• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara (foreign exchange), tetapi juga sebagai katalisator pembangunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. devisa negara (foreign exchange), tetapi juga sebagai katalisator pembangunan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Peran pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi nasional memiliki posisi yang strategis. Pengembangan pariwista tidak hanya meningkatkan perolehan devisa negara (foreign exchange), tetapi juga sebagai katalisator pembangunan yang dapat memberikan dampak positif bagi penciptaan dan peningkatan kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha, peningkatan penerimaan pajak dan pendapatan nasional serta memperkuat posisi neraca pembayaran. Pariwisata merupakan industri yang bersifat multidimensi serta multidisiplin yang timbul akibat kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, pengusaha serta pemerintah setempat.

Pentingnya pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi diperkuat oleh hasil observasi World Tourism Organization (WTO) dalam UNWTO Highlights 2013

Edition yang menyebutkan dalam enam dekade terakhir, dunia pariwsata

internasional mengalami keberlanjutan ekspansi dan diversifikasi, pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan paling cepat berkembang di dunia. Destinasi baru mulai menjadi favorit wisatawan mancanegara terlepas dari Eropa dan Amerika Utara, antara lain negara-negara di Asia. Tingkat kunjungan wisata juga mengalami peningtkatan dari tahun ke tahun, hingga pada tahun 2012, tercatat ada sebangyak 1.035 juta wisatawan internasional yang melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia. Tingkat kunjungan wisatawan tersebut akan mengalami peningkatan 3,3% tiap tahunnya hingga tahun 2030 dengan pangsa

(2)

2

pasar di negara berkembang mencapai angkat 47% pada tahun 2012 dan diperkirakan akan mencapai 57% pada tahun 2030. Hal ini tentunya menjadi peluang bagi negara-negara berkembang dalam mengembangkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dalam menggerakkan roda perekonomian nasional.

Pariwisata adalah salah satu dari indutsri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonmi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapata, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Wahab, 1996). Pariwisata adalah salah satu ekonomi yang dianggap cukup prospektif untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait, sehingga diharapkan dapat mampu menumbuhkembangkan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan daerah maupun nasional serta penerimaan devisa negara melalui pemberdayaan kepariwisataan nasional. Kesimpulannya bahwa pariwisata dapat dipandang sebagai suatu berkah yang terpadu, sebagaimana dengan tepat sekali diungkapkan oleh James Hamilton III, “Pariwisata adalah suatu kekuatan untuk menentukan harga oleh masyarakat yang dikunjungi, namun pada saat yang sama pariwisata mendatangkan keuntungan untuk mereka”.

Di Indonesia, peran pariwisata sangat penting mengingat pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar kelima setelah migas, batubara dan hasil alam lainnya (2011), selain hal tersebut, kekayaan potensi alam Indonesia yang luas dan beragam sangat potensial dikembangkan sebagai potensi

(3)

3

wisata. Pengembangan pariwisata juga merupakan alat yang efektif dalam pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Tanzil mengutarakan Indonesia merupakan sebuah negara yang tidak mudah dikenali, dalam sebuah buku disebutkan sebagai: “Indonesia bagaikan sebuah negara dengan ratusan negara di dalamnya.” Keragaman Indonesia yang luar biasa itu yang menjadikan Indonesia mendapatkan sebutan tersebut. Keragaman budaya, kekayaan hayati serta landsekap yang luar biasa indahnya menjadi potensi wisata yang luar biasa bagi tumbuhkembangnya Indonesia sebagai negara berkembang.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.508 pulau. Pulau-pulau di Indonesia menawarkan keindahan alamnya masing-masing. Keindahan alam Indonesia pun sudah diakui dalam taraf dunia internasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang suka berkunjung ke Indonesia. Ikon andalan Indonesia di mata dunia yaitu, Pulau Dewata. Namun, Indonesia tidak hanya memiliki pulau Bali yang menyuguhkan keindahan alam yang menakjubkan, salah satunya adalah Pulau Komodo yang berada di timur pulau Bali. Pulau Komodo terletak di antara Pulau Sumbawa dan Flores Indonesia. Di pulau ini terdapat makhluk purba yang sangat terkenal di dunia, yaitu naga Komodo (Varanus Komodoensis).

Taman Nasional Komodo dibentuk pada tahun 1980 dan padah tahun 1986, UNESCO menetapkan Taman Nasional Komodo (TNK) sebagai World

Heritage Site and Biosphere Reserve. Keberadaan Komodo di pulau ini pertama

(4)

4

karya tulis “Bulletin du Jardin Botanique de Buitenzorg”, dengan judul “On a

large Varanus species from the island of Komodo” (Ulung, 2011:140). Komodo

terdaftar di IUCN sebagai binatang langka yang terancam punah, mereka dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Taman Nasional Komodo didirikan untuk melestarikan dan melindungi binatang ini (Ulung, 2011:143). Taman nasional merupakan salah satu dari bentuk konservasi dengan tujuan mengelola sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Selain itu, taman nasioanl dibentuk karena mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan , pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Pulau Komodo mulai menjadi perbincangan dunia di awal tahun 2009 saat Pulau tempat bernaungnya binatang Komodo (Varanus Komodoensis) ini dinominasikan sebagai salah satu The Next Seven Wonders of Nature. Setelah itu, kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo meningkat drastis setiap tahunnya. Berdasarkan statistik, kunjungan wisatawan pada tahun 2009 meningkat hampir 68% dibanding tahun sebelumnya, dan hal ini terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2013, Taman Nasional Komodo telah dikunjungi sebanyak 53.739 wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.

Pada umumnya, wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Komodo menjadikan satwa komodo sebagai daya tarik utama kunjungannya. Interaksi antara wisatawan dengan komodo yang berlangsung cukup intensif telah berdampak pada sifat keliaraannya, habitat dan perilaku lainnya. Contohnya,

(5)

5

satwa komodo yang berada di pos-pos jaga maupun yang berada di sekitar sarangnya secara kasat mata memiliki perilaku yang cenderung lebih jinak (kurang waspada) terhadap kehadiran wisatawan jika dibandingkan dengan satwa komodo yang berada di kawasan hutan di sekitarnya. 1

Blair (2012) juga memaparkan penjelasan David Attenboroug mengenai komodo dalam pencariannya tahun 1950-an, Komodo tadinya cukup sulit ditemukan: pemburu soliter yang, begitu ditemukan, cenderung malu atau langsung beringas. Namun, kini mereka tampaknya telah mengalami transisi evolusi yang menyeramkan. Mereka telah menjadi pengangguran pemalas yang hidup bersama-sama, meringkuk malas selama berbulan-bulan ditepi tempat-tempat dimana mereka telah belajar bahwa, cepat atau lambat, maknana yang masih hidup ataupun sudah mati akan tiba untuk menjadi santapan gratis mereka berikutnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah untuk menjaga agar sifat liar satwa komodo tetap terjaga.

Selain keanekaragaman hayati, Taman Nasional memiliki daya tarik wisata yang selama ini dinilai sangat potensial dalam menarik kunjungan wisatawan. Salah satunya adalah landsekap pulau komodo yang luar biasa indahnya. Antara lain, pink beach yang memiliki pasir dengan warna pink, sehingga memberikan warna yang unik bagi pantai pada umumnya.

Blair dalam bukunya yang berjudul Ring of Fire (2012) memaparkan Pulau Komodo persis betul dengan latar karya Conan Doyle, The Lost Wold, yang ditulis lebih daripada 30 tahun sebelum si Naga (Komodo) ditemukan pada tahun 1912. Keindahan bawah laut di Taman Nasional Komodo juga menjadi

1

Siga, 2010. Ekowisata di Taman Nasional Komodo:Sistem Pemantauan Dampak Wisatawan Terhadap Sarang Komodo Menggunakan Kerangka Kerja LAC (Limits of Acceptable Change). Tesis, S2, Program Studi Magister Kajian Pariwisata, Pascasarjana UGM, Yogjakarta

(6)

6

salah satu wisata unggulan dalam menarik kunjungan wisatawan. Terumbu karang di perairan Taman Nasional Komodo termasuk yang terindah di dunia. Berbagai bentuk dan warna karang keras dan karang lunak sangat menarik untuk dilihat. Terdapat lebih dari 1000 jenis ikan, 260 jenis karang dan 70 jenis bunga karang (sponge) dan banyak invertebrata lain yang dapat di jumpai di banyak tempat di Taman Nasional ini. Selain itu, berbagai ikan karang hidup disini, serta perairan taman nasional ini merupakan jalur migrasi 5 (lima) jenis paus, 10 (sepuluh) jenis lumba-lumba dan duyung. Potensi bawah laut ini tentunya berkontribusi dalam peningkatan kunjungan wisatawan beberapa tahun belakangan ini, terutama bagi wisatawan pecinta diving dan snorkling.

Berbagai objek daya tarik wisata tersebut menjadikan TamanNasional yang merupakan salah satu warisan dunia dan The New 7 Wonders of Nature menjadi pusat perhatian berbagai kalangan, baik dalam bidang pariwisata, pendidikan dan penelitian ilmiah. Kebijakan prioritas kementerian kehutanan 2009-2014 yang menempatkan pemanfaatan potensi sumber daya hutan non kayu menjadi andalan perekonomian nasional. Untuk itu, pengelolaan wisata Taman Nasional Komodo ini lebih diarahkan kepada wisata yang berbasis ekowisata. Fandeli (2002) menyebutkan ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip konservasi. Bahkan dalam strategi pengembangan ekowisata juga menggunakan strategi konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat bertepat dan berdayaguna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami.

Akan tetapi, pengembangan daerah pariwisata bisa menimbulkan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan maupun kebudayaan masyarakat

(7)

7

setempat. Positif, jika pengembangan itu bisa merangsang perhatian lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan mereka sendiri. Sebaliknya dapat berakibat negatif, jika pengembangan tadi melunturkan nilai-nilai yang sudah ada karena adanya perubahan pola hidup menjadi konsumtif ataupun kelestarian lingkungan yang mulai diabaikan demi peningkatan pendapatan.

Spillane (1987) mengungkapkan beberapa dampak negatif dalam industri pariwisata, yaitu: (1) Pariwisata merusak lingkungan, agar dapat memberikan kebutuhan infrastruktur, turisme kadang-kadang menjadi destruktif. Misalnya, masyarakat nelayan di banyak negara Asia telah diusir dari rumah mereka agar mengosongkan pantai-pantai yang indah untuk tempat liburan. (2) Pariwisata di tangan orang asing, tingkat yang tinggi dari pengawasan modal bagi pariwisata dari pihak asing. Juga banyak kebutuhan bagi industri pariwisata harus diimpor. Ada banyak ketergantungan pada bantuan asing dan investor asing. Pada umumnya, industri pariwisata mempunyai struktur yang oligopolitis. Integrasi yang semakin mendalam ke dalam struktur-struktur ekonomi kapitalis dari dunia barat tidak diindahkan demi keuntungan-keuntungan langsung yang sedikit. (3) Akibatnya pada lingkungan, para wisatawan suka akan keindahan alam namun ada juga yang suka merusaknya. Misalnya: memetik bunga, membuang puntung rokok seenaknya dan sebagainya, Hal-hal semacam itu mengakibatkan rusaknya lingkungan dan mengurangi keindahan alam disekitarnya. Dengan demikian industri pariwisata dirugikan.

Pada dasarnya, Taman Nasional merupakan bagian dari Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki fungsi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

(8)

8

adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari, sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, fungsi Kawasan pelestarian alam ini.

Saat ini dihampir semua Taman Nasional banyak timbul wacana dan pernyataan-pernyataan tentang apakah taman nasional dapat memberikan kompensasi kepada masyarakat, pemerintah daerah dalam bentuk uang, barang dengan alasan bahwa dengan adanya taman nasional membuat suatu daerah kekurangan lahan yang berpotensi hilangnya pendapatan daerah serta membatasi masyarakat setempat dalam berusaha. Hal ini tentunya bertentangan dengan semangat otonomi daerah yang saat ini mendorong daerah untuk mencari pendapatan sebanyak-banyaknya guna membangun daerahnya secara mandiri.

Untuk itu, penyusunan tata ruang wilayah menjadi hal yang sangat penting dalam terbentuknya kawasan Taman Nasional. Kawasan taman nasional sebagai kawasan konservasi memiliki arti yang penting di dalam otonomi daerah sehingga kawasan konservasi tetap dianggap sebagai penyangga kehidupan bukan hanya sebagai kawasan yang dapat dijadikan sebuah alat untuk meningkatkan pendapatan yang hanya sesaat.

Jalan terbaik adalah bagaimana otonomi daerah mendukung adanya usaha-usaha pemanfaatan kawasan secara lestari yang daat mendatangkan pendapatan daeah dimana kawasan taman nasional berdiri, sehingga masyarakat dapat

(9)

9

merasakan langsung manfaat dari taman nasional, selain itu perlu dibuat kebijakan-kebijakan yang melibatkan langsung semua pihak seperti taman nasional, pemerintah daerah, masyarakat di sekitar kawasan dengan pihak-pihak ketiga yang dapat memanfaatkan ijin usaha pemanfaatan hutan dan memberikan kontribusi kepada taman nasional, pemerintah dan masyarakat.

Akan tetapi dalam prakteknya, ekowisata TN. Komodo menjadikan polemik tersendiri bagi Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan Balai TN. Komodo. Hal ini dapat dilihat dari kebijakan yang tumpang tindih antara kedua institusi tersebut. Melalui PP Nomor 59 Tahun 1998, Balai TN. Komodo selaku otoritas pengelola kawasan ini mengutip tarif masuk sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), namun disisi lain, Pemkab. Manggarai Barat juga menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga sebagai dasar hukum pengutipan retribusi bagi wisatawan yang berkunjung ke dalam kawasan TN. Komodo.

Gambar 1.1. Karcis Masuk Balai TN. Komodo (kiri), Karcis Masuk Pemda Manggarai Barat (kanan)

Dari gambar di atas, dapat dilihat adanya 2 kali pengutipan untuk setiap wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan TN. Komodo. Hal tersebut

(10)

10

menunjukkan adanya ketidaksinkronan antara kebijakan dua lembaga pemerintah ini, dimana yang satu merupakan perwakilan dari pusat sedangkan yang lainnya merupakan pemerintah daerah setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir, Taman Nasional Komodo mendapatkan perhatian yang luar biasa dalam dunia pariwisata, sehingga arus kunjungan wisatawan meningkat setiap tahunnya, akan tetapi belum berpengaruh dalam menekan angka kemiskinan di beberapa desa yang berada di kawasan Taman Nasional Komodo ini, antara lain:

Tabel. 1.1

Jumlah Rumah Tangga Miskin Desa Komodo dan Pasir Panjang (2009)

No Nama Desa Penduduk KK RTM

Laki-Laki Perempuan Total

1. Komodo 746 728 1.474 368 214

2. Pasir Panjang 623 622 1.245 313 245

Sumber: BPS Kab. Manggarai Barat, 2010

Oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti sinergitas kebijakan-kebijakan yang diterapkan Balai Taman Nasional Komodo dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat pengelolaan ekowisata Taman Nasional Komodo, terlebih lagi TNK merupakan salah satu kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN).

1.2.Rumusan Masalah

Dalam membangun sektor kepariwisataannya, wisata Taman Nasional Komodo dikelola dengan berbasiskan ekowisata. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka diperlukan kebijakan yang sinkron antara Balai Taman Nasional Komodo dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, terlebih lagi seluruh kawasan Taman Nasional Komodo merupakan wilayah otonomi dari Kabupaten Manggarai Barat.

(11)

11

Berdasarkan hal diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana sinergitas kebijakan antara Balai Taman Nasional Komodo bersama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dalam pengelolaan ekowisata Taman Nasional Komodo?”

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Mengetahui dan mengkaji sinergitas kebijakan Balai Taman Nasional Komodo bersama Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dalam hal pengembangan ekowisata Taman Nasional Komodo.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis digunakan sebagai:

a. Salah satu bahan acuan penelitian di bidang pariwisata khususnya pengembangan pariwisata berkelanjutan

b. Salah satu kajian untuk penulisa ilmiah berkenaan dengan pengelolaan ekowisata

2. Secara Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak yang mengelola Taman Nasional Komodo dalam pengambilan keputusan guna menentukan kebijakan mengenai ekowisata. Dan bagi pihak lain,

(12)

12

penelitian ini juga diharapkan dapat membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan penelitian serupa.

Referensi

Dokumen terkait

pengamatan yang sama pada warna yang ditimbulkan setelah penyemprotan.masing- masing kertas saring timbul titik berwarna merah dengan harga Rf berturut-turut adalah

Sebagai tempat penyediaan makanan bagi pasien rawat inap. Sistem pelayanan dapur yang diterapkan adalah sentralisasi. Konsep tata ruang unit dapur mempunyai hubungan yang

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun pegagan sebagai bahan antifertilitas tidak ada pengaruh yang nyata terhadap kadar GSH

Temuan lain pada tahap refleksi yang dilakukan setelah tahap implementasi pembelajaran selesai: Guru pengamat (observer) memberikan komentar tentang ada anak yang

Sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan tentang demam diketahui bahwa pengetahuan ibu dalam pengelolaan demam pada balita pada sebagian besar responden ibu

Peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas 3 yang diberi pendidikan dengan alat bantu media leafletmenunjukkan hasil yang lebih tinggi

- Mengetahui kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen dalam pengembangan sektor wisata - Mengetahui Upaya Dinas Pariwisata dalam pengembangan sektor

Pada kelas yang proses pembelajaranya menggunakan metode ceramah plus mendapatkan nilai rata-rata yaitu sebesar 23,23 skor dari jumlah soal sebanyak 30 soal, dari