• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN

PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

(Effect of Fermented Rice Straw as Feed on Fattening Cattle Production)

IG.A.P.MAHENDRI1B.HARYANTO2danA.PRIYANTI1 1

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jl. Raya Pajajaran Kav. E No 59, Bogor 16151

2

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

To support the government program towards beef cattle self-sufficiency in 2010, beef cattle production using local feed resources had been encouraged. Fermented rice straw as a cattle feed has been used to alleviate feed in the dry season. The experiment was conducted to identify prospect and production response of fermented rice straw as feed in beef cattle fattening systems at PT Kariyana Gita Utama, Cicurug Sub District, Sukabumi, West Java. Sixty cattles were used in this experiment during the period of September to December, 2005. Feed given consistsed of (1) 4 kg fermented rice straw (JF) + 7 kg concentrate (A); (2) 2 kg Fermented rice straw (JF) + 8 kg concentrate (B); (3) 4 kg untreated rice straw (J) + 7 kg concentrate (C); and (4) 2 kg untreated rice straw (J) + 8 kg concentrate (D). Liveweight gain and economic analysis using gross margin estimation and cost revenue were used to justify the economic gain or losses of the feed given. The results showed that liveweight gain of A, B, C and D treatment respectively were 1.02, 1.02, 1.04, and 1.05 kg respectively with feed conversion of 9.6, 8.3, 9.5 and 8.3 respectivelyfor A, B, C and D. R/C value for A, B, C and D treatments were almost similar, i.e. 1.13, 1.13, 1.14 and 1.13 respectively. It was concluded that the use of fermented rice straw as a cattle feed do not give different respons from that of unfermented rice straw.

Key Words: Fermented Rice Straw, Cattle, Live Weight Gain

ABSTRAK

Dalam upaya mendukung program pemerintah menuju program kecukupan daging sapi pada tahun 2010, pengembangan ternak sapi terus digalakkan dengan memanfaatkan pakan berbasis sumberdaya lokal. Pemanfaatan jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak sapi telah dilakukan untuk menanggulangi kekurangan pakan di musim kemarau. Suatu penelitian untuk mengetahui prospek dan respon produksi ternak sapi terhadap introduksi pakan jerami padi fermentasi telah dilakukan pada usaha penggemukan ternak sapi di PT Kariyana Gita Utama (PT KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Penelitian yang dilakukan selama 3 bulan dari bulan September sampai dengan Desember 2005, menggunakan 60 ekor ternak sapi milik PT KGU. Perlakuan pakan terdiri atas: (1). 4 kg jerami padi fermentasi (JF) dan 7 kg konsentrat (Perlakuan A); (2). 2 kg jerami padi fermentasi (JF) dan 8 kg konsentrat (Perlakuan B); (3). 4 kg jerami padi tanpa fermentasi (J) dan 7 kg konsentrat sebagai kontrol (Perlakuan C); (4). 2 kg jerami padi tanpa fermentasi (J) dan 8 kg konsentrat sebagai kontrol (Perlakuan D). Pengamatan pertambahan bobot hidup dan analisis ekonomi usaha dengan menggunakan estimasi gross margin dan nisbah B/C dilakukan untuk menentukan kelayakan usaha penggemukan tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup harian masing-masing untuk perlakuan A, B, C dan D berturut-turut adalah 1,02; 1,02; 1,04 dan 1,05 kg dengan konversi pakan 9,6; 8,3; 9,5 dan 8,3. Nilai R/C pada keempat perlakuan tidak berbeda jauh yaitu berturut-turut untuk perlakuan A, B, C dan D adalah 1,13; 1,13; 1,14 dan 1,13. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan limbah jerami padi sebagai pakan basal ternak sapi pada usaha penggemukan tidak memberikan respon produksi dan ekonomi yang berbeda dengan penggunaan jerami padi non fermentasi.

(2)

PENDAHULUAN

Di Indonesia, limbah tanaman padi (jerami padi) tersedia dalam jumlah yang cukup banyak dan mudah diperoleh. Meningkatnya produksi padi akan berakibat pada semakin meningkatnya limbah jerami padi yang dihasilkan. Sementara itu, meningkatnya luas lahan untuk pertanian berakibat pada berkurangnya luas lahan yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan hijauan sebagai bahan pakan utama ternak ruminansia khususnya sapi.

Di lain pihak, populasi ternak sapi khususnya sapi potong di Indonesia tahun 2004 sebanyak 10.533.000 ekor (DITJENNAK, 2004), dimana jumlah ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 11 juta ternak. Hal ini mengakibatkan kecenderungan impor daging dan sapi hidup terus meningkat, kecuali sesaat setelah krisis tahun 1997. Oleh karena itu perlu adanya terobosan dalam pengembangan peternakan sapi, mengingat pemerintah mempunyai program swasembada daging sapi untuk mencukupi kebutuhan daging domestik di tahun 2010.

Salah satu strategi pengembangan ternak sapi di Indonesia pada subsistem usahatani on farm adalah mempercepat pertambahan bobot hidup ternak dengan memanfaatkan sumberdaya lokal, terutama yang berasal dari limbah pertanian dan agroindustri (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2005). Jerami padi merupakan sumberdaya lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan. Untuk meningkatkan kualitas nutrisinya dilakukan beberapa cara, salah satunya dengan proses fermentasi jerami padi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana respon produksi ternak sapi meliputi pertambahan bobot hidup (PBHH) dan konversi pakan terhadap introduksi penggunaan pakan jerami padi fermentasi dan prospek ke depannya yang dilakukan pada peternakan PT Kariyana Gita Utama, Sukabumi.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan di PT Kariyana Gita Utama, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat selama 3 bulan dimulai bulan September hingga Desember 2005, menggunakan ternak sapi Peranakan Ongole (PO) sebanyak 60 ekor. Introduksi pakan yang diberikan meliputi manajemen pemberian pakan jerami padi dan konsentrat dengan imbangan sebagai berikut (kg/ekor/hari): 1. Perlakuan A: 4 kg jerami padi fermentasi

(JF) dan 7 kg konsentrat

2. Perlakuan B: 2 kg jerami padi fermentasi (JF) dan 8 kg konsentrat

3. Perlakuan C: 4 kg jerami padi tanpa fermentasi (J) dan 7 kg konsentrat

4. Perlakuan D: 2 kg jerami padi tanpa fermentasi (J) dan 8 kg konsentrat

Ternak diberi pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan siang hari. Sisa pakan ternak baik konsentrat maupun jerami padi ditimbang setiap pagi hari. Konsentrat tersusun dari bahan-bahan: bungkil kelapa dan kelapa sawit, pollard, onggok, garam, kalsium karbonat, vitamin mineral, sodium, bungkil kedelai dan molasses. Nilai gizi pakan konsentrat dan jerami padi yang diberikan pada ternak sapi ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi nutrien pakan perlakuan

Jerami padi Uraian

Fermentasi Non fermentasi Konsentrat

Bahan kering (BK) (%) 91,32 91,9 92,68

Protein kasar (% BK) 6,78 5,36 12,76

Lemak kasar (% BK) 0,66 0,91 5,92

Abu (% BK) 24,68 21,51 8,20

Acid Detergent Fiber (ADF) 63,91 68,50 38,89

Neutral Detergent Fiber (NDF) 66,03 74,86 42,68

Ca 0,25 0,26 0,56

(3)

Konsumsi pakan harian per individu ternak diperoleh dengan mengukur jumlah pakan yang diberikan dikurangi sisa pakan pada hari berikutnya dari kelompok ternak dibagi jumlah ternak dalam satu kelompok. PBHH dihitung dengan mengurangi bobot akhir dengan bobot awal dibagi jumlah hari antara kedua bobot tersebut. Konversi pakan dihitung dengan membagi total konsumsi pakan harian dengan PBHH ternak.

Dari parameter teknis tersebut selanjutnya dilakukan estimasi ekonomi untuk mengetahui kelayakan dari introduksi teknologi pakan yang diberikan serta tambahan penghasilan yang diperoleh pada masing-masing pola pemeliharaan. Pendekatan ekonomi yang digunakan adalah analisis usahatani parsial yang meliputi analisis gross margin dan biaya produksi umum sesuai dengan petunjuk AMIR dan KNIPSCHEER (1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan produksi ternak

Bobot awal ternak sapi bervariasi dari 330 – 342 kg dan bobot akhir dari 392 – 404 kg

dengan rata-rata PBH berkisar antara 61 – 64 kg selama masa penelitian. Data keragaan produksi ternak yang meliputi rata-rata PBHH dan konsumsi pakan terlihat pada Tabel 2.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBHH ternak pada perlakuan A tidak berbeda dengan ternak pada perlakuan B yaitu 1,02 kg/ekor. Namun jika dilihat dari konsumsi pakan, ternak pada perlakuan B (8.5 kg) mengkonsumsi pakan lebih sedikit daripada ternak pada perlakuan A (9.8 kg). Hal ini berpengaruh pada nilai konversi pakan ternak pada perlakuan B (8,33) yaitu lebih rendah daripada ternak pada perlakuan A (9,61). Kondisi ini menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan imbangan 4 kg jerami padi fermentasi dan 8 kg konsentrat sudah cukup efisien dicerna oleh sapi. PBHH ini masih jauh lebih tinggi dari hasil penelitian KOSTAMAN et al. (1999) pada ternak sapi Ongole yang diberi pakan jerami padi fermentasi yaitu 0,75 kg/ekor dengan total konsumsi pakan yang diberi jauh lebih besar yaitu 13,00 kg/hari. Nilai efisiensinya pun masih lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian KOSTAMAN et al. (1999) pada ternak sapi jenis SO (12,12) yang diberi pakan jerami padi fermentasi.

Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup (PBHH) dan konversi pakan ternak sapi tiap perlakuan Perlakuan JF JNF Uraian A B C D Bobot awal (kg) 342,8 ± 50,3 330,3 ± 53,6 331,8 ± 54,9 338,9 ± 65,7 Bobot akhir (kg) 404,7 ± 52,3 392,3 ± 62,5 395,5 ± 61,2 402,9 ± 67,5 PBH (kg) 61,9 62 63,7 64 PBHH (kg) 1,02 ± 0,15 1,02 ± 0,24 1,04 ± 0,35 1,05 ± 0,21 Konsumsi pakan (% BK)

Jerami padi (kg/hari) 3,4 ± 0,5 1,8 ± 0,2 3,6 ± 0,5 1,8 ± 0,2 Konsentrat (kg/hari) 6,4 ± 0,4 6,7 ± 0,6 6,3 ± 0,5 6,9 ± 0,9 Total (kg/hari) 9,8 ± 0,8 8,5 ± 0,7 9,9 ± 0,8 8,7 ± 0,9 Rataan konsumsi pakan (kg/kg BH) 0,026 0,024 0,027 0,023

Konversi pakan 9,6 8,3 9,5 8,3

A dan C = Imbangan pakan 4 kg jerami padi dan 7 kg konsentrat B dan D = Imbangan pakan 2 kg jerami padi dan 8 kg konsentrat JF = Jerami padi fermentasi

(4)

Sementara itu, total konsumsi pakan ternak pada perlakuan A (9,8 kg) yang lebih sedikit daripada ternak pada perlakuan C (9,9 kg) cenderung memberikan nilai PBHH yang lebih rendah pula dibandingkan ternak pada perlakuan C (1.04 kg/ekor). Begitu juga halnya ternak perlakuan B dengan total konsumsi pakan 8,5 kg/hari menghasilkan PBHH 1,02 kg, sementara itu dengan total konsumsi pakan 8,7 kg/hari memberikan PBHH 1,05 kg pada ternak perlakuan D. Perbedaan besar PBHH ini dipengaruhi oleh tingkat konsumsi yang berbeda. Perbedaan konsumsi pakan ternak sapi (jerami padi dan konsentrat) pada keempat perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Semakin tinggi total konsumsi pakan akan mempengaruhi besarnya PBHH. Nilai PBHH ini masih jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan BOER et al. (2003) pada ternak yang diberi pakan tambahan 15% onggok yaitu 0,503 kg. Begitu juga dengan yang dilaporkan oleh PRAYUGO et al. (2003), bahwa PBHH ternak sapi PO yang diberi pakan rumput gajah serta campuran konsentrat dan ampas kecap adalah 0,33 kg/hari dengan nilai konversi pakan 8,53. Nilai ini masih jauh lebih rendah daripada nilai PBHH penelitian ini.

Dengan demikian, penggunaan jerami padi fermentasi tidak memberi pengaruh yang

berbeda dengan jerami padi non fermentasi, hal ini terlihat dari nilai konversi pakan yang sama antara kedua perlakuan yaitu 8,3.

Estimasi gross margin

Analisis ekonomi yang dilakukan adalah model input-output, yang memberikan gambaran jelas terhadap suatu proses produksi, disamping memudahkan evaluasi di masa yang akan datang. Estimasi gross margin merupakan salah satu metode/teknik dari model input-output yang diperoleh dari perbedaan atas total penerimaan dengan total biaya produksi (AMIR dan KNIPSCHEER, 1989). Total penerimaan terdiri atas penjualan ternak hidup, sedangkan total biaya produksi terdiri dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang, sedangkan biaya tidak tetap terdiri dari biaya pembelian pakan jerami padi dan konsentrat, pembelian alat (habis pakai), pembelian obat-obatan, tenaga kerja, transportasi dan lain-lain.

Selain menghitung estimasi gross margin, analisis ini juga meliputi nilai investasi pada masing-masing periode produksi dan nisbah B/C. Tentunya, pada periode produksi yang berbeda akan menghasilkan nilai investasi dan estimasi gross margin yang berbeda pula.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 A B C D Perlakuan Konsum si (kg/e kor ) Jerami Konsentrat

(5)

1. Investasi

a. Harga dari ternak bakalan sapi adalah Rp. 16.500/kg bobot hidup.

2. Biaya produksi

a. Komponen pakan terdiri dari pakan jerami padi segar, jerami padi fermentasi dan konsentrat dengan pemberian rata-rata per hari sesuai dengan perlakuan pakan. Harga jerami padi, jerami padi fermentasi dan konsentrat masing-masing adalah Rp. 100/kg; Rp. 150/kg dan Rp. 900/kg. Tenaga kerja yang diperlukan untuk memelihara setiap 60 ekor ternak adalah 1 orang, dengan upah pokok sebesar Rp. 900.000/bulan. Komponen obat-obatan diperlukan pada saat ternak masuk dalam kandang dengan perkiraan harga obat-obatan tersebut adalah Rp. 1000/ekor/hari.

b. Alat habis pakai yang diperlukan seperti ember plastik, bambu penyekat dan alat-alat pembersih diasumsikan sebesar Rp. 50.000/ekor/periode.

c. Transportasi dan lain-lain diasumsikan sebesar Rp. 250.000/ekor per periode 3. Penerimaan

Total penerimaan diperoleh hanya dari penjualan ternak setelah periode penggemukan, dengan nilai yang berlaku saat itu adalah Rp. 18.000/kg berat hidup. Apabila penyusutan kandang dimasukkan dalam perhitungan, maka diasumsikan biaya kandang per ekor ternak Rp. 750.000 dengan ketahanan 5 tahun. Dengan demikian penyusutan kandang diperhitungkan sebesar Rp. 50.000/ekor/periode penggemukan. Nilai gross margin per hari yang diperoleh masing-masing untuk perlakuan A, B, C dan D adalah Rp. 12.669,18; Rp. 12.406,31; Rp. 13.199,84 dan Rp. 13.022,95, dengan nilai R/C masing-masing perlakuan 1,12; 1,12; 1,13 dan 1,12.

Perhitungan estimasi gross margin atas biaya tidak tetap dari usaha penggemukan sapi selama penelitian berdasarkan perlakuan pakan yang diberikan berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil perhitungan menunjukkan

Tabel 3. Estimasi gross margin usahaternak penggemukan sapi

Perlakuan Uraian A B C D Investasi: Pembelian ternak (Rp/kg BH) 16.500 5.656.200 5.449.950 5.474.700 5.591.850 Biaya variable: Jerami padi (Rp/kg) 100 - - 23.790 12.200

Jerami padi fermentasi (Rp/kg) 150 34.770 17.385 - -

Konsentrat (Rp/kg) 900 378.810 395.280 373.320 411.750

Obat-obatan (Rp/ekor) 62.000 62.000 62.000 62.000 62.000 Peralatan (Rp/ekor) 50.000 50.000 50.000 50.000 50.000 Tenaga kerja (Rp/ekor) 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 Lain-lain (transportasi, dan

lain-lain) 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Total biaya produksi 6.461.780 6.254.615 6.263.810 6.407.800

Penerimaan

Penjualan ternak (Rp/kg BH) 18.000 7.284.600 7.061.400 7.119.000 7.252.200 Total penerimaan 7.284.600 7.061.400 7.119.000 7.252.200

Gross margin atas biaya variabel 822.820 806.785 855.190 844.400

Gross marginper hari 13.488,85 13.225,98 14.019,51 13.842,62

(6)

bahwa estimasi gross margin atas biaya variabel tertinggi dicapai oleh ternak sapi dengan pemberian perlakuan pakan C yaitu Rp. 14.019,51 dengan nisbah R/C 1,14. Perlakuan pakan lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata bagi nisbah R/C, yakni sebesar 1,13. Hal ini disebabkan oleh respon produksi yang ditimbulkan akibat pemberian perlakuan pakan tersebut pada ternak sapi yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, sehingga akan memberikan respon ekonomi yang sama. Introduksi teknologi jerami padi fermentasi pada ternak sapi sebagai pakan basal tidak memberikan nilai ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian jerami padi segar. Respon produksi yang relatif tidak memberikan nilai tambah secara ekonomi ini, perlu mendapat perhatian lebih lanjut dalam hal inovasi pembuatan jerami padi fermentasi sebagai sumber pakan bagi ternak sapi.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pada usahaternak sapi, setiap penambahan satu unit input akan diperoleh tambahan pendapatan yang bervariasi antara 13 dan 14 unit output. Nisbah R/C ini akan sangat berkaitan dengan estimasi gross margin yang diperoleh, semakin tinggi gross margin yang didapat, akan semakin besar pula nisbah R/C. Semakin tinggi nisbah R/C menunjukkan bahwa usaha tersebut semakin menguntungkan. Nilai ini masih lebih tinggi dari angka yang dilaporkan oleh BOER et al. (2003) pada ternak sapi PO yang diberi tambahan pakan 15% onggok dengan PBHH 0,503 kg menghasilkan nisbah R/C sebesar 1,09.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak sapi tidak memberikan respon produksi dan ekonomi yang berbeda dengan menggunakan jerami padi non fermentasi. Hal ini terlihat dari PBHH yang dicapai ternak dengan pakan jerami padi fermentasi lebih rendah (1,02 kg/ekor) dibandingkan dengan ternak yang diberi pakan jerami padi non fermentasi (1,05 kg/ekor), dengan konversi pakan yang sama yaitu 8,3.

Nilai gross margin atas biaya variabel tertinggi dicapai oleh ternak yang diberi pakan jerami padi non fermentasi yaitu Rp. 14.019,51

dengan nisbah R/C 1,14, dimana setiap penambahan 1 unit input akan memberi tambahan pendapatan 14 unit output.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Kariyana Gita Utama yang telah memberikan fasilitas sarana dan ternak dalam penelitian ini, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

AMIR, P. and H.C. KNIPSCHEER. 1989. Conducting On-Farm Animal Research: Procedures and Economic Analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development and International Development Research Center. Morrilton, Arkansas. USA.

BADAN LITBANG PERTANIAN. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. BOER,M.,P.B.AZIZAL,Y.HENDRI dan ERMIDIAS.

2003. Tingkat penggunaan onggok sebagai bahan pakan penggemukan sapi bakalan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. Puslitbang Peteranakan, Bogor. hlm. 99 – 102. DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI

PETERNAKAN. 2004. Buku Statistik Peternakan Tahun 2004. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI

PETERNAKAN. 2005. Buku Statistik Peternakan Tahun 2005. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

KOSTAMAN, T.,E.HANDIWIRAWAN, B.HARYANTO

dan K.DIWYANTO. 1999. Respon bangsa sapi potong terhadap pemberian jerami padi. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 18 – 19 Oktober 1999. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 299 – 303. PRAYUGO, S., E. PURBOWATI dan S.

DARTOSUKARNO. 2003. Penampilan sapi Peranakan Ongole dan Peranakan Limousin yang dipelihara secara intensif. Pros. SemNas Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29 – 30 September 2003. hlm. 240 – 24.

Gambar

Gambar 1. Konsumsi jerami dan konsentrat tiap perlakuan pada ternak sapi

Referensi

Dokumen terkait

Data dianalisis menggunakan pendekatan analisis wacana dengan memanfaatkan metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mengetahui jenis dan peranan

Berdasarkan penelitian ini bahwa setelah dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010, setiap anak yang dilahirkan dari perkawinan yang

Menurut Plato bahwa demokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh rakyat. Plato juga menyatakan bahwa demokrasi bukan merupakan hasil pemerosotan dalam pelaksanaan sistem

perineum.. Setelah dilakukan pijat perineum, seluruh ibu bersalin tidak mengalami ruptur perineum derajat III dan IV. Minimalnya robekan perineum dapat terjadi karena pada

Berbeda tidak nyata pada kedua parameter tersebut juga disebabkan karena kandungan unsur hara yang terdapat dalam kompos relatif sama, berasal dari bahan organik

Universiti Teknologi Malaysia, Universitas PGRI Semarang, Universitas Negeri Makassar, Indonesia, Regional Association for Vocational Teacher Education (RAVTE), Persatuan

Kepadatan penduduk sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat, sebab adanya kepadatan penduduk yang tinggi akan banyak menimbulkan berbagai masalah yang

02, tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,