BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS
Perancangan produk tas ini termasuk kedalam lingkungan non fisik, produk tas ini berkaitan dengan komunitas baik Tim sar maupun komunitas backpacker. Dan tidak menggunakan bahan baku dari barang daur ulang.
Karena tema yang diangkat adalah bagaimana menciptakan sebuah produk tas yang memiliki inovasi dimana belum ada produk yang memilikinya dan dimaksudkan agar produk tas ini dapat diterima dan mendapat apresiasi baik dari BASARNAS atau tim SAR nasional dan internasional. Serta pada lingkungan dinas Search and rescue(SAR) dalam pemenuhan kebutuhan akan kekuatan, kenyamanan, kemudahaan dan tentunya sebuah keselamatan yang mutlak dibutuhkan setiap anggota SAR, dan dengan adanya perancangan ini dapat mempermudah ssetiap proses penyelamatan.
B. TATARAN SISTEM
Manfaat diciptakan rancangan produk tas ini yakni dapat dijadikan sebuah inovasi baru bagi industri tas ransel dan memancing inovasi-inovasi baru untuk membantu mempermudah sistematika kinerja tim SAR.
Terhadap masyarakat dan industri tas ransel tas ini memberikan sudut pandang tersendiri yakni dengan inovasinya yang baru ada seperti menyertakan sebuah inovasi glow in the dark, dan ruangan ekstra yang mampu memuat barang bawaan banyak, target market dari terwujudnya
produk ini adalah para relawan, tim sar, backpacker dan petualang, dan para konsumen tas yang cenderung menggunakan tas ransel sebagai kebutuhan penunjang bagi kegiatan kesehariannya, mengingat karena tas ini untuk sebuah kegiatan outdoor.
Adapun detail produk tas dari saat sebelum terbuka, penjelasan fitur, dan setelah terbuka ini, yakni:
1. Sebelum dipakai pastikan posisi tas dalam kondisi berdiri tegak, untuk memepermudah penataan barang muatan.
Gambar 4.1: posisi tas ransel tegak Sumber: Doc,Stevanus.E,2015
2. Buka resleting utama untuk menyimpan barang bawaan ,terutama pakaian. Dan terdapat jaring-jaring untuk menaruh barang yangmudah lembab, seperti pakaian, dan jaket.
Sedangkan pada bagian samping diperuntukan untuk menaruh tali.
Gambar 4.2: ruang penyimpanan utama. Sumber: Doc,Stevanus.E,2015
1. Kuncian asetal di bagian atas tas berfungsi sebagai pengikat matrass yang akan dibaw atim SAR saat melakukan evakuasi ditempat yang jauh dari pemukiman.
Gambar 4.3: slot pengunci (asetal) untuk matras Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
2. Tempat Tali yang berada di sisi tas ransel mempermudahkan penggunaannya tanpa harus membuka ruangan bagian dalam tas.
Gambar 4.4: sekat untuk tempat atau kaitan untuk tali webbing Sumber: Doc, Ibnu.H,2015
3. Ruang penyimpanan pakaian, adalah ruang yang terdapat pada kantong/ruang utama, dalam ruang ini dilapisi kembali oleh kain parasut, untuk menjaga pakaian terkontaminasi kotoran atau air (lembab).
Gambar 4.5: ruang ransel khusus pakaian. Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
4. Sekat webbing pembatas untuk meletakan pisau hutan, ataupun palu yag jika keberadaannya dibutuhkan dalam proses evakuasi.
Gamba 4.6r: Tempat peletakan pisau multifungsi Sumber: Doc, Ibnu.H,2015
5. Buka kantung kecil di sebelah kiri sabuk pinggang, untuk menyimpan handphone atau kamera pocket, tempatnya yang memudahkan pemakai mengambil dan menyimpan gadget mini mereka/ kompas.
Gambar 4.7: kantung kecil di sabuk pinggang Sumber: Doc, Stevanus.E,2015
1. Setelah semua barang bawaan masuk masukan slot pengunci pada sabuk pinggang, untuk menahan muatan jika barang yang dibawa cukup berat, hal ini untuk mengurangi beban yang seutuhnya tertumpu pada sumbu di punggung sampai tulang ekor, dengan kita mengaitkan slot pengunci sabuk dada, beban belakang akan sedikit terbagi dengan bagian depan,
Gambar 4.8: slot pengunci sabuk pinggang Sumber: Doc,Stevanus.E,2015
2. Kunci slot untuk sabuk dada, hal ini berfungsi karena, saat membawa beban volume tas akan tertarik kebelakang, sehingga menyebabkan punggung sedikit terbeban kebelakang, untuk mengurangi beban tersebut ,beban harus dibagi dengan bagian depan, yaitu dengan sabuk dada.
Gambar 4.9: slot pengunci sabuk dada Sumber: Doc, Stevanus.E,2015
C. TATARAN PRODUK
Perancangan produk tas ransel untuk tim SAR ini bermaksud untuk mempermudah kerja dari tim SAR, karena melihat kenyataannya dilapangan yakni banyaknya kendala yang mengahambat sebuah proses dari evakuasi baik evakuasi berat maupun ringan dalam sebuah situasi bencana alam , dimana seorang tim SAR harus dapat bertindak cepat dan tepat dalam melakukan evakuasi secara individu atau secara sendiri, dimana evakuasi tersebut hanya ditentukan dari apa yang kita bawa dari basecamp pusat, tanpa bantuan alat berat khusus, agar hal itu dapat terwujud tentu alat-alat maupun perkakas yang dibawa tentunya haruslah tepat dan memungkinkan sesuai dengan apa yang di butuhkan korban pada saat proses evakuasi.
Tas ini di bentuk dengan skala sedang, dan juga memiliki ketersediaan ruangan yang cukup banyak dimana hal ini menjadi penting karena barang yang di bawa tentu memiliki perlindungan dan penempatan yang sesuai dengan kegunaannya. Dan di bagian belakangnya terdapat sebuah bentuk segitiga yang di buat dari bahan scotlight, sehingga saat di pakai disaat ditempat gelap anggota tetap bisa dapat mengenali anggota lainnya karena memiliki sifat memantulkan cahaya saat di tempat gelap ( glow in the dark).
Gambar 4.10: sketsa desain (tampak depan) Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
Di atas adalah sebuah gambar sketsa desain dari tampak depan, dari perancangan tas ransel untuk tim SAR, dengan ukuran tinggi 50cm, dan lebar 35 cm, dalam posisi normal atau tampak isi.
Gambar 4.11: sketsa desain (tampak samping) Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
Diatas adalah sebuah gambar sketsa desain dari tampak samping, dari perancangan tas ransel untuk tim SAR, memiliki kedalaman 23 cm.
Gambar 4.11 : pola potongan bagian depan(kiri) dan (belakang) Sumber:Doc ibnu.H,2105
Gambar 4.12: Pola potongan kantung-kantung, sabuk bahu, pompokan atau partisi ruang bagian dalam
Sumber: Doc,ibnu.H,2105
Pembuatan pola dasar potongan adalah pembuatan pola pertama yang akan menjadi master untuk setiap potongan dari bahan dasar yang nantinya dibentuk menjadi sebuah badan dari tas ransel. Pada pembuatan pola dasar ini diukur langsung sesuai dengan dimensi perancangan pada sketsa desain.
Gambar 4.13: potongan bahan tas yang telah selesai dijahit, dan sedang ingin disambung dengan komponen ruangan bagian Dalam tas.
Sumber: doc, Ibnu.H,2105
Gambar 4.14: tas ransel yang telah selesai tahap penyambungan/penjahitan komponen Sumber: doc,Ibnu.H,2015
Pola bahan yang telah jadi dijahit untuk dijadikan badan bagian belakang tas, bagian dalam tas yang terbuat dari puring/ kain pelapis pada bagian dalam tas ransel yang terbuat dari kain parasut, setelah disambung dengan bagian dalam, tas diberi aksesoris berupa webbing, dan asetal.
D. TATARAN ELEMEN 1. Material
Perancang tas ransel ini menggunakan material cordura sebagai bahan dasar kainnya, perancang menggunakan bahan dasar cordura karena dari sekian banyak bahan yang perancang cari cordura banyak digunakan oleh produsen tas ransel, mengingat cordura adalah bahan yang memiliki serat yang kuat dan teksturnya halus dan sedikit bintik-bintik, kuat terhadap air (untuk air mengalir tidak yang menggenang).
Gambar 4.15: kain parasut(kiri) dan resleting(kanan) merk YKK Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
Gambar 4.16: asetal atau caklokan(kiri) dan kain cordura(kanan) Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
Gamba 4.17r: skotlight (feflektor cahaya type garis) Sumber: Doc,Stevanus,2015
2. Warna
Untuk perancangan tas ransel ini terdapat dua desain yang diberi warna berbeda, yaitu menggunakan komposisi antara warna jingga-hitam, dan abu-abu-hitam. Alasan saya memilih warna jingga dengan hitam karena warna jingga dapat kontras saat dipakai diwilayah yang gelap, dan juga warna jingga juga adalah warna simbolik yang banyak dipakai oleh BASARNAS atau relawan-relawan rescue. Sedangkan untuk warna abu-abu hitamyang saya terapkan dalam desain tas ransel yang ke dua bermaksud karena, warna ini lebih terlihat formal untuk dipakai dalam keseharian orang yang memebutuhkan suatu wadah untuk membawa barang bawaan.
Adapun warna yang digunakan yakni: a. Hitam
CDR: 0001 (hitam)
Dalam perancangan desain tas ini warna hitam dipilih karena warna hitam netral, tidak mudah kotor, cenderung lebih tahan lama atau tidak mudah luntur. Pada produk tas TIM SAR hitam digunakan sebagai warna dasar agar dapat menimalisir noda kotor yang terdapat pada bahan tas dan menimbulkan kesan kuat dan elegan.
Gamba 4.18r: bahan kain cordura warna hitam Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
b. Jingga
Jingga CDR:716C
Dengan bahan pewarna alami seperti cat atau krayon, oranye adalah warna sekunder yang dapat diperoleh dari warna primer dengan
mencampur merah (atau lebih tepat lagi, magenta) dan kuning. Pertimbangan untuk memilih warna jingga adsalah, warna jingga dan merah sebagai warna yang di asoaiasikan kepada tim SAR nasional, atau basarnas, selain itu warna jingga kontras dengan alam, dan sebagai konversi untuk warna keselamatan. Dalam produk tas TIM SAR, warna jingga menimbulkan kesan semangat dan hangat bagi pemakainya dan berfungsi sebagai identitas dari jiwa sosial.
Warna jingga atau oranye terjadi antara merah dan kuning. Dia memiliki warna yang sama dengan jeruk dengan kordinat warna:
Gambar 4.19: bahan kain cordura warna jingga Sumber: Doc,Ibnu.H,2015
3. Brand tas
Gambar 4.20: logo produk tas ransel tim SAR Sumber:Doc, Ibnu.H,2015
Survive yang berarti bertahan merupakan kata yang diangkat oleh penulis, yakni bertujuan untuk menimbulkan kesan kokoh dan kuat pada produk tas.
Sedangkan dari segi bentuk font penulis mengangkat “DINEngschrift Alternate” sebagai font utama agar kata “Survive” sebagai dasar logo dapat memberikan kesan penuh akan kekokohan dan kekuatan dari tas. Dari logo perancang hanya memberikan identitas berupa empat garis yang menyerupai bentuk gunung yang terbalik. Hal ini cukup menarik agar menarik perhatian konsumen. Adapun tujuan dibuatnya bentuk ini yakni gunung merupakan symbol bagi para petualang. Penempatan logo
ini terletak dibagian bawah tas dengan cara dibordir, Pertimbangan akan penerapan pembordiran karena dengan dibordir akan lebih awet dan berkesan kuat.