• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ternak Sapi Potong

Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainya. Ternak sapi menghasilkan 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitara 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu. Sapi adalah salah satu genus dari famili Bovidae. Ternak atau hewan-hewan lainya yang termasuk famili ini ialah Bison, banteng (Bibos), kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan Anoa. Oleh karena itu ita tidak satu genus dengan Eropa dan Bos Taurus dan sapi-sapi tropis atau Bos indicus.

( Pane,1993).

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran dan pengaturan tenaga kerja

(Abidin, 2002).

Peranan ternak sapi dalam pembangunan peternakan cukup besar terutama dalam pengembangan misi peternakan yaitu sebagai berikut:

(2)

1. Sumber pakan hewani asal ternak, berupa daging dan susu 2. Sumber pendapatan masyarakat terutama petani peternak

3. Penghasilan devisa yang sangat diperlukan untuk membiayai pembangunan nasional

4. menciptakan angkatan kerja

5. sasaran konservasi lingkungan terutama lahan melalui daur ulang pupuk kandang

6. pemenuhan sosial budaya masyarakat dalam ritus adat/kebudayaan (Surayatiyah, 2009).

Menurut Soeharto (1990) dalam Surayatiyah (2009) Usaha ternak dapat digolongkan dalam 4 jenis:

1. Usaha yang bersifat tradisional yaitu petani/peternak kecil yang mempunyai 1-2 ekor ternak ruminansi besar, kecil bahkan ayam kampong. Usaha ini hanya bersifat sambilan dan untuk sampingan saja

2. Usaha backyard, yaitu petani/peternak ayam ras, sapi perah, ikan. Tujuan usaha selain memenuhi kebutuhan juga untuk dijual, oleh karena itu memakai input teknologi, manajemen, dan pakan yang rasional, dalam perkembangannya ditunjang dengan sistem PIR

3. Usaha komersil, yaitu petani/peternak yang telah benar-benar menerapkan prinsip-prinsip ekonomi, profit oriented, dan efisiensi. Usaha ini meliputi usaha pembibitan, usaha pakan ternak, usaha penggemukan dan lain-lain/ Secara garis besar ada dua bentuk usaha tani yang telah dikenal yaitu usaha tani keluarga (family farming) dan perusahaan pertanian (plantation, estate,

(3)

enterprise). Pada umumnya yang dimaksud usaha tani adalah usaha ke,uarga sedangkan yang lain adalah perusahaan pertanian. (Suryantini, 2004).

Gambar 1. : Sapi potong di areal Perkebunan

Perkembangbiakan

Usaha perkembangbiakan sapi potong bibit bertujuan untuk pengembanganbiakan sapi potong. Keuntungan yang diharapkan adalah pada hasil keturunan. Metode perkawaninan sapi merupakan pemaparan beberapa metode perkawinan untuk program pengembangbiakan sapi.

1. Metode ilmiah, sapi jantan pemacak dikawinkan dengan sapi betina yang sedang birahi

2. Metode Iseminasi Buatan (IB). Metode ini lebih popular dikenal istilah kawin suntik.

(Murtidjo, 1990)

(4)

1) Fertilitas dan Kualitas mani beku yang jelek/rendah 2) Inseminator Kurang/tidak terampil

3) Petani/peternak tidak/kurang terampil mendeteksi birahi

4) Pelaporan yang terlambat dan pelayanan Inseminator yang lamban 5) Kemungkinan adanya gangguan reproduksi kesehatan sapi betina Kerugian IB

1. Apabila indentifikasi birahi dan waktu pelaksanaan IB tidak dapat akan terjadi kebuntingan

2. Akan terjadi kesulitan kelahiran, apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed /turunan yang besar dan diiseminasikan pada sapi betina keturuan/bereed kecil

3. Bisa terjadi kawin sedarah apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama

4. Dapat menyebabkan menurunya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifaf genetiknya dengan baik.

Keuntungan IB

1. Menghemat biaya pemeliharaan jantan

2. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik 3. Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina

4. Dengan peralatan dan teknologi yanga baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama

5. Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati

(5)

6. Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar.

7. Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan intim

(Yasin dan Dilaga, 1993).

Di Indonesia pemeliharaan sapi potong dilakukan secara ekstensif, semi intensif dan intensif adalah:

Pemeliharaan ekstensif

Sapi-sapi tersebut dilepaskan di padang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari, mulai pagi sampai sore hari. Selanjutnya mereka digiring kekandang terbuka yakni kandang tanpa atap. Di dalam kandang, sapi itu tidak diberi pakan tambahan lagi (Sugeng, 2000).

Pemeliharaan Semi Intensif

Pada siang hari sapi-sapi diikat dan ditambatkan di ladang, kebun, atau pekarangan yang rumputnya subur. Kemudian sore harinya sapi-sapi tadi dimasukkan ke dalam kandang sederhana yang dibuat dari bahan bambu, kayu, atap genteng atau rumbia, dan sebagainya, yang lantainya dari tanah dipadatkan. Pada malam hari mereka diberi pakan tambahan berupa hijauan rumput atau dedaun-denaunan. Terkadang juga mereka masih diberi pakan penguat berupa dedak halus yang dicampur dengan sedikit garam (Sugeng, 2000).

(6)

Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada di dalam kandang. Mereka pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat menjadi gemuk dan kotorannya pun cepat bisa terkumpul dalam jumlah yang lebih banyak sebagai pupuk. Sapi –sapi memperoleh perlakuan yang lebih teratur atau rutin dalam hal memberikan pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi, menimbang, mengandalikan penyakit.(Sugeng, 2000)

Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradinasional ke arah usaha peternakan yang lebih maju dan menguntungkan tidak terlepas dari:

1. Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul 2. Perbaikan makanan, baik kualitas maupun kwantitas 3. Menerapkan cara pengelolaan dan pemeliharaan yang baik

4. Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan

5. Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan Untuk meningkatkan usaha peternakan tradinasional menuju usaha yang lebih maju, petani-peternak memporeleh fasilitas adalah:

1. Pemberian fasilitas kredit bunga rendah persyaratan lunak

2. Pemberian fasilitas penyuluhan intensif melalui bentuk kontak peternak dan kelompok peternak

3. Pemberian sarana produksi peternakan, obat-obatan, dan vaksinasi

4. Pemberian penyuluhan dan pengenalan bibit rumput unggul melalui kebun pembibitan rumput

5. Pemberian penyuluhan dalam melamarkan hasil produksi melalui koperasi ata pedagang ternak.

(7)

(Murtidjo, 1990).

2.2. Landasan Teori

Usaha ternak merupakan suatu proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa lahan, ternak, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan produk peternakan. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur, yaitu bibit, pakan, dan manajemen atau pengelolaan. Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak. Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran, dan pengaturan tenaga kerja

(Abidin, 2002).

Beternak secara intensif diartikan sebagai pengusahaan ternak dengan menempatkan ternak dalam kandang baik siang maupun malam dan kebutuhan ternak disediakan di dalam kandang. Peyelenggaraan beternak secara intensif mememerlukan pengetahuan, ketrampilan dan manejemen tertentu agar dapat usaha tersebut mendapat keuntungan. (Hasnudi, dkk)

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah sistim usahatani tenaga kerja, manejemen pemiliharaan dan pakan sapi. Faktor-faktor produksi yang diperkirakan berpengaruh dalam menentukan pendapatan dalam pemeliharaan sapi jantan adalah jumlah kepemilikan sapi, lama pemeliharaan, biaya pakan, biaya obat-obatan dan biaya tenaga kerja. Penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh peternak secara efesien kedalam alokasi usaha yang optimal mampu menghasilkan peningkatan pendapatan (Gunawasan, 1993)

(8)

Pendapatan peternak dari usaha pemeliharaan sapi masih rendah karena pola usahanya belum komersial dan pemeliharaannya masih tradinasional. Padahal menurut Suhubdi Yasin dan dilaga (1993) bahwa usaha ternak yang dikelola secara komersil dapat memberikan pendapatan lebih atau dengan kata lain mengubah pola pemeliharaan yang bersifat tradinasional kepada sistim bisnis. Meningkatnya kemitraan antara pengusaha dan peternak merupakan salah satu upaya meningkatkan pendapatan, memasukkan paket inovasi teknologi, dan merubah pola usaha (Gunawan, dkk, 1998).

Besar kecilnya pendapatan usaha ternak sapi dipengaruhi oleh bagaimana petani-peternak menentukan tujuan usahanya. Dalam menentukan tujuan usaha tersebut petani-peternak sangat memerlukan informasi yang seharusnya diperoleh dari penyuluh (Yasin dan Dilega, 1999).

Untuk mengelola usaha ternaknya dengan baik, peternak memerlukan pengetahuan dan informasi mengenai:

o Hasil penemuan dari penelitian berbagai disiplin pengelolaan usaha ternak dan teknologi produksi

o Pengalamaan petani lain

o Situasi mutakhir dan perkembangan yang mungkin terjadi di pasaran infut dan hasil-hasil produksi

o Kebijakaan pemerintah. (Van Den Ban dan Hawkins, 1999)

Materi atau informasi tidak lepas dari sumber informasi (komunikator). Jadi sumber informasi (komunikator) adalah orang atau lembaga yang berfungsi menyampaikan pesan, secara khusus mengenai pembangunan pertanian.

(9)

Sumber-sumber informasi tersebut adalah: media massa, media cetak, tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain.

(Soekartawi, 1988).

Menurut Soekartawi (1988) menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial, faktor kebudayaan, faktor personal dan situasional mempengaruhi proses penyebaran informasi (inovasi) yang meliputi: umur, pendidikan, jumlah ternak, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berternak, status kepemilikan ternak dan kekosmopolitan.

Tingkat pengetahuan dan pendidikan petani peternak masih sangat rendah sekali dan sering di jumpai adanya petani-peternak yang masih buta huruf. Faktor pendidikan dan pengetahuan ini sangat berpengaruh sekali terhadap tingkat kesadaran. Peternak yang berpendidikan dan berpengetahuan tinggi cepat dan tepat dalam menerima serta melaksanakn inovasi baru ( Yasin dan Dilega, 1999).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi dapat dirumuskan:

Pd= TR –TC Dimana: Pd = Pendapatan usahatani

TR = Total penerimaan TC = Total biaya

Penerimaan usahatani (Total Reveme-TR) adalah perkalian antara produksi yang diporoleh (Y) dengan harga jual (Py). Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai

berikut:

(10)

Dimana: TR = Penerimaan total

Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga jual

(Soekartawi, 1995)

Sehubungan dengan perhitungan atau analisa rugi/laba usaha ternak sapi potong ini, maka catatan penting yang perlu dibuat bisa dikelompokkan manjadi 2 bagian yakni faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi meliputi penyedian bibit/sapi bakalan, ransom, ongkos, tenaga kerja, penyusutan penggunaan bangunan kedang dan peralatan, lain-lain (obat-obatan, perjalanan, dan sebagainya), serta hasil ikutan berupa pupuk (Sugeng, 2000).

2.3. Kerangka Berpikir

Sapi merupakan tergolong ternak besar yang sudah lama dipelihara masyarakat, dan merupakan sumber pendapatan tambahan bagi peternak dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Tidak jelasnya tujuan pemeliharaan yang dilakukan peternak, membuat tidak begitu besar dampaknya terhadap pendapatan keluarga. Padahal usaha ternak sapi potong dapat meningkatkan kesejahteraan peternak jika pemeliharaan dilakukan dengan teratur atau intensif. Dimana pemeliharaan sistim intensif merupakan pemeliharaan yang seutuhnya dilakukan di dalam kandang, padahal keberhasilan suatu usaha ternak tergantung pada bibit, pakan dan pengelolaan. Faktanya usaha ternak sistim intensif membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan menejemen dari peternak yang cukup baik, tetapi sebaliknya kurangnya pengawasan mengenai teknologi pakan, perkawinan,

(11)

perkandangan, pemasaran dan penyakit menyebabkan rendah produktivitas sapi yang dikelola masyarakat.

Permasalahan tersebut tidak lepas perannya peternak dan lembaga terkait dalam menyediakan informasi-informasi mengenai usaha ternak sapi potong, baik itu teknologi pakan, reproduksi, pemeliharaan, penyakit dan bibit yang dapat meningkatkan produksi sapi masyarakat. Kemudahan ini terlihat sumber-sumber informasi seperti media cetak, media massa, teman, keluarga, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari informan lain.

Tersedianya berbagai sumber informasi yang dapat diperoleh oleh seseorang, tergantung kepada karakteristik peternak meliputi umur, pendidikan, jumlah ternak, lamanya berternak, status kepemilikan ternak.. Pemamfaatan sumber informasi oleh peternak bergantung pada informasinnya dan tujuan informasi tersebut.

Sistim pemiliharaan yang di laksananakan peternak tidak lepas bagimana kondisi perbedaan karakteristik social ekonomi peternak, kondisi itu meliputi umur peternak, tingkat pendidikan, pengalamaan beternak sapi, peternak, jumlah ternak, dan total pendapatan. Dan pemilaharaan meliputi pengelolaan reproduksi, pemberian pakan/minum, mengangon (ternak lepas terbuka atau mencari lahan sendiri), sanitasi kandang, sanitasi ternak sapi dan pengendalian penyakit.

Sistim pemiliharaan menyangkut besarnya penerimaan yang diperoleh peternak dan biaya yang dikeluarkan masinng masing peternak berbeda dan akhirnya pendapatan yang diperoleh dari usahaternak ini juga berbeda dari setiap peternak.

Peternak sapi potong Di perkebunan

(12)

Karakteristik social peternak 1. umur 2. tingkat pendidikan 3. lamanya beternak 4. jumlah ternak 5. status kepemilikan Input Output Keuntungan Keterangan:

= Menyatakan ada hubungan Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Jika suatu penelitian telah divalidasi dan diimplementasikan dengan baik, maka hasilnya dapat memberikan gambaran apakah jaringan syaraf tiruan bermanfaat untuk peramalan,

Kondisi faktor lingkungan sosial seperti tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan dan kuantil indeks kepemilikan merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi

Salah satu kegiatan komunikasi internal yang dapat dilakukan oleh seorang Public Relations dalam menjalankan fungsinya dalam hal manajemen komunikasi antara

Rancangan konsep/strategi ini akan diwujudkan sebagai rencana tindak (action plan) dalam mengatasi belum optimalnya pelayanan kebersihan dan pengelolaan persampahan

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua

menjelaskan struktur hidrasi kulit kedua dari ion, seperti jumlah molekul air yang terkoordinasi dan jarak interaksi antara ion dan molekul air [1], oleh sebab itu diperlukan