• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN TERHADAP BENTUK PERANCANGAN CONVENTION CENTER DI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN TERHADAP BENTUK PERANCANGAN CONVENTION CENTER DI SURAKARTA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN KARAKTERISTIK WAYANG PUNAKAWAN

TERHADAP BENTUK PERANCANGAN CONVENTION

CENTER DI SURAKARTA

IMPLEMENTATION OF WAYANG CHARACTERISTIC

TOWARD DESIGN FORM OF CONVENTION CENTER IN

SURAKARTA

Fitria Meralda *1, Dr. Ir. A. Hadi Prabowo, MT2, Ir. Endhi I Purnomo, MSP

1,2Universitas Trisakti, Jakarta Barat 3Jurusan Arsitektur, Universitas Trisakti, Jakarta

*e-mail: 1fitria052001600124@stid.trisakti.ac.id, 2ahadipra@gmail.com, 3endhipoernomo59@gmail.com

ABSTRAK

Wayang merupakan salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa. Wayang juga bukan hanya sebagai sarana hiburan namun juga sebagai sarana komunikasi melalui lakon cerita pewayangan yang dianggap merupakan cerminan kehidupan manusia dan mengandung makna moral pada cerita ini. Salah satu cerita wayang yang terkenal di Jawa Tengah yaitu Wayang Punakawan. Punakawan ini memiliki empat karakter utama yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Keempat karakter ini sendiri mencerminkan berbagai karakter manusia. Tujuan penerapan Wayang Punakawan ini agar generasi anak muda saat ini tidak melupakan kesenian yang sangat berharga ini dan dapat dilestarikan di kemudian harinya. Penerapan budaya ini juga penting untuk menjual daya tarik wisata agar para pendatang mengetahui kekhasan dari daerah setempat. Metode identifikasi karakteristik tokoh wayang ini melalui metode teori kajian semiotika dengan bantuan studi literatur sehingga menghasilkan masing-masing karakteristik sifat maupun fisik pada Punakawan ini. Hasil kajian ini akan diinterpretasikan sebagai tampilan visual pada perancangan Convention Center di Surakarta. Arsitektur Semiotika merupakan ilmu mengenai bagaimana tanda dapat diidentifikasi. Identifikasi karakteristik dari budaya tersebut dapat dibantu juga dengan metode deskriptif yang dibantu dengan studi literatur. Melalui metode inilah sebagai proses bagaimana identifikasi karakteristik Punakawan yang dituangkan kedalam tampilan arsitektural dari perancangan ini.

Kata kunci: Wayang, Punakawan, Semiotika, Convention Center

ABSTRACT

Puppet or wayang is one of the traditional arts that grows and develops in Javanese society. Puppet is also not only as a means of entertainment but also as a means of communication through story plays that are considered a reflection of human life and contain moral meaning in this story. One of the famous wayang stories in Central Java is Punakawan Puppet. Punakawan has four main characters namely Semar, Gareng, Petruk, and Bagong. These four characters themselves reflect various human characters. The purpose of implementing this Punakawan Puppet is so that the current generation of young people will not forget this very valuable art and can be preserved later on. The application of this culture is also important to sell tourist attractions so that migrants know the uniqueness of the local area. The method of identifying the characteristics of this puppet character through the semiotic study theory method with the help of literature studies so as to produce each of the physical and physical characteristics of this Punakawan. The results of this study will be interpreted as a visual display in the design of the Convention Center in Surakarta. Semiotic Architecture is the science of how signs can be identified. Identification of the characteristics of these cultures can also be helped by descriptive methods which are aided by the study of literature.

(2)

Through this method as a process of identifying the characteristics of Punakawan as outlined in the architectural appearance of this design.

Keywords : Wayang, Punakawan, Semiotika, Convention Center

A. PENDAHULUAN

Convention Center merupakan tempat penyelenggaraan MICE. MICE merupakan fasilitas yang mewadahi dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition dalam skala nasional dan internasional. MICE merupakan aset negara artau kota itu sendiri karena menjual daya tarik wisatanya sehingga tampilan visual dari bangunannya penting. Wisatawan akan mengidentifikasi makna dan fungsi dari bangunan tersebut melalui tampilan visualnya. Tampilan visual dari suatu bangunan bisa diidentifikasi dari budaya atau kebiasaan dari daerah yang ditempati tersebut. Perancangan Convention Center ini akan dibangun di Surakarta.

Wayang merupakan salah satu hasil budaya kesenian Jawa Tengah. Salah satu cerita wayang yang terkenal yaitu Wayang Punakawan. Wayang Punakawan merupakan salah satu peninggalan Sunan Kalijaga yang bertujuan untuk menyebarkan Agama Islam pada masa transisi Hindu sekitar tahun 1500 di Kerajaan Demak. Kebudayaan Wayang Punakawan dapat mewakilkan budaya yang dapat dijual daya tarik wisatanya agar menarik para wisatawan yang datang ke Kota Surakarta. Perlunya gagasan pengembangan ide agar bangunan ini menjadi makna dari cerita Wayng Punakawan ini.

Arsitek berkeinginan mengajak orang awam untuk memahami desainnya dalam bentuk komunikasi. Dalam perkembangan arsitektur, gaya semiotika mulai banyak digunakan sejak arsitektur post-modern yaitu dimana arsitek mulai menyadari kesenjangan arsitek dengan orang awam yang merupakan pemakai

lingkungan itu sendiri. Oleh sebab itu diperlukan pemahaman dan pemakaian arsitektur semiotik yang dimana membahas tentang hubungan antara tanda dan bagaimana manusia mengartikannya. Tanda-tanda yang dimanfaatkan untuk beromunikasi antar manusia perlu dikaji berdasarkan konvensi, contohnya penggunaan simbol. Di dalam semiotika arsitektur terdapat tiga unsur yaitu sintaksis, pragmatik, dan semantik.

Berdasarkan penjelasan diatas, muncul pemikiran untuk mendesain sebuah Convention dan Expo center di Surakarta yang mengedepankan unsur ciri khas dari karakter wayang Punakawan dan makna yang ingin disampaikan. Teori Arsitektur Semiotik dapat dikatakan sesuai untuk dijadikan pendekatan dalam perancangan ini.

Permasalahan yang akan dipecahkan adalah bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Convention dan Expo Center dengan menerapkan konsep arsitektur semiotika pada elemen bangunan, bentuk masa serta ornamen arsitektural yang terinspirasi dari cerita wayang Punakawan.

Tujuan

Tujuan yang ingin didapat dalam perancangan ini ialah menyusun konsep perencanaan dan perancangan Convention dan Expo Center dengan menerapkan konsep arsitektur semiotika pada elemen bangunan, bentuk masa, serta ornamen arsitektural.

(3)

B. STUDI PUSTAKA

Tampilan visual yang akan dirancang pada perancangan ini akan mengambil dari kisah Wayang Punakawan. Punakawan berasal dari kata pana yang bermakna ”paham”, dan kawan yang bermakna “teman”. Maksudnya ialah, para punakawan tidak hanya sekedar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan seringkali mereka bertindak sebagai penasehat majikan mereka (Kaelola, 2010: 257-258). Sunan Kalijaga membuat Punakawan untuk tujuan menyebarkan agama Islam pada masa transisi Hindu. Makna dari Punakawan ialah mengingatkan manusia agar selalu ingat Tuhan dalam kelebihan dan kekurangan pada masing-masing individu dalam melakukan apapun. Punakawan terdiri dari 4 tokoh yaitu Semar, Gareng, Petruk, serta Bagong. Keempat karakter ini akan diuraikan sebagai berikut. Pertama, Semar mempunyai sifat jujur, tidak sombong, dan bijaksana dan merupakan karakter utama yang disegani oleh para kstaria atau lawannya. Semar memiliki ciri rambut kuncung yang mewakili jiwa muda namun berwajah tua dan badannya gemuk. Semar memiliki mata yang sayu atau terlihat sedih. Kedua, Gareng merupakan anak angkat Semar yang mempunyai sifat percaya diri namun tidak pandai berbicara sehingga selalu salah persepsi. Secara fisik, Gareng memiliki banyak kekurangan yaitu mata juling, cacat tangan dan kaki. Ketiga, Petruk merupakan anak kedua dari Semar. Ia memiliki sifat panjang akal, cerdas, dan pandai berbicara. Secara fisik, Petruk merupakan karakter yang paling sempurna diantara semua tokoh Punakawan. Petruk memiliki hidung yang mancung dan tubuh yang tinggi dan kurus dan memiliki kaki dan tangan yang panjang. Keempat, Bagong adalah anak terakhir yang dimana merupakan bayangan dari

Semar ini sendiri. Secara fisik hampir sama seperti Semar yang membedakan adalah mata. Mata Bagong terlihat besar menyala dan memiliki mulut yang lebar. Bagong memiliki watak penghibur sehingga penuh dengan lelucon hingga kadang-kadang menunjukkan ketidaksopanannya. Bagong memiliki tangan dengan jarinya yang lebar bermakna bahwa Bagong siap untuk bekerja keras.

Pada setiap cerita pagelaran wayang, Gunungan merupakan hal yang penting. Gunungan merupakan simbol kehidupan. Makna bentuk gunungan merupakan segi lima dan bentuk yang meruncing ke atas adalah makna bahwa manusia di hidup ini menuju yang di atas yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Definisi Convention adalah pertemuan secara umum dan formal oleh sekumpulan orang dari kelompok social atau kelompok bisnis bertujuan untuk bertukar pikiran atau pendapat dan informasi yang berkaitan dengan situasi tertentu atau permasalahan maupun kebijakan dari para pesertanya dan biasanya ditentukan oleh waktu yang terbatas tanpa frekuensi yang harus ditentukan (Fred Lawson, 1981). Tampilan visual yang dapat diterapkan pada convention center ini yaitu melalui pendekatan arsitektur semiotika. Istilah semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang memiliki arti sebagai tanda. Tanda akan menyampaikan suatu informasi sehingga pendekatan ini bersifat komunikatif. Kajian teori semiotika yang berada di keilmuan seni desain rupa dan komunikasi dapat dijadikan sebagai alat pengkaji makna wayang terutama wayang Punakawan sehingga dapat digunakan oleh desainer sebagai sumber inspirasi untuk ide desain visual perancangan Convention Center ini.

Teori semiotika yang akan digunakan yaitu teori semiotika oleh Charles Sanders Pierce.

(4)

Sachari menjelaskan tentang teori semiotika Pierce dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Budaya Rupa” bahwa seiotika merupakan segi relasi tanda antara satu tanda dengan tanda lainnya. Teori semiotika Pierce terdiri dari tiga kelompok utama, yaitu: -Semiotika Sintaksis, membahas tanda dalam tata ruang serta kerja sama atau kesamaan antara tanda tersebut.

-Semiotika Semantik, mempelajari tentang hubungan atara tanda dengan donatatum atau penafsirannnya serta menyangkut arti dan makna dari bentuk-bentuk arsitektur.

-Semiotika Pragmatik, mempelajari tentang pengaruh tanda dengan pemakai bangunannya yang brtkaitan dengan fungsi dari tanda tersebut.

Arsitektur semiotika semantik merupakan wujud tanda yang dapat diamati, dipahami, dan dibaca. Semantik merupakan bagian yang membahas tentang makna dan arti dibalik sebuah tanda elemen pembentuk arsitektur. Terdapat empat unsur yang akan dibahas dalam pendekatan semantik ini yaitu: Referensi, relevansi, maksud, dan ekspresi. Namun unsur-unsur tersebut tidak harus semua digunakan dalam sebuah perancangan. Penggunaannya disesuaikan dengan objek perancangan. Ada beberapa variabel semantik untuk memperjelas setip unsur semantik diatas yaitu dalam bentuk/wujud, ukuran/skala, pola/susunan, bahan/konstruksi, serta letak/posisi (Zahnd, 2009).

Transformasi bentuk dari makna cerita Wayang Punakawan pada desain perancangan ini akan berkaitan langsung dengan teori Wucius Wong yang ada dalam buku “Beberapa Asas Merancang Trimatra” (1989:9) yang membahas tentang kajian semiotika sebagai kajian terhadap unsur rupa suatu objek visual atau simbol. Penentuan penampilan akhir

sebuah rancangan dapat dilihat dengan kajian bahasa rupa dalam semiotika, yang dimana makna dari bahasa rupa merupakan kerangka dasar dalam sebuah perancangan desain pada suatu bangunan. Teori Wucius Wong, Sachari (2005:71) meringkas bahwa bahasa rupa seperti bahasa lain memiliki kaidah, asas, atau konsep dibaliknya. Desain sebagai bahasa rupa memiliki empat kelompok aspek, yaitu:

1. Aspek Konsep, terdiri dari titik, garis, bidang,dan volume.

2. Aspek Rupa, terdiri dari bentuk, ukuran, warna, dan tekstur.

3. Aspek Pertalian, terdiri dari arah, kedudukan, ruang, gaya, dan berat. 4. Aspek Peranan, terdiri dari gaya, makna,

dan tugas.

Dalam penerapan makna dari Wayang Punakawan ini diperlukan metode transformasi desain untuk menghasilkan hasil akhir bentuk perancangan ini. Setelah mengkaji tentang makna cerita Punakawan ini, di dalam arsitektur perlunya metode transformasi agar mempermudah dalam menerapkan hasil kajian makna tersebut ke dalam bentuk arsitektural. Metode transformasi yang akan digunakan menggunakan prinsip peminjaman atau borrowing dari makna Wayang Punakawan tersebut dengan kriteria batasan internal (fungsi, program ruang) dan artistik sebagai gagasan awal perancang secara individu (kemampuan, kemauan, dan sikap perancang).

Parameter semiotika semantik yang digunakan sebagai acuan transformasi bentuk dari kajian wayang Punakawan ini adalah dari bentuk/wujud dari masing-masing karakternya serta makna dari sifat mereka yang dituangkan kedalam tata ruang massa.

(5)

C. METODE PERANCANGAN

Tampilan visual pada desain perancangan ini tidak bisa tercapai dan tepat sasaran jika dalam perancangannya tidak mendalami terlebih dahulu tentang karakter wayang Punakawannya itu sendiri. Perlunya analisa bahasa rupa wayang Punakawan dan hasilnya daat digunakan sebagai sumber inspirasi visual perancangan. Setelah analisis tentang bahasa rupa wayang Punakawan ditelusuri, dalam arsitektur juga terdapat metode untuk mengaplikasikan atau menerapkanobjek hasil kajian bahasa rupa tersebut ke dalam desain bentuk serta tampilan visual pada perancangan dengan metode transformasi desain. Tahap transformasinya adalah:

1. Tahap pertama yaitu menghubungkan kriteria konsep visual perancangan ini dengan hasil kajian yang telah dilakukan (prinsip borrowing) dengan kriteria batasan fungsi dan program serta gagasan awal (internal). Skematik desain satu (S1) akan dihasilkan dari hubungan ritreia diatas.

2. Skematik desain satu dengan kriteria program tapak seperti zoning, tata massa dan eksterior yang diperoleh dari hasil analisis kriteria eksternal/teori prinsip transformasi tradisional menjadi tahapan selanjutnya. Transformasi ini akan mencapai tahapan skemasik desain dua/s2 yang selanjutnya akan menjadi referensi desain perancangan yang disesuaikan dengan kondisi tapak perancangan Convention dan Expo Center.

3. Dalam proses transformasi selanjutnya akan memperoleh referensi desain yang nantinya menempuh tahap perancangan pengembangan, yang dimana pengembangan hasil referensi

hingga menjadi produk akhir. Pengembangan desain menggunakan beberapa metode yaitu metode pragmatis, teknik digitalisasi, hingga permodelan. Hasil akhir berupa gambar kerja mulai dari site plan hingga detail arsitektural yang khususnya menunjukan elemen visual arsitektur Connvention dan Expo Center dari pengaplikasian tampilan bahasa rupa wayang Punakawan dan animasi. Untuk skema proses transformasi dalam perancangan berikut di bawah ini:

D. HASIL PEMBAHASAN

1. Lokasi Perencanaan Tapak

Perancangan Convention dan Expo Center berada di kawasan PKN yaitu Pusat Kegiatan Nasional di Surakarta. Lokasi tapak berada di Jl. KH Dewantara, Kec. Jebres, Surakarta. Tapak ini memiliki empat batasan di keempat sisinya, yaitu Sungai Bengawan Solo di sebelah utara, Pusat Pergudangan dan Aneka Usaha “Pedaringan” Surakarta di sebelah timur, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di sebelah selatan, dan terdapat ruko beserta permukiman di sebelah barat.

Gambar 1: Skema Transformasi Perancangan (sumber: Hasil Analisis,2020)

(6)

Keberadaan perancangan ini diharapkan menjadi daya tarik para pendatang maupun wisatawan untuk mengenal lebih baik tentang ciri khas daerah ini.

2. Analisa Semiotika Bahasa Rupa Wayang Punakawan

Menggunakan teknik tabel semiotika yang menjabarkan masing-masing karakter wayang pada bentuk dan warnanya. Karakter yang diambil yaitu Semar, Gareng, Petruk, Bagong dan Gunungan. Hasil Analisis nantinya akan dipakai untuk referensi desain perancangan. Dari tabel dibawah ini dapat ditarik kesimpulan dari masing-msaing karakter memiliki ciri khas masing-masing yang dapat dijadian referensi inspirasi desain pada perancangan ini. Berikut adalah penjabaran melalui tabel semiotika:

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah setiap karakter memiliki ciri khas atau sifat khusus masing-masing yaitu:

a. Semar memiliki Kuncung Putih yang berbentuk segitiga menjulang ke atas yang melambangkan walaupun umurnya sudah tua namun pemikirannya masih segar dan muda. b. Gareng memiliki Mata Kero dan Mata

Juling yang memiliki menyimbolkan berpandangan dan berpengetahuan luas serta tidak melirik yang bukan haknya. Garen juga mmiliki Tangan Ceko yang menyimbolkan segala permasalahan hidup pasti ada jalan keluar serta Kaki Pincang yang menyimbolkan bahwa setiap langkah harus berhati-hati. c. Petruk memiliki Hidung Mae Ula yang

berbentuk panjang dan mancung yang melambangkan kepekaan dan ketajaman. Petruk memiliki badan yang jangkungdan panjang yang melambangkan cekatan, panjang akal dan mudah menolong orang lain. d. Bagong mempunyai Mata Mleleng

yang artinya memilki pandangan luas dan selalu waspada serta Tangan Megar yang memiliki makna bahwa ia selalu bekerja keras demi apa yang dituju

e. Gunungan memiliki bentuk segi lima meruncing ke atas seperti puncak gunung yang menyimbolkan kehidupan manusia menuju Tuhan YME.

Berikut keterangan gambar masing-masing karakter wayang:

Gambar 2: Batasan Lokasi sekitar lingkungannya (sumber: Google Maps)

Gambar 3: Kuncung Putih Semar (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

(7)

Gambar 8: Transformasi bentuk bangunan Expo (Sumber: Data Pribadi)

3. Skematik Perancangan Convention dan Expo Center

a. Elemen Massa Bangunan Expo Dikarenakan massa Expo adalah massa yang paling besar karena berkapasitas paling banyak juga, maka dari itu hierarki dari Semar untuk menjadi referensi bentuk dari bangunan ini. Secara keseluruhan dari skala yang paling besar sesuai dengan badan Semar dan memiliki Kuncung Sebagai Skylight Atrium.

b. Elemen Massa Bangunan Convention

Bangunan Convention merupakan bangunan utama namun kapasitasnya tidak lebih banyak dari Expo. Inspirasi bentuk dari bangunan ini adalah karakter Gareng sebagai anak pertama dari Semar. Ciri-ciri dari Gareng adalah mempunyai Mata Kero dan Mata Juling hingga kaki yang pincang. Kaki yang pincang melambangkan ketidak seimbangan. Bentuk Mata Kero yang bulat namun tidak sempurna dan juling.

Gambar 4: Mata Kero dan Juling Gareng (Sumber: Jurnal Perancangan

Gambar 5: Hidung Mare Ula Petruk (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

Gambar 6: Tangan Megar dan Mata Mleleng Bagong (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

Gambar 7: Simbol Gunungan pada Pewayangan (Sumber: Jurnal Perancangan Komunikasi Visual)

(8)

Gambar 9: Transformasi bentuk bangunan Convention (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 10: Transformasi bentuk bangunan Retail (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 11: Transformasi bentuk bangunan Art Hall (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 12: Transformasi bentuk Gunungan Sculpture (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 13: Batik Kawung (Sumber: www.pemoeda.co.id)

c. Elemen Massa Bangunan Retail Retail merupakan bangunan penunjang dari bangunan Convention dan Expo. Karakter Petruk menjadi bentuk awal dari bagnunan ini. Karakter Petruk yang paling menonjol ialah hidung panjangnya yaitu hidung Mae Ula.

d. Elemen Massa Bangunan Art Hall Bangunan Art Hall menjadi bangunan penunjang untuk perancangan ini. Bentuk bangunan ini diambil dari perpaduan bentuk Tangan Megar dan Mata Mleleng dari karakter Bagong. Bentuk awal setengah lingkaran dari tangan yang megar dan mata bulat diolah sedemikian rupa memakai teknik borrowing.

e. Elemen Pusat Open Place

Simbol Gunungan diterapkan sebagai elemen open space utama pada perancangan. Unsur bentuk Gunungan terlihat dari bentuk sculpture yang berbentuk segi lima meruncing ke atas.

f. Transformasi Pola Batik Kawung 1. Batik Kawung pada elemen

ruang luar. Bentuk dasar dari pola batik Kawung diinterpretasikan kepada pola landscape perancangan.

(9)

Gambar 14: Penerapan batik Kawung pada taman (Sumber: Data Pribadi)

Gambar 15: Penerapan batik Kawung pada secondary skin

(Sumber: Data Pribadi)

2. Elemen Batik Kawung pada Fasad

Pola dekoratif batik Kawung juga diterapkan pada fasad salah satu bangunan di perancangan ini sebagai secondary skin.

E. KESIMPULAN

Usulan perancangan Convention dan Expo Center memuat aspek aspek perancangan yang holistik baik dari segi fungsi, bentuk, dan makna. Dalam visualisasi arsitekturnya, suatu bentuk atau fungsi tertentu berfungsi dalam menyampaikan makna tertentu. Perancangan desain arsitektur convention dan expo center dengan pendekatan hasil transformasi dari kajian semiotika bahasa rupa ini merupakan upaya untuk mencapai karakter Punakawan sehingga sarana MICE dapat mempermudah masyarakat untuk mengenal, mengingat serta mengenang secara visual dan dapat mengkomunikasikan MICE ini sebagai perancangan penanda/sculpture bagi kawasan Jebres karena lokasinya yang sangan strategis dan berada di PKN/Pusat Kegiatan Nasional.

DAFTAR RUJUKAN

AK, Soetarno. 1989. Ensiklopedi Wayang. Solo: Dahara Proze.

Antoniades, Anthony C. 1990. Poetics of Architecture: Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold.

Arief, Novida Nur M. 2017. Semantik Arsitektur Pada Pasar Seni Kabupaten Sidoarjo. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Broadbent, Geoffrey, Bunt, R., & Jencks, C. 1980. Sign, Symbol & Architecture. New York: John Willey and Sons.

Ismana, Ardhi. 2013. Transformasi Bahasa Rupa Wayang Kulit Purwa Pada Perancangan Wayang Kekayon Bantul Yogyakarta. Malang: Universitas Brawijaya

Kharisma, Alifian. 2014. Semantik Arsitektur Pada Pasar Seni Kabupaten Sidoarjo. Malang: Universitas Brawijaya

Kresna, Ardian. 2002. Punakawan Simbol Kerendahan Hati Orang Jawa. Yogyakarta:Narasi.

Sachari, Agus. 2003. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Penerbit Erlangga Wong, Wucius. 1986. Beberapa Azas Merancang Dwi-Matra. Bandung: ITB

Zahnd, Markus. 2009. Pendekatan dalam Perancangan Arsitektur. Semarang: Kanisius. http://maps.google.com/ (diakses 18 Juni 2020).

Gambar

Gambar 1: Skema Transformasi Perancangan  (sumber: Hasil Analisis,2020)
Gambar 3: Kuncung Putih Semar  (Sumber: Jurnal Perancangan  Komunikasi Visual)
Gambar 8: Transformasi bentuk bangunan Expo  (Sumber: Data Pribadi)
Gambar 10: Transformasi bentuk bangunan Retail  (Sumber: Data Pribadi)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol kulit akar Clerodendron serratum yang diberikan dosis tunggal terhadap gambaran

Kesan budaya, etos kerja, agama, dan lain- lainnya yang seharusnya dijadikan simbol utama masuknya orang luar ke Madura, sehingga masyarakat paham bahwa mereka sudah ada

Dalam buku ini, Nanda akan berkenalan dengan Tia dan Naya, dua anak perempuan yang sama-sama cantik, sama-sama pintar, tetapi memiliki sifat yang berbeda.. Yang satu memiliki

Dalam transaksi utang piutang terdapat nilai luhur dan cita-cita sosial yang sangat tinggi yaitu tolong menolong dalam kebaikan. Dengan demikian, pada dasarnya pemberian

Human requires timely warning information regarding the occurrence of gas leak for prevention of home safety threatening risks and potential dangers.. By providing

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diberikan saran sebgai berikut : Diharapkan pada pimpinan atau manejer wisata Pantai Topejawa agar fasilitas objek wisata semakin

selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang bersedia meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran