• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH MEDIA LEAFLET DAN BUKU SAKU SEBAGAI ALAT BANTU PENDIDIKAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI SISWA KELAS 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH MEDIA LEAFLET DAN BUKU SAKU SEBAGAI ALAT BANTU PENDIDIKAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI SISWA KELAS 3"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH MEDIA LEAFLET DAN BUKU SAKU

SEBAGAI ALAT BANTU PENDIDIKAN TERHADAP PERUBAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI SISWA KELAS 3

Femy Azalea1, Fadil Oenzil2, Deli Mona3.

1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas 2

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas

ABSTRACT

Dental caries is a dental problem that often arises in children. One of the factors that affect higher oral health problem is child behavioral factors associated with its children's knowledge about oral health, so it is important to educate children’s to increase their knowledge that will changes the child's behavior in a positive direction. Children as educational objectives have characteristics according to their physical and cognitive developmen, is important aspect that need to be considered to determine the correct media that we used to learn something to children. The purpose of this study was to determine the difference effect of dental health education between leaflet and pocket book in third grade students.The method that used in this study is non-equivalent control group design, Samples were taken using quota sampling technique. Total samples are 40 children. Both group are given pre-test and then 20 children given education using Leaflet at SDN 17 and 20 children using pocket book at SDN 20. Post test are given on day 7 after education. This study used T dependent test and T independent test (p<0,05). Statistical analysis showed increasing knowledge of this study is significant, the value before and after the given education used leaflets and pocket bookwith significant value of 0,000 (p<0,05). there is different between both media in incresing knowledge, with significant value of 0.003(p>0,05). Leaflet showed an increase of knowledge is greater when compared with the use of a pocket book. Conclusion, leafletis an effective media to increase oral knowledge of dental health.

Keyword :leaflet, pocket book, increase of knowledge

Affiliasi penulis: 1Faculty of Dentistry Andalas University

Korespondensi: Femi Azalea email: femywazalea@gmail.com

PENDAHULUAN

Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan secara keseluruhan yang mempengaruhi kualitas hidup. Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa aktivitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu.1 Salah satu prevalensi penyakit gigi dan mulut yang tinggi adalah karies gigi. Studi

epidemiologi mengenai karies

menunjukkan bahwa prevalensi karies meningkat pada negara berkembang.2 Berdasarkan Riset kesehatan dasar tahun 2007, menunjukan bahwa prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4% dan pengalaman karies sebesar 72,1%. Di provinsi Sumatera Barat prevalensi karies mencapai 70,6%.3 Untuk Kota Padang jumlah kejadian karies tahun 2014 adalah 5188 kasus.4

Karies gigi merupakan permasalahan gigi yang sering timbul tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga dialami oleh

ARTIKEL PENELITIAN

(2)

anak-anak. Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak salah satunya faktornya yaitu faktor perilaku atau sikap yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulut, hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.5,6 Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada anak merupakan faktor penyebab terjadinya karies.5 Terdapat hubungan antara pengetahuan anak tentang karies dengan terjadinya kejadian karies, sehingga perlu dilakukannya suatu upaya untuk meningkatan pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut.7

Langkah awal sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut.7Pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar penting dilakukan, karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang biasanya cenderung menetap sampai dewasa,8 salah satunya adalah kebiasaan menjaga kesehatan gigi dan mulut.9

Salah satu sasaran dari pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah anak-anak usia 7-9 tahun yang duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar.10-12 Usia tersebut merupakan usia kritis terhadap

terjadinya karies gigi permanen.7 Anak-anak sebagai sasaran pendidikan memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan usia dan perkembangan kognitifnya. Anak usia 7-9 tahun berada dalam tahap perkembangan operasional konkret, yang sudah bisa menggunakan penalaran dalam melakukan pemecahan masalah,10-12 sehingga metode, pendekatan, dan media yang digunakan untuk membantu proses pendidikan pada anak harus disesuaikan agar tujuan pendidikan tercapai dan sasaran dapat memahami materi pendidikan.7,13

Dalam proses pendidikan tentunya anak-anak tidak terlepas dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam belajar. Terdapat faktor eksternal seperti lingkungan, dan kebudayaan, serta faktor internal seperti faktor jasmani, dan juga psikologi anak. Salah satu faktor yang memiliki peranan dalam proses belajar anak adalah minat anak terhadap materi yang diberikian, yang berpengaruh terhadap hasil dari pemberian pendidikan.10,14,15

Media pendidikan dapat digunakan sebagai sarana penunjang, yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat dari penerima materi.8,16-18 Untuk anak-anak penggunaan media yang

berisi gambar-gambar dapat

(3)

pendidikan.7,19,20 Terdapat berbagai bentuk media sebagai alat penunjang pendidikan kesehatan seperti media cetak, elektronik, dan luar ruangan. Media cetak kini telah dikembangkan dalam bentuk yang beragam seperti poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, pamflet, dan buku.17

Leaflet adalah lembaran kertas yang

dilipat mengandung pesan tercetak sebagai informasi mengenai suatu hal atau peristiwa, yang berisi informasi berbentuk kalimat, gambar, ataupun kombinasi.20leaflet sebagai media atau

alat bantu lihat (visual aid) dalam memberikan pendidikan menunjukan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan memberi pendidikan tanpa adanya penggunaan media.21 Buku juga merupakan salah satu contoh media cetak yang digunakan dalam pendidikan. Salah satu jenis buku yang digunakan sebagai media dalam melakukan pendidikan adalah buku saku. Buku saku hampir sama dengan booklet, hanya saja berukuran lebih kecil sehingga bisa dimasukkan ke dalam saku.17 Buku ini berisi tulisan dan gambar-gambar seperti buku, hanya saja isinya jauh lebih singkat dan jelas, biasanya tidak lebih dari 24 lembar.16

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014

menunjukkan Puskesmas Alai masuk dalam lima besar kasus karies terbanyak dari dua puluh dua Puskesmas di Kota Padang.4 Untuk program UKGS pada wilayah kerja Puskesmas Alai terlihat dari 2179 orang murid sekolah dasar, terdapat 1517 orang murid yang baru mendapatkan

dental health education.4 Terdapat 4 program kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Alai, salah satunya kegiatan UKGS yang dilakukan empat kali dalam setahun. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Alai tentang program UKGS dua belas bulan terakhir mengenai hasil

screening pada tujuh sekolah dasar binaan

Puskesmas Alai memperlihatkan bahwa, SDN 17 Gunung Pangilun dan SDN 20 Berok merupakan sekolah dasar dengan kejadian karies dua terbanyak dengan persentase yang sama yaitu 80% dari jumlah murid yang dilakukan screening. Dalam kegiatan UKGS yang dilakukan Puskesmas Alai pada sekolah dasar binaanya, diketahui belum adanya penggunaan media cetak sebagai saranan pemberian penyuluhan atau pembinaan pada program UKGS tersebut.

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik melakuan penelitian tentang perbedaan pengaruh media leaflet dan buku saku sebagai alat bantu pendidikan

(4)

pengetahuankesehatan gigi siswa kelas 3 di SDN 17 danSDN 20 Kota Padang. METODE PENELITIAN

Pada penelitian eksperimen terdapat prinsip yang harus dipenuhi yakni adanya replikasi, randominasi, dan kontrol. Apabila pada penelitian ketiga prinsip tersebut diusahakan dipenuhi tetapi belum mencapai sempurna maka disebut eksperimen semu. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain

non equivalent control group design.

Dilakukan pre test, perlakuan, dan post

test pada dua kelompok subjek dengan

tingkat kelas yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda.22 Dengan rancangan tersebut kuisioner yang sama diujikan kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali. Waktu antara pretest dan posttest, tidak terlalu jauh , tetapi juga tidak terlalu dekat yakni 7 hari dengan pertimbangan responden diberikan kesempatan untuk membaca dengan baik media yang diberikan.23

Populasi di penelitian ini berjumlah 59 orang siswa kelas III yang berasal dari SDN 17 Gunung Pangilun dan SDN 20 Berok Kota Padang, dengan rincian 29 orang berasal dari SDN 17 Gunung Pangilun dan 30 Orang berasal dari SDN 20 Berok. Penentuan sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik

quotasampling yaitu penentuan sampel

dari populasi yang mempunyai ciri-ciritertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.24 Sampel berjumlah 40 orang, 20orang siswa dari SDN 17 Gunung Pangilun dan 20 orang siswa dari SDN 20 Berok. Dari kedua Sekolah Dasar tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok satu dengan pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan alat bantu media

leaflet, dan kelompok dua dilakukan

pemberian pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan alat bantu media buku saku.

Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini adalah siswa kelas III dengan umur antara 7-9 tahun, Keadaan umum baik (fisik dan psikologi), kooperatif, dan anak yang bisa membaca dan mendengar dengan lancar dan jelas. Kriteria ekslusi Tidak hadir saat pre test, pemberian pendidikan, dan post test, dan anak yang tidak mengembalikan kuisioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan uji statistik parametrik karena data berdistribusi normal. Hasil tersebut diperoleh dari uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari lima puluh.Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari lokasi penelitian didapatkan persebaran jenis kelamin dan umur sebagai berikut.

(5)

Tabel 1. Frekuensi Jenis Kelamin Subjek Kelas 3 di SDN 17 dan SDN 20 Jenis Kelamin SDN 17 Gunung Pangilun SDN 20 Berok Frekuensi Persen(%) Frekuensi Persen(%) Laki-Laki 16 80 9 45 Perempuan 4 20 11 55 Jumlah 20 100 20 100

Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak dari semua jumlah responden adalah laki-laki yang berjumlah 25 orang.

Tabel2 Frekuensi Umur Subjek Kelas 3 di SDN 17 dan SDN 20 Umur SDN 17 Gunung Pangilun SDN 20 Berok Frekuensi (%) Frekuensi (%) 8 6 30 10 50 9 14 70 10 50 Jumlah 20 100 20 100

Tabel diatas menunjukkan responden terbanyak dari semua jumlah responden adalah laki-laki yang berjumlah 25 orang.

Tabel 3. Hasil uji t berpasangan kelompok media leaflet (SDN 17 GP)

Nilai n Mean Perbedaan Mean± s.b IK 95% p Pre test 20 48,25 28,75 ± 7,92 25,0 4 ± 32,4 6 0,000 * Post Test 20 77,00

Pada tabel diketahui terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuuan sebelum dan setelah diberi pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan alat bantu media leaflet. Peningkatan tersebut terlihat dari skor rata-rata pre test 48,25

dan post test 77,00 dengan rata-rata selisih 28,75.

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara nilai pre test dan post

test dilakukan uji t berpasangan. Pada uji t

berpasangan data dikatakan ada perbedaan bermakna apabila nilai p <0,05.25 Setelah dilakukan pengujian didapatkan bahwa nilai p 0,000. Hal tersebut menunjukkan p<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari nilai pre test dan post test pada kelompok media leaflet.

Tabel 3. Hasil uji t berpasangan kelompok media leaflet (SDN 17 GP)

Nilai n Mean Perbedaan Mean± s.b IK 95% p Pretest 20 49,75 20,75 ± 8,31 16,85 ± 24,64 0,000* Post test 20 70,50

Pada tabel diketahui terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuuan sebelum dan setelah diberi pendidikan kesehatan gigi dan mulut dengan alat bantu mediabuku saku. Peningkatan tersebut terlihat dari skor rata-rata pre test 49,75 dan post test 70,50 dengan rata-rata selisih 20,75.

Berdasrkan hasil uji t berpasangan antara nilai pre test dan post test pada kelompok buku saku, nilai p = 0,000 (<0,05), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai pre

(6)

test dan post test pada kelompok buku

saku.

Tabel 5.6. Hasil Uji T tidak Berpasangan antara Media Leaflet dan Buku Saku Media N Mean Perbedaan

mean (IK 95%) p Leaflet 20 28,75 8,00 ± (2,8-13,2) 0.003 Buku Saku 20 20,75

Berdasarkan tabel hasil uji T tidak berpasangan di atas didapatkan perbedaan nilai rata-rata 8,00 antara media leaflet dan buku saku. Tabel tersebut juga menunjukkan nilai p = 0,003. Dari uji homogenitas menggunakan tes levene menunjukkan hasil 0,95, yang artinya kedua kelompok varian sama. Ho ditolak jika p>0,05, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan nilai rata-rata sebelum dan setelah pendidikan menggunakan alat bantu media leaflet pada SDN 17 Gunung Pangilundan buku saku pada SDN 20 Berok.

Untuk masing-masing kelompok menunjukkan hasil perubahan tingkat pengetahuan yang berarti, hal ini sesuai dengan teori Edgar Dale bahwa penggunaan media dalam memberikan pendidikan dapat meningkatkan penyerapan materi yang diberikan.26 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leaflet sebagai alat bantu dalam memberikan

pendidikan kesehatan gigi dan mulut menunjukkan hasil peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan penggunaan buku saku.

Diantara kedua media tedapat perbedaan yang memungkinkan untuk mempengaruhi hasil dari peningkatan pengetahuan dari kedua kelompok. Pada kedua media terdapat isi materi yang sama, dan yang membedakannya adalah dalam hal penyajian materinya. Penyajian materi pada media leaflet lebih singkat, padat, dan detail jika dibandingkan dengan media buku saku, karena dalam buku saku materi dijabarkan secara jelas dan rinci. Dilihat dari ukuran huruf dalam media buku saku, huruf dalam media buku saku lebih kecil jika dibandingkan dengan media leaflet, hal ini juga berpengaruh terhadap ketertarikan anak untuk ingin membacanya. Jumlah halaman yang banyak pada media buku saku juga mempengaruhi minat anak untuk membacanya hingga selesai, hal ini berkaitan dengan kemauan dan kemampuan anak dalam membaca buku tersebut. Berdasarkan pendapat James W. Brown dalam buku media pengajaran yang menyatakan bahwa usia anak-anak cenderung lebih menyukai dan tertarik sesuatu hal yang penuh gambar dan memiliki kalimat yang singkat dan jelas

(7)

jika dibandingkan dengan penjelasan kalimat yang panjang.13, 27-29

Dalam menggunakan alat bantu media dituntutlah kemampuan dan kemauan anak-anak dalam membaca untuk bisa memahami materi. Montesorri menyatakan bahwa lingkungan dan alam sekitar memiliki pengaruh kepada anak dalam belajar.15 Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama anak mendapat pendidikan formal maupun non formal. Pengajaran dan aturan yang diterapkan orang tua dalam hal belajar berhubungan terhadap kesadaran dan kemauan anak untuk belajar. Selain faktor eksternal terdapat faktor internal yang juga berpengaruh dalam proses belajar, faktor-faktor ini seperti faktor jasmani berupa kesehatan individu dan faktor psikologi berupa minat, intelegensi, kognitif, perhatian, bakat, dan pengalaman. Dalam mempelajari media yang diberikan faktor internal seperti minat dan perhatian berpengaruh terhadap kemauan responden dalam membaca dan mempelajarinya, karena sebelum anak mau membaca tentunya anak harus tertarik terlebih dahulu dengan materi dan media yang diberikan.10, 11,16, 18, 28

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Penggunaan media leaflet sebagai alat bantu pendidikan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi pada siswa kelas 3 di SDN 17 Gunung Pangilun. 2. Penggunaan media buku saku sebagai

alat bantu pendidikan menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi pada siswa kelas 3 di SDN 20 Berok.

3. Peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas 3 yang diberi pendidikan dengan alat bantu media leafletmenunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan dengan alat bantu media buku saku.

4. Terdapat perbedaan pengaruh media

leaflet dan buku saku sebagai alat bantu

pendidikan terhadap perubahan tingkat pengetahuankesehatan gigi siswa kelas 3 di SDN 17 dan SDN 20.

SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang melihat perubahan di tingkatan selanjutnya yaitu perubahan sikap dan perubahan perilaku sehingga diketahui apakah penggunaan media leaflet dapat mengubah sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik.

2. Diharapkan Puskesmas Alai dapat mengefektifkan penggunaan media

(8)

leaflet dalam melakukan penyuluhan

dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada sekolah-sekolah binaannya. 3. Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dan pengembangan pada media leaflet dan buku saku sehingga dapat lebih mudah digunakan dan lebih menarik lagi bagi pembaca.

4. Agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan, maka perlu dilakukan pengambilan sampel dari populasi yang lebih besar.

5. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mengembangkan media pendidikan yang lebih kreatif dan inovatif.

KEPUSTAKAAN

1. Kwan SYL, Petersen PE, Pine CM, Borutta A. Health-promoting schools: an opportunity for oral health promotion. Bulletin of the world health organization. 2005;83(9):677-85. 2. Fejerskov O, Kidd E. Dental caries: the

disease and its clinical management. UK: Blackwell Munksgaard; 2009.

3. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2007.

4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Laporan pelayanan program kesehatan gigi dan mulut puskesmas kota Padang. Padang: DKK Padang; 2014.

5. Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC; 1992. 6. Widayati N. Faktor yang berhubungan dengan

karies gigi pada anak usia 4-6 tahun. Jurnal berkala epidemiologi. 2014;2(2):196-205. 7. Nurhidayat O, Tunggul E, Wahyono B.

Perbandingan media power point dengan flipchart dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Unnes Journal of Public Health. 2012;1(1):32-5.

8. Sari EK, Ulfiana E, Dian P. Pengaruh pendidikan kesehatan gosok gigi dengan metode permainan simulasi ular tangga terhadap perubahan pengetahuan, sikap, dan aplikasi tindakan gosok gigi anak usia sekolah

di SD wilayah Paron Ngawi. Jurnal Keperawatan Unair. 2002;2(10):101-11. 9. Mashabi NAA, Djoharnas H, Darwita RR.

Hubungan antara status gizi dengan karies gigi pada murid-murid di sekolah dasar Kecamatan Karangantu. Journal of Dentistry Indonesia. 2005;12(1):5-9.

10. Gunarsa SD. Dasar dan teori perkembangan anak: Jakarta; 2008.

11. Sakinatun S. Perbedaan Efek Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut antara Media Berbasis Komputer dengan Lembar Balik pada anak usia 7-8 tahun. [Skripsi] Jakarta Universitas Indonesia. 2013.

12. Suparno P. Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius; 2001.

13. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.

14. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2001.

15. Sudono A. Sumber belajar dan alat permainan untuk pendidikan anak usia dini: Grasindo; 2000.

16. Suiraoka IP, Supariasa IDN. Media pendidikan kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. 17. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan

aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. 18. Sadiman AS, Raharjo, R H. Media pendidikan

pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2005.

19. Muhson A. Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. 2010;8(2).

20. Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat prinsip-prinsip dasar. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.

21. Supardi S, Sampurno OD, Notosiswoyo M. Pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan. Bulletin penelitian kesehatan. 2002;30(3):128-38.

22. Mubarak, Iqbal W. Promosi kesehatan sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2007. 30 p.

23. Aini F. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Melalui Media Booklet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Santri tentang Kesehatan Reproduksi di Pesantren Darul Hikmah dan Pesantren Ta’dib Al-Syakirin di Kota Medan Tahun 2010. 2011.

(9)

24. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.

25. Dahlan S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta; Salemba Medika;2008. 26. Dale E. The cone of experience. Classic

writings on instructional technology. 1996:169-80.

27. Budiharto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC; 2008.

28. Tedjasaputra MS. Bermain, mainan dan permainan. Jakarta: Grasindo; 2001.

29. Sudjana N. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Bayu Algensindo Offset; 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan BPK yang bebas dan mandiri adalah salah satu asas pengelolaan keuangan negara merupakan tugas yang memerlukan integritas yang tinggi, kenyataan banyak

Manfaat langsung merupakan faedah atau kegunaan yang terus dirasakan, baik oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun masyarakat akibat adanya kegiatan pertambangan

[r]

Yusuf Qardhawi mengambil dalil Qias zakat atas madu dengan hasil tanaman dan buah-buahan. Yaitu bahwa penghasilan yang diperoleh dari bumi nilanya sama dengan penghasilan

Maknanya memberitahu bahwa ia telah memberitahu kepada orang lain kalau dirinya tidak bisa hadir dalam acara orang tersebut karena ada undangan. Terdapat campur

Dari percobaan uji pirogen terhadap sediaan uji injeksi calcii glukonas 10%, dapat Dari percobaan uji pirogen terhadap sediaan uji injeksi calcii glukonas 10%,

Berdasarkan Surat Penetapan Nomor : 08/PJK-TR_03/2014 tanggal 24 Juni 2014 bersama ini kami umumkan nama penyedia jasa pada Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi :. Kegiatan :

          Dan dalam kondisi yang sangat terpaksa, yang mendorong seseorang mengulurkan tangannya untuk meminta, syarat meminta adalah tidak mendapatkan kemampuan, karena Allah