• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter%20II.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Chapter%20II.pdf"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 TERMINOLOGI JUDUL

Judul Proyek : Rumah Sakit Mata Medan

Pengertian Judul : 1. Rumah Sakit, adalah

a. Rumah tempat merawat orang sakit

b. Sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.

c. Rumah tempat merawat orang sakit, tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

d. Tempat menyediakan pelayanan rawat inap dan rawat jalan.

e. Sebuah institusi atau badan yang menyediakan perawatan di bidang kesehatan dan pelayanan yang lain seperti melayani orang sakit atau orang luka.

2. Mata, adalah Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek (Vaughan, 2000).

3. Medan, merupakan ibukota Sumatera Utara dimana Medan yang dimaksudkan adalah kotamadya Medan sebagai pusat aktivitas dan kehidupan masyarakat Sumatera Utara.

Dari defenisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Rumah Sakit Mata Medan adalah:

―Suatu sarana pelayanan atau kegiatan yang menyediakan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan pengobatan dan perawatan kesehatan mata, yang disertai pula dengan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis yang berlokasi di kota Medan.‖

2.2 TINJAUAN TEORITIS

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 631/MENKES/SK/IV/2005 tanggal 25 April 2005, Rumah Sakit dibedakan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

(2)

1. RSU Pemerintah Kelas A

RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub spesialistik luas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas A minimal harus mempunyai kelompok staf medis sebagai berikut : kelompok staf medis penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah, kesehatan anak, telinga, hidung, dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anesthesi, rehabilitasi medis, patologi klinis, patologi anatomi. Pembentukan kelompok staf medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian atau dengan cara lain dengan pertimbangan khusus.

2. RSU Pemerintah Kelas B dan RSU Swasta kelas Utama

RSU Pemerintah kelas B dan RSU Swasta kelas Utama adalah rumah sakit umum yang menpunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Berdasarkan hal tersebut maka RSU Pemerintah kelas B atau RSU Swasta kelas Utama minimal harus mempunyai 11 (sebelas) kelompok staf medis yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, anesthesi, tenggorok, radiologi, patologi klinik, psikiatri / neurologi, kulit dan kelamin, mata, telinga, hidung dan tenggorokan. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian.

3. RSU Pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya.

RSU pemerintah kelas C dan RSU Swasta kelas Madya adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar yang meliputi spesialis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Dengan adanya kemampuan, pelayanan medis spesialistik dasar tersebut maka kelompok staf medis yang harus dipunyai adalah 4 (empat) yaitu kelompok staf medis penyakit dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, dan bedah. Pembentukan kelompok medis dapat dilakukan berdasarkan spesialisasi / keahlian.

4. RSU Pemerintah kelas D atau RSU Swasta kelas Pratama

RSU pemerintah kelas D dan RSU Swasta kelas pratama, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Karena itu jumlah dan jenis dokter spesialis sangat terbatas. Mengingat ketentuan kelompok staf medis minimal harus terdiri dari 2 (dua) kelompok staf

(3)

medis yaitu kelompok staf medis bedah dan kelompok staf medis non bedah. 5. Rumah Sakit Pendidikan

RS pendidikan adalah rumah sakit umum pemerintah kelas A dan kelas B, rumah sakit khusus pemerintah dan rumah sakit umum swasta kelas utama yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh fakultas kedokteran. Tenaga dokter di RS pendidikan pada umumnya cukup banyak dari segi jumlah maupun jenis spesialisasi dan sub spesialisasi. Karena itu kelompok staf medis di RS pendidikan dapat terdiri dari kelompok staf medis dokter spesialis dan kelompok staf medis dokter sub spesialis sesuai kebutuhan.

6. Rumah Sakit Khusus

RS khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu. Mengacu hal tersebut, rumah sakit khusus berdasarkan disiplin ilmu wajib mempunyai kelompok staf medis minimal 2 (dua) yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu yang menjadi kekhususan rumah sakit dan kelompok staf medis lainnya yang merupakan penggabungan dari disiplin-disiplin ilmu. Sebagai contoh RS Bersalin maka minimal haru membentuk staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis lainnya. RS bersalin yang cukup besar dan mempunyai dokter sub spesialis maka pembentukan kelompok staf medis dapat terdiri dari kelompok staf medis kebidanan dan kandungan dan kelompok staf medis dokter sub spesialis. Sedangkan kelompok staf medis Khusus berdasarkan jenis penyakit tertentu misalnya RS Kanker, RS Kusta, maka pembentukan kelompok staf medis sesuai dengan jenis dan jumlah dokter spesialis yang ada di rumah sakit tersebut. Pembentukan kelompok staf medis dapat dengan mengelompkkan sesuai spesialisasi / keahliannya.

7. Rumah Sakit yang mempunyai kerja sama operasional pelayanan

Kerja sama operasional (outsourcing) adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisnis kepada pihak luar (perusahaan jasa outsourcing). Hal-hal yang didelegasikan dalam outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnis tertentu untuk disisipkan. Pada saat ini pelayanan yang sering dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) adalah poliklinik gigi, laboratorium, radiologi, dan pelayanan medis lainnya, misalnya pelayanan jantung, pelayanan pasien orang asing, dan lain sebagainya. Dokter dan dokter gigi yang bekerja pada pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional harus

(4)

tetap sebagai staf medis rumah sakit dan dimasukkan ke dalam kelompok staf medis sesuai dengan jenis spesialisasi / keahliannya dan sesuai dengan kelompok staf medis yang ada di rumah sakit tersebut. Dokter yang bekerja di pelayanan yang dilakukan kerja sama operasional (outsourcing) tersebut secara adminitrasi di bawah manajemen kerja sama operasional (oursourcing) namun secara profesi tetap di bawah komite medik.

Proyek yang berjudul Rumah Sakit Mata ini merupakan kategori Rumah Sakit Khusus, karena hanya menangani pelayanan kesehatan di satu disiplin ilmu saja yaitu ilmu kesehatan mata saja.

2.2.1 Mata

2.2.1.1 Pengertian Mata

Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Mata terletak di dalam struktur tengkorak yang melindunginya, yaitu orbita (Vaughan, 2000).

Fungsi mata terutama untuk melihat, dan hal ini ditentukan oleh tajam penglihatan, kemampuan penglihatan warna, penglihatan dengan kedua mata untuk melihat stereoskopik, dan luasnya lapang pandangan.

2.2.1.2 Kesehatan Mata

Adapun bidang kesehatan mata itu meliputi : a. Meningkatkan kemampuan tajam penglihatan b. Mencegah terjadinya kebutaan, dengan jalan:

- Mencegah penyakit yang menyebabkan kebutaan - Mengobati penyakit yang menyebabkan kebutaan c. Merehabilitasi kebutaan

2.2.2 Gambaran Umum Rumah Sakit Mata 2.2.2.1 Definisi Rumah Sakit Mata

Rumah Sakit Mata sebagai penyelenggara fasilitas kesehatan, ikut serta dalam kegiatan lima misi rumah sakit yang terprogram dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN, 1982) yang mencakup semua segi perlindungan kesehatan dalam tahap sebagai

(5)

berikut:

- Kuratif, yaitu pengenalan (diagnosis) dan pengobatan (terapi) penyakit dari bentuk yang sederhana sampai yang rumit. Dalam hal ini adalah penyakit mata.

- Rehabilitasi medis, yaitu pemulihan untuk secepatnya mengembalikan orang sakit dalam rantai produksi sesuai dengan kemampuannya.

- Preventif, yaitu tindakan untuk pencegahan penyakit.

- Promotif, yaitu pembinaan kesehatan dan peningkatan pengetahuan dari sikap hidup sehat seluruh warga serta pemeliharaan lingkungan yang sehat.

- Edukatif, merupakan suatu kegiatan dalam bagian pendidikan yakni untuk menghasilkan tenaga medis dan para medis.

Selain itu Rumah Sakit Mata juga memiliki fasilitas penunjang, antara lain:

1. Fasilitas Optik yang menjual bermacam-macam alat bantu penglihatan dan perlengkapan lainnya yang berkaitan dengan mata.

2. Fasilitas penelitian yang berkaitan dengan penyakit mata dan masalah lain yang berhubungan dengan mata.

Dari hal-hal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peranan Rumah Sakit Mata antara lain:

1. Sebagai media tempat berobat bagi orang yang menderita penyakit atau gangguan mata.

2. Sebagai media tempat orang mencari informasi tentang seluk-beluk mata dan kelainan atau penyakitnya,

3. Sebagai wadah untuk mengkoordinir kegiatan-kegiatan sosial yakni penyuluhan kesehatan mata dan pengobatan ke desa-desa.

4. Menambah variasi fasilitas kesehatan yang ada di Sumatera Utara. 5. Sebagai wadah untuk melakukan kegiatan penelitian.

2.2.2.2Tujuan dan Tugas Rumah Sakit Mata

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2002:

1. Penyelenggaraan Rumah Sakit Mata bertujuan menyediakan sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian di bidang kesehatan mata dari tingkat dasar sampai spesialistik sesuai dengan tuntutan masyarakat dan

(6)

perkembangan IPTEK Kedokteran dan Spesialis Mata, serta menjadi sarana upaya rujukan.

2. Tugas Rumah Sakit Mata adalah melaksanakan pelayanan kesehatan mata dengan mengutamakan kegiatan pengobatan dan pemulihan pasien yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

2.2.2.3Kewajiban Rumah Sakit Mata

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1173/MENKES/PER/X/2002, setiap Rumah Sakit Mata dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban :

1. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit Mata dan standar spesialis mata yang ditetapkan.

2. Memberikan pertolongan pertama kepada pasien gawat darurat tanpa memungut biaya pelayanan terlebih dahulu.

3. Menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam. 4. Melaksanakan fungsi rujukan.

2.2.3 Faktor- faktor pengadaan Rumah Sakit Mata

Faktor-faktor pengadaan Rumah Sakit Mata yaitu:

1. Kesadaran masyarakat mengenai penyakit semakin baik, terutama dalam penyakit mata.

2. Degenerasi penyakit.

3. Tingginya grafik penderita penyebab kebutaan. 4. Kemajuan teknologi.

5. Pertambahan penduduk.

2.2.4 Pemeriksaan dalam Rumah Sakit Mata 1. Sentra Medical Check-Up

Pemeriksaan Medik Mata yang akan dilakukan oleh Dokter Spesialis mata yang lengkap atau komprehensif akan berbeda-beda bagi setiap orang atau pasien, tergantung pada usia, riwayat kesehatan diri dan keluarga, juga tanggal terakhir menjalani pemeriksaan mata, dan beberapa faktor lain yang ada keterkaitan dengan kelainan / penyakit mata. Oleh karena itu tidak semua bagian pemeriksaan

(7)

ophthalmologi dibawah ini akan dilakukan dalam pemeriksaan kepada anda. Ada beberapa teknik pemeriksaan dilakukan oleh assisten dokter mata atau paramedis dan hasil pemeriksaannya akan dilaporkan kepada dokter.

a. Riwayat Medik

Pemeriksaan awal, akan ditanyakan riwayat medik dan keluarga anda. Pemeriksaan ini mencakup tenteng kesehatan umum, riwayat alergi obat atau makanan yang sering dikonsumsi, dan riwayat pembedahan termasuk pembedahan di mata. Selama pemeriksaan saudara diminta dengan suka rela memberikan informasi kesehatan anda yang anda ketahui., dan yang ingin anda ketahui. Apabila pasien tidak mampu berkomunikasi atau tidak kooperatif maka dapat diwakilkan keluarga atau pengantar yang mengetahui keadaan anda / pasien.

b. Pemeriksaan Mata

1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Tajam penglihatan atau kemampuan anda untuk melihat detail halus dengan menggunakan penglihatan sentral, anda diperiksa dengan meminta anda untuk membaca huruf-huruf pemeriksaan mata Kartu Snellen yang hurufnya semakin mengecil, umumnya memakai jarak 6 meter. Hasil pemeriksaan dinyatakan berupa pecahan, misalnya 6/6, hal ini berarti menunjukkan bahwa pembilang menunjukkan anda diperiksa dengan jarak 6 meter, dan angka 6 penyebut menunjukkan kemampuan orang berpenglihatan normal membaca huruf terkecil. Pemeriksaan tajam penglihatan dapat dilakukan tanpa kaca mata yang anda miliki. Tajam penglihatan kanan dan kiri mungkin saja berbeda. Kelemahan tajam penglihatan pada satu mata bisa saja tanpa disadari karena mata yang kuat mendominasi persepsi penglihatan. Kelainan mungkin baru terbukti setelah anda memeriksakan diri. Bila anda sudah memakai kaca mata, kekuatan ukuran kaca dapat diukur juga. Ukuran kacamata yang biasa anda pakai merupakan data yang penting bagi dokter spesialis mata, meskipun kacamata itu jarang dipakai.

Kelainan refraksi dinyatakan apabila bayangan tidak terfokus dengan baik di retina. Kelainan refraksi mencakup:

1 Mata miopa atau rabun jauh yaitu kabur apabila melihat benda-benda yang jauh.

2 Mata Hipermetrropia atau rabun apabila melihat benda jauh atau dekat. 3 Mata Astigmatisme yaitu terjadi distorsi penglihatan.

(8)

4 Mata Presbiopia atau mata tua yaitu sulit memfokuskan obyek dekat karena kelemahan akomodasi.

2. Sentra Bedah Refraksi

Untuk menghilangkan ketergantungan kaca-mata atau lensa kontak, saat ini dapat dilakukan dengan tindakan LASIK (Laser in Situ Keratomileusis). LASIK adalah prosedur mutakhir dengan penyinaran laser dingin untuk mengoreksi gangguan refraksi, rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia) dan silinder (astigmatism). Setelah menjalani tindakan lasik, anda tidak lagi membutuhkan bantuan kaca-mata atau lensa kontak untuk dapat melihat dengan jelas.

Teknologi Intralase MethodTM Secara medis, Intralase MethodTM adalah teknologi sinar Laser intralase yang digunakan untuk menciptakan flap kornea dengan pendekatan 100% bebas pisau bedah. Pada awalnya LASIK dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Microkeratome, yang sebenarnya adalah pisau yang berfungsi menciptakan flap kornea.

Dengan Intralase MethodTM pembuatan flap dapat dilakukan tanpa harus menyentuh kornea mata sama sekali. Hasilnya ketebalan flap lebih akurat dan konsisten dan tidak ada jaringan atau lapisan kornea yang terbuang. Pembuatan flap dengan sinar laser memberikan hasil yang tidak saja lebih akurat dan konsisten, tapi juga terbukti dapat mengurangi resiko yang ditumbulkan oleh teknologi terdahulu Microkeratome.

Teknologi Intralase MethodTM juga memberikan hasil visual yang mengesankan. Bagi penderita gangguan mata refraksi seperti rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia) dan silinder (astigmatism) bisa mendapatkan penglihatan lebih baik ketika menggunakan teknologi ini. Pasien melaporkan kualitas penglihatan yang lebih baik secara keseluruhan, terutama kemampuan mereka melihat dalam kondisi cahaya redup, seperti waktu senja atau malam hari.

Selain Intralase yang berfungsi untuk membuat flap, sebagai pasangannya ada yang disebut teknologi laser Allegretto Wave yang berfungsi mengubah bentuk kornea seseorang sehingga bisa kembali normal.

Allegreto Wave merupakan teknologi laser tercepat di dunia saat ini yang juga dilengkapi fitur Perfect Pulse yang secara akurat mengendalikan setiap tembakan laser sehingga selalu tepat sasaran. Dengan system pelacak mata yang super cepat dan sinar sorot yang kecil, Allegretto Wave didesain untuk menjaga bentuk alami tiap kornea selama prosedur dilakukan.

(9)

Mesin Lasik Allegretto Mesin Intralase Presby-LASIK

Gambar 2.1 Macam-macam Mesin Bedah Refraksi

3. Sentra Katarak

Katarak pada akhirnya akan menyerang setiap Lansia. Katarak sendiri sebenarnya adalah pengeruhan lensa mata yang sebagian besar disebabkan oleh proses degeneratif, walaupun pada akhir-akhir ini banyak ditemukan katarak pada pasien yang jauh lebih muda dimana faktor penyebabnya antara lain adalah terpaan sinar UV dan gizi yang kurang seimbang.

Teknologi bedah katarak sendiri telah melalui beberapa fase evolusi sejak beberapa tahun belakangan ini. Kalau dahulu bedah katarak dengan teknologi yang disebut ECCE dan ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh, sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya yang mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama. Sementara dengan teknologi Phacoemulsification sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali tidak memerlukan jahitan.

Teknologi Phacoemulsification sendiri kini telah disempurnakan dengan apa yang disebut Cold Phacoemulsification; evolusi dari teknologi phacoemulsification konvensional, dimana jarum gelombang ultrasonik tidak lagi menimbulkan panas yang dapat menyebabkan iritasi pada mata pasien dan sayatan juga sangat kecil sehingga pemulihan menjadi lebih cepat. Dengan Cold Phacoemulsification, sayatan hanya sebesar 2–2,5 mm, sehingga operasi tidak lagi memerlukan jahitan dan tidak bocor.

Cold Phacoemulsification adalah teknologi yang sangat membantu para dokter melakukan tindakan secara tepat dan cermat, sehingga membuat waktu operasi menjadi

(10)

lebih cepat dengan tingkat komplikasi yang sangat minimal. Prosedur pemasangan lensa tanam pengganti lensa katarak dimasukkan dengan cara dilipat.

Teknologi Cold Phacoemulsification termodern adalah Stellaris, dengan kelebihan berikut ini:

1. Kinder cut

Pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.

2. Smaller incision

Insisi terdahulu biasanya 2.7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm. Implikasinya:

o Insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek samping yang biasa terjadi pada operasi katarak).

o Kecilnya insisi tersebut juga sangat menekan resiko terhadap infeksi (less bacteria can invade the eye and cause the infections)

3. Easy to operate

Karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi mikro tersebut maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan para dokter melakukan tindakan operasi.

4. Heals faster

Setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali menyetir dan mengangkat benda-benda berat. Rasa tidak nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari (real confession from patients: Singapore Times, Mind Your Body, page 10, 2008).

Kesemuanya itu ditawarkan demi kenyamanan pasien, tanpa harus mengorbankan harga yang lebih mahal.

(11)

4. Sentra Retina

Retina adalah lapisan dalam pada bagian belakang mata yang sangat vital keberadaannya bagi kemampuan penglihatan manusia. Dengan teknik kedokteran mata konvensional yang selama ini diterapkan, tidak semua gangguan pada retina dapat terdeteksi. Akibatnya, tidak sedikit penderita gangguan retina mengalami kehilangan daya lihat, baik secara tiba-tiba maupun perlahan-lahan. Mereka juga seringkali menunjukkan gejala-gejala penyakit lain yang diakibatkan oleh gangguan pada retina.

Beberapa peralatan medis dan bedah yang dimiliki oleh Sentra Retina adalah Complete Vitreoretinal Surgical Set berikut TSV (Transconjuctival Sutureless Vitrectomy), Micro-Endoscopy, Indirect Laser, PDT (Photo Dynamic Therapy), Diode and Yag Laser, Argon dan beberapa jenis alat medis lain. Sedangkan perlengkapan diagnostik yang tersedia diantaranya adalah Digital FP (Fundus Photography), FFA (Fundus Fluorescein Angiography), USG (Ultrasonography), FCM (Flare Cell Meter), Humphrey Visual Field Analyzer, Laser Interferometry, OCT (Optical Coherence Tomography) dan HRT (Heidelberg Retinal Tomography).

Gambar 2.3 Scanning Retina dengan alat OCT (Optical Coherence Tomography)

Dengan Heidelberg Retinal Tomography (HRT) prosedur diagnostik akan terasa lebih nyaman karena pemeriksaan tidak menyentuh bola mata sama sekali. Pasien juga dapat melihat hasil diagnostik langsung pada layar komputer atau via print-out tiga dimensi. Hasil diagnostik jadi lebih cermat dan dokter dapat mengambil keputusan pengobatan yang tepat sesuai dengan keadaan pasien.

(12)

Terapi Fotodinamik (PDT) ialah terapi untuk mempertahankan penglihatan yang tersisa akibat AMD (Age Related Macular Degeneration). Berkat PDT, pintu untuk mempertahankan penglihatan telah terbuka. Fasilitas terapi laser untuk pengobatan gangguan retina seperti laser Yag, laser diode, laser argon.

5. Sentra Glaukoma

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan bagian dari otak yang memproses informasi penglihatan.

Glaukoma adalah bagian penyakit mata yang menyebabkan proses hilangnya penglihatan, tetapi proses ini dapat dicegah dengan obat-obatan, terapi laser dan pembedahan. Perlu dicatat bahwa setelah terjadi hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh glaukoma, maka hal ini tidak dapat disembuhkan kembali, maka sangat penting untuk mencegah atau menghentikan proses hilangnya penglihatan ini.

Mata normal Mata dengan glaukoma

Mata dengan glaukoma tingkat lanjut

Gambar 2.4Gambaran proses hilangnya penglihatan oleh glaukoma

(13)

Mengukur tekanan bola mata

Gambar 2.5 Non Contact Tonometry (NCT)

Mengukur ketebalan kornea mata dan menganalisa sudut mata

Kornea adalah ―jendela‖ mata kita yang terdapat dibagian depan sebelah luar mata. Dengan mengukur ketebalan kornea mata akan membantu pengukuran tekanan bola mata secara lebih akurat. Dalam menganalisa sudut mata terkadang memerlukan alat imaging (pencitraan) yang canggih untuk hasil yang akurat. Dalam hal ini Sentra Glaukoma menggunakan alat imaging Anterior Segment OCT.

Gambar 2.6 Anterior Segment OCTPengetesan lapang pandang

Untuk pendeteksian kerusakan penglihatan khas glaukoma.

(14)

Pengambilan gambaran saraf optik

Gambar 2.8 OCT Print out alat OCT

Gambar 2.9HRT Print out alat HRT

6. Sentra Diabetik

Sentra Diabetik beranggotakan tim dokter yang terdiri dari spesialis penyakit dalam, spesialis penyakit mata, spesialis patologi klinik, dan ahli gizi. Sentra ini sengaja didirikan baik untuk melayani penderita diabetes dimana penderita telah mengalami gangguan pada penglihatannya, maupun bagi pasien yang tidak menderita diabetes namun disarankan untuk memeriksakan matanya secara teratur agar gejala penyakit diabetes maupun penyakit lain dapat terdeteksi lebih dini.

Karena diabetes dapat menimbulkan perubahan serius pada pembuluh darah di mata bagian belakang. Sekitar 60% dari penderita diabetes mengalami kerusakan pembuluh darah pada matanya. Salah satu dari pemeriksaan mata yang dilakukan oleh dokter spesialis mata adalah pemeriksaan retina, yaitu pemeriksaan yang dilakukan pada mata bagian belakang. Dengan pemeriksaan ini dokter spesialis mata dapat mendeteksi lebih awal adanya kelainan pada pembuluh darah mata yang merupakan tanda-tanda penyakit diabetes.

(15)

7. Sentra Keratoplasti (Transplantasi Kornea)

Kornea adalah lapisan bening yang berada dibagian paling depan dari bola mata. Cahaya yang masuk akan difokuskan sebagian besar melalui kornea sehingga kita dapat melihat dengan baik. Peran kornea untuk menghasilkan penglihatan yang tajam tergantung dari kejernihan, kehalusan permukaan dan kelengkungannya.

Jika kornea terluka, itu dapat menyebabkan bengkak atau luka yang secara perlahan penglihatan akan memburuk. Luka, bengkak atau bentuk lainnya (infeksi, jaringan parut) dapat menyebabkan penglihatan kornea menjadi keruh, yang menyebabkan penglihatan menjadi buram.

Kekeruhan kornea dapat terjadi apabila kornea terluka karena kecelakaan, terinfeksi oleh bakteri, jamur atau virus, akibat reaksi penolakan tubuh (autoimun), kelainan bawaan, kerusakan lapisan endotel akibat meningkatnya tekanan bola mata (glaukoma) dan komplikasi akibat tindakan bedah.

Penurunan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan, mulai dari rasa silau sampai terjadi penurunan ketajaman penglihatan sampai kebutaan.

a. Kondisi yang dapat menyebabkan seseorang memerlukan transplantasi kornea:

 Kekeruhan kornea setelah operasi mata, seperti operasi katarak

 Keratokonus, yaitu kelainan pada kornea akibat kelengkungan kornea yang abnormal

 Kelainan kornea bawaan, seperti Fuchs dystrophy, Granular dystrophy

 Kornea luka akibat infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur

 Lapisan kornea berlubang/bolong akibat trauma, infeksi yang parah

 Penolakan (rejection) pada kornea setelah transplantasi kornea pertama

b. Sebelum operasi

Langkah pertama adalah dokter spesialis mata Anda yang memutuskan apakah Anda memerlukan transplantasi kornea atau tidak. Apabila transplantasi kornea harus dilakukan maka nama Anda akan dicantumkan didalam daftar bank mata setempat untuk mendapat antrian kornea donor. Saat ini untuk mendapatkan sebuah kornea donor tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menunggu.

c. Saat operasi

 Umumnya operasi dilakukan dengan menggunakan bius umum kecuali untuk kasus tertentu yang terpaksa harus dilakukan bius lokal.

(16)

 Saat operasi mata Anda akan ditahan oleh alat spekulum untuk membuka lebar kelopak sehingga operasi pada kornea dapat dilakukan.

 Kornea mata Anda akan diukur untuk menentukan diameter kornea yang akan dibuang

 Kornea donor diukur diameternya juga untuk kemudian dipotong

 Kornea Anda dibuang kemudian diganti dengan kornea donor

 Kornea donor yang sudah dipasang di mata Anda kemudian dijahit dengan benang

 Ketika operasi telah selesai, dokter akan memberikan pelindung mata

d. Setelah operasi

Pemeriksaan mata setelah operasi akan dilakukan pada satu hari berikutnya. Jadi diperlukan rawat inap.

Hal-hal yang harus Anda perhatikan setelah selesai perawatan adalah:

 Menggunakan obat tetes sesuai dengan petunjuk resep dokter

 Hati-hati jangan menggosok atau menekan mata Anda.

 Pakai pelindung mata (plastik) terutama pada saat tidur/istirahat.

 Gunakan obat penghilang rasa sakit bila diperlukan

 Lakukan aktifitas sehari-hari tetapi hindari olahraga/kegiatan yang berat

 Hubungi dokter jika Anda mempunyai pertanyaan mengenai instruksi perawatan di rumah

 Untuk kontrol mata berikutnya dijadwalkan sesuai instruksi dari dokter

Dokter mata Anda akan memutuskan kapan harus melepas jahitan, tergantung dari kondisi mata dan tingkat kepulihan mata Anda. Umumnya jahitan diangkat setelah 9 bulan sampai 1 tahun setelah operasi.

e. Teknik Transplanti Kornea

DSAEK adalah suatu tehnik transplantasi kornea dimana lapisan paling belakang dari kornea (lapisan endotel) yang sudah rusak dibuang dan diganti oleh lapisan endotel baru yang sehat. Lapisan endotel baru tersebut merupakan bagian dari kornea donor yang didapat dari bank mata.

Tehnik DSAEK merupakan tehnik tranplantasi kornea terbaru yang memberikan hasil yang lebih baik daripada tehnik transplantasi kornea sebelumnya yaitu penetrating keratoplasty (PKP). Prosedur operasi DSAEK hanya memerlukan luka operasi yang lebih kecil dan tidak dilakukan penjahitan kornea sehingga perbaikan penglihatan dapat dicapai lebih cepat serta resiko reaksi penolakan (rejection) sangat kecil.

(17)

Gambar 2.10. Alat Dsaek

8. Sentra Uvea Dan Imunologi

Konjungtivitis Gonorrhoe (GO) adalah radang selaput mata luar, hiper akut dengan sekret Purulent (kuning kental seperti nanah) yang disebabkan oleh kuman Gonorrhoe (GO).

Konjungtivitis GO adalah satu-satunya peradangan selaput mata luar yang dapat meyebabkan kebutaan temporer atau menetap, yang dimulai dengan Keratitis (peradangan kornea), tukak kornea sampai terjadi perforasi/lubang kornea dan peradangan Bola Mata sehingga menimbulkan kebutaan tanpa didahului oleh trauma.

Pengobatan atau tindakan termasuk kedaruratan mata sehingga pasien harus di Rawat Inap, pengobatannya antara lain:

• Dilakukan pemeriksaan kuman

• Dilakukan irigasi mata dan diberikan antibiotika yang sesuai secara masif.

9. Sentra Lensa Kontak

Pemasangan lensa kontak merupakan suatu tindakan untuk mengatasi gangguan refraksi. Lensa kontak dipasang menempel pada lapisan air mata yang membasahi permukaan depan mata. Tiap kali mata berkedip, kelopak mata menggerakkannya sedikit. Gerakan ini memungkinkan air mata segar mengalir dibawah lensa untuk melumasi dan memberi oksigen kepada kornea. Pemasangan lensa kontak mempunyai potensi komplikasi medik yang fatal. Selain itu dapat pula menimbulkan ketidakpuasan penglihatan bagi pemakainya.

Secara praktis lensa kontak mudah dipasang tetapi membutuhkan diagnostik dan penanganan pemeriksaan pendahuluan yang teliti. Pemeriksaan spesifik untuk mengetahui tingkat kelengkungan dan permukaan kornea serta pemeriksaan kuantitas

(18)

dan kualitas air mata perlu dilakukan agar pengguna dapat merasa nyaman setelah pemasangan lensa kontak. Pemeriksaan ini menggunakan peralatan khusus dan sebaiknya dimonitor oleh Dokter Spesialis Mata.

Untuk memberikan kemudahan dan pelayanan terpadu kepada pemakai lensa kontak, Rumah Sakit Mata menyediakan fasilitas klinik lensa kontak tersendiri. Sentra Kontak Lensa melengkapi dirinya dengan peralatan diagnostik terkini serta didukung oleh tim dokter, refraksionis dan konsultan yang sangat profesional. Disamping itu, Sentra Kontak Lensa menyediakan berbagai jenis dan ukuran Lensa Kontak seperti: Rigid Gas Permeable, Disposable Soft Contact Lens; Regular dan Colored.

Untuk meningkatkan pengetahuan mengenai pemasangan lensakontak, JEC Sentra Kontak Lensa juga memberikan pelatihan / pengenalan potensi-potensi bahaya yang dapat terjadi pada pemakai lensa kontak serta kiat-kiat untuk mencegah komplikasi.

10. Sentra Bedah Plastik Mata

Untuk tampil lebih percaya diri, banyak diantara kita yang memutuskan untuk menjalani bedah plastik. Namun bedah plastik bukan pilihan yang mudah karena banyak sekali kasus bedah plastik kosmetik mata yang mengakibatkan komplikasi pada organ mata yang bersifat sementara atau permanen.

Tujuan bedah plastik mata adalah untuk meningkatkan fungsi dan penampilan mata. Dokter spesialis mata yang memiliki keahlian okuloplasti akan melakukan bedah plastik apabila indikasinya jelas dan niat pasien sudah bulat.

Pelayanan bedah plastik mata meliputi 2 jenis operasi plastik:

Pertama adalah bedah rekonstruksi, dilakukan untuk memperbaiki kalainan-kelainan pada kelopak mata, tulang-tulang rongga mata dan sistem saluran air mata.

(19)

Sesudah Operasi Rekonstruksi

Kedua adalah bedah kosmetik yang dilakukan untuk membuat mata menjadi cantik.

Sebelum Blefaroplasti Kelopak Atas

Sesudah Blefaroplasti Kelopak Atas Gambar 2.11 Macam-macam Bedah Plastik Mata

Sentra Bedah Plastik Mata menyediakan bedah plastik mata menggunakan teknologi Kelman radiofrequency, dimana operasi yang dilakukan minimal perdarahan.

2.3 TINJAUAN PROYEK 2.3.2 Deskripsi Proyek

Proyek yang berjudul Rumah Sakit Mata Medan ini merupakan proyek yang berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan mata serta merupakan pusat rujukan, pendidikan, dan penelitian.

Berdasarkan pengertian di atas, maka Rumah Sakit Mata adalah suatu banguan atau kelompok bangunan yang merupakan pusat pelayanan kesehatan mata yang tidak hanya berfungsi melayani pengobatan masalah kesehatan mata juga melayani

(20)

pencegahan timbulnya kesehatan mata dengan mengadakan kegiatan pengajaran dan penyuluhan pada masyarakat mengenai masalah kesehatan mata dengan tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat Sumatera Utara terhadap pelayanan kesehatan mata dan menunjang peningkatan kesejahteraan masyarakat dari segi kesehatan.

2.3.3 Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Rumah Sakit Mata ini beralasan sebagai berikut:

1. Medan merupakan kota metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya sebagai pusat kegiatan di Sumatera Utara.

2. Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan. 3. Tingkat ekonomi dan sosial budaya yang cukup tinggi.

2.3.4 Kriteria Pemilihan Lokasi

Gambar 2.12 Gambar Peta Kota Medan dan WPP

WPP E

Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan.

WPP A

Merupakan Pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, pendidikan

WPP B

Merupakan Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan.

WPP C

Merupakan kawasan Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan

WPP D

Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanent, penanganan sampah dan sarana pendidikan.

(21)

Sebagai sebuah bangunan publik, pendidikan, dan kesehatan untuk semua lapisan masyarakat, hal pertama yang harus dilakuakn ialah memilih lokasi yang mendukung keberadaan Rumah Sakit Mata beserta fasilitas pendukungnya tersebut, yaitu :

1. Lokasi merupakan daerah wilayah pengembangan 2. Berada di pusat kota

3. Dapat dicapai dengan mudah dari berbagai tempat dalam cakupan Sumatera Utara, dan transportasi menuju lokasi lancar.

4. Dekat dengan kawasan urban kota sebagai acuan untuk sasaran pengunjung yang diperkirakan akan menjadi pengunjung utama untuk bangunan ini.

5. Tidak berada pada kawasan perindustrian

Penentuan lokasi harus sesuai dengan kebijakan pemerintah terhadap peruntukan lahan kota. Berdasarkan RUTRK, wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dikelompokkan ke dalam 5 Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), yaitu :

Tabel 2.1 Peruntukan lahan untuk WPP Kotamadya Medan

WPP Cakupan Kecamatan Pusat Pengembangan Sasaran Peruntukan A 1. Medan Belawan 2. Medan Marelan 3. Medan Labuhan

Belawan Pelabuhan, industri,

permukiman, rekreasi, maritim, usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septic tank, pendidikan

B 1. Medan Deli Tanjung Mulia Kawasan perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, permukiman, pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan. C 1. Medan Timur 2. Medan Perjuangan 3. Medan Tembung 4. Medan Area 5. Medan Denai 6. Medan Amplas

Aksara Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan kesehatan.

D 1. Medan Johor 2. Medan Baru 3. Medan Kota 4. Medan Maimoon 5. Medan Polonia

Inti kota Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor, permukiman dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanent, penanganan sampah dan sarana pendidikan.

E 1. Medan Barat 2. Medan Helvetia

Sei Sikambing Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program

(22)

3. Medan Petisah 4. Medan Sunggal 5. Medan Selayang 6. Medan Tuntungan

kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan kesehatan. Sumber : RUTRK Medan

Berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam RUTRK diatas, maka WPP yang tepat untuk membangun Rumah Sakit Mata adalah pada WPP C dan E, yaitu untuk peruntukan wilayah sarana kesehatan.

Tabel 2.2 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan pusat dengan kepadatan sedang. Berada pada kawasan dengan popularitas dan citra kawasan yang baik.

2. Wilayah Pengembangan

Berada di WPP yang sesuai dan merupakan termasuk dalam wilayah pengembangan kota Medan.

3. Lingkungan Terletak di antara fungsi-fungsi lain yang menunjang aktivitas pada bangunan.

Dekat dengan sarana pendidikan, perdagangan, permukiman, serta rekreasi.

4. Pencapaian atau aksesibilitas

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum ,pribadi mapun pribadi.

5. Area pelayanan Lingkungan sekitar merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan seperti fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

Berada di titik tengah antara beberapa rumah sakit umum pemerintah maupun swasta, untuk menunjang fungsinya sebagai rumah sakit rujukan rumah sakit dan klinik mata.

6. Utilitas kota / lingkungan

Dekat dengan jaringan utilitas yang memadai sebagai pendukung dalam lokasi site ( listrik, air, telefon, drainase, dll )

7. Status kepemilikian Ada status hak milik

8. Nilai lahan Sebaiknya nilai lahan diusahakan seminimum mungkin 9. Orientasi Orientasi bangunan sebaiknya dapat mengurangi cahaya

yang masuk kedalam bangunan

10. View Adanya view yang bagus baik dari dalam site maupun dari luar site.

11. Ukuran lahan Harus mencukupi untuk program fungsional dan fasilitas-fasilitas yang direncanakan. ( > 1 Ha )

12. Kontur tapak / topografi

Sebaiknya relatif datar untuk memudahkan perencanaan bangunan.

(23)

2.3.5 Analisis Pemilihan Lokasi

Berdasarkan kriteria diatas, maka diputuskan memilih 2 alternatif lokasi yang sesuai untuk proyek Rumah Sakit Mata Medan dari masing-masing WPP, yaitu :

1. Alternatif 1

- Berada di persimpangan Jl.Perintis kemerdekaan dengan Jl. Gaharu

- Kecamatan Medan Timur - Wilayah WPP C

- Permukiman, perdagangan (showroom, Bank, Kantor Telkom ) rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan (Universitas, Sekolah ) dan kesehatan.

Gambar 2.13 Peta lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

2. Alternatif 2

- Berada di jalan Gatot Subroto

- Kecamatan Medan Sunggal

- Wilayah WPP E

- Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana pendidikan dan

kesehatan.

(24)

2.3.5.1 Alternatif Lokasi

1. Lokasi Proyek : Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur Luas Lahan : ±1,5 Ha

Kontur : Relatif datar

Gambar 2.15 Batas-batas Alternatif Lokasi 1

Sebelah Barat

berbatasan dengan lahan kosong, dan Jalan Gaharu yang merupakan kawasan pemukiman dan

perbengkelan

Sebelah Selatan

berbatasan dengan jalan

kosong, dan perumahan. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Timor yang bersebrangan dengan kampus HKBP Nomensen

Utara berbatasan dengan Jalan Printis Kemerdekaan yang merupakan kawasan perkantoran, pemukiman, dan komersil, terdapat Bank Ekonomi, Showroom, dan

(25)

2. Lokasi Proyek : Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Medan Sunggal Luas Lahan : ±1,5 Ha

Kontur : Relatif datar Batas-batas Site

Gambar 2.16 Batas-batas Alternatif Lokasi 2

Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Gatot Subroto dan perkantoran antara lain Jasa Raharja, Rajawali Nusindo, dan gudang

Sebelah Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk.

Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Pesantren dan ruko Tomang Elok yang berfungsi sebagai hunian dan komersil.

Sebelah Barat berbatasan dengan lahan kosong.

(26)

2.3.5.2. Penilaian Alternatif lokasi Parameter Kriteria Lokasi 1 Jl. Perintis Kemerdekaan Lokasi 2 Jl. Gatot Subroto Struktur kota Sesuai dengan RUTRK Permukiman, perdagangan, rekreasi, pembangunan saluran air minum, septic tank, sarana pendidikan, dan

kesehatan.

Kawasan permukiman, perdagangan, rekreasi, program kegiatan sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanent, sarana

pendidikan dan kesehatan. Lokasi terhadap fungsi sekitar yang mendukung Berada di daerah pendidikan, perumahan, kesehatan dan perdagangan. Berada di daerah perumahan, pertokoan, kesehatan dan perkantoran. Citra lingkungan Baik Baik Wilayah pengembangan WPP C WPP E Pencapaian Akses kendaraan pribadi

Dapat dilalui oleh kendaraan pribadi

Dapat dilalui oleh kendaraan pribadi Akses kendaraan umum Banyak Banyak Akses pejalan kaki

Ada, kondisi trotoar baik

Ada, kondisi trotoar baik Jalur sirkulasi Lebar diatas 6m,

pedestrian 2m Lebar diatas 6m, pedestrian 2m Jarak dari stasiun kereta api Medan Dekat Jauh Area pelayanan Dekat dengan fungsi lain Permukiman, perdagangan, perkantoran, rekreasi dan pendidikan Permukiman, perdagangan, rekreasi indoor, perkantoran, pendidikan, rumah sakit,

(27)

dan pasar

Utilitas Tersedia, kondisi baik Tersedia, kondisi baik Persyaratan Status

kepemilikian

Hak milik Hak milik

View Terdapat

dipersimpangan

sehingga dapat dilihat dari penjuru ruas jalan

Terdapat dipersimpangan sehingga dapat dilihat dari penjuru ruas jalan

Orientasi Intensitas cahaya tidak begitu tinggi

Intensitas cahaya sedang

Ukuran lahan 1,7 Ha 1,5 Ha

Kontur tapak / topografi

Relatif datar Relatif datar

PERINGKAT 1 2

Tabel 2.3 Penilaian Alternatif Lokasi

2.3.5.3 Analisis dan Penilaian Lokasi

No Kriteria Lokasi 1 Lokasi 2 Jl. Perintis Kemerdekaan Jl. Gatot Subroto 1. Kawasan inti dari pusat pelayanan

kesehatan yang sudah ada.

+++ ++

2. Nilai lahan minimum ++ +++

3. Daerah komersil dan pendidikan. +++ +++

4. Pencapaian

Kendaraan pribadi Kendaraan umum Pejalan kaki

Pencapaian dari luar daerah

+++ +++ +++ +++ +++ +++ +++ +

5. Sarana pendukung di sekitar Hotel (rad. 500m)

Pusat perbelanjaan (rad. 500m) Rumah makan (rad. 500m) Sarana dan prasarana (rad. 500m)

+++ +++ +++ +++ + +++ ++ +++

6. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++

7. Kepadatan lalu lintas rendah + ++

(28)

9. Posisi site +++ ++

Jumlah 40+ 36+

Tabel 2.4 Perbandingan Alternatif Lokasi

Maka berdasarkan kriteria di atas dpat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Rumah Sakit Mata adalah alternatif lokasi 2 yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan.

2.4 STUDI KELAYAKAN

2.4.1 Kelayakan Pembangunan Proyek

Dalam rangka pembangunan Rumah Sakit Mata di Sumatera Utara diperlukan studi kelayakan atau studi pendahuluan, dengan fokusnya adalah mengkaji tentang faktor eksternal rumah sakit mata.

Studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan usaha tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan (Nitisemito dan Burhan, 2004).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, penyakit mata (gangguan refraksi dan kongjungtivis) menduduki 2 dari 10 besar penyakit rawat jalan. Tingginya angka kesakitan mata menjadikan suatu acuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas kesehatan mata.

(29)

Menurut survey nasional tahun 1996, 1,5 % penduduk di Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama katarak. Hal ini merujuk dari hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 yang dilakukan Departemen Kesehatan. Sedangkan 25 % dari penduduk Indonesia butuh kacamata, akibat kelainan refraksi untuk membantu penglihatan. Sementara itu 135 juta orang di dunia menggunakan kacamata, lebih tinggi dari penyandang tunanetra.

Angka kebutaan negara lain di Regional WHO Asia Tenggara yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0 %), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %), WHO memperkirakan, ada 45 juta penderita kebutaan di dunia. Tiap menit ada 12 orang buta di dunia. Di Indonesia tiap menit ada satu orang menjadi buta. Sebagian besar berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi lemah..

Peringkat Penyebab Kebutaan Jumlah (%) Dari Total Penduduk Indonesia 1 Lensa 0,78 2 Glaucoma / N II 0,20 3 Kelainan refraksi 0,14 4 Retina 0,13 5 Cornea 0,10 6 Others 0,15 Total blindness 1,5

Tabel 2.6 Peringkat penyebab kebutaan di Indonesia

Jenis Penyakit 2005 2006 2007 2008 2009 Katarak 96.148 98.619 100.108 101.730 103.337 Glaukoma 24.653 25.286 25.668 26.084 26.496 Refraksi 17.257 17.700 17.968 18.259 18.547 Gangguan Retina 16.024 16.436 16.684 16.955 17.222 Gangguan Kornea 12.326 12.643 12.834 13.042 13.248 Penyakit lainnya 18.490 18.965 19.251 19.563 19.872 Total 184.898 189.649 192513 195.633 198.722

Tabel 2.7 Proyeksi Jumlah penderita Penyakit Mata penyebab kebutaan di propinsi Sumatera Utara sampai tahun 2009 (berdasarkan Survey Kesehatan Indera tahun 1993-1996).

Besarnya penumpukan (backlog) kasus kebutaan yang cenderung terus bertambah. Menurut data survey penyakit mata, di Propinsi Sumatera Utara masih terdapat 172.110 penduduk buta. Jadi, penanganan operasi mata yang baru dilakukan kepada 15% penderita.

(30)

Jadi, sasaran dari pembangunan rumah sakit mata ini adalah mengurangi angka kebutaan yang dimana terdapat 80% avoidable blindness—penyebab kebutaan yang dapat dihindarkan.

2.4.2 Analisis SWOT

Analisis pembangunan rumah sakit mata didasarkan pada kondisi eksternal melalui analisis Strenght, Weakneasess, Opportunities, dan Threats (SWOT).

A. Kekuatan (Strengths)

1. Tahun 1984 Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) telah dirintis sehingga saat ini program UKM/PK telah menjadi kegiatan pokok Puskesmas dengan pendekatan kesehatan masyarakat (komunitas).

2. Terselenggaranya pelayanan kesehatan indera baik oleh pemerintah maupun masyarakat /LSM yang lebih menekankan pada peningkatkan daya jangkau pelayanan operasi bedah katarak dan kelainan refraksi

3. Tersedianya tenaga kesehatan terlatih (dokter umum dan perawat, ahli Gizi) dalam Upaya Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) dan Penanggulangan Kebutaan Katarak Paripurna (PKKP)

4. Tersedianya sarana pendidikan dokter spesialis mata dan pendidikan ahli refraksionis

5. Adanya kesediaan dan kesiapan untuk mobilisasi bagi tenaga dokter spesialis mata, perawat mahir mata, ahli gizi dan refraksionis optisien (RO) dan tenaga elektro medik

B. Kelemahan (Weakness)

1. Kurangnya kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan

2. Belum tertatanya sistem pelayanan kesehatan indera penglihatan yang komprehensif

3. Belum memadai jumlah tenaga kesehatan terkait dibandingkan dengan jumlah penduduk yang harus dilayani.

a. Rasio dokter spesialis mata: 1:250.000 (WHO 1:20.000) b. Rasio refraksionis optisien: 1:100.000 (WHO 1:10.000)

4. Belum meratanya distribusi tenaga kesehatan terkait. Sebanyak tujuh puluh persen (70%) dokter spesialis mata berada di kota-kota besar di pulau Jawa

(31)

5. Belum memadainya kompetensi tenaga kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer

6. Terbatasnya puskesmas yang memiliki fasilitas peralatan pemeriksaan kesehatan mata dasar (28% dari jumlah Puskesmas yang ada)

7. Lemahnya manajemen penganggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan mulai dari pusat sampai ke daerah

8. Terbatasnya jumlah lembaga pendidikan D3 Refraksionis Optisien (RO) C. Peluang (Opportunities)

1. Adanya lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam dan luar negeri, organisasi profesi dan kemasyarakatan, dunia usaha, serta media massa yang berperan serta dalam penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan

2. Infrastruktur masyarakat yang mendukung yang dapat dilibatkan dalam Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan seperti PKK, Dasawisma, Karang Taruna, Kader Kesehatan, Posyandu, dll

3. Pencanangan program WHO : Vision 2020 – The Right to Sight, memungkinkan untuk mendapat bantuan dari donor luar negeri dan dalam negeri.

4. Penetapan optikal yang distribusinya luas sebagai sarana kesehatan primer dengan adanya Keputusan Menteri kesehatan

5. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan merencanakan dan melaksanakan program – program pembangunan sesuai dengan kebutuhan setempat sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Wewenang Pusat dan Propinsi

6. Perubahan kurikulum program pendidikan dokter spesialis (PPDS) memungkinkan percepatan produksi dokter spesialis mata dari 4 menjadi 3 tahun dan mobilisasi residen spesialis mata ke daerah-daerah yang membutuhkan D. Tantangan (Threats)

1. Besarnya penumpukan (backlog) kasus kebutaan yang cenderung terus bertambah

2. Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan saat ini belum menjadi program unggulan.

3. Banyaknya pasien yang berobat mata ke luar negeri.

4. Banyaknya optikal tak berizin (ilegal), di sisi lain banyaknya optikal yang memiliki izin tetapi belum memadai

(32)

2.5. TINJAUAN FUNGSI

2.5.1 Deskripsi Pemakai dan kegiatannya.

Pengunjung dan pemakai Rumah Sakit Mata Medan dapat dikategorikan dalam beberapa kelompok pengunjung dan pemakai yaitu:

1. Pasien

Pasien rumah sakit dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan:

 Berdasarkan tinjauan wilayah

 Berdasarkan jenis kelamin, yaitu pasien wanita, pasien laki-laki.

 Berdasarkan usia, yaitu pasien dewasa, pasien anak-anak, dan pasien manula

 Berdasarkan jenis pelayanan yang diinginkan pasien, terdiri atas:

a. Pasien yang berobat ke poliklinik, dimana setelah berobat pasien dapat langsung pulang.

b. Pasien yang berobat ke unit gawat darurat, dimana pasien setelah berobat dapat langsung pulang atau bila diperlukan perawatan yang lebih intensif maka pasien akan dikirim ke bagian perawatan.

c. Pasien yang datang ke optik untuk membeli alat bantu penglihatan atau untuk memeriksa penglihatannya.

Dari keterangan di atas, maka pasien yang datang ke Rumah Sakit Mata ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu:

 Pasien rawat inap, umumnya karena:

a. Penyakit yang diderita pasien termasuk gawat

b. Pasien perlu mendapat pengawasan yang ketat dan teliti dari staf media. c. Keluarga pasien tidak mampu lagi menangani pasien

 Pasien rawat jalan, pasien yang datang ke poliklinik dengan batas waktu tertentu untuk pengobatan dan kontrol kesehatan.

2. Staf Medisfungsional, dibagi menjadi:

a. Dokter poliklinik, yaitu dokter umum yang melakukan pemeriksaan pertama kali sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis

b. Dokter unit gawat darurat

c. Dokter unit perawatan inap, yaitu dokter yang biasanya juga praktek di poliklinik dan datang ke ruang inap untuk memeriksa pasien secara berkala, sebelum melakukan pemeriksaan, dokter harus melihat data-data pasien di pos perawat.

(33)

d. Dokter ahli gizi, yaitu dokter yang memeriksa gizi atau mengontrol gizi pasien.

e. Dokter spesialis, yaitu dokter yang memiliki keahlian dalam salah satu penyakit khusus, dimana dalam kasus ini yaitu spesialis mata.

3. Perawat, bertugas melayani pasien pada masing-masing instalasi, seperti instalasi operasi, laboratorium, rawat inap, polispesialis, poliklinik, gawat darurat.

4. Pegawai Administrasi, yaitu orang yang bekerja mengurus administrasi rumah sakit.

5. Pengunjung, yaitu:

 Pembesuk, yaitu orang yang datang menjenguk pasien yang sakit.

 Tamu direksi

 Pengunjung optik, yaitu orang yang datang ke optik dengan maksud membeli kacamata, menebus resep kacamata dari dokter.

6. Apoteker, yaitu orang yang bekerja meracik obat di apotek 7. Peneliti, yaitu orang yang bekerja di laboratorium

8. Analis

Karakteristik pengunjung Rumah Sakit Mata Medan, berdasarkan:

 Segi Usia

Pengunjung bangunan tidak memiliki batasan usia.

 Segi strata ekonomi

Secara umum pengunjung tidak dibatasi dari segi ekonomi.

2.5.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

Pembagian Ruang dalam Rumah sakit dapat dibagi dalam zona berikut ;

a. Zona pertama, merupakan zona terluar yang bersifat publik dan orientasinya adalah masyarakat umum, terdiri dari :

1. Penunjang utama kesehatan

Pada dasarnya terdapat tiga cara yang umum dilakukan oleh sebuah rumah sakit untuk menunjang program kesehatan, yaitu melalui pendidikan dan training, memberikan bantuan teknis dan bantuan administrasi. Hal ini dikarenakan pasien rawat jalan menggunakan semua fasilitas diagnosa dan terapi selama kunjungannya. Perhatian harus ditujukan pada sirkulasi yang

(34)

harus memberikan aliran yang tidak terganggu dari berbagai jalur lalu lintas yang melintasi bagian itu. Juga harus dirancang untuk menangani kursi roda dan kereta sorong.

2. Bagian Administrasi

Dilakukan oleh karyawan di bagian administrasi, staf, dan direksi rumah sakit. Diadakan pada hari kerja, yaitu Senin-Sabtu dari jam 08.00-15.00 WIB.

Kegiatan Tata Usaha di bidang administrasi, antara lain:

a. Bagian umum, mengurus administrasi pasien rawat jalan dan pasien rawat nginap.

b. Bagian Medical Record, mencatat segala surat keluar dan masuk serta membuat / memcatat kartu pasien yang berobat baik itu pasien lama maupun pasien baru.

b. Zona Analisa, bagian yang memproses pekerjaan yang dilimpahkan dari zona pertama, terdiri dari :

1. Laboratorium

Fungsi utama laboratorium klinis adalah melakukan uji atau test klinis dalam enam bidang utama yaitu bakteriologi, biokimia, histologi, serologi, haematologi dan sitologi untuk membantu staff medis dalam melakukan dan mengkonfirmasi diagnosa dan dalam pengobatan serta pencegahan penyakit. Praktek perawatan medis modern memerlukan lebih banyak pengujian klinis. Laboratorium ini haruslah berada di lantai dasar untuk dapat melayani pasien rawat jalan, bagian unit gawat darurat dan bagian penerimaan pasien. Juga harus berdekatan dan mudah diakses oleh bagian bedah.

Ruangan dibutuhkan untuk hal-hal berikut :

a. Ruang kerja dengan ruang untuk peralatan, mikroskop, inkubator, sentrifugal, dll. Ruang kerja juga harus diperlengkapi dengan vakum, gas, peralatan listtrik, baik dan air.

b. Bak untuk mencuci tangan dan membuang cairan yang tidak beracun. c. Tempat pengumpulan spesimen untuk darah, urine dan feses. Daerah

pengumpulan spesimen darah, harus dilengkapi dengan meja kerja, ruang tempat duduk pasien dan bak air untuk mencuci tangan.

(35)

Sementara untuk bagian pengambilan spesimen urine dan fases, harus ada toilet dilengkapi dengan bak air, tempat untuk menempatkan spesimen. Jendela kecil disediakan untuk menyerahkan spesimen. d. Fasilitas penyimpanan untuk bahan pereaksi, standar, suplai dan

spesimen lainnya dalam bentuk slide mikroskopik.

e. Penyimpanan untuk cairan kimia dan cairan yang mudah terbakar. f. Bak darah untuk tempat penyimpanan darah dalam kulkas – dibahas

terpisah.

g. Bagian administrasi termasuk kantor, kesekretariatan dan pekerjaan administrasi serta ruang untuk arsip dan pencatatan.

h. Fasilitas staff. i. Daerah sterilisasi.

j. Tempat pencucian gelas – bagian kotor yang harus dipisahkan dan ditutup.

k. Penyimpanan spesimen bedah.

2. Apotek

Apotek diperuntukkan bagi pasien luar (out-patient) dan pasien dalam yang rawat nginap (in-patient) yang aktivitas didalamnya meliputi pemesanan,pembelian, penyimpanan dan dispensing semua obat.

c. Zona proses, merupakan daerah transisi antara zona terluar dan dalam, terdiri dari:

1. Ruang operasi

Dilakukan oleh ahli medis. Ruang operasi merupakan ruang yang paling kompleks, namun paling penting di dalam suatu rumah sakit. Lokasi terbaik untuk bagian operasi adalah yang memungkinkan aliran pasien yang mulus dan tidak terganggu, serta adanya kemudahan bagi staff dan alat kebersihan berlalu lalang. Ruang operasi sebaiknya diletakkan ditengah dan di lantai bawah agar mudah dicapai dari segala ruang perawatan dan pasien dari luar. Perlu diperhatikan integrasinya dengan baik lain yang erat hubungannya dengan ruang operasi, yaitu klinik, dan ruang steril induk.

(36)

a. Zona terluar, yang terdiri dari ruang administrasi, ruang penerima. b. Zona tengah, yang merupakan tempat kerja diluar aktivitas beda,

dan batas terjauh yang dapat dimasuki oleh pegawai atau orang luar. Yang termasuk dalam zona ini recovery room dan gudang. c. Zona dalam, adalah ruang bedah yang harus terjaga kebersihan dan

tingkat sterilnya. Dalam zona ini orang luar tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan ini.

Fasilitas Ruang pada Ruang operasi:

a. Kantor, ruang administrasi dan ruang terima pasien.

b. Ruang transfer. Ruangan ini harus cukup luas untuk memindahkan pasien dari trolley ruang nginap ke trolley ruang operasi.

c. Ruang ganti untuk staff medis.

d. Ruang anastesi. Proses anastesi termasuk pekerjaan paling rumit dan memerlukan keterlibatan penuh selama operasi berlangsung. Aktivitas ini juga memerlukan kantor, tempat menyimpan peralatan dan tempat khusu melakukan induksi.

e. Setiap unit ruang operasi tidak boleh kurang dari 6M x 6M (36M2), dan memiliki akses dari ruang anastesi, ruang membersihkan badan dan ruang supply namun dengan pintu yang terpisah.

f. Ruang scrub up (membersihkan badan). Fasilitas ini dapat melayani dua ruang operasi. Didalam ruang ini para staff medis memakai baju, masker, dan mencuci tangan.

g. Ruang pencucian. Satu ruang pancucian dapat melayani dua ruang operasi. Ruang ini digunakan untuk membersihkan peralatan.

h. Ruang Sub Steril. Ruang ini digunakan untuk mensterilkan peralatan yang sudah dipakai, jika sistem sterilisasi yang dipakai tidak sentral.

i. Tempat penyimpanan trolley. Diperlukan tempat untuk menyimpan trolley pasien yang dioperasi. Tempat ini tidak boleh menghalangi pintu.

j. Ruang recovery (ruang penyembuhan). Ruangan ini disediakan untuk menunggu pasien sadar dari pengaruh bius sesudah operasi. Ruang ini ditempatkan didekat pintu masuk pasien.

(37)

k. Storage. Didalam ruang penyimpanan harus disediakan bagi keperluan berikut :

a) Peralatan bedah yang bersih seperti perban, linen, dll b) Air yang steril

c) Alat bius

d) Persediaan darah, tulang dan mata

2. Ruang Kebidanan

Bagian ini hampir sama dengan ruang operasi, namun pada ruang ini tidak selalu harus aseptik seperti halnya ruang operasi.

d. Zona Perawatan, merupakan zona terdalam tetapi memiliki akses ke zona terluar yaitu ke daerah publik, terdiri dari :

1. Ruang Inap

Dilakukan bila pasien memerlukan pemeriksaan dan pengawasan ekstra. Kegiatan ini diadakan setiap hari khusus untuk pasien rawat inap, dan untuk pasien rawat jalan dilaksanakan pada hari kerja. Ruang rawat inap ini dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu :

a. Ruang VIP : 1 tempat tidur b. Ruang kelas I : 2 tempat tidur c. Ruang kelas II : 4 tempat tidur d. Ruang kelas III : 5 tempat tidur

Ruang inap digunakan untuk menampung pasien yang terkena beberapa hal, sehingga ruang inap berfungsi sebagai :

a. Menggantikan fungsi rumah dalam hal memberikan makan, mandi dan tidur secara teratur.

b. Memberikan kemudahan memeriksa, merawat dan mengobati penyakit yang diderita pasien.

c. Menyiapkan pasien agar dapat kembali ke kehidupannya semula. Bentuk dari ruang inap :

a. Nighttingale

Ruang inap terdiri dari 25-30 tempat tidur dengan bentuk yang persegi dan dibuat dalam bentuk perencanaan terbuka (open plan) dimana servis area letakkan di salah satu atau kedua ujung

(38)

sebelah ruang perawat atau ruang pengawas diletakkan di gang diantara dua barisan tempat tidur. Bentuk ruang inap ini merupakan ruang yang paling bising diantara tipe yang ada. b. Koridor tunggal

Susunan ruang sederhana dengan koridor disatu sisi yang digunakan untuk melayani ruangan disisi lain. Bentuk ruang seperti ini memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat diterangi dan diatur sirkulasinya secara alami dan lewat jendela. Ruang perawat dan ruang servis diletakkan di tengah sehingga jaraknya dengan ruang yang dilayani dapat diminimalkan.

c. Koridor double

Type koridor double ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Hubungan langsung antara kamar pasien dan ruang

perawat

2. Fleksibilitas pelayanan yang tinggi bagi pasien dan dapat memanfaatkan pelayanan yang disebarkan di bagian tengah

3. Mengisolasi aktivitas dan percakapan petugas didalam ruang tengah sehinnga di dalam koridor luar tidak ribut dan mengganggu pasien

4. Bagian yang pertama disebut ruang pelayanan kotor, dan digunakan untuk menyimpan dan membersihkan peralatan dan kain yang kotor

5. Bagian yang kedua disebut clean utility, dan digunakan untuk menyimpan kartu pasien, pakaian bersih, dan perlengkapan lain yang disalurkan dari pusat peralatan dan ruang steril

6. Lify ditempatkan diluar ruang perawatan untuk mengurangi gangguan suara

d. Bentuk L

Pada ruang ini ruang servis dan ruang pendukung diletakkan terpisah sehingga tidak saling mengganggu dengan ruang inap

(39)

e. Bentuk T

Keuntungan type ini sama dengan bentuk L, dimana servis dan penunjang diletakkan pada bagian yang vertikal sedang ruang inap yang dilengkapi dengan koridor dibagian horizontal.

f. Bentuk sirkuit balap (Race Track Ward)

Ruang inap diletakkan di bagian lingkar luar dari denah yang berbentuk persegi dengan sisi yang relatif panjang, sedang ruang servis dan penunjang diletakkan di tengah. Dengan demikian ruang untuk pasien memiliki view ke luar tetapi ruang staff medis tidak. Petugas medis harus menempuh koridor yang relatif panjang dalam melayani ruang inap dan komunikasi antara staff agak sulit. Hal ini dikarenakan penempatan ruang yang linier dan panjang

g. Bentuk Silang

Bentuk denah ruang inap ini diletakkan pada tingkat luar dan ruang servis dan penunjang diletakkan dibagian tengah pada perpotongan sisi vertikal dan horizontal. Bentuk ini menghasilkan sirkulasi yang berpotongan dan ruwet.

Ruang-ruang rawat inap sebaiknya dikelompokkan dalam bagian sebagai berikut :

1. Ruang VIP terletak dalam 1 blok, jendela kamar berorientasi ke pandangan luar yang lapang/ke taman dengan jumlah pasien VIP 1 orang dengan fasilitas kamar mandi di dalam

2. Ruang kelas I dan II digabung dalam 1 blok

3. Kelas I untuk 2 tempat tidur dan kelas II untuk 4 tempat tidur 4. Ruang kelas III untuk 6 tempat tidur

5. Bila ruang perawatan tidak berada di lantai dasar harus ada akses yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus

6. Akses pencapaian ke setiap ruangan/blok harus dapat dengan mudah dicapai

7. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung

(40)

8. Sinar pagi sedapat mungkin masuk 9. Alur petugas dan pengunjung terpisah

10. Setiap ruangan atau minimal pada setiap stasiun perawat terdapat wastafel dengan air mengalir

11. Tidak digunakan bahan yang mudah terbakar

12. Kamar perawatan harus mendapat pencahayaan matahari yang cukup 13. Bila mungkin pintu utama menuju blok perawatan kedap asap dan

tidak mudah terbakar

e. Zona kelima, yaitu kelompok ruang-ruang servis, yaitu : 1. Bagian makanan dan dapur

Sebagai tempat penyediaan makanan bagi pasien rawat inap. Sistem pelayanan dapur yang diterapkan adalah sentralisasi. Konsep tata ruang unit dapur mempunyai hubungan yang kuat dengan unit perawatan. Perletakan unit dapur ditempatkan pada daerah servis jauh dari pencapaian maupun penglihatan pengunjung serta memiliki pintu masuk/keluar sendiri.

Lokasi dapur sebaiknya ditempatkan di lantai dasar dan dapat dicapai langsung dari tempat menurunkan barang dari luar yang harus dimasukkan ke dalam kamar pendingin tanpa melewati koridor yang diperuntukkan untuk publik dan petugas medis. Sistem pendistribusian makanan yang terpusat dalam desentralisasi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sistem terpusat seluruh makanan disiapkan didapur pusat lalu dikirimkan ke ruang inap. Lalu peralatan yang kotor dikumpulkan kembali lalu dibersihkan secara terpusat, memerlukan pegawai yang relatif lebih sedikit, kualitas makanan sering menurun, dan makanan menjadi dingin karena lamanya waktu distribusi dan transportasi. Sistem desentralisasi makanan tetap terjaga, baik kehangatan maupun kualitasnya, memerlukan petugas yang lebih banyak, dan ruang dapur, pencucian piring jumlahnya lebih banyak dan tersebar.

Komponen dapur, yaitu :

1. Gudang dan ruang pendingin untuk bahan makanan 2. Tempat memasak

(41)

4. Makanan khusus 5. Pencucian piring

2. Laundry

Fasilitas khusus untuk perlengkapan unit perawatan dan kebutuhan pasien Kegiatan cuci terdiri atas :

- Penerimaan, collecting, dan sorting - Disinfeksi bila perlu

- Pencucian dan pemisahan - Pengeringan

- Setrika - Perbaikan

- Pemberian kode dan pembungkusan - penyimpanan

- pengiriman

Sebaiknya diletakkan di lantai dasar berdekatan dengan ruang linen yang ditempatkan secara terpusat. Ruang linen yang terpusat digunakan untuk mensupply seluruh bagian dan harus dilengkapi dengan rak penyimpanan, ruang menjahit, dan memberi tanda pakaian baru.

Pakaian serta linen yang harus dicuci harus disortir di ruang pakaian dan kain kotor yang diletakkan paling ujung dari ruang cuci. Untuk pencucian kain kotor dapat diserahkan pada orang luar atau dikerjakan sendiri. Jika dikerjakan sendiri harus dilengkapi dengan ruang dan fasilitas pengeringan dan pencucian.

Fasilitas ini mencakup : 1. Ruang pakaian kotor

2. Ruang pakaian bersih dan ruang jahit

3. Gudang penyimpanan untuk kereta pakaian yang sudah selesai di cuci

4. Ruang cuci dan peralatan yang memungkinkan keperluan linen minimal selama 7 hari

5. Gudang untuk petugas kebersihan dan gudang untuk menyimpan supply barang habis pakai beserta peralatan yang dibutuhkan

Gambar

Gambar 2.2 Macam-macam Mesin Sentra Katarak
Gambar 2.8 OCT Print out alat OCT
Gambar 2.12 Gambar Peta Kota Medan dan WPP
Tabel 2.1 Peruntukan lahan untuk WPP Kotamadya Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN REALISASI KOMULATIF KREDIT USAHA RAKYAT SUMBAR. SUMBER DATA BANK PELAKSANA POSISI : DESEMBER

(4) Angka Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dinilai dan ditetapkan dari tugas jabatan dengan mempertimbangkan pengalaman dalam pelaksanaan tugas di bidang sistem

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui Samsat J’bret pada kantor Cabang Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam

+ )iskusikan dengan keluarga tentang alternatif koping adaptif?sumber pendukung dalam menangani masalah perawat klien ". <eluarga dapat menggunakan koping yang telah

Manfaat dari penelitian ini adalah agar para penikmat drama Jepang, terutama drama Misaki No.1 bisa mengetahui dan lebih memahami pesan moral omoiyari yang ditunjukkan

[r]

Maksud dari Penyusunan Rencana Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Minahasa Tenggara ini adalah untuk mengetahui dan mendokumenkan perencanaan dalam kurun