• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam indentifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut (Pahan, 2013).

Divisi : Embryophyta Siphanogama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae ( dahulu disebut palmae )

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Elaeis oliefera cortes atau Elaeis odora

Kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut :

1. Kulit buah yang licin dan keras (epicarp).

2. Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak.

3. Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). 4. Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak. 5. Lembaga (embrio).

Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah.

a) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit .

(2)

b) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya

akan menjadi akar.

Plumula akan muncul setelah radikula tumbuh disekitar satu sentimeter.

Akar-akar adventif pertama muncul di sebuah ring di atas sambungan

radikula-hipokotil, kemudian membentuk akar-akar sekunder sebelum daun

pertama muncul. Bibit kelapa sawit memerlukan waktu tiga bulan untuk merubah menjadi organisme yang mampu memfotosintesis dan mengabsorpsi makanan dari dalam tanah secara sempurna (Sunarko, 2009).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman berumah satu atau monoecious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, sehingga penyerbukan dapat terjadi sendiri atau silang. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan generatif (Lubis, 2008). Tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Setelah itu, bekas pelepah daun mulai rontok, biasanya mulai dari bagian tengah batang kemudian meluas ke atas dan ke bawah. Batang kelapa sawit tua biasanya sudah tidak ada lag bekas tangkai pelepah daun tua, kecuali sedikit di bawah tajuknya (Pahan, 2013).

Batang mempunyai 3 fungsi utama, yaitu :

a) Sebagai setruktur yang mendukung daun, bunga dan buah.

b) Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintesat) dari daun ke bawah.

c) Sebagai organ tempat penimbunan cadangan zat makanan.

(3)

Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut :

a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan tulang anak daun (midrip).

b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.

c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang. d. Seludang daun (sheats) yang berfungsi sebagai perlindungan dari

kuncup dan memberikan kekuatan kepada batang.

Bentuk seludang daun yang terlihat pada daun dewasa sudah tidak lengkap dan merupakan sisa dari perkembangan yang ada. Pada daun yang sedang berkembang, seludang berbentuk pipa dan membungkus daun muda secara sempurna. Namun, karena daun berkembang terus-menerus sedangkan seludang sudah tidak berkembang lagi, serabut-serabut seludang menjadi robek dan tercerai membentuk barisan duri (spine) sepanjang tepi-tepi petiole yang merupakan pangkal dari serabut tersebut. Sejumlah kecil jaringan serabut ini juga dijumpai pada bagian ketiak daun (Pardamean, 2012).

Pada tanaman muda pohon kelapa sawit mengeluarkan daun sebanyak 20 - 30 daun/tahun (umumnya disebut pelepah) dan pada tanaman tua antara 18 - 25 pelepah/tahun. Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 - 200 pasang dengan panjang 1 - 1,2 m dengan lebar tengah 6 cm. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40-46 pelepah selebihnya di buang saat dilakukan pemanenan (Lubis, 2008).

Susunan pelepah kelapa sawit yaitu phylotaxis 3/8 yang berarti setiap tiga putaran terdapat 8 daun. Letak pelepah/daun dapat dilihat dari bekas tunasan yang membentuk spiral ke kiri atau ke kanan, arah putaran dapat dilihat dari atas kebawah (Tim Pengembangan Materi LPP, 2000).

(4)

2.2.1. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan berumah satu (monoecious). Artinya, karangan bunga (inflorencence) jantan dan betina berada pada satu pohon tetapi tempatnya berbeda. Sebenarnya semua bakal karangan bunga berisikan bakal bunga jantan dan betina, tetapi pada pertumbuhannya salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya satu jenis kelamin (Sunarko, 2014).

Menurut Lubis (2008), tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun.

Berikut ciri-ciri bunga betina dan bunga jantan tanaman kelapa sawit: a. Bunga betina

1. Bunga yang tersusun dalam tandan dengan panjang 24-25 cm.

2. Berisi beberapa ribu bunga betina yang muncul pada spiklet yang berduri (tersusun secara spiral pada tangkai tandan).

3. Bunga betina terbungkus dalam seludang.

4. Jumlah spiklet 100-200 buah, tiap spiklet terdapat 15-20 bunga.

5. Ketika bunga betina siap diserbuki (ada nektar) warnanya putih sampai kuning pucat. Kepala putik terrsusun dari bagian berwarna putih dengan seluruh garis merah. Setelah bunga diserbuki warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan aklusinya dengan kehitaman.

6. Bunga betina tidak masak secara bersamaan, bunga betina dibentuk pada pangkal tandan yang akan masak belakangan. Bunga-bunga ini tidak semua berhasil menjadi buah, biasanya antara 600 - 1500 buah. b. Bunga jantan

1. Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan atau spiklet dengan jumlah 100 - 250, panjang spiklet 12-20 cm. Tiap spiklet terdiri dari 500 - 1500 kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan.

2. Bunga jantan ketika membuka atau biasa di sebut anthesis berbau harum yang khas untuk memikat serangga penyerbuk. Serangga

(5)

penyerbuk yang berasal dari afrika yang telah di sebarkan di perkebunan adalah kumbang tanduk atau Elaedobius kamerunicus. Bunga jantan masak dari arah pangkal ke ujung spiklet. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 25-50 g. Masa masak (anthesis) bunga jantan berlangsung 2-3 hari setelah itu warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak berfungsi lagi.

3. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan bunga jantan adalah 15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.

Tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang (cross pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan peranan angin atau serangga peyerbuk (Heri Hartanto, 2011).

2.2.2. Buah (Fructus)

Menurut Tim Bina Karya Tani (2009), diperlukan waktu sekitar 5-6 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang dewasa matang, dan siap dipanen. Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Lama waktu panen sedikit berfluktuatif sesuai dengan variasi iklim. Iklim kering yang panjang biasanya memperlambat laju pematangan buah. Jumlah buah rata-rata 1.600 pertandan. Ukuran dan bentuknya bervariasi menurut posisinya dalam tandan. Secara botani buah adalah “sesile drupe” yang tertekan disekitar bijinya, buah terdiri atas bagian-bagian berikut.

1. Kulit buah (eksokarp) merupakan pelindung buah paling luar yang mula-mula berwarna putih kehijau-hijauan, kemudian berubah menjadi berwarna kuning.

2. Daging buah (mesokarp) bagian buah yang tersusun atas air, serat, klorofil yang selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten.

(6)

3. Cangkang (endokarp) bagian buah yang pada awalnya tipis dan lembut, tetapi kemudian bertambah tebal dan keras serta warnanya pun berubah dari putih menjadi cokelat.

4. Inti (endosperm) bagian buah yang mula-mula cair, kemudian lunak dan akhirnya berubah menjadi padat dan agak keras.

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor dari luar maupun faktor dari dalam yaitu dari tanaman kelapa sawit itu sendiri . faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis dan faktor teknis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain (Fauzi dkk, 2012).

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit yaitu antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4000 mm, temperatur optimal 24-28ºC. Ketinggian tempat yang ideal untuk tanaman kelapa sawit antara 1-500 m dpl (diatas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman kelapa sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik

Kelabu, Alluvial atau Regosol tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara

sungai. Tingkat keasaman pH yang optimum untuk sawit adalah 5,0-5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15º.

2.4. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa Sawit

Sebelum membuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit.

(7)

Kesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual merupakan kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan atau karakterristik lahan dinilai apa adanya. Sementara itu, kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan (kesesuaian lahan aktual yang ditambah teknologi dan modal) (Sunarko, 2014).

Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan intensitas faktor pembatas. Kelas lahan dibagi menjadi dua yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3), sedangkan kelas tidak sesuai dibagi menjadi dua yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak sesuai permanen (N2) (Sukamto dkk, 2008).

Tabel 2.1 Kelas kesesuaian lahan kelapa sawit S1, S2, dan S3

Uraian Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 Kelas N1

Tinggi tempat 0-400 m 0-400 m 0-400 m 0-400

Topografi Datar Berombak Berbukit Curam

Lereng (%) 0-15% 16-25% 25-36% >36%

Genangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

Drainase Baik Sedang Kurang Jelek

Kedalaman tanah >80 cm 80 cm 60-80 cm <60 cm

Bahan organik 5-10 cm 5-10 cm 5-10 cm <5

Tekstur Lempung liat Liat berpasir Berlempung Liat atau pasir Batuan > 3% 3-15% 15-40% >40% Air tanah >80cm 60-80 cm 50-60 cm 40-50 cm Ph 5-6 4,5-5 4-4,5 atau 6,5-7 <4 atau >7 Curah hujan 2000-2500 mm 1800-2000 mm 1500-1800 mm <1500 mm Defisit air 0-155 mm 150-250 mm 250-400 mm >400 mm Suhu 22-26ºC 22-26ºC 22-26ºC 22-26ºC

Penyinaran 6 jam 6 jam 6 jam <6 jam

Kelembapan 80% 80% 80% 80%

Angin Sedang Sedang Sedang Kencang

Bulan kering 0 0-1 2-3 >3

(8)

2.5. Potensi Produksi Sesuai Kelas Kesesuaian Lahan

Potensi produksi terkadang tergantung dengan kesesuaian lahan, setiap kelas kesesuaian lahan (KKL) dapat secara langsung dikaitkan dengan produksi kelapa sawit yang dapat dicapai. Produksi kelapa sawit marjinal berupa tandan buah segar (TBS) yang ditetapkan berdasarkan pendapatan marjinal (Sulistyo, 2010).

2.6. Produktivitas

Istilah produktivitas pada tanaman kelapa sawit adalah produksi atau hasil tandan buah segar (TBS) per hektar. Angka diperoleh dengan membagi produksi total kebun dengan luas penanamannya. Produktivitas kelapa sawit juga bisa diukur persatuan pohon, yaitu hasil atau produksi per hektar dibagi dengan jumlah tanaman per hektar.Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun. Pada umur lebih 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, jumlah tandan buah juga sedikit sehingga tidak ekonomis lagi.

Tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Pengelompokan tanaman berdasarkan umur tanaman dikelompokan menjadi empat bagian yaitu umur 3-8 tahun adalah tanaman muda, umur 9-13 tahun adalah tanaman remaja, umur 14-20 tahun adalah tanaman dewasa, dan diatas umur 20 tahun adalah tanaman tua.

(9)

Tabel 2.2. Potensi Produksi Menurut Kesesuaian Lahan

Umur (tahun)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3 Jlh tdn RBT TON/ HA Jlh Td n RBT TON/ HA Jlh tdn RBT TON/ HA 3 21,6 3,2 9 18,1 3,1 7,3 15,9 3 6.2 4 19,2 6 15 17,6 5,9 13,5 17,4 5,3 12 5 18,5 7,5 18 17,3 7,1 16 16,6 6,7 14,5 6 16,2 10 21,1 15,1 9,4 18,5 15,4 8,5 17 7 16 12,5 26 15 11,8 23 15,7 10,8 22 8 15,3 15,1 30 14,9 13,2 25,5 14,8 12,7 24,5 9 14 17 31 13,1 16,5 28 12,9 15,5 26 10 12,9 18,5 31 12,3 17,5 28 12,5 16 26 11 12,2 19,6 31 11,6 18,5 28 11,5 17,4 26 12 11,6 20,5 31 11 19,5 28 10,8 18,5 26 13 11,3 21,1 31 10,8 20 28 10,3 19,5 26 14 10,3 22,5 30 10,1 20,5 27 9,6 20 25 15 9,3 23 27,9 9,2 21,8 26 9,1 20,6 24,5 16 8,5 24,5 27,1 8,5 23,1 25,5 8,3 21,8 23,5 17 8 25 26 7,8 24,1 24,5 7,4 23 22 18 7,4 26 24,9 7,2 25,2 23,5 6,7 24,2 21 19 6,7 27,5 24,1 6,6 26,4 22,5 6 25,5 20 20 6,2 28,5 23,1 5,9 27,8 21,5 5,5 26,6 19 21 5,8 29 21,9 5,6 28,6 21 5,1 27,4 18 22 5,1 30 19,8 5 29,4 19 4,6 28,4 17 23 4,8 30,5 18,9 4,6 30,1 18 4,2 29,4 16 24 4,4 31,9 18,1 4,2 31 17 3,8 30,4 15 25 4,1 32,4 17,1 3,8 32 16 3,6 31,2 14 Rata-Rata 10,8 20,9 24 10,2 20,1 22 9,9 19,2 20 Sumber : Lubis, 2008

Keterangan : Jlh tdn : Jumlah Tandan/Pohon RBT : Rata-rata Berat Tandan (Kg)

Gambar

Tabel 2.1 Kelas kesesuaian lahan kelapa sawit S1, S2, dan S3
Tabel 2.2. Potensi Produksi Menurut Kesesuaian Lahan

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh 14 kom- binasi padi hibrida yang menunjukkan keragaan yang lebih baik dan memiliki standar heterosis lebih tinggi dari varietas kontrol Ciherang dan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatakan kemampuan berpikir kritis siswa, peningkatan keterampilan mengajar guru, dan peningkatan aktivitas belajar

keuangan dan akibat dari kebijakan pemerintah Belanda yang melarang terbitnya majalah Pembela Islam. 6 Walaupun majalah Pembela Islam dilarang terbit kembali, namun

Ilmu Fengshui dan Desain Interior memiliki teori yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka menarik untuk meneliti bagaimana dua ilmu yang digunakan untuk

Dari segi kekangan atau kelemahan yang dihadapi guru dalam proses penggunaan perisian pendidikan Sains di sekolah rendah Zon Johor Jaya Pasir Gudang, secara

Sehingga dari hasil penelitian bermanfaat untuk masyarakat terutama bagi pengelola kebun agroforestri dapat mengetahui pengaruh serangga tanah yang nyata terhadap lahan

[r]

Dari penelitian ini juga dapat digunakan untuk mendukung sebuah keputusan dalam mengambil keputusan yang memiliki nilai alternatif terbaik yang kedepannya dapat