BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Masa Nifas 1. Definisimasanifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 40hari (Fitri, 2017). Waktu mulai tertentu setelah melahirkan seorang anak, dalam bahasa latin disebut puerperium. Secara etimologi, puer berarti bayi dan parous adalah melahirkan (Dewi dan sunarsih, 2011). Jadi puerperium adalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa di sebut juga dengan masa pulih kembali, dengan maksud keadaan pulihnya alat reproduksi seperti sebelum hamil. Di kutip dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, asuhan masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang di lakukan bidan pada masa nifas sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas yang dapat dibandingankan dengan keadaan pada masa hamil atau pun sebelum hamil.
2. Tujuanasuhanmasanifas
a. Mendeteksi adanya pendarahan masa nifas.
Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genitalia setelah melahirkan. Pendarahan ini menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringan dingin, menggigil, tekanan darah sistolik, < 90 mmHg, nadi > 100x/ menit, kadar Hb <8gr%) (Prawiroharjo, 2005).
Pendeteksian adanya perdarahan masa nifas dan infeksi ini mempunyai porsi besar. Alasan mengapa asuhan masa nifas harus di laksanakan mengingat bahwa perdarahan dan infeksi menjadi faktor penyebab tingginya AKI. Oleh karena itu, penolong persalinan sebaiknya tetap waspada, sekurang – kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalianan. b. Menjaga kesehatan ibu dan bayi
Penolong persalinan wajib menjaga kesehatan ibu dan bayi baik kesehatan fisik maupun psikologis. Kesehatan fisik yang di maksud adalah pemulihan kesehatan umum ibu dengan jalan. Berikut ini adalah cara tepat menjaga ibu dan bayi.
1) Penyediaan Makanan yang Memenuhi kebutuhan Gizi ibu Bersalin.
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari karena ibu dalam masa menyusui.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin yang cukup.
Beberapa zat gizi, baik zat gizi makro maupun mikro berperan penting dalam pemulihan luka pada ibu bersalin. Penurunan cadangan protein dalam tubuh pada kasus gizi kurang atau buruk menyebabakan penurunan fungsi sel T. Terjadinya penurunan aktivitas fagositik danpenurunan level antibodi dapat memicu terjadinya infeksi. Kekurangan protein juga dapat menyebabkan kegagalan sintetis kolagen dan penurunan kekuatan kulit. (Rahmawati, 2015).
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
Air juga berperan dalam mendukung terjadinya prolifelasi sel. Dihidrasi menyebabkan pengerasan epidermis yang akan memperlama penyembuhan luka pada ibu bersalin (Brawen dan Philips, 2010).
2) Menghilangkan Terjadinya Anemia
Anemia merupakan suatu penyakit berkurangnya kandungan hemoglobin (Hb) dalam darah (kurang dari 10,5 menurut WHO) secara fisiologis kehamilan akan menyebabkan anemia ini. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada kehamilan minggu ke 10 hingga ke 32, volume plasma darah meningkat hingga 50% dari sebelum hamil sehingga darah menjadi bersifat encer.
Peningkatan volume darah dibutuhkan untuk membangun rahim dan organ tubuh yang bekerja lebih keras saat hamil serta untuk membangun jaringan payudara dan gusi ibu. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak zat besi (Fe) untuk menghasilkan sel darah merah (Hb) agar pengenceran tidak mengganggu fungsi darah sebagai pengakut oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh.
3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan keberhasilan dan sterilisasi.
4) Pergerakan otot yang cukup, agar tunas otot menjadi lebih baik, peredaran darah lebih lancar dengan demikian otot akan mengadakan metabolisme lebih cepat.
Kesehatan psikologis atau emosi tak kalah penting untuk diberikan kepada seorang ibu baru. Menghadapi peran baru sebagai seorang ibu dalam keadaan masih merasakan sakit pada tubuhnya pasca melahirkan terkadang membuat ibu baru merasa ciut nyali. Awal peran sebagai seorang ibu terkadang mereka mengalami permasalahan dalam menyusui.
Bidan harus bersabar dalam mendampingi ibu menemukan momen terbaiknya dalam menyusui bayinya. Walaupun sebagai petugas kesehatan, bidan merasakan lelah yang luar biasa, tetapi dukungan yang ikhlasakan sangat berarti dan berpengaruh pada psikologis seseorang pasien. Dalam hal ini ibu menyusui yang notabene adalah seorang pasien dengan peran baru yang masih butuh untuk dipadu. Sudah
menjadi tugas bidan untuk mendukung dan memperkuat keyakinan perannya dalam situasi keluarga. Hal ini dimaksudkan agar ibu dapat melaksanakan perawatan sampai massa nifas selesai, dapat memelihara bayi bayi dengan baik, agar pertumbuhan, dan perkembangan bayi nprmal.
c. Menjaga kebersihan diri
Perawatan kebersihan pada daerah kelamin bagi ibu bersalin secara normal lebih kompleks dari pada ibu bersalin secara operasi karena pada umumnya ibu bersalin normal akan mempunyai luka episiotomi pada daerah perineum. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air. Bidan mengjarkan dari depan ke belakang selanjutnya, membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan kepada ibu untuk mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dn sesudah membersihkan darah kelaminya.
Bagi ibu melahirkan yang mempunyai luka episiotomi, sarankan untuk tidak menyentuh luka ( Hall dkk, 2012)
d. Melaksanakan screeaning secarakomprehensif .
Tujuan dilakukan screening adalah untuk mendeteksi masalah apabila ada, kemudian mengobati dan merujuk apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada keadaan ini bidan bertugas melakukan pengawasan kala IV persalinan yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan Tinggi Fundus Uteri (TFU), pengawasan
tanda-tanda vital (TTV), pengawasan konsentrasi rahim, dan pengawsan keadaan umum ibu. Apabila ditemukan permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan penatalaksanaan masa nifas.
e. Memberikan pendidikan laktasi dan perawatan payudara.
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disampaikan kepada ibu bersalin untuk menyiapkan diri sebagai seorang ibu yang menyusui. 1) Menjaga agar payudara tetap bersih dan kering.
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara atau bisa menggunakan bra menyusui agar nyaman melaksanakan peran sebagai ibu menyusui.
3) Menjelaskan dan mengajari tentang teknik menyusui dan pelekatan yang benar.
4) Apabila terdapat permasalahan puting susu yang lecet, sarankan untuk mengoleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitrar puting susu setiap kali selesai menyusui
5) Kosongkan payudara dengan kompa ASI apabila bengkak dan terjadi dan terjadi bendungan ASI. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting, kemudian keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara, sehingga puting menjajdi lunak atau pakai batuan pompa. Susukan bayi setiap 2-3 jam. Pompa lagi ketika ASI tidak langsung dihisap anak.
6) Memberikan semangat kepada ibu untuk tetap menyusui walaupun masih merasakan rasa sakit setelah persalinan.
f. Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
g. Konseling keluarga Berencana.
1) Pasangan harus menunggu idealnya sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan dapat menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakn keluarganya.
2) Wanita akan mengalami ovulasi sebelum mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan, sehingga pengguna KB dibutuhkan sebelum haid pertama untukmencegah kehamilan baru. Umumnya, metode KB dapat dmulai 2minggu setelah persalinan.
3) Sebelum menggunakan KB sebaiknya bidan menjelaskan efektivitas, efek samping,untung rugi, serta kapan metode tersebut dapat digunakan.
4) Jika ibu dan suami telah memilih metode KB tertentu, maka dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk melihat apakah metode KB yang telah diterapkan tersebut bekerja dengan baik.
h. Mempercepat involusi alat kandungan.
i. Melancarkqn fungsi gastrointestinal atau perkehamilan. j. Melancarkan pengeluaran lochea.
k. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi hati dan pengeluaran sisa metabilisme.
3. TahapanMasaNifas a. Tahapan Nifas
1) Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial,yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu,berbulan-bulan atau tahunan.
b. Keadaan keadaan yang di rasakan ibu bersalin
1) Rasakram atau kejang di bagian bawah perutakibat kontraksi atau penciutan rahim (Involusi)
Intesitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Kontraksi rahim ini penting unuk mengembalikan rahim ke ukuran semula, seperti sebelum hamil dan juga untuk menjepit pembulu darah yang terbuka di area tempat plasenta lepas. Jika konraksi rahim lemah (kurang), pembuluh darah tersebut akan tetap terbuka terjadi perdarahan berlebihan. Luka bekas perlekapan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
Beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah posisi tubuh menjadi telungkup dengan meletakkan bantal atau gulungan selimut di bawah abdomen. Kompresi kuterus yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram. Kejang atau kram perut semakin kentara saat ibu menyusui bayinya karna tubuh melepaskan hormon oksitosin yang merangsang kontraksi. Menyusui bermangfaat dalam proset kembalinya rahim pada ukuran semula. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis posterior untuk memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostatis.
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Lokhea Lokhea waktu Warna Ciri-ciri Rubra
(kruenta)
1-3 hari Merah kehitaman
Terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak baik, lanugo (rambut bayi) dan sisa mekonium. Lokhea rubra yang menetap pada awal perode postpartum menunjukan adanya perdarahan postpartum sekunder yang mungkin disebabkan tinggalnya sisa atau selaput plasenta.
Sanguino lenta 4-7 hari Merah kecoklatan dan berlendir
Sisa darah bercampur lendir.
Serosa 7-14 hari
Kuning kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak seru, juga terdiri dari leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Lokhea serosa dan alba yang berlanjut bisa menandakan adanya
endometris, terutama jika disertai demam, rasa sakit atau nyeri tekanan pada abdomen. alba >14 hari berlang sung 2-6 postpart um
putih Mengandung leukosit sel desidua dan sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati.
Lokhea pururent a
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk Lokheast
atis
Lokhea tidak lancar keluarnya.
Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Hal itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus padamasa ini. Suntikan oksitosin biasanya di berikan secara intravena atau intramuskular segera setelah kepala bayi lahir. Pemberi ASI segera setelah bayi lahir. Akan merangsang perlepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar. Turunnya prolaktin dan menstimulasi air susu.
2) Keluarnya Sisa-Sisa Darah Dari Vagina ( lokhea)
3) Pengeluaran lokhea dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, seperti pada tabel berikut.
4) Payudara Membesar Karena Terjadinya Pembentukan ASI
Payudara akan semakin keras dan nyeri apabila tidak di hisap bayi. Fase itu adalah saat-saat bagi bidan untuk mendorong ibu bersalin untuk belajar menyusi bayinya dengan benar karena pada umumnya. Ibu yang baru pertama kali mengalami masa persalinan masi belum tahu bagaimana caranya menyusui dengan benar sehingga akan menyebabkan maslah yang berhubungan dengan payudara.
Ibu terkadang juga akan mengeluh putingnya terasa perih saat awal-awal mulai menyusui. Hal tersebut di sebabkan karna ibu belum terbiasa menyusui bayi. Padahal menyusui bayi akan membuat puting lunak, sehingga nantinya akan menjadi suatu bentuk kenyaman bagi ibu ketika menyusui.
5) Kesulitan Buang Air kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB). a) Ibu Bersalin akan sulit, nyeri dan panas saat buang air kecil
kurang lebih1-2 hari. Penyebabnya, trauma kandung kemih dan nyeri serta pembengkakan (edema) pada perineum yang mengakibat kejang pada saluran kencing.
b) Kesulitan BAB disebabkan oleh usus bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara usus tidak berfungsi dengan baik. Faktor psikologis juga turut mempengaruhi. Ibu bersalin umumnya takut BAB karena khawatir perineum robek semakin besar lagi.
6) Gangguan Otot
Gangguan otot terjadi padaarea betis, dada, perut, panggul, dan bokong. Biasanya, dapat dipicu oleh proses persalinan yang lama. Ibu dapat istirahat dengan cukup setelah bersalin agar segar pulih dan dapat menjalankan kewajiban untuk menyusui bayi dengan segera.
7) Perlukaan jalan lahir (Lecet atau Jahitan). a) Persalianan normal
Melalui persalinan normal rasa nyeri, tidak enak atau kebal di daerah perineum dan akan bertamabah nyeri apabila bersin atau batuk. Nyeri tersebut di sebabkan oleh trauma perineum setelah di lewati bayi. Bila di lakuakan episiotomi dan di jahit akan bertambah lagi rasa nyerinya. Teknik pengurangan nyeri perineum padanifas dapat dilakukan sebagai berikut (Varney dkk, 2008):
(1) Kompres kantong es bermanfaat untuk mengurangi pembengkakan dan membuat perineum nyaman pada periode segera setelah melahirkan. Es harus di kompreskan pada laserasi derajat tiga atau empat, dan jika ada edema perineum, menggunakan kompres dingin selama 30menit dapat memaksimalkan hasil yang dicapai.
(2) tetapi tetap basah, lipat sekali, dan letakkan di atas perineum .
(3) Latihan kegel bertujuan menghilangkan ke tidak nyamanan dan nyeri ketika duduk atau hendak berbaring dan bangun di tempat tidur. Latihan ini akan meningkatkan sirkulasi ke area perineum, sehingga meningkatan penyembuhan. Latihan ini juga dapat mengembalikan otot panggul tindakan ini juga dapat mengembalikan tonus otot panggul, tindakan ini merupakan salah satu tindakan yang paling bermangffat dan sering kali menghasilkan akibat yang dramatis dalam mempasilitasi kemudahan pergerakan dan membuat wanita lebih nyaman pada wanita yang mendapat episiotomi latiahan kegel ini dapat memberi efek berlawanan sehingga dapat meng akibatkan nyeri.
(4) Konstipasi masalah biasanya dapat di kurangi dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tambahan asupan cairan. Penggunaan laksatif pada wanita yang mengalami laserasi derajat 3 atau 4 dapat membantu mencegah wanita mengejan.
(5) Hemoroid di sebabkan adanya penekanan uterus terhadap vena di dalam anus dan rektum selama kehamilan dan saat proses persalian. Padaibu yang sudah mengalami hemorid sebelum kehamilan, penekan tersebut akan memperparah hemoroid.
4. Proses Adaptasipsikologis
Tabel 2.2 3 tahap penyusunan psikologi ibu dalam masa postpartum
Nama fase Waktu Ciri-ciri
Fase taking in Setelah melahirkan sampai hari ke-2
1. Perasaan ibu berfokus pada dirinya.
2. Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain
3. Perhatian ibu bertujuan pada kekhawatiran perubahan tubuhnya
4. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan
5. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.
6. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi.
7. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
8. Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut:
a. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya.misalnya, jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan sebagainya.
b. Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu. Misalnya, rasa muls akibat dari kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya.
c. Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu saja, tetapi tanggung jawab bersama.
Fase Taking Hol
Hari k-3 sampai 10
1. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues)
2. Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan
bayinya.
3. Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.
4. Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan, dan mengganti popok.
5. Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritik pribadi.
6. Kemungkinan ibu mengalami
depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
7. Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketiakmampuannya, cepat tersinggung dan cenderung menganggap pemberitahuan bidan sebagai teguran. Dianjurkan untuk berhati-hati dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
Fase Letting Go Hari ke-10 sampai akhir masa nifas
1. Ibu merasa percaya diri unuk mercaya diri dan bayinya. Setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
2. Ibu sudah megambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi.
Fase penyesuaian psikologi ibu dalam masa postpartum sebagaimana dijelaskan diatas. Fase itu meliputi beberapa keadaan tergantung situasi dan kondisi yang diialami oleh masing-masing pribadi ibu. Dibawah ini adalah gangguan psikologis yang dialami oleh ibu pasca melahirkan.
5. Postpartum Blues (baby blues)
Postpartum blues dikenal juga dengan kemurungan masa nifas. Keadaan ini umumnya sering menggeluti pada ibu baruyang pertama kali melahirkan. Biasanya disebabkan leh perubhan–perubahan yang terjadi dengan sifat yang berberda ssecara drastis antara perubahan satu dengan perubahan yang lain. Baik perubahan yang terjadi ketika masa kehamilan,
persalinana, sampai pada cara hidupnya sesudah bayinya lahir. Postpartum blues adalah bentuk depresi yang paling ringan, biasanya timbl antara hari ke-2 sampai ke-14.
1. Faktor-faktor penyebab postpartum blues:
a. Faktor hormonal, yaitu perubahan hormonal pada pertengahan masa postpartum. Perubahannya terjadi pada kadar estrogen, progesteron. Prolaktin, serta estriol yang terlalu rerlalu redah. Kadar estrogen turun secara tajam setelah melahirkan dan estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b. Faktor demografik, yaitu faktor penyebab yang berhubungan dengan umur dan paritas. Biasanya umur ibu yang terlalu muda saat melahirkan cenderung memiliki kemungkinan lebih besar terkena kondsi ini karena merek mmikirkan tentang tnggung jawab sebagai ibu untuk menguru anak. Tinakan itu merupakan sebuah bentuk ketiksiapan terhadap prubahan peran yang terjadi pada mereka. c. Pengalaman dalam proses kehamiln dan persalinan. Biasanya, kesulitan-keulitn yang dilami ibu selma kehamilan, dan persalinan akan memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan
d. Latar belakang psikologis ibu yang bersangkutan. Tingkat pendidikan, status perkawinan, kondisi ekonomi, status sosial serta kedekatan dengan keluarga suami dapat menjadi salah satu pemicu gangguan psikologis ini. Dukungan yang diberikan dari lingkungan. Misalnya,
suami, orang tua, dan keluarga akan menjadi obat yang ampuh bagi ibu.
e. Aktivitas fisik berhubungan dengan aktivitas mengasuh bayi, mnyusui ataupun menggantikan popok yang biasanya terjadi dimalam hari dimana hal tersebut menjadi hal yang baru bagi ibu bersalin. Ditambah lagi degan ketidaknyaanan fisik, seperti rasa sakit akibat luka jahit atau bengkak pada payudara yang dialamisehingga menimbulkan perasaan emosi pada wanita pasca melahirkan. Fisik yang sudah lelah dan kondisi psikis yang kaget dengan perubahn-perubahan tersebut dapat menjadi salah satu pemicu gangguan psikologis ini.
f. Faktor umur dana jumlah anak.
Pada sebagian ibu yang memiliki anak dengan jarak usia yang terlalu dekat dapat memicu terjadinya gangguan psikologis ini. Hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan dasar anak sebelumnya yang masih memerlukan perhatian daari orang tua ditambah dengan kelahiran anak berikutnya yang akan menyita perhatian lebih besar dari orang tua.
g. Stress yang dialami oleh wanita itu. Misalnya, belum bisa menyusui bayinya atau rasa bosan terhadap rutinitas barunya
h. Rasa memiliki bayinya yang terlalu dalam sehingga takut berlebihan akan kehilangan bayinya.
i. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahahan-perubahan yang terjai.
2. Gejala-gejala terjadinya postpartum blues: a. Reaksi: depresi/sedih/disforia
b. Sering menangis
c. Mudah tersinggung dan pelupa d. Cemas
e. Labilitas perasaan
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan h. Kelelahan
i. Mudah sedih j. Cepat marah
k. Mood mudah berubah cepatmenjadi sedih dan cepat juga menjadi gembira
l. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangnnya, serta bayinya. m. Perasaan bersalah.
3. Langkah-langkah mengatasi postpartum blues:
a. Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi msa nifas
b. Komunikasikan segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan. c. Selalumembicarakan rasa cemas yang dialami
d. Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha melkukan peran barunya sebagai seorang ibu dengan baik
e. Cukup istirahat
f. Menghindari perubahan hidup yang drastis g. Berolahraga ringan
h. Berikan dukungan dari semua keluarga, suami atau saudara
i. Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang profesional agar dapat memfasilitasi faktor resiko lainnya selama masa nifas dna membantu dalam melakukan upaya pengawasan.
6. Penurunan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Penurunan tinggi fundus uteri merupakan salah satu tanda dari involusi uterus. Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Selama proses involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lochea yang diganti dengan endometrium baru. Involusi uterus melibatkan pengguguran desidua serta penglupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lochea (Bahiyatun, 2009).
Pada hari pertama TFU diatas simpisis pubis atau sekitar 12-14 cm. Hal ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ketujuh TFU sekitar 5 cm dan pada hari kesepuluh TFU
tidak teraba di simpisis pubis. Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil (Wulandari dan Handayani, 2011).
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah mengeluarkan plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya sampai 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan karena penurunan hormone estrogen dan progesteron. c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan menggunakan meteran kertas atau pelvimeter. Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah apakah kandung
kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks.
Pemeriksaan uterus meliputi: a. Penentuan lokasi uterus
Dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada di atas atau di bawah umbilikus dan apakah fundus berada di garis tengah abdomen atau bergeser ke salah satu sisi.
b. Penentuan ukuran uterus
Dilakukan melalui palpasi dan mengukur tinggi fundus uteri pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah. c. Penentuan konsistensi uterus
Ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan massase pada uterus.
Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi sering disebabkan infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat, bila subinvolusi uterus tidak tertangani dengan baik, akan mengakibatkan perdarahan yang berlanjut atau post partum haemorrhage. Ciri-ciri subinvolusi atau proses involusi yang abnormal diantaranya tidak secara progesif dalam pengambilan ukuran uterus. Uterus teraba lunak dan kontraksi buruk, sakit pada punggung atau nyeri pada pelvik yang konsisten, perdarahan pervaginam
abnormal seperti perdarahan segar, lochea rubra banyak, peristen, dan berbau busuk.
Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015) dan Kautsar (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus antara lain:
a. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini ialah kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimbing ibu nifas bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.
b. Status gizi
Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi sesorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang baik pada ibu nifas dengan status gizi baik akan mampu menghindari serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses involusi uterus.
c. Senam nifas
Apabila otot rahim di rangsang dengan latihan dan gerakan senam maka kontaraksi uterus semakin baik sehingga mempengaruhi proses pengecilan uterus.
d. Menyusui
Pada proses menyusui ada refleks let down dari hisapan bayi merangsang hipofisis posterior mengeluarkan hormon oksitosin yang oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi.
e. Usia
Ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan dimana mengalami perubahan metabolisme yaitu terjadi peningkatan jumlah lemak, penurunan otot, penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat dan hal ini akan menghambat involusi uterus.
f. Paritas (jumlah anak)
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Ibu yang paritasnya tinggi proses involusinya menjadi lebih lambat, karena makin sering hamil uterus akan sering mengalami regangan.
7. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada saat hamil beberapa otot mengalami penguluran, terutama otot rahim dan perut. Setelah melahirkan, rahim tidak secara cepat kembali ke seperti semula, tetapi melewati proses untuk mengembalikan ke kondisi semula diperlukan suatu senam, yang dikenal dengan senam nifas (Huliana dalam Sukaryati dan Maryunani, 2011).
Senam nifas merupakan serangkaian gerakan tubuh yang dilakukan oleh ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk memulihkan dan mempertahankan kekuatan otot yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Latihan pada otot dasar panggul akan merangsang serat-serat saraf pada otot uterus yaitu serat saraf simpatis dan parasimpatis yang menuju ganglion cervicale dari frankenhauser yang terletak di pangkal ligamentum sacro uterinum. Rangsangan yang terjadi pada ganglion ini akan menambah kekuatan kontraksi uterus. Dengan adanya kontraksi dan
retraksi dari uterus yang kuat dan terus menerus dari latihan otot-otot tersebut maka akan menambah kekuatan uterus dalam proses involusi sehingga penurunan tinggi fundus uteri berlangsung lebih cepat dari pada yang tidak senam. Selain itu latihan otot perut akan menyebabkan ligamen dan fasia yang menyokong uterus akan mengencang. Ligamentum rotundum yang kendor akan kembali sehingga letak uterus yang sebelumnya retrofleksi akan kembali pada posisi normal yaitu menjadi antefleksi (Polden, 2007). Hal ini didukung oleh penelitian Kuswati (2014) yaitu dengan adanya kontraksi uterus yang kuat dan terus menerus, akan lebih membantu kerja uterus dalam mengompresi pembuluh darah dan proses hemostatis. Proses ini akan membantu menurunkan tinggi fundus uteri.
Hal ini karena salah satu manfaat senam nifas adalah mempercepat involusi uterus yang dapat diukur dari penurunan tinggi fundus uteri (Sukaryati dan Maryunani, 2011).
B. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 1. Pengertian senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu postpartum setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Semua wanita akan sembuh dari persalinannya dengan waktu yang berbeda beda. Senam nifas ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi serta memulihkan dan menguatkan otot otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut sekitar rahim.
Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali kepada kondisi normal seperti semula (Sukaryati dan Maryunani, 2011).
Menurut Widianti dan Proverawati (2010), senam nifas adalah latihan jasmaniyang dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan, dimana fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-ototsetelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut.
2. Tujuan senam nifas
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah:
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan fungsi alat kandungan
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan perineum terutama otot yang berkaitan selama kehamilan dan persalinan
d. Memperlancar pengeluaran lochea
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan f. Merelaksasi otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan
g. Meminimalisir timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli, trombosia, dan lain-lain.
3. Manfaat senam nifas
Manfaat senam nifas secara umum menurut Sukaryati dan Maryunani (2011), adalah sebagai berikut:
a. Membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal
b. Membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar diakibatkan kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut
c. Menghasilkan manfaat psikologis yaitu menambah kemampuan menghadapi stres dan bersantai sehingga mengurangi depresi pasca persalinan
4. Kontra indikasi senam nifas
Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas dan ibu yang keadaan umumnya tidak baik misalnya hipertensi, pascakejang dan demam (Wulandari dan Handayani, 2011). Demikian juga ibu yang menderita anemia dan ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan paru-paru seharusnya tidak melakukan senam nifas (Widianti dan Proverawati, 2010).
5. Waktu dilakukan senam nifas
Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi, pascakejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan melakukan secara bertahap (Marmi, 2012).
6. Kerugian bila tidak melakukan senam nifas
Kerugian bila tidak melakukan senam nifas menurut Sukaryati dan Maryunani (2011), antara lain :
a. Infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan
b. Perdarahan yang abnormal, kontraksi uterus baik sehingga resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan
c. Trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah) d. Timbul varises
7. Pelaksanaan Senam Nifas
Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya bidan mengajarkan kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak-gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan gerakan senam nifas. Senam
nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari (Widianti dan Proverawati, 2010).
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan manfaatnya sama, berikut ini merupakan metode senam yang dapat dilakukan mulai hari pertama sampai dengan hari keenam setelah melahirkan menurut Sukaryati dan Maryunani (2011) yaitu:
a. Hari pertama
Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru. Lakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan
b. Hari kedua
Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 5-10 kali gerakan.
c. Hari ketiga
Sikap tubuh terlentang tapi kedua kaki agak dibengkokan sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan
hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi gerakan hingga 5-10 kali.
d. Hari keempat
Sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk ±45º kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu ±45º dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. Lakukan gerakan tersebut 5-10 kali.
e. Hari kelima
Sikap tubuh masih terlentang kemudian salah satu kaki ditekuk ±45º kemudian angkat tubuh dan tangan yang berseberangan dengan kaki yang ditekuk usahakan tangan menyentuh lutut. Gerakan ini dilakukan secara bergantian dengan kaki dan tangan yang lain. Lakukan hingga 5-10 kali.
f. Hari keenam
Sikap tubuh terlentang kemudian tarik kaki sehingga paha membentuk sudut ±90º lakukan secara bergantian dengan kaki yang lain. Lakukan 5-10 kali
8. Gerakan pada Senam Nifas
a. Berbaring dengan lutut ditekuk. Letakan tangan diatas perut dibawah area iga-iga. Tarik nafas dalam dan lambat melalui hidung kemudian dihembuskan melalui mulut secara perlahan, kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru.
b. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh.
c. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan kemudian rileks.
d. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut
ditekuk.Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulangpunggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks.
e. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan rileks kan dengan perlahan.
f. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di bagian luar lutut kiri.
g. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki diluruskan. angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.
h. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama setengah menit.
i. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama setengah menit.
j. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah menit.
k. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki kanan, sedangkan
tangan memegang ujung kaki, dan urutlah mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha. Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.
l. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
m. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping badan. kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi perlahan-lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4 sampai 6 kali selama setengah menit.
9. Persiapan senam nifas
Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut:
a. Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga b. Persiapkan minum, sebaiknya air putih
c. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur
d. Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60-90 kali per menit.
e. Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan.
f. Petunjuk untuk bidan atau tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontra indikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu pernafasan, dan nadi. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.
C. Kajian jurnal
No Judul jurnal Metode Hasil
1 Pengaruh senam nifas terhadap tinggifundus uterus pada ibu nifas
Metode penelitian ini
merupakan quasi eksperimen dengan rancangan two group posttest. Dengan pengambilan sempel mengunakan
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini 30 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Hasil asuhan menunjukan p- value (0. 000)< α (0,05) hal ini
menunjukan bahwa ada pengaruh yang bermakna pada proses involusi uterus antara ibu yang melakukan senam nifas dan yang tidak melakukan senam nifas.
2. The Influence of Parturition Gymnastics towards
the Lowering of Fundal Height on Post Partum Mother at Community Health Center in South Tangerang Indonesia
This was experimental study with Post Control Only Control Group Design. Parturition gymnastics was given to intervention group but the control group was not treated with parturition gymnastics, then fundal height was measured on the 12 hour postpartum and 6 day.
From the research results, there was a difference fundal height on 12 hours
and 6 days postpartum who did gymnastics parturition compared to those who did not do gymnastics parturition P = 0.074 and 0.013. There was a relationship between gymnastics parturition with fundal height postpartum r = 0.0369. 3. Proses involusi uterus
pada ibu yang
melaksanakan senam nifas dan yang tidak melaksanakan seam nifas di bidan praktek mandiri
Metode penelitian ini adalah penelitian analitik kasus control dengan desain penelitian crosssectional. Sujek dalam penelitian adalah ibu opostpartum normal yang diberi asuhan senam nifas dan yang tidak diberikan senam nifas
Hasil penelitian diperoleh bahwa perbedaan TFU pada 6 jam postpartum pada kelompok yang melakukan dan yang tidak melakukan di dapatkan rata-rata lebih tinggi (14,45) pada kelompok yang melakukan senam nifas degan yang tidak melakukan senam nifas.