• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DENGAN KINERJA PEGAWAI DI PUSKESMAS BAHU Liberty Meivert Rumagit1, Christian Tilaar2, Grace D Kandou3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Jl.Kampus Unsrat Manado

Abstrack

Total Quality Management (TQM) is a system that is currently being adopted by companies because they are able to support the performance of organizations and companies. Bahu Health Center is one of the basic level of health care facilities that have implemented the Total Quality Management to become exemplary health center in North Sulawesi. Described in the literature that Total Quality Management (TQM) directly affect the performance of the organization. Based on this, the research was conducted in order to examine and analyze the relationship between the application of Total Quality Management (TQM) through the elements of customer focus, teamwork, and education and training with employee performance in the Bahu Health Center Manado City. The method used in this study is an analytical survey research with cross sectional approach. The sample used is the total population of as many as 45 employees Bahu Health Center. This study proved that the variable elements of Focus on the customer, team collaboration, and education and training in the application of Total Quality Management (TQM) have a relationship with the performance of employees in the Bahu Health Center

Malalayang, Manado City.

Keywords: Total Quality Management, Focus On the Customer, Teamwork, Education and Training, Performance

Abstrak

Total Quality Management (TQM) merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan karena dianggap mampu mendukung kinerja organisasi maupun perusahaan-perusahaan. Puskesmas Bahu merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar yang telah menerapkan Manajemen Mutu Terpadu sehingga menjadi Puskesmas teladan di Sulawesi Utara. Dalam literature dijelaskan bahwa Total Quality Management (TQM) secara langsung berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk menguji dan menganalisis hubungan penerapan Total Quality Management (TQM) melalui unsur fokus pada pelanggan, kerjasama tim, dan pendidikan dan pelatihan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan penelitian Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah total populasi yaitu sebanyak 45 orang pegawai Puskesmas Bahu. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa variabel unsur Fokus pada pelanggan, Kerjasama tim, dan Pendidikan dan pelatihan dalam penerapan Total Quality Management (TQM) memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.

Kata Kunci : Total Quality Management, Fokus Pada Pelanggan, Kerjasama Tim, Pendidikan dan Pelatihan, Kinerja

(2)

2 PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan nasional saat ini masih menghadapi berbagai kendala yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia. Maka sangat diperlukan penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang harus disertai dengan berbagai terobosan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan. (SKN, 2009).

Kalau ditinjau dari indeks pembangunan manusia (Human Development Indeks) masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian khusus. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat serta lingkungannya agar pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Pada era globalisasi saat ini, ketatnya persaingan serta pelanggan yang semakin selektif mengharuskan puskesmas sebagai salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan dasar untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanannya. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan, terlebih dahulu harus diketahui apakah pelayanan yang telah diberikan kepada pasien selama ini telah sesuai dengan harapan pasien atau belum. Sebagai ujung tombak pelayanan dan pembangunan kesehatan di Indonesia maka puskesmas perlu mendapatkan perhatian terutama berkaitan dengan mutu pelayanan kesehatan, sehingga dalam hal ini puskesmas terlebih yang dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dari para pegawainya serta meningkatkan fasilitas/sarana kesehatannya untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna jasa layanan kesehatan.

Salah satu puskesmas yang dilengkapi unit rawat inap 24 jam adalah puskesmas Bahu yang terletak di kecamatan Malalayang kota Manado. Puskesmas Bahu merupakan puskesmas unggulan di

Sulawesi utara dan dipersiapkan oleh pemerintah kota Manado untuk memperoleh sertifikat standar internasional (ISO). Oleh karena itu saat ini puskesmas Bahu sedang dalam tahapan untuk pencapaian ISO melalui perbaikan terus menerus, dan salah satu yang menjadi prioritas karena merupakan indikator perolehan standar internasional yaitu manajemen mutu pelayanan kesehatan. METODOLOGI PENELITIAN

Berikut ini akan diuraikan jenis penelitian, tempat dan waktu, populasi dan sampel, instrument penelitian, pengumpulan data, dan analisis data

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Survei analitik dengan pendekatan penelitian Cross Sectional dimana semua data yang menyangkut variabel penelitian diukur secara bersama-sama atau sekaligus.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bahu Kota Manado pada Bulan Februari hingga April 2013..

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di Puskesmas Bahu kecamatan Malalayang yaitu sebanyak 51 orang pegawai. Besar sampel yang di teliti adalah semua jumlah populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 45 orang pegawai.

Instrumen Penelitian

Intrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Alat tulis menulis

2. Kuesioner sebagai alat ukur dan pedoman wawancara dengan responden untuk mendapatkan data penelitian. 3. Komputer yang akan digunakan untuk

pengolahan data menggunakan program SPSS.

(3)

3 Pengumpulan Data

Setelah mendapat persetujuan dari responden yang menjadi subjek penelitian maka peneliti akan membagikan kuisioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Cara pengambilan data adalah peneliti mengambil data secara langsung kepada responden.

Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh, Jenis analisis yang dilakukan terhadap variabel adalah:

a) Analisis univariate

Analisis univariate adalah analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. (Notoatmodjo 2010), dalam hal ini variabel yng diteliti yaitu unsur TQM fokus pada pelanggan, kerjasama tim, pendidikan dan pelatihan, dan kinerja pegawai.

b) Analisis bivariate

Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang dianggap memiliki hubungan atau korelasi. (Notoatmodjo 2010) Dalam hal ini variabel unsur-unsur TQM serta hubungannya dengan variabel kinerja pegawai menggunakan jenis uji statistic chi-square.

VARIABEL PENELITIAN

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah unsur-unsur Total Quality Management yaitu Fokus pada pelanggan, kerjasama tim, dan pendidikan dan pelatihan sebagai variabel Independen (Bebas) serta Kinerja sebagai Variabel Dependen (Terikat)

a. Fokus Pada Pelanggan

Fokus pada pelanggan adalah bagaimana pegawai Puskesmas Bahu memusatkan perhatian dan memberikan pelayanan yang terbaik untuk pelanggan dalam hal ini pasien yang datang berobat di Puskesmas. Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan

kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa. b. Kerjasama Tim

Kerjasama Tim (Teamwork) adalah kemitraan dan hubungan yang dijalin dan dibina dengan baik antar pegawai, pengguna jasa dan masyarakat sekitarnya. Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal terebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal. Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. c. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan Pelatihan adalah pemberian kesempatan kepada pegawai untuk belajar dan menambah pengetahuan/ilmu yang dimiliki.

Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap pentingnya pendidikan dan pelatihan. Mereka beranggapan bahwa perusahaan bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil siap pakai. Jadi, perusahaan-perusahaan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan sekadarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan perusahaan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan factor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan

(4)

4 proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya.

d. Kinerja

Mashun (2006) mendefinisikan kinerja (performance) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategi (Strategic Planning) suatu organisasi. Istilah kinerja sering juga digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Pelayanan (service) sebagai serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen.

KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dari penelitian yang menghubungkan Total Quality Management (TQM) dengan Kinerja Pegawai adalah sebagai berikut :

Variabel Independen

Variabel Dependen

HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara unsur “fokus pada pelanggan” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

H1 : Terdapat hubungan antara unsur “fokus pada pelanggan” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

H0 : Tidak terdapat hubungan antara unsur “kerjasama tim (Teamwork)” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

H1 : Terdapat hubungan antara unsur “kerjasama tim (Teamwork)” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

H0 : Tidak terdapat hubungan antara unsur “pendidikan dan pelatihan” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

H1 : Terdapat hubungan antara unsur “kerjasama tim (Teamwork)” dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu.

PENGOLAHAN DATA

Berikut ini hasil pengolahan data yang diperoleh dari kuesioner sebagai instrument penelitian, dan di uji menggunakan program SPSS.

1.Penerapan Unsur Fokus Pada Pelanggan

Pelaksanaan unsur fokus pada pelanggan di Puskesmas Bahu dapat dilihat berdasarkan distribusi frekuensi pelaksanaan unsur fokus pada pelanggan di Puskesmas Bahu pada tabel 1 di bawah ini

Tabel 1 Distribusi Frekuensi pelaksanaan unsur fokus pada pelanggan No Fokus pada pelanggan Frekuensi % 1 Ya 25 55,5 2 Tidak 20 45,5 Jumlah 45 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden, yang melaksanakan unsur fokus pada pelanggan sebanyak 25 orang (55,5%) dan 20 orang (45,5%) tidak melaksanakan unsur fokus pada pelanggan.

Fokus pada pelanggan Kerjasama Tim Pendidikan dan Pelatihan Kinerja Pegawai

(5)

5 2. Penerapan Unsur Kerjasama Tim

Pelaksanaan unsur kerjasama tim di Puskesmas Bahu dapat dilihat berdasarkan distribusi frekuensi pelaksanaan unsur kerjasama tim di Puskesmas Bahu pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Distribusi frekuensi pelaksaanaan unsur kerjasama tim

No Kerjasama tim Frekuensi %

1 Ya 30 66,6

2 Tidak 15 33,3

Jumlah 45 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 45 responden, yang melaksanakan unsure kerjasama tim sebanyak 30 orang (66,6%) dan 15 orang (33,3%) tidak melaksanakan unsur kerjasama tim.

3. Penerapan Unsur Pendidikan dan Pelatihan

Pelaksanaan unsur pendidikan dan pelatihan di Puskesmas Bahu dapat dilihat berdasarkan distribusi frekuensi pelaksanaan unsur pendidikan dan pelatihan di Puskesmas Bahu pada tabel 3 di bawah ini

Tabel 3 Daftar Frekuensi Pelaksanaan unsur pendidikan dan pelatihan

No Pendidikan dan pelatihan Frekuensi % 1 Ya 25 55,5 2 Tidak 20 45,5 Jumlah 45 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 45 responden, yang melaksanakan unsur pendidikan dan pelatihan sebanyak 25 orang (55,5%) dan 20 orang (45,5%) tidak melaksanakan unsur pendidikan dan pelatihan.

4. Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai dapat dilihat berdasarkan distribusi kinerja pegawai di Puskesmas Bahu pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kinerja Pegawai di Puskesmas Bahu

Kinerja Frekuensi %

Baik 30 66,6

Tidak Baik 15 33,4

Total 45 100

Tabel 4 menunjukkan bahwah dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan 45 responden memiliki kinerja baik sebanyak 30 orang (66,6%) dan 15 orang (33,4%) memiliki kinerja yang tidak baik.

HASIL

1. Hubungan penerapan unsur Fokus Pada Pelanggan dengan Kinerja pegawai Hubungan antara pelaksanaan perbaikan sistem yang berkesinambungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 5. Hubungan penerapan unsure fokus pada pelanggan dengan Kinerja Pegawai di

Puskesmas Bahu Fokus Pada Pelanggan Kinerja jumlah p-Val ue Baik Tidak baik n % n % n % Ya 22 88 ,0 3 12 ,0 25 1 0 0 0,0 5 Tidak 8 40 ,0 12 60 ,0 20 1 0 0

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 25 pegawai yang melaksanakan unsur fokus pada pelanggan, 22 orang (88,0%) memiliki kinerja yang baik dan 3 orang (12,0%) memiliki kinerja tidak baik, sedangkan pegawai yang tidak melaksanakan unsur fokus pada pelanggan yaitu sebanyak 20 orang, 8 orang (40,0%) diantaranya memiliki kinerja baik dan 12 orang (60,0%) memiliki kinerja tidak baik.

2. Hubungan penerapan unsur

(6)

6 Hubungan antara pelaksanaan perbaikan sistem yang berkesinambungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu dapat dilihat pada tabel 6. dibawah ini.

Tabel 6. Hubungan penerapan unsur kerjasama tim dengan Kinerja Pegawai di

Puskesmas Bahu Kerjasama tim Kinerja jumlah p-Va lue Baik Tidak baik n % n % n % Ya 25 83,3 5 16,7 30 1 0 0 0,0 5 Tidak 5 33 ,3 10 66 ,7 15 1 0 0

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 25 pegawai yang melaksanakan unsur kerjasama tim, 25 orang (83,3%) memiliki kinerja yang baik dan 5 orang (16,7%) memiliki kinerja tidak baik, sedangkan pegawai yang tidak melaksanakan unsur fokus pada pelanggan yaitu sebanyak 15 orang, 5 orang (33,3%) diantaranya memiliki kinerja baik dan 10 orang (66,7%) memiliki kinerja tidak baik. 4.3.3 Hubungan penerapan unsur

pendidikan dan pelatihan dengan kinerja pegawai

Hubungan antara pelaksanaan unsure pendidikan dan pelatihan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7 Hubungan penerapan unsur pendidikan dan pelatihan dengan Kinerja

Pegawai di Puskesmas Bahu

Pendidikan dan pelatihan Kinerja jumlah p-Va lue Baik Tidak baik n % n % n % Ya 22 88 ,0 3 12 ,0 25 1 0 0 0,0 5 Tidak 8 40 ,0 12 60 ,0 20 1 0 0

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa dari 25 pegawai yang melaksanakan unsur pendidikan dan pelatihan, 22 orang (88,0%) memiliki kinerja yang baik dan 3

orang (12,0%) memiliki kinerja tidak baik, sedangkan pegawai yang tidak melaksanakan unsur pendidikan dan pelatihan yaitu sebanyak 20 orang, 8 orang (40,0%) diantaranya memiliki kinerja baik dan 12 orang (60,0%) memiliki kinerja tidak baik.

PEMBAHASAN 1. Hipotesis – 1

Hasil uji statistik dengan chi-square pada tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan unsur fokus pada pelanggan dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu dengan signifikansi 0,001 (p value < 0,05). Odds ratio yang didapat adalah 11,00, artinya Puskesmas yang menerapkan unsue fokus pada pelanggan mempunyai kinerja pegawai 11,00 kali lebih baik daripada puskesmas yang tidak menerapkan unsur fokus pada pelanggan.

Hal ini juga dapat dibuktikan melalui observasi yang dilakukan peneliti dengan membandingkan Puskesmas Bahu dengan Puskesmas lain yang mempunyai karakteristik sama namun belum menerapkan unsur fokus pada pelanggan. Kinerja puskesmas yang tidak menerapkan unsur fokus pada pelanggan, kinerjanya tidak lebih baik daripada Puskesmas Bahu dinilai dari hasil penilaian kinerja saat peneliti melakukan uji validitas kuesioner, serta kondisi pelayanan kurang baik yang dialami peneliti ketika berkunjung di puskesmas tersebut.

Hal ini berarti organisasi yang bergerak dalam bidang apapun termasuk sarana pelayanan kesehatan yang semakin fokus dalam melayani pelanggan mampu mendorong semakin meningkatnya kinerja yang dicapai oleh karyawan. Fokus pada pelanggan merupakan salah satu factor mikro dari dalam perusahaan yang mempengaruhi perubahan dan pengembangan kinerja dari suatu organisasi, juga sebagai salah satu variabel yang secara signifikan mempengaruhi kinerja. (Prayogo and Hong, 2008 dalam Munizu, 2010). Hal ini juga dapat

(7)

7 dibuktikan lewat penelitian yang dilakukan Muzran Munizu tahun 2010.

2. Hipotesis – 2

Hasil uji statistik dengan chi-square pada tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara antara unsure kerjasama tim dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu dengan signifikansi 0,001 (p value < 0,05). Odds ratio yang didapat adalah 10,00, artinya Puskesmas yang menerapkan unsur kerjasama tim mempunyai kinerja pegawai 10,00 kali lebih baik daripada puskesmas yang tidak menerapkan unsur kerjasama tim.

Hasil ini membuktikan bahwa kerjasama tim yang dibangun sangat baik oleh seluruh pegawai di masing-masing bagian tugas unit pelayanan, berpengaruh baik terhadap kinerja Puskesmas Bahu dan juga membawa pengaruh positif terhadap kinerja sesama pegawai. Sebagaimana teori yang sudah dikemukakan oleh para ahli, bahwa tim atau kelompok itu adalah kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, dan kehadiran masing-masing individu mempunyai arti serta nilai bagi orang lain, dan dalam situasi saling mempengaruhi. (Kartini Kartono, 1992).

Empat karakteristik kerjasama tim yang ada di Puskesmas bahu, yaitu “Ada kesepakatan terhadap misi tim”, “semua anggota menaati peraturan tim yang berlaku”, “ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil”, dan „beradaptasi terhadap perubahan” benar-benar dipraktekkan dan membawa hasil yang baik terhadap kinerja. Hal ini berarti organisasi yang menerapkan unsur kerjasama tim akan meningkatkan kinerja dari pegawai yang ada di dalamnya karena memungkinkan terjadinya pembagian tugas sehingga akan semakin efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat dibuktikan lewat penelitian yang dilakukan di CV Banyu Biru. (Diatin dkk, 2006)

3. Hipotesis – 3

Hasil uji statistik dengan chi-square pada CT 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara unsur pendidikan dan pelatihan dengan kinerja pegawai di puskesmas Bahu dengan signifikansi 0,001 (p value < 0,05). Odds ratio yang didapat adalah 11,00, artinya Puskesmas yang menerapkan unsur pendidikan dan pelatihan mempunyai kinerja pegawai 11,00 kali lebih baik daripada puskesmas yang tidak menerapkan unsur pendidikan dan pelatihan.

Berdasarkan hasil yang di dapat ini menyatakan bahwa unsur pendidikan dan pelatihan yang selama ini diterapkan di Puskesmas sangat mempengaruhi kinerja pegawai. Melalui pendidikan dan pelatihan, pegawai memperoleh ilmu dan keahlian sesuai bidang mereka masing masing dan dapat dipraktekkan untuk meningkatkan produktifitas organisasi maupun perusahaan yang tentunya dipengaruhi oleh kinerja pegawai tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa program pendidikan dan pelatihan yang selama ini diterapkan oleh Puskesmas Bahu, baik itu internal untuk para pegawai maupun eksternal untuk masyarakat, telah memberikan dampak yang besar yaitu dengan meningkatnya kinerja pegawai yang mengikuti pendidikan dan pelatihan tersebut dan tentunya berpengaruh pada kinerja keseluruhan dari Puskesmas Bahu.

Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM), pendidikan dan pelatihan merupakan factor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. (Tjiptono & Diana, 2001)

(8)

8 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan pada 45 responden yang ada di Puskesmas Bahu maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Total Quality Management (TQM) unsur fokus pada pelanggan, kerjasama tim, dan pendidikan dan pelatihan telah diterapkan oleh Puskesmas Bahu.

2. Penerapan unsur fokus pada pelanggan dalam Total Quality Management (TQM) memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu.

3. Penarapan unsur kerjasama tim dalam Total Quality Management (TQM) memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu. 4. Penarapan unsur pendidikan dan pelatihan dalam Total Quality Management (TQM) memiliki hubungan dengan kinerja pegawai di Puskesmas Bahu.

SARAN

1. Bagi instansi Puskesmas hendaknya meningkatkan kesadaran pegawai tentang penerapan Total Quality Management (TQM) dengan melaksanakan sosialisasi.

2. Bagi instansi Puskesmas diharapkan meningkatkan kembali sosialisasi visi, misi, serta tugas pokok dan fungsi pegawai di setiap bagian.

3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel penelitian dari determinan Total Quality Managemnt (TQM) serta kinerja pegawai di Puskesmas Bahu guna pengembangan ilomu pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Corbett and Rastrick. 2000. Quality Performance and Organizational Culture. A New Zealand study, International Journal Of Quality

& Reliability Management, Vol.17, No.1, pp. 14-26.

Diatin, I, Farmayanti, N & Nita S 2006, „Kajian Penerapan Manajemen Mutu Terpadu di CV Banyu Biru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan‟, Buletin Ekonomi Perikanan, Vol. 6, no. 3.

Gaspersz V. 2005. Total Quality Management. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Umum. Ibrahim, Andi I. 2010. Pengaruh

Penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jurnal Ekonomi Bisnis. Thn.15, No.3.

Kartono, Kartini. 1992. Pemimpin dan Kepemimpinan. Bandung : Raja Grafindo Persada.

Koentjoro T. 2007. Regulasi Kesehatan di Indonesia. Yogyakarta : Andi. Krajewski, J. Lee and P. R. Larry. 2006.

Operations Management Strategy and Analysis, fifth edition. Addison : Wesley Publising Company Inc.

Mangkunegara A.A. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Refika Aditama.

Mashun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : BPFE UGM.

Mathis, Robert L, dan John H.Jackson. 2006. Human Resource Management. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Munizu, Musran. 2010. Praktik Total Quality Management (TQM) dan pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.12, No.2, 185-194.

Nasir, ABD, Muhith, A & Ideputri, M, E 2011, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan: konsep pembuatan karya tulis dan thesis untuk mahasiswa kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta.

(9)

9 Nasution M.N. 2005. Manajemen Mutu

Terpadu. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.

Pawitra T. 1993. Kepuaan Pelanggan Sebagai Keunggulan Daya Saing. Journal Of Marketing, Prasetya Mulya, Vol.1, No.1.

Suhartini, Dwi. 2007. Pengaruh Penerapan Total Quality Management terhadap Kinerja Manajerial dan Budaya Organisasi sebagai Variabel Moderating pada PT.Pertamina (Persero) Surabaya. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol.8, No.2.

Sunyoto, Danang. 2011. Analisis Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Tjiptono F, dan Anastasya Diana. 2001. Total Quality Management Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.

Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management, Mewujudkan Layanan Prima. Yogyakarta : Andi.

Referensi

Dokumen terkait

tidak signifikan terhadap kinerja manajerial adalah variabel fokus pada pelanggan,. obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, pendidikan dan pelatihan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara TQM dengan 6 subvariabel yang diteliti, yaitu: fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah variable- variabel Total Quality Management (TQM) yang terdiri dari fokus pada pelanggan, obsesi terhadap

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh Total Quality Management yang diwujudkan dalam 4 unsur dasar yaitu Fokus pada Pelanggan, Pemberdayaan Karyawan,

Hal tersebut dinilai berdasarkan indeks kesesuaian Total Quality Management (TQM) dari empat aspek yaitu: (a) fokus pada pelanggan dengan indeks kesesuaian 86,67%, (b)

Konsep Total Quality Management (TQM) di MI Wahid Hasyim mempunyai karakteristik sebagai berikut: fokus pada pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal,

Dengan mengetahui faktor yang menjadi penghambat dalam penerapan Total Quality Management (TQM) dalam meningkatkan mutu layanan publik di Biro AAKK UIN Sunan Ampel Surabaya ini,

Hasil penelitian ini adalah dukungan manajemen dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan telah dilakukan secara penuh, dari 10 unsur penerapan Total Quality Management TQM hanya