• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Pelayanan Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) RSUP. H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Pelayanan Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Terpadu (Rindu) RSUP. H. Adam Malik Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di tengah kondisi persaingan pada sektor jasa yang semakin meningkat,

mengharuskan perusahaan untuk terus meningkatkan pelayanan bagi

konsumennya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenangkan

persaingan tersebut adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan, karena

kualitas pelayanan mendorong pelanggan untuk tetap setia kepada produk dan

pelayanan suatu perusahaan sehingga berdampak kepada peningkatan market share suatu produk. Kualitas pelayanan sangat krusial dalam mempertahankan pelanggan dalam waktu lama (Tjiptono, 2011).

Kualitas pelayanan terjadi ketika harapan terpenuhi, dan sebaliknya,

kesenjangan pelayanan terjadi ketika dirasakan atau dialami pelayanan tidak

konsisten dengan pelayanan yang diharapkan .Untuk mengukur kualitas pelayanan

yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang dirasakan, dibuatlah skala

yang dikembangkan oleh Parasuraman pada tahun 1985, yang dikenal dengan

skala SERVQUAL dengan 10 dimensi dan disempurnakan pada tahun 1988 menjadi 5 dimensi yaitu tangibility, reliability, responsiveness, assurance, dan

empathy (Parasuraman, Zeithaml, Berry & Leonard, 1988). Tangibility meliputi bukti fisik pelayanan, seperti fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan karyawan,

(2)

untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan mempertimbangkan

ketepatan waktu pelayanan, assurance berarti pengetahuan dan kesopanan karyawan, dan kemampuan mereka untuk menyampaikan kepercayaan dan

keyakinan kepada pelanggan melalui kompetensi, kredibilitas, dan keamanan,

empathy adalah karyawan memberikan perhatian dan peduli terhadap pelanggan (Tjiptono,2011).

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin kompetitif di

lingkungan bisnis, telah mengubah pola pikir masyarakat dalam memilih dan

memberikan penilaian terhadap suatu jasa pelayanan perusahaan. Rumah sakit

sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa kesehatan dihadapkan

dengan tantangan persaingan dan lingkungan yang kompetitif. Menjawab

tantangan persaingan di masa yang akan datang, rumah sakit harus dapat

menciptakan jasa dan produk baru yang berteknologi tinggi, inovatif dan kreatif,

sehingga dapat memenuhi harapan dan kepuasan pasien serta tetap eksis dan

bertahan di tengah-tengah masyarakat (Andriani & Sunarto, 2009). Tumbuhnya

persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat dan tajam tersebut maka setiap

rumah sakit dituntut untuk mempertinggi daya saing dengan berusaha

meningkatkan kualitas pelayanan dan memberikan kepuasan kepada semua

pasiennya. Kepuasan pasien merupakan satu elemen yang penting dalam

mengevaluasi kualitas layanan dengan mengukur sejauh mana respon pasien

setelah menerima jasa. Dengan adanya kualitas pelayanan yang baik di dalam

rumah sakit akan menciptakan kepuasan bagi para pasien (Azwar, 1996). Rumah

(3)

pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan administrasi dan pelayanan

kesehatan. Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat

jalan dan unit rawat inap (Muninjaya, 2001).

Ruang rawat inap (opname) adalah ruang tempat pasien dirawat oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien diinapkan di

suatu ruangan di

2008 telah mencapai 2.775.813 orang, dengan jumlah yang demikian besar dapat

menjadi input bagi rumah sakit untuk meningkatkan finansial dan kualitas layanan kesehatan (Depkes, 2009).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang

dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan

rata-rata pasien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

pelayanan yang telah ditetapkan. Dua unsur penting dalam upaya peningkatan

pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan

pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Dengan

semakin banyaknya tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan, maka

fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan dalam rumah sakit

secara bertahap perlu terus ditingkatkan, agar menjadi lebih efektif dan efisien,

serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat (Marsuli,

2005).

Kualitas pelayanan keperawatan sangat penting bagi organisasi kesehatan.

Para ahli telah mendefinisikan kualitas keperawatan berdasarkan hasil penelitian

(4)

kualitas keperawatan memenuhi kebutuhan manusia melalui rasa peduli, empati,

bertanggung jawab, jujur, dan pembela sebagai landasan esensial (Burhans &

Alligood, dalam Nashrat, 2011). Kualitas pelayanan perawatan merupakan

aplikasi pengetahuan ilmu medis yang tepat bagi perawatan pasien dan

mempertimbangkan resiko-resiko akibat intervensi pelayanan kesehatan dan

keuntungan yang diharapkan darinya, yang menimbulkan rasa puas atau tidak

pada pasien. (Gillies, 1989). Kepuasan didefinisikan sebagai suatu respon

pelanggan terhadap pelayanan yang diterima dan ditinjau berdasarkan pengalaman

yang dialaminya. Kepuasan juga mempertimbangkan apa yang di rasakan oleh

pelanggan, pelanggan akan memberikan penilaian tentang suatu yang mereka

dapatkan (Oliver, 1980).

Di Indonesia penilaian kualitas dan Quality Ansurance (QA) telah mendapat perhatian sejak tahun 1978. Rumah Sakit Gatot Subroto merupakan

rumah sakit yang pertama menerapkan upaya penilaian mutu, yang didasarkan

atas derajat kepuasan pasien. Setelah itu beberapa rumah sakit juga menerapkan

pengembangan kegiatan mutu pelayanan dengan cara yang berbeda, seperti rumah

sakit Husada Jakarta membuat penilaian mutu atas dasar kepuasan pasien sejak

1984, rumah sakit Adi Husada Surabaya membuat penilaian mutu atas dasar

penilaian perilaku dan pelaksanaan kerja perawat, serta Rumah Sakit dr. Sutomo

Surabaya telah melaksanakan penilaian mutu terhadap infeksi nosokomial

(Jacobalis, 1998).

(5)

kepuasan pasien (Setyawati, 2009). Semua variabel kualitas pelayanan secara

signifikan memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien (Wiyono & Wahyudin,

2005). Pada evaluasi kualitas pelayanan rawat inap terdapat 52,94% pasien tidak

puas dengan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Marsuli, 2005).

Hasil penelitian selanjutnya tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pasien dan word of mouth (WOM) di RSUP Sanglah Denpasar menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan pasien rawat jalan di RSUP Sanglah Denpasar. Implikasi

praktis dari hasil penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak

manajemen untuk meningkatkan kinerja kualitas pelayanan rawat jalan RSUP

Sanglah Denpasar berdasarkan 32 indikatornya (Trarintya, 2011).

Temuan penelitian yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti terdahulu

menjelaskan bahwa rumah sakit sebagai salah satu bentuk perusahaan yang

bergerak di bidang kesehatan sangatlah perlu memprioritaskan pada kualitas

pelayanan untuk meningkatkan posisi kompetitifnya agar pasien mencapai

kepuasan dan akan merekomendasikan rumah sakit tersebut kepada keluarga,

rekan maupun relasi lainnya (Trarintya, 2011).

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan merupakan

rumah sakit pemerintah kelas A yang dikelola pemerintah pusat, sekaligus

sebagai rumah sakit pendidikan dan penelitian. Salah satu instalasi yang dimiliki

RSUP H. Adam Malik Medan adalah instalasi Rawat Inap Terpadu (Rindu) A dan

B yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap penyakit dalam dan

(6)

Untuk mengetahui kinerja dan mutu pelayanan di instalasi/unit rawat inap dapat

diketahui dari target dan realisasi pasien berdasarkan tinggi rendahnya indikator

yang dicapai, selama kurun waktu lima tahun 2007 – 2011. Indikator mutu

pelayanan di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan tersebut adalah

sebagai berikut: untuk tahun 2007 dari target pasien di rawat sebanyak 15.308

pasien terealisasi 17.899 pasien, tahun 2008 dari target 19.689 pasien terealisasi

20.699 pasien, tahun 2009 dari target 21.014 pasien terealisasi 21.616 pasien,

tahun 2010 dari target 24.173 pasien terealiasi 26.082 pasien dan tahun 2011 dari

target 27.702 pasien terealisasi 37.762 pasien, maka dapat disimpulkan bahwa

kunjungan pasien di ruang rawat inap terpadu setiap tahunnya meningkat dengan

rata-rata realisasinya mencapai 113,8% Sedangkan Bed Occupancy Rate (BOR) RSUP H. Adam Malik Medan telah mencapai 67,9 – 82,5%. Selanjutnya keadaan

SDM kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 yang paling

banyak jumlahnya adalah tenaga keperawatan yang mencapai 602 perawat

(50,3%) dari 1.197 tenaga kesehatan, sementara tenaga perawat di ruang rawat

inap terpadu jumlahnya 362 orang (63,62%) dari 569 tenaga kesehatan (Profil

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011).

Namun demikian indikator pelayanan dan tenaga SDM tersebut tidak

hanya dicapai oleh RSUP H. Adam Malik Medan, tetapi ada juga beberapa rumah

sakit di Medan mencapai peningkatan jumlah pasien yang hampir sama, begitu

juga kuantitas dan kualitas SDM yang tidak jauh berbeda dengan RSUP H. Adam

Malik Medan, seperti RSUD dr. Pirngadi Medan, RSU Columbia Asia, dan RSU

(7)

yang baik dari RSUP H. Adam Malik Medan. Dengan demikian dalam hal

kualitas pelayanan keperawatan , RSUP H. Adam Malik Medan harus bisa lebih

baik dari rumah sakit lain untuk memenangkan persaingan atau kompetitif.

Kualitas pelayanan menjadi penting, bagi sebuah rumah sakit hal ini untuk

memenuhi setiap harapan pasien agar pasien merasa puas dengan semua

pelayanan yang telah diberikan oleh sebuah rumah sakit.

RSUP H. Adam Malik Medan yang telah menjadi rujukan rumah sakit

rawat inap dari rumah sakit daerah, baik dari Aceh, Riau, dan Sumatera Barat.Hal

ini menjadi suatu prestasi yang membanggakan bagi rumah sakit pemerintah yang

berada jauh dari ibu kota negara. Namun demikian pelayanan rumah sakit dinilai

belum dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pasien, hal ini didasarkan pada

hasil monitoring dan evaluasi tahap I oleh tim Komite Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) Kementerian Kesehatan RI Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 6

Desember 2011, RSUP H. Adam Malik Medan mendapat nilai 45. Selanjutnya

pada tanggal 16 Mei 2012 dilakukan monitoring dan evaluasi tahap II dengan

nilai 60,8 dan monitoring dan evaluasi tahap III tanggal 26 Agustus 2012

dilakukan oleh tim yang sama dengan nilai 61,08. Berdasarkan hasil nilai tersebut

KARS menyimpulkan bahwa RSUP H. Adam Malik Medan masih belum

memenuhi standar mutu pelayanan, karena masih banyak kendala dan masalah

yang dijumpai di lapangan terkait dengan indikator mutu pelayanan, seperti

kurangnya komunikasi tenaga kesehatan terhadap pasien, masih tingginya keluhan

pasien, rendahnya tingkat kepuasan pasien, tindakan medis atau perawat tidak

(8)

petugas kesehatan serta serta banyak lagi hambatan dan kendala lainnya,

sedangkan standar minimal untuk mutu pelayanan kesehatan rumah sakit

berdasarkan indikator mutu pelayanan adalah dengan nilai 80 (Profil RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2012).

Adanya masalah kualitas pelayanan kesehatan terhadap pelayanan pasien,

adanya peningkatan jumlah pasien program jamkesmas atau jamkesda dan

beberapa fenomena yang dirasakan pasien tentang pelayanan kesehatan terutama

pelayanan keperawatan khususnya di RSUP H. Adam Malik Medan, maka perlu

dilakukan suatu penelitian yang terkait dengan kualitas pelayanan keperawatan di

ruang rawat inap, karena baik buruknya kualitas pelayanan keperawatan dapat

mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karena

itu, penelitian ini diberi judul pengaruh kualitas pelayanan keperawatan terhadap

kepuasan pasien di ruang rawat inap terpadu (Rindu) RSUP H. Adam Malik

Medan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah adalah apakah

ada pengaruh kualitas pelayanan keperawatan terhadap kepuasan pasien di ruang

rawat inap terpadu (Rindu) RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan keperawatan terhadap

kepuasan pasien di ruang rawat inap terpadu (Rindu) RSUP H. Adam Malik

(9)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap terpadu

(Rindu) RSUP H. Adam Malik Medan.

b. Mengetahui kepuasan pasien di ruang rawat inap terpadu (Rindu) RSUP H.

Adam Malik Medan.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga ada pengaruh

kualitas pelayanan keperawatan terhadap kepuasan pasien di ruang rawat

inap terpadu (Rindu) RSUP H. Adam Malik Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi RSUP.H.Adam Malik Medan

Dengan mengetahui kualitas pelayanan keperawatan terhadap kepuasan

pasien, maka pihak mangemen rumah sakit sebagai pengelola dapat

merencanakan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

langkah-langkah dan strategi mengambil keputusan untuk membuat program peningkatan

kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit khususnya di ruang rawat inap

terpadu (Rindu) sesuai dengan keinginan dan harapan pasien, sehingga pasien

merasa puas.

1.5.2. Bagi perawat ruang rawat inap terpadu (Rindu)

Dengan mengetahui tentang kualitas pelayanan keperawatan yang

diberikan kepada pasien, maka perawat dalam memberikan pelayanan kepada

pasien lebih optimal lagi sesuai dengan standar yang ada, baik standar operasional

(10)

dampak yang positif bagi pelayanan keperawatan rumah sakit sehingga harapan

pasien terpenuhi dan kepuasan dirasakan oleh pasien.

1.5.3. Bagi peneliti

Untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian

yang berhubungan dengan kualitas pelayanan keperawatan terhadap kepuasan

Referensi

Dokumen terkait

PERANGKAT PENGOLAH DATA DAN KOMUNIKASI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

Pentingnya Udara Bersih bagi Pernapasan 3..

Dari penafsiran berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat ditarik dua kesimpulan: (1) adanya “laba” kenangan menjadi sebuah nilai tambah yang penting bagi para murid

Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tua.Sifat remaja yang ingin memperoleh

[r]

Hubungan antara "pelayanan dengan usia", pada umur produktif (17 – 35 tahun) terlihat cenderung memilih angkuran umum kereta api karena tingkat

Surat yang memberi perintah pada bank untuk membayar sejumlah uang kepada pihak penerima pembayaran

dalam Umno pada tahun 1951.. Dato Onn yang mahu membuka keahlian kepada bukan Melayu 33 yang. menyebabkan orang Melayu tidak setuju. Selain itu