• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BBAABB IIXX A

ASSPPEEKK PPEEMMBBIIAAYYAAAANN

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/ Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya

agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun

prasarana baru, pemer intah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun.

Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam mendanai

pembangunan infrastruktur permu kiman. Pemerintah daerah cenderung meminta

dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pemb iayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pe mbangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

a.

(2)

Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor b.

swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya. c.

99..11.. AArraahhaann KKeebbiijjaakkaann PPeemmbbiiaayyaaaann BBiiddaanngg CCiippttaa KKaarryyaa

Pembiayaan pem bangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan

dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain: U

Unnddaanngg--UUnnddaanngg NNoo.. 3322 TTaahhuunn 22000044 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah 1.

diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daera h otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama. U

Unnddaanngg--UUnnddaanngg NNoo.. 3333 TTaahhuunn 22000044 Tentang Perimbangan Keuangan Antara 2.

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan

Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengelu aran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh NNoo.. 5555 TTaahhuunn 22000055 Tentang Dana Perimbangan: Dana 3.

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi

(3)

Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus

yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan

besaran DAK dilakukan berdasarkan criteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh NNoo.. 3388 TTaahhuunn 22000077 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan 4.

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan

daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang

berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pek erjaan umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada

standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daera h disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

PPeerraattuurraann PPeemmeerriinnttaahh NNoo.. 3300 TTaahhuunn 22001111 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman 5.

daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD a.

tahun sebelumnya;

memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan b.

pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; c.

(4)

tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari d.

pemerintah;

pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan e.

DPRD.

PPeerraattuurraann PPrreessiiddeenn NNoo.. 6677 TTaahhuunn 22000055 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan 6.

Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha

dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat

dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

PPeerraattuurraann MMeenntteerrii DDaallaamm NNeeggeerrii NNoo.. 1133 TTaahhuunn 22000066 Tentang Pedoman Pengelolaan 7.

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Per mendagri

21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, a.

dan Pendapatan Lain yang Sah.

Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. b.

Pembiayaan Daerah meliputi: Pembia yaan Penerimaan dan Pembiayaan

c.

Pengeluaran.

PPeerraattuurraann MMeenntteerrii PPUU NNoo.. 1155 TTaahhuunn 22001100 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana 8.

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk

pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruan g lingkup dan criteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

Bidang Infrastruktur Air Minum a.

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan

(5)

perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.

Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan

pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah

-Tingkat Kerawanan air minum.

-Bidang Infrastruktur Sanitasi b.

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,

persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat

berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis :

Kerawanan Sanitasi

-Cakupan pelayanan sanitasi

-PPeerraattuurraann MMeenntteerrii PPUU NNoo.. 1144 TTaahhuunn 22001111 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan 9.

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,

Kementerian P U membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan

usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM

bidang infrastruktur ke-PU-an yang te lah disepakati. Gubernur sebagai wakil

(6)

dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

Dana AAPPBBNN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja

1.

di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

Dana AAPPBBDD PPrroovviinnssii, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana 2.

lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

Dana AAPPBBDD KKaabbuuppaatteenn//KKoottaa, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan 3.

dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

Dana SSwwaassttaa meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

4.

swasta (KPS), maupun skema

Corporate Social Responsibility

(CSR).

Dana MMaassyyaarraakkaatt melalui program pemberdayaan masyarakat. 5.

Dana PPiinnjjaammaann, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. 6.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan

prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan m emberi manfaat yang

(7)

99..22.. PPrrooffiill AAPPBBDD KKaabbuuppaatteenn//KKoottaa

Sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi d an Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk

menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi: Urusan Wajib dan Urusan Pilih an dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan

masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (

public service

) langsung kepada

masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan

pembangunan. Fungsi pokoknya adalah

Development function

atau

adaptive function

.

Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang ber hubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara

ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (

regulative

function

).

Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut sec ara optimal diperlukan

dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Muara Enim. Anggaran Pendapatan

(8)

dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu

juga merupakan instrumen dalam r angka mewujudkan pelayanan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai

pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah

ditetapkan dapat tercapai.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Muara Enim pada Kebijak an

Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan

menyepakati PPA y ang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh

karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan

(9)

daerah yang menjadi kewenangannya. Rencana program dan kegiatan beserta

anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah ( RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tuga s pokok dan

fungsinya masing-masing.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan

kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah

yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabuapaten Muara Enim disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

Partisipasi Masyarakat 1.

Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses

penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi

masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

Transparansi 2.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secar a terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu

kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu , setiap pengguna anggaran harus

bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.

Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan,

(10)

akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

Disiplin Anggaran 3.

Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah . Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi

belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibe narkan melaksanakan kegiatan

melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan. Keadilan Anggaran

4.

Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang me miliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan

untuk membayar tinggi diberikan beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan

kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melak ukan diskriminasi tarif

secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan

pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh

(11)

kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan

masyarakat dan mampu merangsang pe rtumbuhan ekonomi daerah sesuai

mekanisme pasar.

Efisiensi dan Efektivitas Anggaran 5.

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan:

Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator a.

kinerja yang ingin dicapai;

Penetapan prior itas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan b.

harga satuan yang rasional. Taat Azas

6.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi,

(12)
(13)

99..33.. PPeettuunnjjuukk UUmmuumm

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinil ai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjaw aban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah antara lain diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang se lanjutnya dirubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.

Ruang lingkup keuangan daerah meliputi:

Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan 1.

pinjaman;

Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan 2.

membayar tagihan pihak ketiga; Penerimaan daerah;

3.

Pengeluaran daerah; 4.

Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat 5.

berharga, piutang, barang, serta ha k-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,

termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka 6.

(14)

Azas umum pengelolaan keuangan daerah meliputi :

Disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah; 1.

Berpedoman kepada RKPD; 2.

Berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan; pengawasan; alokasi; distribusi; dan 3.

stabilisasi;

APBD dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan 4.

Peraturan Daerah;

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah baik dalam bentuk uang, barang 5.

dan/atau jasa dianggarkan dalam APBD;

Jumlah pendapatan yang dianggarkan merupakan perkiraan yang terukur secara 6.

rasional;

Pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan bruto dalam APBD; 7.

Pendapatan dianggarkan harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-8.

undangan;

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya 9.

penerimaan;

Penganggaran pengeluaran harus ada dasar hukumnya; 10.

Tahun anggaran mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. 11.

Penganggaran Daerah termasuk dalam kategori perencanaan jangka pendek yang merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka panjang. Penganggaran D aerah terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (Budget policy formulation) dan perencanaan operasional anggaran (budget operational planning). Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) termasuk kategori formulasi kebijakan anggaran

(15)

anggaran berkaitan dengan analisa-analisa fiskal, sedangkan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya yang ada pada setiap daerah.

Aspek pengelolaan keuangan daerah antara lain mencakup perencanaan yang

memuat Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA, merupakan dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Arah Kebijakan Umum Anggaran pada da sarnya mengacu kepada RPJPD, RPJMD, RKPD dan Renstra yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan Umum Anggaran yang telah ditetapkan menjadi pedoman dalam menyusun Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) yang selanjutnya menjadi acuan dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD. Proses ini merupakan suatu rangkaian dalam penyusunan RAPBD yang secara bersama-sama akan dibahas oleh pihak eksekutif dan legislatif. Pembahasan tersebut diperlukan guna terdapat kesesuaian antara KUA, PPAS, program dan kegiatan.

KUA memuat substansi dan lingkup materi yang terdiri dari :

Kondisi/prestasi yang telah berhasil dicapai pada tahun sebelumnya, tahun berjalan 1.

dan perkiraan pencapaian pada tahun anggaran yang akan datang; Perkiraan pencapaian tahun yang akan datang;

2.

Identifikasi permasalahan dan tantangan; 3.

Prioritas pembangunan daerah yang diamanatkan dalam RKPD untuk menyelesaikan 4.

permasalahan dan tantangan serta untuk mendukung upaya mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

Uraian kebijakan penganggaran sesuai dengan kebijakan pemerintah; 5.

Kondisi yang berbeda akan menghasilkan target/sasaran yang berbeda; 6.

(16)

Perkiraan penerimaan untuk mendanai seluruh pengeluaran pada tahun yang akan 7.

datang;

Uraian mengenai kesimpulan terhadap hal-hal yang disepakati. 8.

Komponen pelayanan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat disusun berdasarkan klasifikasi menurut urusan

pemerintahan yang terdiri dari: urusan wajib dan urusa n pilihan Pemerintah Daerah.

Klasifikasi menurut urusan wajib adalah sebagai berikut: Keseluruhan urusan pemerintahan di atas yang dalam penanganan dan pelaksanaanya ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan dijabarkan dalam bentuk program dan kegiata n kemudian

diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan pilihan.

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diatur dalan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

Penyusunan KUA pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam RKPD. Tingkat pencapaian atau kinerja pelayanan yang direncanakan dalam satu tahun anggaran pada dasarnya meru pakan tahapan dan perkembangan dari kineja pelayanan yang diharapkan pada RPJMD dan RPJPD.

Seperti telah dikemukakan, bahwa KUA merupakan satu kesatuan terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah. Pendapatan Daerah meliputi semua p enerimaan yang merupakan hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi pengeluaran Daerah, sedangkan Pembi ayaan Daerah meliputi transaksi keuangan untuk

(17)

pembiayaan daerah di atas diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi (SKPD) yang bertanggung jawab mel aksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

99..44.. AArraahh PPeennggeelloollaaaann PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh

Sumber-sumber Penerimaan Daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku adalah sebagai berikut: (a) Pend apatan Asli Daerah (PAD), (b) Dana

Perimbangan, (c) Pinjaman Daerah, (d) Penerimaan yang sah lainnya.

Secara absolut kinerja pendapatan daerah Kabupaten Muara Enim dari tahun 2003

sampai dengan tahun 2012 relatif sudah baik, bahkan melampaui target yang t etah

ditetapkan. Jika pada tahun 2011 nilai pendapatan daerah sebesar Rp. 86.937.486.067,74 maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi Rp. 119.456.000.000 atau

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 121,24 persen

Pendapatan daerah Kabupaten Muara Enim pada tahun 2012 sebesar Rp.

16.595.710.000,90, terdiri dari PAD sebesar Rp. 1.194.560.000 (121,24 %), dana perimbangan sebesar Rp. 13.882.730.000,15 (110,93 %) dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 268.290.000,93 (96,77 %). Berdasarkan data em piris ini dapat diketahui bahwa kemandirian Kabupaten Muara Enim untuk menggali pendapatan dari sumber sendiri relatif masih kecil, namun relatif lebih baik dibandingkan dengan Kabupaten/kota lainnya yang sebagian

besar di bawah lima persen. Argumentasi in i dapat dibuktikan dengan tingginya

ketergantungan pemerintah Kabupaten Muara Enim terhadap dana perimbangan yang besarnya 110,74 persen.

Sumber pendapatan untuk PAD yang memberikan kontribusi terbes ar adalah pajak

daerah, yaitu sebesar Rp. 286.100.000,69 ( 145,95 %), retribusi daerah sebesar Rp.

(18)

sebesar Rp. 12.111.000,76 ( 120,65 %) dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 66.221.000,79 (116,99%).

Dana Perimbang an pada tahun 2 012 didominasi oleh Dana Alokasi Umum, y aitu sebesar Rp. 580.314.000,47 ( 100,00%), kemud ian diikuti oleh dana bagi hasil bukan pajak (SDA) sebesar Rp. 428.949.000,62 (116,55 %), bagi hasil pajak 333.790.000,48 (129,44%) dan Dana Alokasi Khusus sebesar Rp. 45.218.000,58 (100,00 %).

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai kinerja keuangan

pemerintah Kabupaten Muara Enim, khususnya mengenai sumber pendapatan d aerah

dapat dilihat pada Tabel 9.1.

TTaabbeell 99..11

RReeaalliissaassii PPeennddaappaattaann DDaaeerraahh KKaabbuuppaatteenn MMuuaarraa EEnniimm TTaahhuunn AAnnggggaarraann 22001122

Uraian Realisasi 2012 %

(1) (3) (4)

I PENDAPATAN

1.1 Pendapatan Asli Daerah 119 456,00 121,24

1.1.1 Pajak Daerah 28 610,69 145,95

1.1.2 Retribusi daerah 12 511,76 101,36

1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang

dipisahkan 12 111,76 120,65

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 66 221,79 116,99

1.2 Pendapatan Transfer 1 513 285,97 110,74

1.2.1 Dana Perimbangan 1 388 273,15 110,93

1.2.1.1 Bagi Hasil Pajak 333 790,48 129,44

1.2.1.2 Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 428 949,62 116,55

1.2.1.3 Dana Alokasi Umum / 580 314,47 100,00

1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus/ 45 218,58 100,00

1.2.2 Transfer Pemerintah Pusat Lainnya/ 79 326,55 100,00

1.2.3 Transfer Pemerintah Provinsi/ 45 686,27 127,88

1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah/Other Legal Revenue 26 829,93 96,77

(19)

99..55.. PPeennddaappaattaann AAssllii DDaaeerraahh ((PPAADD))

Bila dilihat dari kemampuan penerimaan daerah Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa komponen PAD memberikan kontribusi terhadap penerimaan daerah relative kecil. Hal ini berarti bahwa tingkat kemandirian masih belum berkembang karena berbeda sangat besar dibandingkan dengan komponen dana perimbangan. Padahal komponen

yang terpenting dari perkemba ngan kota/kabupaten yang semakin mandiri adalah

terletak pada PAD.

Rendahnya kontribusi PAD tersebut mengindikasikan rendahnya kemampuan derajat

fiscal pemerintah dana untuk mendanai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di

Kabupaten Muara Enim. Sumber-sumber penerimaan PAD cenderung fluktuatif, baik pajak daerah, retribusi daerah, dan bagi keuntungan perusahaan daerah. Sumber PAD yang cenderung meningkat dari penerimaan lainnya ykareang sah.

Rata-rata kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah pertahun masih relative kecil. Peningkatan PAD seharusnya menjadi prioritas karena persyaratan otonomi daerahnya. Jika penggalian sumber-sumber PAD belum dilakukan secara optimal, maka pendapatan yang diterima lebih rendah dari yang seharusnya.

Jika dibandingkan deng an kontribusi dana perimbangan terhadap penerimaan daaerah ini suatu yang harus dicermati secara bijak. Kabupaten Muara Enim yang memiliki sumber daya alam yang bisa diandalkan belum mampu menopang kemandirian fiskalnya. Hal ini berarti bahwa permasalahan pembangunan sector keuangan daerah di dalamnya membutuhkan program-program pembangunan yang prioritas utamanya harus dapat

(20)

mendorong peningkatan sumber-sumber PAD, meskipun tidak semua program pembangunan hanya difokuskan bagi peningkatan PAD semata.

Selain dengan permasalahan pembangunan yang langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat di Kabupaten Muara Enim dengan berbagai tingkat strata social ternyata pembiyaannya belum mampu hanya dibiayai dengan PAD. Konsekuensinya adalah Kabupaten Muara Enim harus berjuang untuk memperoleh sumber penerimaan yang berasal dari dana perimbangan. Sebenarnya, percepatan pembangunan di

Kabupaten Muara Enim membutuhkan sumber-sumber pembiayaan yang semakin

meningkat. Hali ini dilakukan dengan berbagai cara, seperti lebih banyak memberikan

kesempatan kepada peran pihak swasta melalui investasi mereka di berbagai sector pembangunan yang didukung kebijakan dan iklim investasi yang semakin kondusif. Untuk

menciptakan kondisi daerah yang semakin kondusif untuk kegiatan investas i dapat

dilakukan dengan insentif fiscal untuk tingkat daerah sehingga menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

99..66.. PPeerriimmbbaannggaann KKeeuuaannggaann DDaaeerraahh

Pola pembiyaan pembangunan daerah dewasa ini masih semangat terbatas. Hal ini bisa ditelusuri hanya beberapa sumber yang potensial membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Muara Enim. Perubahan pola pembiayaan

pembangunan terus dilakukan sehingga akan tercipta efisiensi dan efektivitas pembiayaan.

Pola yang akan datang melalui Petimbangan Keuangan an tara Pemerintah Pusat

dan Daerah akan terdapat pertubahan yang cukup fundamental yang semula pola

pembiayaan menganut system hibah khusus

(specific grant)

menjadi hibah tidak bersyarat

(21)

Dengan porsi dana perimbangan untuk pembangun an pemerintah daerah yang lebih besar menjadi pola pembiyaan pembangunan yang bersifat desentralistik sehingga rencana pengalokasian anggaran dpat sepenuhnya menjadi tanggung jawab

pemerintah daerah. Perkembangan dana perimbangan dari tahun 2008 sampai de ngan 2012 relatif menggembirakan, dimana secara absolute mengalami kenaikan.

Posisi dana perimbangan sangat dominan dalam pendapatan daerah berarti memiliki unsur ketidakpastian yang relative tinggi. Hali ini dikarenakan penetapan anggaran harus menunggu kepastian informasi dari pemerintah.

Peningkatan dari masing sumber tidak terlalu sugnifikan, kecuali dari DAK. Hal ini mengindikasikan bahwa perjuangan untuk memperoleh dana perimbangan yang lebih besar harus terus diusahakan sehingga kelangkaan dana pemb iayaan pembangunan di Kabupaten Muara Enim tidak terjadi.

Permasalahan yang dihadapi dalam menggali potensi pendapatan daerah antara lain :

Kurangnya SDM yang handal untuk mengelola administrasi perpajakan a.

Masih terbatasnya sarana dan prasarana pemungutan b.

Tingkat kesadaran subjek pajak dan retribusi yang masih rendah c.

Penetapan NJOP masih dirasakan kurangnya adil oleh subyek pajak dan retribusi d.

Belum optimalnya pembinaan terhadap Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam e.

rangka memungut Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Upaya yang ditempuh untuk menggali potensi pendapatan melalui strategi intensifikasi dan ekstensifikasi.

(22)

Kabupaten Muara Enim terus berupaya untuk meningkatkan PAD, meskipun keinginan tersebut tidak mudah, terbukti pemerintah kabupaten mengupayakan terus menerus peningkatan penerimaan dengan jalan membuat bermacam-macam terobosan dengan melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber penerimaan melalui dukungan Perda setempat.

Terdapat beberapa kegiatan ekonomi sebagai basis sumber-sumber PAD Kabupaten Muara Enim yang berpotensi untuk dikembangkan, antara lain :

Warga / Penduduk Muara Enim,

selama periode 2011-2012 jumlah penduduk 1.

mengalami peningkatan sebesar

Potensi Sumber daya Alam dan Manusia.

Sumber alam yang tersedia cukup 2.

memadai, seperti hasil perikanan, perkebunan, pertambangan dan pertanian, baik dalam posisi yang sudah tereksploitasi maupun dalam tahap eksplorasi. Optimalisasi pengelolaan sumber daya tersebut dapat dicapai antara lain melalui pendidikan yang perlu untuk terus ditumbuh kembangkan.

Pariwisata.

Kabupaten Muara Enim relative banyak memiliki obyek-obyek wisata yang 3.

dapat dikembangkan dalam upaya meningkatkan penerimaan daerah.

Pesatnya Jumlah Kendaraan Be

rmotor.

Seiring perkembangan pembangunan 4.

daerah Kabupaten Muara Enim, mempunyai dampak positif terhadap banyaknya kendaraan bermotor, terutama mobil dan sepeda motor.

Dari sisi ekonomi.

Kabupaten Muara Enim secara makro selama kurun waktu 2011-5.

2012 menunj ukan peningkatan. Struktur ekonomi didukung oleh kontribusi sector pertanian, pertambangan dan galian, industry, pengolahan serta perdagangan, hotel dan restoran.

Meskipun upaya [emerintah kabupaten untuk terus berupaya untuk menggali dan mengoptimalkan PA D. Namun banyak sekali tantangan dan hambatan yang harus

(23)

dihadapi dalam upaya penggalian PAD. Di sisi lain, peluang dan kesempatan masih terbuka untuk meningkatkan PAD tersebut. Hal ini telah tercermin dari banyaknya

Perda-Perda yang dikeluarkan pemerintah daerah Kabupaten Muara Enim dalam upaya

mengitensifikasi serta melakukan terobosan melalui ekstensifikasi kemungkinan penerimaan lain yang masih potensial.

99..88.. SSttrraatteeggii EEkkssiisstteennssiiffiikkaassii PPeenneerriimmaaaann DDaaeerraahh

Strategi ekstensifikasi pendapatan daerah yait u (1) melakukan perluasan serta

menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang belum tergali, (2) melakukan pendapatan objek baru yang belum terdaftar, baik objek pajak dan retribusi

pribadi/perorangan maupun Badan Usaha/Perusahaan-perusahaan di kab upaten Muara Enim.

Upaya ekstensifikasi terhadap basis kegiatan ekonomi yang bekembang pesat yang belum menjadi obyek pajak dan retribusi, baik yang bergerak di bidang perkebunan, perhutanan dan pertambangan maupun kontraktor dengan cara mengunjungi pihak dimaksud dan melakukan koordinasi dengan dinas/instansi terkait, baik tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten. Melalui kegiatan ekstensifikasi ini diharapkan target penerimaan daerah yang telah ditetapkan dapat terealisasi secara optimal.

Kegiatan ekstens ifikasi penerimaan daerah melalui pelaksanaan kegiatan satuan kerja pemerintahan daerah memerlukan biaya operasional yang besar sehingga prioritas kegiatan diarahkan pada prinsip efisiensi dan efektivitas. Hal ini berarti dana yang akan masuk ke kas daerah lebih besar disbanding biaya operasionalnya dan akan terus berjalan sebagaimana mestinya dengan apa yang diharapkan.

(24)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam ekstensifikasi penerimaan daerah,

terutama bersumber dari pajak daerah antara lain : (1) akunta bilitas pemerintahan

daerah, (2) hubungan jelas antara manfaat kesenjangan antar daerah dan peningkatan efisiensi distorsi ekonomi, (4) meminimumkan kesenjagan antar daerah dan peningkatan efisiensi jangka panjang, (5) realibilitas dan stabilitas basis pa jak, (6) setiap bagi hasil pajak memberikan “implicit insurance ”, dan (7) peningkatan kemampuan administrasi

perpajakan daerah.

Peningkatan ekstensifikasi penerimaan daerah yang bersumber dari dana

perimbangan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi d aerah sebagai basis

fiscal. Upaya untuk mendorong tumbuhnya perekonomian daerah dapat dilakukan dengan berbagai program antara lain pengembangan jaringan promosi untuk

pembiayaan dan investasi daerah. Untuk `mewujudkan tujuan tersebut dapat

diupayakan den gan meningkatkan arus investasi dan pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu program promosi investasi dengan kegiatan antara lain (1) Promosi Potensi dan Peluang Investasi daerah; (2) Penyusunan Profil Daerah Kabupaten Muara Enim.

99..99.. SSttrraatteeggii PPeennggeemmbbaannggaann EEkkoonnoommii DDaaeerraahh

Sesuai dengan perkembangan kehidupan social, ekonomi, politik dewasa ini. Pemerintah Kabupaten Muara Enim mengembangkan mekanisme pembangunan yang lebih responsive terhadap kebutuhan pembangunan bagi masyarakat antara lain

kebijaksanaan pembangunan yang mencerminkan paradigm baru yang mempunyai cirri-ciri

people centered, participatory, empowering

dan

sustainable.

Hal ini sejalan dengan visi yang telah ditetpka, yaitu terwujudnya masyarakat Muara Enim yang Sehat, Mandiri,

(25)

Dalam pengelolaan anggaran strategi diarahkan untuk : (a) Melengkapi kebutuhan

Belanja Pegawai, sedangkan Belanja Non Pegawai dilakukan

penghematan-pengehematan. (b) Membangun kesejahteraan rakyat, meninkatkan kualitas kehid upan beragama dan ketahanan budaya. Upaya ini dilaksanakan melalui pembangunan bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang social budaya dan di bidang agama. Upaya

wewenang tersebut harus diikuti oleh upaya pemantapan pembagian wewenang dan tugas yang lebi h tegas dan jelas, dan peran serta masyarakat yang semakin besar. (c) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan

berkelanjutan berdasarkan system ekonomi kerakyatan. Upaya ini ditempuh melalui langkah-langkah antara lain stabilitas h arga kebutuhan pokok masyarakat, meciptakan lapangan kerja dan menaggulangi kemiskinan, mengembangkan usaha mikro, menengah dan koperasi, memacu peningkatan ekspor non-migas, serta menyempurnakan

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan daerah. (d) men ingkatkan partisipasi dari seluruh

stakeholders

agar dapat mengintegrasikan aspirasi dan upaya memasyarakatkan ke dalam perumusan arah kebijkan aspirasi dan upaya memasyarakatkan kedalam

perumusan arah kebijakan pembangunan yang mereka percaya paling tepat dan dapat berkelanjutan. (e) pendekatan pembangunan harus menjadi lebih luas dan bersifat

holistic, yang merupakan pendekatan dari berbagai aspek/ sektor, namun terfokus pada

hal-hal penting dan mendesak yang dihadapi dalam kurun waktu tertentu. (f) Rencan a

pembangunan harus mencantumkan indikator-indikator kinerja yang terukur, sehingga dapat diketahui akuntabilitas kinerja pihk yang melaksanakan program-program tersebut. (g) Perencanaan anggaran yang lebih dinamis, fleksibel dan interaktif, yang berarti h arus responsive terhadap adanya ide, data, masukan dan perkembangan baru sejauh hal tersebut konsisten dan mendukung visi, misi, tujuan dan bermanfaat serta sesuai aspirasi masyarakat Muara Enim.

(26)

Selanjutnya penerapan prinsip-prinsip anggaran harus secara bijaksana antara lain : (a) Partisipasi Masyarakat: Mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam

pelaksanaan APBD . (b) Transmisi dan Akuntabilitas Anggaran : APBD harus dapat

memberikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat meliputi tujuan, saran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang

dianggarkan. Oleh karena itu setiap pengguna anggaran bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. (c)

Disiplin Anggaran : Beberapa prinsip disiplin anggaran yang harus diperhatikan antara lain : Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertingg i pengeluaran belanja. Pengaggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi kredit anngarannya dalam APBD/Perubahan APBD. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas umum daerah. (d) Keadlian Anggaran: Pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan melalui mekan isme pajak dan retribusi yang dipikul masyarakat. Untuk itu, Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa adanya

diskriminasi dalam pemberian pelayanan. (e) Efisiensi dan Efektivitas Anggaran: Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas

(27)

tujuan, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang telah diprogramkan.

99..1100.. AArraahh PPeennggeelloollaaaann BBeellaannjjaa DDaaeerraahh

Belanja daerah mencakup semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewjiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

Belanja daerah sejalan dengan pembagian urusan atau menganut prinsip

Money

follow function.

Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daera h Kabupaten/Kota diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan.

Belanja daerah yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah (pemerintahan

provinsi/kabupaten/kota) terdiri dari

urusan wajib

dan

urusan pilihan

yang ditetapkan

berdasarkan peraturan daerah yang bersangkutan. Belanja daerah untuk

penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapain Standar Pelayanan Minimal sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah setempat.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Pasal 27, belanja daerah diklasifikasikan berdasarkan:

Organisasi 1.

Fungsi 2.

Program dan kegiatan, serta 3.

Jenis belanja 4.

Klasifikasi belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah, sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :

(28)

Klasifikasi berdasrkan urusan pemerintahan, dan 1.

Klasifikasi berdasrkan fungsi pengelolaan keuangan Negara 2.

Permendagri 13/2006 mengguanakan istilah Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

BBeellaannjjaa LLaannggssuunngg,, meliputi: 1.

Belanja Pegawai a)

Belanja Barang dan Jasa, dan b)

Belanja Modal c)

BBeellaannjjaa TTiiddaakk LLaannggssuunngg,, meliputi : 2.

Belanja Pegawai a)

Bunga b)

Hibah, Bantuan Sosial c)

Belanja Bagi Hasil d)

Bantuan Keuangan, dan e)

Belanja Tak Terduga f)

Arah pengelolaan belanja pemerintah Kabupaten Muara Enim pada prinsipnya merupakan penjabaran dari RPJPD, termasuk visi dan misi yang diuraikan dalam KUA dan PPAS. Dalam PPAS ditetapkan program dan kegiatan yang diprioritaskan, baik untuk urusan wajib maupun urusan pilihan serta urutan dari program dan kegiatan tersebut. Selanjutnya

dari PPAS tersebut disusun RKA-SKPD dengan memperhatikan

regional needs,

SPM dan

Analisis Standard Biaya.

TTAABBEELL 99..22

TTAARRGGEETT DDAANN RREEAALLIISSAASSII BBEELLAANNJJAA DDAAEERRAAHH KKAABB.. MMUUAARRAA EENNIIMM KKUURRUUNN WWAAKKTTUU 22000088--22001122 N

N o

TTaahhuu

n TTaarrggeett ((RRpp)) RReeaalliissaassii ((RRpp)) %%

BBeerrttaammbbaahh// BBeerrkkuurraanngg ((ddaallaamm rriibbuuaann))

(29)

11 22 33 44 55==44::33 66==33 – 44 1 2008 940.244.834 - - -2 2009 1.070.004.927 948.444.854 88,64 (121.560.073) 3 2010 4 2011 80.432.464.506 86.937.486.067,74 108 5 2012 98.591.000.000,02 119.456.000.000 121

Sementara itu bila mengguanakan Permendagri Nomor 13 Tahun 2007, maka belanja dikelompokkan menjadi belanja langsung dan belanja tidak l angsung. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 untuk belanja tidak langsung secara absolute mengalami peningkatan

TTaabbeell 99..33

TTAARRGGEETT DDAANN RREEAALLIISSAASSII BBEELLAANNJJAA TTIIDDAAKK LLAANNGGSSUUNNGG

PPEEMMEERRIINNTTAAHH KKAABBUUPPAATTEENN MMUUAARRAA EENNIIMM KKUURRUUNN WWAAKKTTUU 22001111--22001122 N

N

o JJeenniiss BBeellaannjjaa 22001111 TTaarrggeett ((RRpp)) 22001122 RReeaalliissaassii ((RRp22001111p))

1 Belanja Pegawai 965.628.168.788,23 666.980.000.000,54 538.586.428.840,90

2 Bunga 3.928.260.000,00 3.928.000.000,26 -

3 Subsidi 3.306.837.500,00 2.497.000.000,23 525.061.430,000

4 Hibah 13.606.109.000,00 32.210.000.000,87 12.676.803.100

5 Bantuan Sosial 10.795.583.248,00 - 7.773.451.248,00

6 Belanja Bagi Hasil - - -

7 Bantuan Keuangan 38.538.311.998,51 47.242.000.000,35 32.119.780.000,00

8 Belanja Tidak Terduga 3.000.000.000.000 5.000.000.000 1.117.489.000,00

Referensi

Dokumen terkait

membedakan yang baik dan buruk), dan fase kanak-kanak akhir (9 – 12 tahun), masa perkembangan kecerdasan (keinginan memahami fenomena alam, kemampuan koreksi.. dan

a) Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan.. b) Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru atau ruang lain

Menurut imam Gampong Ruak pertama yang harus disiapkan pada pelaksanaan kenduri jirat adalah menyiapkan beras, kelapa, ikan-ikan hal ini disiapkan agar masyarakat tidak

Sama halnya dengan bila komputer crash hanya beberapa saat sebelum qmail-send memberikan tanda DONE kepada sebuah email, maka pada tahap berikutnya setelah

Saat membuat cokelat panas atau minuman instan, untuk mendapatkan rasa maksimal, kami menyarankan untuk membilas mesin dengan menekan salah satu tombol ( , atau ) tanpa

Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan teknik observasi oleh guru mata pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam pelajaran), guru bimbingan konseling (BK), dan wali

Pemakaian air domestik yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum pada Tabel 2.3 merupakan hasil dari pendekatan empiris, yaitu dengan cara membandingkan pemakaian air domestik

Para peminum toak mengobjektivasikan bahwa dengan keberadaan minuman toak di Tuban sejak dahulu yang diberikan secara turun-temurun kepada generasi ke generasi dan memang sudah