbaikan.

(15)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

15

POKOK BAHASAN 3

TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI

BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN

DI DAERAH TANGGAP DARURAT

Komunikasi Efektif

Salah satu kunci keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat adlah menggunakan teknik komunikasi efektif, yakni berkomunikasi yang sarat dengan manfaat dengan menggunakan berbagai media yang sesuai dengan tujuan, karakteristik pesan yang akan disampaikan dan karakteristik penerima pesan. Khusus dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di pengungsian komunikasi yang dibangun harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

• Proses komunikasi menjadi menarik

• Terjadi peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Psikomotor bidang penyehatan lingkungan disekitar pengungsian

• Fokus pada upaya mencegah faktor risiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat

• Mengangkat martabat /nilai kehidupan sosial budaya selama berada di pengungsian

• Saling menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan

(16)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

16

Komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat ini selain dilakukan secara langsung (face to face) juga dapat melalui media KIE yang sederhana.

Pengembangan Media KIE

Media KIE yang dirancang secara adekwat (sesuai segmen) akan menghasilkan perubahan seperti yang dikehendaki. Hal ini dikarenakan media KIE mempunyai ciri-ciri :

• Mempermudah pengertian pesan • Informasi lebih mudah diingat

• Memperjelas informasi, data dan fakta tidak hanya berupa tulisan (narasi)

• Membangkitkan minat dan perhatian, karena disainnya (bentuk, warna dll) yang menarik

• Mencapai sasaran yang lebih banyak • Menghindari kesalahan persepsi

• Merangsang sasaran meneruskan pesan pada orang lain

Untuk itu agar tercapai tujuan di atas maka terdapat 7 prinsip yang perlu diingat jiga akan memproduksi media KIE, yaitu :

1. Mengembangkan satu ide/pesan pokok

Pesan tidak terlalu banyak ide, dapat membingungkan sasaran, harus simple sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami dan diingat

(17)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

17

2. Buatlah pesan yang mudah, sederhana tetapi jelas

Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru untuk sasaran. Bila tidak maka pesan akan diremehkan oleh sasaran dan dapat dikatakan gagal.

3. Pesan harus dapat dipercaya, nyata adanya

Pesan yang disampaikan hendaknya sesuatu yang realistis dan masuk diakal, bukan membual sesuatu yang sulit diwujudkan

4. Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan bagi penerima pesan

Sasaran termotivasi oleh pesan yang disampaikan dengan harapan akan memperoleh keuntungan jika menuruti/ menyetujui pesan tersebut

5. Pesan harus konsisten

Menyampaikan suatu pesan utama di media apa saja secara berulang kali hendaknya tetap intinya satu makna (sama)

6. Pesan dapat menyentuh akal dan rasa

Pesan yang disampaikan tidak hanya memberikan alasan teknis dan dapat diterima oleh akal pikiran tetapi juga harus dapat menyentuh nilai - nilai emosional. Hal ini dapat didisain pesan yang penyampaianya digambarkan oleh tokoh terkenal atau public figure

7. Mendorong untuk bertindak atau berbuat sesuatu

Pemakaian ungkapan atau kata - kata ajakan yang dapat menimbulkan motivasi ke arah tindakan contoh : Ayo kita berhemat air bersih, karena di pengungsian ini banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan . . . .

(18)

Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat

18

Pendekatan penekanan efek media yang diinginkan

Ditinjau dari efek yang diinginkan/ ditimbulkan, maka beberapa pendekatan Media KIE dapat dikelompokkan menjadi :

• Pendekatan rasa takut • Pendekatan rasa bersalah • Pendekatan emosional • Pendekatan rasional • Pendekatan humor • Pendekatan moral

• Pendekatan dengan menggunakan Warna

Pemilihan Media KIE yang akan produksi

Memilih media apa yang akan digunakan untuk memuat konten/ pesan yang akan disampaikan sangat tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut yangperlu dipertimbangkan

• Tujuan yang hendak dicapai • Karakteristik sasaran

• Karakteristik pesan yang akan disampaikan • Jumlah dan sebaran/ lokasi sasaran

• Ketersediaan sumber daya : biaya, sarana, teknologi, kemampuan pembuat

VI. REFERENSI

Anonymous, (2002) Pelatihan Kader, Yayasan Obor Masyarakat

,

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2010), Modul Teknik Komunikasi Efektif Pelatihan Tenaga DTPK, Pusdiklat, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun

Tabel ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata skoring warna pada sawi hijau dengan perlakuan frekuensi pencelupan 3 kali dengan perebusan selama 3 menit memiliki tingkat

Nilai pH yang diperoleh dari hasil penelitian ini masih termasuk dalam batas normal, nilai pH yang tertinggi terdapat pada kelompok P2 (domba yang diberi konsumsi silase

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup

Memilih Menu Perbandingan Kriteria pada sidebar website Menampilkan data kriteria yang selanjutnya akan dilakukan perbandingan kriteria √ 6 Perbandin gan Alternatif

Prinsip dasar dalam vaksinasi adalah proses imunisasi aktif, dimana agen penyakit yang dimasukkan ke dalam tubuh, baik yang hidup maupun yang sudah... diinaktifkan, akan

Produk tidak mengandungi sebarang kuantiti bahan yang berkaitan dengan nilai kritikal yang perlu dipantau di tempat kerja.. ·

Pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar dan terencana