• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN BLITAR TAHUN 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KABUPATEN BLITAR TAHUN 2018"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA KERJA (RENJA)

DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

KABUPATEN BLITAR

TAHUN 2018

DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA

KABUPATEN BLITAR

Jalan Nias Nomor 2 Telp./ Fax. (0342) 801130

email: dindamaddekabblitar@yahoo.com

B L I T A R

(2)

I.1Latar Belakang

P

erencanaan menempati peranan yang sangat penting dalam rangka percepatan pencapaian visi dan misi dalam pembangunan suatu wilayah, yang keseluruhannya akan menuju pada satu titik yaitu kesejahteraan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pada Pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa perencanaan pembangunan nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, cakupan perencanaan pembangunan nasional perlu memperhatikan tujuannya yang antara lain menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah, maupun antara pusat dan daerah.

P

asal tersebut menegaskan bahwa perencanaan pembangunan nasional dibangun secara makro oleh pemerintah pusat untuk kemudian menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan dengan skala yang lebih spesifik. Perencanaan yang disusun baik di tingkat pusat maupun daerah memiliki beberapa jenjang, antara lain Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), dan rencana pembangunan tahunan/ Rencana Kerja

BAB I

(3)

Pemerintah (RKP). Oleh karena itu, demi menjaga keserasian dan tercapainya pemerataan pembangunan di tingkat pusat hingga daerah, setiap kabupaten/ kota diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dengan tetap mengacu pada dokumen perencanaan wilayah di tingkat pusat maupun provinsi.

D

alam pelaksanaan pembangunan maka keterlibatan

stakesholders atau para pemangku kepentingan di daerah

sangat dibutuhkan sebagai bentuk tindak lanjut teknis dari dokumen perencanaan makro di daerah yang berupa RPJPD, RPJMD, dan RKPD. Oleh karena itu, SKPD sebagai stakeholders di daerah perlu menjamin terlaksananya pembangunan sesuai rencana dengan melakukan penyusunan rencana strategis, sesuai dengan tugas pokoknya.

P

enyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD merupakan kegiatan yang tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan rangkaian kegiatan yang simultan dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) serta merupakan bagian dari rangkaian kegiatan penyusunan APBD lima tahunan SKPD, kemudian diterjemahkan lebih spesifik lagi dalam Rencana Kerja (Renja) tahunan SKPD. Hal ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) pada pasal 7 yang mewajibkan setiap SKPD membuat dan memiliki Rencana Kerja (Renja) SKPD, yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Strategis (Renstra) SKPD dan mengacu pada RKPD. Berdasarkan hal tersebut, maka Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

(4)

Kabupaten Blitar melakukan penyusunan Rencana Kerja (Renja) Tahun 2018.

R

encana Kerja (Renja) Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Blitar mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Blitar, yang disusun sebagai perwujudan bentuk pelaksanaan teknis visi dan misi yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar yaitu: “Menuju Kabupaten Blitar Yang Lebih Sejahtera, Maju, Dan Berdaya Saing”, sedangkan misi pembangunan di Kabupaten Blitar adalah: (1) Meningkatkan taraf hidup masyarakat; (2) Memantapkan kehidupan masyarakat berlandaskan nilai-nilai keagamaan (religius), kearifan lokal, dan hukum; (3) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); (4) Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik; (5) Meningkatkan keberdayaan masyarakat dan usaha ekonomi masyarakat yang memiliki daya saing; dan (6) Meningkatkan pembangunan berbasis desa dan kawasan perdesaan. Dengan berlandaskan pada visi misi tersebut maka pembangunan di Kabupaten Blitar dapat lebih memberikan kontribusi terhadap kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Blitar pada khususnya, dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.

R

encana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah, maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat sehingga sifat dari rencana kerja

(5)

dimaksud adalah sebagai pedoman dan rujukan dalam menyusun program dan kegiatan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018 dengan mengarah pada pencapaian sasaran pembangunan melalui program/ kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar.

I.2Landasan Hukum

L

andasan hukum Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018 mengacu pada:

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perancanaan Pembangunan Nasional, khususnya pasal 7 ayat (1): Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) Tahun 2005-2025, khususnya pada Bab IV Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang, yang terkait dengan reformasi birokrasi disebutkan bahwa pembengunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah, agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya;

(6)

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP); 11. Keputusan Lembaga Administrasi Negara Republik

Indonesia Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/M.PAN/05/2007 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah;

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 20/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Peraturan

(7)

Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013

tentang Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Keluarga;

17. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Negara Nomor 53 Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 24 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar Tahun 2005-2025;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 4 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blitar Tahun 2016-2021;

21. Peraturan Bupati Blitar Nomor 52 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar;

22. Peraturan Bupati Kabupaten Blitar Nomor 39 Tahun 2009 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah di Pemerintah Kabupaten Blitar;

23. Keputusan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Nomor 9 Tahun 2017 tentang Reviu

(8)

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2016 – 2021;

24. Keputusan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2017, tentang Tim Penyusun Dokumen Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018.

I.3Maksud dan Tujuan

P

enyusunan Rencana Kerja (Renja) pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018 dimaksudkan sebagai berikut:

a. Sebagai Panduan dalam menyusun dokumen perencanaan yang memuat program dan kegiatan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018;

b. Melakukan sinkrionisasi terhadap program-program dalam RKPD dengan mengutamakan pengaruh isu-isu strategis pada tahun 2018.

T

ujuan penyusunan Rencana Kerja (Renja) pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun 2018 adalah:

a. Rencana Kerja (Renja) menjadi acuan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dalam melaksanakan tugas pokok, dan fungsinya sesuai dengan RKPD;

b. Renja merupakan dokumen yang berisikan program-program dan kegiatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar yang mengacu pada Reviu Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dan RKPD Kabupaten Blitar.

(9)

S

istematika penulisan Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) SKPD TAHUN LALU

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD

2.2 Analisis Pelayanan SKPD

2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

2.4 Reviu terhadap Rancangan Awal SKPD

2.5 Penelaahan Usulan Program dan Kegiatan Masyarakat

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM, DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional

3.2 Tujuan dan Sasaran Rencana Kerja SKPD 3.3 Program dan Kegiatan

(10)
(11)

2.1 Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar Tahun Lalu (2017) dan Capaian Renstra tahun Berjalan (2018)

R

encana Kerja (Renja) Dinas PMD Kab. Blitar pada dasarnya menyajikan pengukuran terhadap hasil kinerja kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas PMD Kab. Blitar pada tahun 2017 dan perkiraan target 2019.

D

inas PMD Kab. Blitar Tahun 2017, program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2017 mengacu pada RPJMD Tahun 2016-2021, dimana alokasi anggaran Dinas PMD Kab. Blitar pada Tahun 2017 sesuai dengan rencana kerja sebagaimana yang telah dituangkan di dalam DPA SKPD Dinas PMD Kab. Blitar yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 12 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Blitar Tahun 2017, sebesar Rp. 15.165.545.500,00 (Belanja Langsung) dan Rp. 1.935.293.000,00 (Belanja Tidak langsung)

S

ampai dengan Bulan Desember 2017 realisasi anggaran setelah APBD pada Dinas PMD Kab. Blitar adalah sebagai berikut:

1. Belanja Tidak Langsung (Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai) dari alokasi sebesar Rp. 1.935.293.000,00 telah terealisasi sebesar Rp. 1.896.866.379,00 (98.01%), sehingga terdapat

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA KAB.

BLITAR TAHUN LALU

(12)

sisa anggaran belanja tidak langsung sebesar Rp. 38.426.621,00 (1.99%);

2. Belanja Langsung dari Alokasi Sebesar 15.165.545.500,00 telah terealisasi sebesar Rp. 14.921.486.705,00 (98.39%), sehingga terdapat sisa anggaran belanja langsung sebesar Rp. 244.058.795,00 (1.61%).

Pengelolaan anggaran yang berprinsip pada efektivitas, efisiensi, kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan, dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Alokasi anggaran dimaksud dipergunakan untuk pelaksanaan 4 program rutin dan 4 program pembangunan, yaitu:

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran;

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur; c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur; d. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan

Capaian Kinerja dan Keuangan;

e. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan; f. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan;

g. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa; dan

h. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa.

Selengkapnya realisasi anggaran belanja langsung dan tidak langsung sebagaimana tabel berikut:

(13)

TABEL 2.1.1

Realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Dinas PMD Kab. Blitar TA. 2017

No. PROGRAM ANGGARAN

(Rp.) REALISASI ANGGARAN (Rp.) % REALIS ASI BELANJA LANGSUNG 1.935.293.0 00 1.896.866.379 98.01% BELANJA TIDAK LANGSUNG 15.165.545. 500 14.921.486.70 5 98.39% 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.239.700.500 1.214.847.852 98.00% 2. Program Peningkatan Sarana

dan Prasarana Aparatur

305.000.000 295.498.600 96.88% 3. Program Peningkatan

Kapasitas Sumber Daya Aparatur

150.000.000 144.000.000 96.00%

3. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 200.000.000 185.251.200 92.63% 4. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan 675.600.000 660.125.100 97.71% 5. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan

748.500.000 745.440.000 99.59% 6. Program Peningkatan

Partisipasi Masyarakat dalam Membangun Desa 10.159.845.00 0 10.036.573.062 98.79% 7. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa 1.686.900.000 1.639.750.891 97.20% TOTAL BELANJA

LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG 17.167.688. 500 16.884.503.08 4 98.35%

(14)

CAPAIAN KINERJA TAHUN 2017

Dalam proses pengukuran kinerja, yang perlu diperhatikan adalah membandingkan antara target pencapaian indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dengan realisasinya. Berdasarkan hasil pengukurannya, Tingkat Capaian Kinerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dapat diilustrasikan sebagai berikut:

TABEL 2.1.2

Capaian Kinerja

Dinas PMD Kab. Blitar TA. 2017

Sasaran Strategis 1

Terwujudnya Peningkatan Pemanfaatan TTG dan Pelestarian SDA Masyarakat Perdesaan

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

Persentase Posyantek yang Berkembang

40% 40% 100%

Sasaran Strategis 2

Terwujudnya Kapasitas Lembaga Ekonomi Perdesaan

Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian

Persentase BUMDesa Sehat 35 % 38.18% 109.09%

Sasaran Strategis 3

Terwujudnya Pemerintahan Desa yang Berkinerja Baik

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Persentase Pemerintahan Desa yang Berkinerja Baik

50% 52.27% 104.55%

Sasaran Strategis 4

Terwujudnya Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan

Indikator Kinerja Target Realisasi %

(15)

Desa terhadap PADes

B

erdasarkan hasil pengukuran kinerja di atas, maka rerata pencapaian kinerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar adalah sebesar 104.32 %.

Tujuan : Meningkatkan kualitas pembangunan desa

Sasaran 1 : Terwujudnya peningkatan pemanfaatan TTG dan pelestarian SDA masyarakat perdesaan

IKU : Persentase Posyantek (Pos Pelayanan

Teknologi) yang Berkembang

Sasaran Strategis 1 mengukur perkembangan/ peran serta Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) dalam pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dan Pelestarian SDA Masyarakat Perdesaan. Pengukuran tersebut didiskripsikan melalui persentase Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) yang mengembangkan peralatan TTG.

Sasaran ini merupakan upaya untuk menjawab permasalahan: belum optimalnya kemampuan dan pengetahuan masyarakat desa atas pemanfaatan peralatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam rangka pelestarian Sumber Daya Alam (SDA).

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat perdesaan terhadap pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA), pada tahun 2017 Dinas PMD Kab. Blitar melaksanakan pembinaan terhadap Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi).

Dasar hukum yang menjadi acuan adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah

(16)

Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Permendes Nomor 23 Tahun 2017 tentang Pengembangan TTG dalam Pengelolaan SDA.

Posyantek adalah Pos Pelayanan Teknologi yang tersebar di 22 kecamatan di Kabupaten Blitar. Hal utama dari Posyantek adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat desa melalui pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG).

Posyantek memiliki berbagai kegiatan yang antara lain terkait dengan memberikan layanan teknis, informasi, dan promosi tentang berbagai jenis TTG kepada masyarakat, serta menjadi jembatan masyarakat sebagai pengguna TTG dalam rangka pemanfaatan TTG baik berupa alat maupun proses TTG.

Kriteria penilaian posyantek yang berkembang dapat didiskripsikan dari aktivitas/ tahapan yang dilakukan, antara lain:

1. Temu Karya (dimana didalamnya terdapat sosialisasi, workshop/ bimtek (bimbingan teknis) dan observasi lapang); 2. Orientasi Peralatan TTG di Kabupaten Blitar (dimana

didalamnya terdapat inventarisasi, pengembangan kapasitas dan inovasi peralatan & proses TTG maupun fasilitasi pemasaran (memasyarakatkan) peralatan & proses TTG). Dari uraian di atas maka capaian kinerja Sasaran 1 pada tahun 2017 adalah: target yang ditetapkan sebesar 40%, terealisasi sebesar 40%, sehingga capaian yang dihasilkan sebesar 100%, dengan perhitungan sebagai berikut:

(17)

10 Posyantek = x 100 % 22 Posyantek = 40 % 40 Capaian = x 100% 40 = 100 %

Dari 22 Posyantek di Kabupaten Blitar terdapat 10 Posyantek yang berhasil melaksanakan orientasi peralatan dan proses TTG. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah adanya semangat dan pemahaman yang cukup yang dimiliki oleh para pengurus posyantek dalam mengembangkan TTG berbasis pelestarian SDA, yang secara terinci dijelaskan sebagai berikut:

N O

POSYANTEK (KECAMATAN)

TEKNOLOGI TEPAT GUNA (TTG)

ASPEK PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM (SDA)

1 Posyantek Kecamatan Doko

Pengolahan limbah kotoran ternak menjadi pupuk dan pestisida

organik sebagai penunjang

Dengan adanya pupuk dan pestisida organik maka dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi Jumlah Posyantek yg Berkembang

X 100 % Total Posyantek

(18)

peningkatan produktivitas pertanian

tanah, serta dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan di perdesaan

2 Posyantek Kecamatan Udanawu

Penetasan telur berbahan ekonomis

Dapat menjaga

keseimbangan populasi unggas, dan upaya pelestarian bibit unggas yang berkualitas di perdesaan

3 Posyantek Kecamatan Wlingi

Pompa air hidrolis Dapat menyuplai kebutuhan air bersih bagi masyarakat perdesaan dan hemat energi karena memakai tenaga hidrolis 4 Posyantek

Kecamatan Gandusari

Pencangkokan bibit papaya unggul dengan media alternatif bawang putih

Dapat menjadi alternatif budidaya bibit papaya unggul sebagai salah satu alternatif komoditas

masyarakat perdesaan 5 Posyantek

Kecamatan Nglegok

Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) Ikan Koi

Dapat menjadi alternatif pilot project pelestarian dan budidaya bibit Ikan Koi unggul oleh masyarakat perdesaan

6 Posyantek Kecamatan Garum

Tungku Alumunium Hemat Bahan Bakar

Dapat menjadi inovasi peralatan TTG berbasis energi yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar untuk masyarakat perdesaan 7 Posyantek Pemanfaatan biji buta- Dapat menjadi embrio

(19)

Kecamatan Sutojayan

buta (hura crepitans L) sebagai bahan bakar alternative

inovasi TTG berbasis energi sebagai bahan energi alternatif bagi masyarakat perdesaan menuju Desa Mandiri Energi

8 Posyantek Kecamatan Kademangan

Penerapan Inseminasi Buatan dalam pemuliaan ayam buras

Dapat menjadi inovasi TTG bidang peternakan bagi masyarakat perdesaan

9 Posyantek Kecamatan Sanankulon

Alat penangkap serangga pengerek batang pada tanaman padi

Dapat menjadi inovasi TTG bidang pertanian untuk meningkatkan hasil panen padi bagi masyarakat perdesaan

10 Posyantek Kecamatan Talun

Automatic Fish Feed Sreader berbasis music mp3 guna efisiensi pakan dan sarana peningkatan produktivitas bagi petani ikan

Dapat menjadi inovasi TTG bidang perikanan untuk meningkatkan

produktivitas menjaga ekosistem/ populasi ikan bagi masyarakat

perdesaan

Dalam pelaksanaannya Sasaran Strategis 1 didukung oleh 1 (satu) program dan 5 (lima) kegiatan, dimana terdapat kegiatan prioritas*) antara lain:

Program : Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan. Kegiatan : 1. Pendampingan Posyantek/ Pos Pelayanan Teknologi *);

2. Fasilitasi Pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk Keberdayaan Masyarakat Desa;

(20)

3. Unit Percontohan Teknologi Tepat Guna (TTG); 4. Fasilitasi Pembentukan dan Pengembangan

Kawasan Perdesaan;

5. Penunjang Program Jalin Matra (Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Masyarakat) Provinsi Jawa Timur Tahun 2017.

Kendala yang dihadapi adalah ketersediaan anggaran dalam pengembangan TTG oleh Posyantek, dan terbatasnya jejaring informasi pengembangan TTG antar posyantek, belum terbentuknya media komunikasi dan informasi posyantek, menjadi hambatan dalam pengembangan posyantek.

Solusi inovatif yang dilaksanakan adalah membentuk forum posyantek, mengembangkan unit pengembangan TTG, dan mengikutsertakan posyantek dalam Gelar TTG tingkat Nasional, untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan.

Tujuan : Meningkatkan kualitas pembangunan desa

Sasaran 2 : Terwujudnya Kapasitas Lembaga Ekonomi Perdesaan

IKU : Persentase BUMDesa Sehat

Sasaran Strategis 2 mengukur kapasitas lembaga ekonomi perdesaan dalam menggerakkan perekonomian di desa. Pengukuran tersebut didiskripsikan melalui persentase BUMDesa sehat, dengan maksud bahwa semakin sehat kinerjanya, maka semakin besar pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian desa maupun taraf hidup masyarakatnya.

(21)

Dasar hukum yang menjadi acuan adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Permendes Nomor 4 tahun 2015 tentang BUMDesa.

Dalam pelaksanaannya Sasaran Strategis 2 didukung oleh 1 (satu) program dan 4 (empat) kegiatan, antara lain:

Program : Pengembangan Lembaga Ekonomi Perdesaan. Kegiatan : 1. Fasilitasi Pengembangan BUMDesa;

2. Lomba BUMDesa dan Pasar Desa; 3. Fasilitasi Pengembangan Pasar Desa;

4. Fasilitasi Pengembangan Usaha Masyarakat Desa.

Sasaran ini merupakan upaya untuk menjawab permasalahan: lemahnya ketahanan perekonomian di perdesaan, dan ketimpangan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Maka pada tahun 2017 Dinas PMD Kab. Blitar melaksanakan pembinaan terhadap 220 BUMDesa. Hasil yang didapatkan adalah dari total 220 BUMDesa terdapat 84 BUMDesa kategori Sehat (38.18%). Dengan target yang ditetapkan sebesar 35%, terealisasi sebesar 38.18%, sehingga capaian yang dihasilkan sebesar 109.09%.

84 BUMDesa Sehat

Jumlah BUMDesa Sehat

X 100 % Total BUMDesa

(22)

= x 100 % 220 BUMDesa = 38.18 % 38.18 Capaian = x 100% 35 = 109.09%

Permasalahan yang mempengaruhi realisasi dan capaian tersebut adalah aspek kinerja kinerja kelembagaan/ SDM dan kinerja keuangan. Dimana BUMDesa di Kabupaten Blitar memiliki unit-unit usaha yang terdiri dari usaha sektor keuangan dan usaha sektor riil, dimana kinerja usaha sektor keuangan dan sektor riil, berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya NPL/ Non Performing Loan (Kredit Macet) dan bertambahnya kapasitas usaha sektor riil. Sehingga tingkat likuiditas, rentabilitas, solvabilitas untuk beberapa BUMDesa menjadi lebih baik, dan berdampak pada meningkatnya BUMDesa Sehat.

Solusi inovatif yang dilaksanakan adalah: dalam segi pembinaan, secara makro pada tahun 2017 Dinas PMD mulai menerapkan pola pembinaan klaster dan standarisasi pemetaan kinerja kelembagaan yang lebih terintegrasi. Dengan harapan tingkat akuntabilitas BUMDesa dapat tercapai secara optimal. Namun pencapaian tersebut membutuhkan tindak lanjut di tahun mendatang, karena dalam fasilitasi pengembangan BUMDesa, terdapat aspek-aspek yang perlu diselaraskan, antara lain:

(23)

1. Core Bussiness: tidak sesuai dengan karakter dan potensi desa;

2. Mindset: Masih menganggap BUMDesa sebagai lembaga non-profit, bukan korporat;

3. HR/ Human Recources: Kapasitas Sumber Daya Manusia relatif rendah untuk mengurus lembaga bisnis;

4. Political Will: Konsolidasi pemerintah untuk mendukung BUMDesa dalam rangka pemasaran dan jejaring partnership rendah.

Penyelarasan tersebut dapat dilaksanakan melalui konsep dan paket kebijakan, yang dapat didiskripsikan sebagai berikut:

1. Pengembangan BUMDesa perlu diawali dengan langkah pemetaan potensi desa yang tepat, terukur, dan terarah sebagai bahan untuk menentukan jenis dan corak bisnis desa;

2. Adanya tenaga instruktur yang memiliki standar pemahaman akan peran dan fungsi kelembagaan desa dan kecakapan manajerial bisnis.

Bertugas: (1) mendampingi pengelola BUMDesa dalam pemetaan potensi desa, mendampingi pendirian BUMDesa, dan melakukan teknik dan studi fisibilitas (Feasibility Study) bisnis. (2) Supervisor atas tata kelola lembaga dan tata kinerja BUMDesa yang berspirit korporat;

3. Pemerintah Daerah responsif dan proaktif menyusun konsep pemasaran yang terintegrasi dengan jejaring pasar yang sudah ada; dan

4. Pemerintah juga mendorong adanya kemitraan strategis antara BUMDesa dengan lembaga pelatihan bisnis, perbankan, dan ritel baik offline maupun online. Antar BUMDesa perlu membuat jejaring pemasaran yang saling melengkapi dalam sistem rantai pasokan.

(24)

Capaian kinerja BUMDesa di Kabupaten Blitar dapat dijelaskan dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 3.1

Pencapaian Kinerja BUMDesa di Kab. Blitar Tahun 2017

Rasio Biaya Terhadap Pendapatan

Total Pendapatan Total Biaya SHU Rp- Rp500,000,000 Rp1,000,000,000 Rp1,500,000,000 Rp2,000,000,000 Rp2,500,000,000 Rp2,257,579,908 Rp1,141,497,335 Rp1,116,082,573

(25)

Diagram 3.2

Pencapaian Kinerja Keuangan BUMDesa di Kab. Blitar Tahun 2017

Rasio Sisa Hasil Usaha (SHU) Terhadap Total Aset

SHU Total Aset Rp- Rp2,000,000,000 Rp4,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp12,000,000,000 Rp14,000,000,000 Rp16,000,000,000 Rp18,000,000,000 Rp20,000,000,000 Rp1,116,082,573 Rp19,905,500,286

RASIO SHU TERHADAP TOTAL ASET

(26)

Pencapaian Kinerja Kelembagaan BUMDesa di Kab. Blitar Tahun 2017

Legalitas BUMDesa

Akte Notaris Peraturan Desa SK Kades 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 196 146 144

Legalitas Bumdes

Diagram 3.4

Klasifikasi BUMDesa di Kab. Blitar Tahun 2017

(27)

2 0 1 5 2 0 1 7 2 0 1 9 ( P ROY E K S I ) 2 0 2 1 ( P R OY E K S I ) 62 84 95 106 136 116 110 114 22 20 15 0

BUMDESA KABUPATEN BLITAR

SEHAT CUKUP/ KURANG Column1

Tujuan : Meningkatkan kualitas pembangunan desa

Sasaran 3 : Terwujudnya Pemerintahan Desa yang Berkinerja

Baik

IKU : Persentase Pemerintahan Desa yang

Berkinerja Baik

Sasaran Strategis 3 mengukur akuntabilitas/ kinerja pemerintahan desa. Pengukuran tersebut didiskripsikan melalui persentase pemerintahan desa yang berkinerja baik, dengan maksud bahwa semakin baik kinerjanya, maka pelayanan terhadap masyarakat dan proses pembangunan di desa semakin optimal. Hal tersebut dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian desa.

Dasar hukum yang menjadi acuan adalah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Dasar hukum kegiatan adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

(28)

pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Permendagri Nomor 112 tentang Keuangan Desa, dan Permendagri Nomor 81 Tahun 2015 tentang Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan.

Dalam pelaksanaannya Sasaran Strategis 3 didukung oleh 1 (satu) program dan 5 (lima) kegiatan, antara lain:

Program : Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa. Kegiatan : 1. Fasilitasi Perencanaan dan Pelaporan

Pemerintah Desa;

2. Fasilitasi Pengelolaan dan Pelaporan Keuangan Desa;

3. Bimtek Pengelolaan Kegiatan di Desa;

4. Fasilitasi Implementasi Simda Keuangan Desa; 5. Pemeliharaan Profil dan Data Desa.

Sasaran ini merupakan upaya untuk menjawab permasalahan: lemahnya kapasitas SDM aparatur dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat.

Dalam rangka mewujudkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan desa, pada tahun 2017 Dinas PMD Kab. Blitar berupaya mencapai tujuan dan sasaran 3 melalui:

1. Pembinaan aparatur dan kelembagaan pemerintah desa; dan 2. Pembinaan pengurus dan kelembagaan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD).

Pemerintahan desa yang berkinerja baik adalah pemerintahan desa yang melaksanakan kewenangan desa di bidang penyelenggaraan pemerintahan desa, bidang pelaksanaan pembangunan desa, bidang pembinaan kemasyarakatan, dan bidang pemberdayaan masyarakat, melalui tahapan pembangunan yang meliputi: perencanaan, pengangaran,

(29)

pelaksanaan, pelaporan, pemantauan dan pengawasan, dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas.

Pada tahun 2017, proses pengukuran pemerintahan desa yang berkinerja baik dengan cara mengidentifikasi pengumpulan dokumen secara tepat waktu, antara lain: RPJMDes, RKPDes, RAPBDes, APBDes, dan Laporan Realisasi DD dan ADD.

Pada tahun 2017, target yang telah ditetapkan sebesar 50%, terealisasi sebesar 52.27%, sehingga capaian yang dihasilkan sebesar 104.55%, dengan perhitungan sebagai berikut:

115 = x 100 % 220 = 52.27 % 52.27 Capaian = x 100% 50 = 104.55%

Faktor yang mendukung realisasi dan capaian tersebut adalah ketepatan waktu dalam pengumpulan dokumen.

Kendala yang dihadapi adalah tingkat pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran aparatur yang terbentuk melalui pelatihan (bimtek/ sosialisasi), serta pengalaman setiap aparatur tidak sama. Hal tersebut berpengaruh terhadap

Jumlah Pemdes yg Berkinerja Baik X 100 % Total Pemdes

(30)

kecepatan dan ketepatan waktu pengumpulan dokumen, dan berpengaruh juga pada kualitas dokumen.

Solusi inovatif yang dilaksanakan adalah mengembangkan pengukuran evaluasi kinerja pemerintahan desa secara terpadu, melalui pengembangan instrumen/ indikator pengukuran perkembangan desa. Instrumen tersebut pada tahun mendatang didukung oleh aplikasi pengukuran perkembangan desa. Sehingga pengukuran kinerja pemerintahan desa dapat lebih akuntabel.

Tujuan : Meningkatkan kualitas pembangunan desa

Sasaran 4 : Terwujudnya Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Pembangunan

IKU : Persentase Swadaya Masyarakat Desa

terhadap PADes

Sasaran Strategis 4 mengukur tingkat partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan. Pengukuran tersebut didiskripsikan melalui persentase rerata swadaya masyarakat terhadap APBDes. Dalam arti bahwa kemandirian desa tidak dapat tercapai hanya dari kualitas dan kuantitas pembangunan saja, tetapi juga melibatkan tingkat partisipasi masyarakat desa.

Dasar hukum yang menjadi acuan adalah Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan pelaksanaan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

(31)

Tahun 2013 Tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Budaya Masyarakat.

Dalam paradigma pembangunan desa, bahwa keberhasilan pembangunan desa tidak hanya dilihat dari aspek kapasitas pembangunan fisik, administrasi, maupun pelayanan saja, tetapi juga dilihat dari tingkat partisipasi masyarakatnya. Dari Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut, maka untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat desa, dapat diukur melalui persentase swadaya masyarakat desa terhadap Pendapatan Asli Daerah (PADes).

Sasaran ini merupakan upaya untuk menjawab permasalahan: lemahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, dan memudarnya nilai adat istiadat, sosial budaya masyarakat perdesaan.

Dalam pelaksanaannya Sasaran Strategis 3 didukung oleh 1 (satu) program dan 8 (delapan) kegiatan, antara lain:

Program : Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Desa.

Kegiatan : 1. Fasilitasi Pelaksanaan BBGRM;

2. Peningkatan Kapasitas Lembaga Kemasyarakatan Desa;

3. Fasilitasi Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga;

4. Pelestarian Adat Istiadat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat;

(32)

6. Peningkatan Kapasitas BPD/ FMK;

7. Fasilitasi Pelaksanaan Evaluasi Perkembangan Desa dan Kelurahan; dan

8. Bimtek Peningkatan KPMD.

Pada tahun 2017, target yang telah ditetapkan sebesar 20%, terealisasi sebesar 20.72%, sehingga capaian yang dihasilkan sebesar 103.61%. Rp. 4.266.641.700,00 = x 100% Rp. 20.589.823.927,00 = 20.72 % 20.72 Capaian = x 100% 20 = 103.61%

Faktor yang mempengaruhi realisasi dan capaian tersebut adalah tingkat antusiasme masyarakat desa terhadap pembangunan desa, melalui mekanisme pengumpulan dana swadaya masyarakat desa umtuk mendukung pelaksanaan pembangunan dalam APBDes.

Kendala yang dihadapi adalah adanya anggapan sebagian masyarakat desa bahwa dana swadaya yang dihimpun oleh

Jumlah Swadaya Masyarakat (Rp.) X 100 % PADes (Rp.)

(33)

masyarakat menjadi tidak urgen lagi, karena adanya Alokasi Dana Desa (ADD) dan Dana Desa (DD) yang relatif besar untuk pembangunan di desa. Hal tersebut mengakibatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa melalui dana swadaya masyarakat (dalam APBDes) menjadi kurang berkembang.

Solusi yang dilakukan adalah melaksanakan kebijakan-kebijakan inovatif, antara lain:

1. Pendekatan aspek pembinaan pemerintahan desa: melalui Peningkatan Kapasitas BPD/ FMK dan Fasilitasi Perencanaan, Pelaporan Pemerintah Desa (berupa bimtek/ sosialisasi), dimana pemerintahan desa diedukasi untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan swadaya masyarakat dalam pembangunan desa;

2. Pendekatan aspek kelembagaan masyarakat dan kader desa: melalui peningkatan kapasitas LPMD/K dan KPMD/K dimana kinerja LPMD/K dinilai dari tingkat partisipasinya dalam musyawarah desa sebagai upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa.

3. Pendekatan aspek pembinaan budaya masyarakat desa: melalui pengembangan budaya gotong royong masyarakat melalui pencanangan dan lomba gotong royong masyarakat, dimana salah satu penilaiannya adalah pada tingkat partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam dana swadaya masyarakat dalam APBDes.

2.2 Analisis Kinerja Pelayanan SKPD 1. Tugas Pokok dan Fungsi

D

inas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

(34)

Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Blitar Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Bupati Blitar Nomor 52 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar.

D

inas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa serta tugas pembantuan.

2. Susunan Organisasi

S

usunan Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar meliputi: Kepala Dinas, Sekretariat Dinas, Bidang Pemerintahan Desa, Bidang Pembangunan Desa, dan Bidang Kelembagaan Masyarakat, serta Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam mewujudkan optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar secara terukur dan berkelanjutan, maka tugas pokok dan fungsi tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, membawahi :

1. Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Pemerintahan Desa, membawahi: 1. Seksi Administrasi Pemerintahan Desa; 2. Seksi Keuangan dan Aset Desa;

3. Seksi Data dan Sistem Informasi Desa. d. Bidang Pembangunan Desa, membawahi :

(35)

1. Seksi Kerja Sama Desa dan Pengembangan Kawasan Perdesaan;

2. Seksi Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG);

3. Seksi Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat.

e. Bidang Kelembagaan Masyarakat, membawahi : 1. Seksi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan; 2. Seksi Pendampingan Masyarakat;

3. Seksi Pelestarian Adat, dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat.

f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD). g. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kepala Dinas

(1)Kepala Dinas sebagaimana mempunyai tugas pokok membantu Bupati memimpin dan melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa yang meliputi pemerintahan desa, pembangunan desa, serta kelembagaan masyarakat. (2)Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam

melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi :

a. memvalidasi dan menetapkan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa;

b. menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa;

c. memimpin penyelenggaraan administrasi pemberdayaan masyarakat dan desa;

(36)

d. mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa;

e. mengkoordinasi pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa;

f. memimpin pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pemberdayaan masyarakat dan desa;

g. memvalidasi penyusunan laporan kinerja secara periodik kepada Bupati;

h. mengkoordinasi pembinaan UPTD; dan

i. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sekretariat

(1)Sekretaris mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, pengendalian, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

(2)Untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Sekretaris mempunyai fungsi:

a. memverifikasi rancangan kebijakan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

b. mengkoordinasi dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pelaporan program kerja dan pengelolaan anggaran keuangan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

(37)

c. mengkoordinasikan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

d. mengkaji dan memverifikasi penyusunan dan pelaksanaan Standard Operating Prosedure (SOP) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

e. mengkoordinasi pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;

f. mengkoordinasikan penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan daerah;

g. mengkaji pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kebijakan teknis Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; dan

h. mengkoordinasikan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan

(1)Kepala Sub Bagian Penyusunan Program dan Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Sekretaris terkait dengan urusan penyusunan program dan keuangan.

(2)Untuk melaksanakan tugas Kepala Sub bagian Penyusunan Program dan Keuangan mempunyai fungsi:

a. menyusun perencanaan program dan kegiatan dinas; b. menghimpun data dan penyiapan bahan koordinasi

terkait dengan penyusunan program kegiatan dan keuangan;

(38)

c. menyusun pelaporan pelaksanaan program dan kegiatan;

d. mengelola administrasi keuangan dinas;

e. menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan; f. melaksanakan monitoring dan evaluasi; dan

g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

(1)Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Sekretaris terkait urusan umum dan kepegawaian.

(2)Untuk melaksanakan tugas Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi:

a. melaksanakan urusan adminstrasi surat-menyurat; b. menyelenggarakan urusan rumah tangga kantor; c. melaksanakan tugas di bidang hubungan

kemasyarakatan;

d. melaksanakan administrasi kepegawaian; e. mengelola barang/kekayaan milik daerah;

f. merancang bahan pembinaan dan penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan; dan

g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris.

Bidang Pemerintahan Desa

(1) Kepala Bidang Pemerintahan Desa mempunyai tugas mengkoordinasikan sebagian tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Bidang Pemerintahan Desa yang meliputi Administrasi Pemerintahan Desa, Keuangan dan Aset Desa, dan Data dan Sistem Informasi Desa.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :

(39)

a. memverifikasi rencana kegiatan bidang pemerintahan desa ;

b. mengkaji dan melakukan perumusan bahan koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan bidang pemerintahan desa;

c. mengkaji dan melakukan perumusan

pedoman pelaksanaan pembinaan dan peningkatan Administrasi Pemerintahan Desa, Keuangan dan Aset Desa, serta Data dan Informasi Desa;

d. memimpin pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan administrasi pemerintahan desa, Keuangan dan Aset Desa, serta Data dan Informasi Desa;

e. mengkoordinasi pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, Keuangan dan Aset Desa, serta Data dan Informasi Desa;

f. mengkoordinasikan pelaporan program dan kegiatan di bidang pemerintahan desa;

g. mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Seksi Administrasi Pemerintahan Desa

(1) Kepala Seksi Administrasi Pemerintahan Desa mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pemerintahan Desa terkait dengan administrasi pemerintahan desa.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Administrasi Pemerintahan Desa menyelenggarakan fungsi :

a. merancang rencana kerja dan kegiatan seksi administrasi pemerintahan desa;

(40)

b. menghimpun dan mengkaji peraturan perundang-undangan terkait dengan administrasi pemerintahan desa;

c. menyiapkan dan menganalisa bahan

penyusunan kebijakan teknis (pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis) terkait dengan administrasi pemerintahan desa;

d. melaksanakan pembinaan dan peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa;

e. melaksanakan pembinaan Badan

Permusyawaratan Desa (BPD);

f. memfasilitasi penyusunan peraturan di Desa ;

g. melaksanakan pembinaan dan fasilitasi pengembangan administrasi pemerintahan desa; h. melaksanakan fasilitasi perencanaan

pembangunan desa dan musyawarah desa;

i. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan administrasi pemerintahan desa; dan

j. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemerintahan Desa.

Seksi Keuangan dan Aset Desa

(1) Kepala Seksi Keuangan dan Aset Desa mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pemerintahan Desa terkait dengan keuangan dan aset desa.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Keuangan dan Aset Desa menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun rencana kerja dan kegiatan seksi keuangan, dan aset desa;

(41)

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan keuangan dan aset desa;

c. menghimpun dan mengolah data dalam rangka pembinaan pengelolaan keuangan dan aset desa; d. melaksanakan pembinaan administrasi pengelolaan

keuangan Desa;

e. melaksanakan fasilitasi pengelolaan Alokasi Dana Desa, Dana Desa dan Dana Transfer lainnya;

f. melaksanakan fasilitasi penyusunan anggaran pendapatan dan belanja desa;

g. menghimpun laporan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBDes;

h. melaksanakan fasilitasi inventarisasi aset desa; i. melaksanakan pembinaan pengelolaan aset desa; j. melaksanakan monitoring evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan pengelolaan keuangan dan aset desa; k. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala

Bidang Pemerintahan Desa.

Seksi Data dan Sistem Informasi Desa

(1) Kepala Seksi Data dan Sistem Informasi Desa mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pemerintahan Desa terkait dengan pengembangan data dan sistem informasi desa.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Kerja Sama Desa menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun rencana kerja dan kegiatan seksi Data dan Sistem Informasi Desa;

b. menghimpun dan mengkaji peraturan

(42)

petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan Data dan Sistem Informasi Desa;

c. Melaksanakan fasilitasi pemutakhiran dan pemeliharaan profil desa dan kelurahan;

d. Melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan monografi desa/kelurahan;

e. Melaksanakan fasilitasi pengembangan sistem administasi dan informasi Desa;

f. Melaksanakan fasilitasi pengembangan jaringan informasi desa;

g. Melaksanakan pembinaan penyelenggaraan data dan sistem informasi desa;

h. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan data dan sistem informasi desa; dan

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pemerintahan Desa.

Bidang Pembangunan Desa

(1) Kepala Bidang Pembangunan Desa

mempunyai tugas mengkoordinasikan sebagian tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam bidang pembangunan desa, meliputi kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan, perkembangan desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG), pemberdayaan lembaga ekonomi desa dan usaha ekonomi masyarakat.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang Pembangunan Desa mempunyai fungsi :

a. memverifikasi rencana kerja dan kegiatan bidang pembangunan desa;

(43)

b. mengkaji dan melakukan perumusan bahan koordinasi pelaksanaan program/ kegiatan bidang pembangunan desa;

c. mengkaji dan melakukan perumusan

pedoman pelaksanaan pembinaan kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan, pengembangan lembaga ekonomi perdesaan dan usaha ekonomi masyarakat, dan teknologi tepat guna dan perkembangan desa;

d. memimpin pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan, pengembangan lembaga ekonomi perdesaan dan usaha ekonomi masyarakat, dan teknologi tepat guna dan perkembangan desa; e. mengkoordinasi pelaksanaan monitoring,

evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan, pengembangan lembaga ekonomi perdesaan dan usaha ekonomi masyarakat, dan teknologi tepat guna dan perkembangan desa;

f. mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Seksi Kerja Sama Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan

(1) Kepala Seksi Kerja Sama Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pembangunan Desa terkait dengan kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan.

(44)

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Kerja Sama Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun rencana kerja dan kegiatan terkait penyelenggaraan Kerja Sama Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan;

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan Kerja Sama Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan;

c. melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan kerja sama antar desa dan kerja sama desa dengan pihak ketiga; d. melaksanakan fasilitasi dan pembinaan Badan Kerja

Sama Antar Desa;

e. melaksanakan fasilitasi pembentukan kawasan perdesaan;

f. melaksanakan fasilitasi penyusunan rencana pembangunan kawasan perdesaan;

g. melaksanakan fasilitasi kegiatan tim koordinasi pembangunan kawasan perdesaan;

h. menyiapkan bahan koordinasi pembangunan kawasan perdesaan ;

i. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan kerja sama desa dan pembangunan kawasan perdesaan ;

j. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pembangunan Desa.

(45)

Seksi Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG)

(1) Kepala Seksi Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pembangunan Desa terkait dengan perkembangan desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG).

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG) menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun rencana dan menentukan kegiatan Seksi Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG);

b. menghimpun peraturan

perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya, terkait Perkembangan Desa dan Teknologi Tepat Guna (TTG); c. melaksanakan evaluasi perkembangan desa

dan kelurahan ;

d. melaksanakan inventarisasi data

perkembangan desa dan kelurahan;

e. melaksanakan inventarisasi potensi

pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) ;

f. memfasilitasi pengembangan Teknologi Tepat Guna (TTG) melalui pembentukan Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi) dan Wartek (Warung Teknologi); g. melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan perkembangan desa dan perkembangan Teknologi Tepat Guna (TTG); dan

h. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pembangunan Desa.

(46)

Seksi Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat

(1) Kepala Seksi Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pembangunan Desa terkait dengan pengembangan lembaga ekonomi desa dan usaha ekonomi masyarakat. (2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Pemberdayaan

Lembaga Ekonomi Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun rencana dan menentukan kegiatan seksi Pemberdayaan Lembaga Ekonomi Desa dan Usaha Ekonomi Masyarakat;

b. menghimpun peraturan

perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan pemberdayaan lembaga ekonomi desa dan usaha ekonomi masyarakat;

c. melaksanakan identifikasi dan inventarisasi lembaga ekonomi desa dan jenis-jenis usaha ekonomi masyarakat desa;

d. melaksanakan fasilitasi dan pembinaan BUMDesa, Pasar Desa, dan lembaga ekonomi desa lainnya;

e. memfasilitasi pembentukan dan

pengembangan BUMDesa bersama;

f. melaksanakan fasilitasi, pembinaan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat;

g. melaksanakan fasilitasi penyelenggaraan program-program pengentasan kemiskinan;

h. melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan perkembangan lembaga ekonomi desa

(47)

dan usaha ekonomi masyarakat serta pengentasan kemiskinan dan

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pembangunan Desa.

Bidang Kelembagaan Masyarakat

(1) Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat mempunyai tugas mengkoordinasikan sebagian tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam bidang Kelembagaan Masyarakat, meliputi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Pendampingan Masyarakat, Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat .

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat mempunyai fungsi :

a. mengkoordinasikan dan memverifikasi rencana program kegiatan bidang Kelembagaan Masyarakat; b. memverifikasi perumusan pedoman pelaksanaan dan

teknis pembinaan Kelembagaan Masyarakat;

c. memverifikasi perumusan bahan koordinasi rencana program pengembangan bidang Kelembagaan Masyarakat;

d. mengkoordinasi fasilitasi dan pembinaan lembaga kemasyarakatan yang ada di desa/kelurahan;

e. mengkoordinasi fasilitasi dan pembinaan pendampingan masyarakat;

f. mengkoordinasi fasilitasi dan pembinaan pelestarian adat dan pengembangan nilai sosial budaya masyarakat;

g. mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi Kelembagaan Masyarakat;

(48)

h. mengkoordinasi laporan program dan kegiatan di bidang kelembagaan masyarakat; dan

i. mengkoordinasi pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

Seksi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan

(1) Kepala Seksi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pemberdayaan Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan terkait dengan Lembaga Kemasyarakatan Desa.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan menyelenggarakan fungsi: a. menyusun dan menentukan rencana kegiatan seksi

lembaga kemasyarakatan desa;

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan lembaga kemasyarakatan desa;

c. menyusun dan menentukan pedoman teknis pengembangan lembaga kemasyarakatan;

d. memfasilitasi dan menentukan pembinaan kapasitas lembaga kemasyarakatan (LPMD/K), PKK, Posyandu, dan RT/RW;

e. merencanakan dan menentukan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan lembaga kemasyarakatan desa/kelurahan;

f. menyusun dan menentukan laporan kegiatan di bidang lembaga kemasyarakatan desa; dan

g. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat.

(49)

Seksi Pendampingan Masyarakat

(1) Kepala Seksi Pendampingan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat terkait dengan pendampingan masyarakat.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Pendampingan Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun dan menentukan rencana kegiatan seksi Pendampingan Masyarakat;

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan pendampingan masyarakat;

c. menyusun dan membuat kensep pedoman pembinaan Pendampingan Masyarakat;

d. menyusun rencana dengan pendamping professional; e. memfasilitasi tumbuhnya kader lokal pembangunan

desa (paralegal, KPMD/K, dan kader lainnya);

f. menyusun rencana peningkatan kapasitas dan pembinaan kader lokal pembangunan desa (paralegal, KPMD/K, dan kader lainnya);

g. menyusun rencana dan menentukan pemantauan dan evaluasi kinerja pendamping profesional dan kader lokal pembangunan desa;

h. membuat laporan kegiatan di bidang pendampingan masyarakat; dan

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat.

Seksi Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat

(50)

(1) Kepala Seksi Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat terkait dengan Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat.

(2) Untuk melaksanakan tugas Kepala Seksi Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat menyelenggarakan fungsi:

a. menyusun dan menentukan rencana kegiatan seksi Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat;

b. menghimpun peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis, pedoman dan petunjuk teknis, serta bahan-bahan lainnya terkait dengan pelestarian adat dan nilai sosial budaya masyarakat;

c. menyusun pedoman teknis Pelestarian Adat dan Pengembangan Nilai Sosial Budaya Masyarakat;

d. menyusun rencana dan menentukan identifikasi dan inventarisasi adat istiadat masyarakat desa;

e. merancang dan menentukan pelestarian nilai-nilai adat dan sosial budaya masyarakat melalui penyelenggaraan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat, Lomba Gotong Royong Masyarakat dan kegiatan lainnya;

f. memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya adat dan nilai sosial budaya masyarakat yang mendukung pembangunan desa;

g. merancang dan menentukan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan pelestarian nilai-nilai adat dan sosial budaya masyarakat;

(51)

h. membuat laporan pelaksanaan kegiatan di bidang pelestarian adat dan nilai sosial budaya masyarakat; dan

i. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Kelembagaan Masyarakat.

D

alam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan Pemerintah Daerah serta Instansi lain diluar Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.

S

etiap pemimpin satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Setiap pemimpin satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasi bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

S

etiap pemimpin sebuah organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab pada atasannya masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat waktu. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dan bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib

(52)

disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

(53)

Bagan 2.2

Struktur Organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar

(54)

2.3 Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

D

alam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi, Dinas PMD Kab. Blitar tetap mempertimbangkan isu-isu penting sebagai bentuk sikap responsif terhadap perkembangan kebijakan Pemerintah Pusat (Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi) maupun Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur). Secara garis besar kelancaran penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi ditentukan oleh kesiapan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Pemerintah Daerah dan Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang memadahi.

(55)

P

elaksanaan Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergi menjadi Keys of Development Goals bagi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dalam perumusan perencanaan kerja dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan. Secara konkret, Keys of Development Goals di lingkup Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Blitar dilaksanakan melalui:

1. Rapat koordinasi Lintas SKPD maupun dengan kecamatan dan desa/ kelurahan secara berkala, dalam rangka membangun sinergitas pelaksanaan agenda prioritas RPJMD Tahun 2019 (Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Desa) melalui program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan desa. 2. Evaluasi Internal dalam rangka membangun Sistem

Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Hal tersebut dilaksanakan untuk mengukur kinerja yang telah direncanakan dan dilaksanakan Dinas PMD Kab. Blitar

B

eberapa kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi, antara lain:

1. Teknologi Informasi yang menuntut kesiapan SDM Aparatur yang handal dan profesional dalam berbagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, perlu mendapatkan perhatian dalam rangka pengembangan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2. Pelaksanaan koordinasi yang membutuhkan komitmen tinggi/

goodwill dari seluruh pemangku kepentingan dalam rangka

pelaksanaan program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

S

ebagaimana telah diketahui bersama bahwa dinamika perkembangan lingkungan merupakan sebuah deskripsi mengenai apa yang sedang terjadi di dalam lingkungan

(56)

organisasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap rencana strategis. Secara garis besar, lingkungan strategis Dinas PMD Kab. Blitar, terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Lingkungan Internal

Lingkungan internal terdiri atas dua faktor strategis yang secara keseluruhan dapat dikelola oleh manajemen Dinas PMD Kab. Blitar, terdiri atas faktor kekuatan dan faktor kelemahan organisasi.

a. Faktor Kekuatan Organisasi

(1)Komitmen Kepala Daerah Kabupaten Blitar dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat guna pengentasan kemiskinan, melalui pembangunan desa dan kawasan perdesaan;

(2)Adanya Struktur dan Tata Kerja Organisasi (STOK) yang baru (sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten

Blitar Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Bupati Nomor 52 Tahun 2016 tentang Susunan Kedudukan dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas PMD Kab. Blitar), telah membawa perubahan pada

sistem pemberdayaan masyarakat dan desa, dimana lebih menitikberatkan pada aspek kemandirian desa; (3)Adanya pegawai yang mengisi formasi jabatan dan

Itikat/ kemauan (goodwill) yang kuat pada Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Dinas PMD Kab. Blitar, untuk mendukung pengelolaan program pemberdayaan masyarakat dan desa dalam mempercepat tercapainya kemandirian desa dan keswadayaan masyarakat.

(57)

(4)Adanya Standar Operasional Baku/ SOP (Standard Operational Prosedure), Metadata, dan Pengendalian Internal dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) maupun Soliditas internal yang baik dan alur komunikasi/koordinasi/konsultasi yang efektif;

(5)Koordinasi antara Dinas PMD Kab. Blitar dengan Dinas PMD Provinsi Jawa Timur, maupun Dirjen Pemerintahan Desa Kemendagri dan Dirjen PPMD Kemendes dan Transmigrasi.

b. Faktor Kelemahan Organisasi

(1)Terbatasnya anggaran yang tersedia;

(2)Rendahnya kinerja (etos kerja,budaya kerja, pengetahuan) pegawai;

(3)Terbatasnya jumlah Sumber Daya Manusia (Staf/ Pelaksana/JFU);

(4)Kemampuan, ketrampilan, beban pekerjaan pegawai belum merata;

(5)Pengelolaan database (metadata) yang belum terintegrasi/ tertata secara baik;

(6)Masih lemahnya aspek pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program guna mewujudkan capaian kinerja (output, outcome, benefit, impact) dan belum optimalnya evaluasi internal terhadap pelaksanaan kegiatan. Hal tersebut untuk mengetahui tingkat akuntabilitas pada Dinas PMD Kab. Blitar.

2. Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal terdiri dari 2 (dua) faktor strategis yang karena berada pada lingkungan organisasi maka tidak dapat dikelola secara langsung oleh manajemen Dinas PMD Kab. Blitar, namun dapat mempengaruhi upaya peningkatan

Gambar

TABEL 2.1.2 Capaian Kinerja

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dapat dilaksanakan dengan cara meneladani nilai-nilai karakter yang dapat digali dari tokoh

Rencana Kerja (Renja) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Nganjuk Tahun 2021 merupakan rencana kerja tahunan penjabaran dari pelaksanaan pembangunan

Sasaran Rencana Kerja ini merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja

Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan

(1) Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa di bidang Pengelolaan Sumber

Pada Bab ini Rencana Kerja dan Pendanaan Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan desa Kabupaten Takalar telah menyusun Rencana Keja (RENJA) Tahun 2022

Keuntungan pembuatan pakan lengkap antara lain meningkatkan efisiensi dalam pemberian pakan dan menurunnya sisa pakan dalam palungan, hijauan yang palatabilitas rendah

Demikian Laporan Hasil Evaluasi Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Pengguna Layanan Informasi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi NTT Periode 01 Juli – 31 Oktober