• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR. Naskah Publikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR. Naskah Publikasi"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Naskah Publikasi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh : Tanjung Baralihan

F100080179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(2)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Naskah Publikasi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Drajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh : Tanjung Baralihan

F100080179

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

(3)
(4)
(5)

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Tanjung Baralihan dan Susatyo Yuwono S.Psi, M.Si tanjungbaralihan@ymail.com

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara intensitas komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar.

Subjek penelitian adalah seluruh siswa SMA di Surakarta dengan sampel penelitian siswa SMA Muhammadiyah 3 Surakarta dan siswa SMA Warga Surakarta sejumlah 113 siswa. Penelitian ini menggunakan cluster random

sampling dengan mengacak cluster atau kelompok-kelompok yang akan dijadikan

subjek penelitian. Pengumpulan data menggunakan skala intensitas komunikasi interpersonal dan skala motivasi belajar. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah product moment.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh korelasi (r) sebesar 0,666; p = 0,000; (p < 0,01). Tingkat intensitas komunikasi interpersonal dengan Rerata Empirik (RE) sebesar 67,39 dan Rerata hipotetik sebesar 57,5. Tingkat motivasi belajar dengan Rerata Empirik(RE) sebesar 109,66 dan Rerata Hipotetik (RH) sebesar 95. Sumbangan efektif variabel intensitas komunikasi interpersonal

terhadap motivasi belajar yang ditunjukkan oleh koefisien determinan = 0,444.

Tingkat intensitas komunikasi interpersonal termasuk kategori tinggi, dan tingkat motivasi belajar yang termasuk kategori tinggi.

(6)

1

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dalam suatu bangsa dianggap penting karena

dengan pendidikan dapat

meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusia. Meningkatnya mutu dan kualitas sumber daya

manusia dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sehingga tercapai kemajuan bangsa.

Menurut tabel liga global yang diproduksi firma pendidikan Pearson (2012) oleh Economist

Intelligence Unit (EIU) menunjukkan

bahwa sistem pendidikan Indonesia menduduki rangking terbawah dari 40 negara. Sir Michael Barber, penasihat pendidikan utama Pearson,

mengatakan negara-negara yang

berhasil memberikan status tinggi pada guru dan memiliki "budaya" pendidikan (BBC Indonesia, 2012).

Hasil dari tabel liga global

mengindikasikan rendahnya

kesadaran masyarakat Indonesia

untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi.

Upaya pemerintah

meningkatkan pendidikan adalah

program wajib belajar 9 tahun yang

memberikan pendidikan formal

kepada masyarakat. Program wajib belajar 9 tahun terdiri atas 6 tahun pada jenjang sekolah dasar dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Pendidikan formal tidak dapat lepas kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar yang sering disingkat dengan KBM.

Di dalam kelas, masalah besar untuk guru-guru dan siswa adalah motivasi. Guru berharap supaya setiap siswa menggunakan bakat dan waktunya selama di sekolah sehingga tujuan belajar terjadi secara maksimum. Siswa

berusaha menggunakan potensi

mereka tumbuh secara cepat dengan perkembangan bakat-bakat yang ada,

(7)

2

namun tujuan guru sering kali berbeda dengan apa yang ada di dalam diri siswa sehingga motivasi

tidak berkembang malahan

terabaikan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hamdu dan Lisa (2011) yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi

Belajar IPA di sekolah dasar

menyebutkan bahwa motivasi belajar

mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam prestasi siswa di sekolah.

Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Dalam kata latin, kata

motivum menunjuk pada alasan

tertentu mengapa sesuatu itu

bergerak. Motivasi mempunyai

intensitas dan arah (direction). Gage

dan Berliner (Djiwandono,2008)

menyamakan motivasi seperti mesin (intensitas) dan kemudi (direction). Intensitas dan arah sering sulit dipisahkan. Intensitas dari motivasi yang digunakan untuk satu kegiatan mungkin tergantung pada besarnya intensitas itu daripada besarnya arah.

Sardiman (2001)

menyebutkan bahwa dalam kegiatan

belajar, motivasi belajar dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang

memberikan arah pada kegiatan

belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh siswa dapat

tercapai. Karakteristik motivasi yang tinggi ditandai dengan kesadaran

siswa untuk menguasai materi

pelajaran, adanya hasrat ingin tahu yang tinggi terhadap pelajaran, ulet dan tidak mudah putus asa ketika mengerjakan tugas sekolah, menaruh perhatian, minat dan merasa senang ketika mengerjakan tugas sekolah,

kondisi lingkungan yang

mendukung, serta mempunyai

harapan berhasil yang tinggi.

Motivasi belajar tinggi yang

memudahkan siswa untuk

memahami pelajaran sehingga para siswa mampu memperoleh prestasi yang baik di sekolah. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Rafiqah (2013) yang menyatakan bahwa motivasi belajar memiliki pengeruh kontribusi sebesar 75,3%

(8)

3

terhadap prestasi belajar siswa.

Motivasi belajar siswa juga

mendorong siswa untuk

mempersiapkan diri dalam menerima

pelajaran, contohnya seperti

mempersiapkan buku dan peralatan sekolah, mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku disekolah sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

Pada kenyataannya tidak

setiap siswa mempunyai motivasi

belajar yang sama, hal ini

ditunjukkan pada hasil wawancara guru bimbingan konseling di salah satu sekolah menengah atas swasta menyebutkan kasus keterlambatan adalah kasus yang sering terjadi. Hampir setiap hari ada siswa yang terlambat dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan. Guru BK tersebut juga menambahkan bahwa

“Sebenarnya sekolah telah

memberlakukan peraturan yang ketat

untuk menangani siswa yang

mengalami keterlambatan yaitu

dengan pemanggilan orang tua atau wali apabila siswa telah 3 kali

mengalami keterlambatan,

sedangkan untuk

pelanggaran-pelanggaran yang lainnya siswa akan mendapat sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah”. Dalam satu semester tercatat telah terjadi kurang lebih 80 pelanggaran yang dilakukan oleh siswa dengan jumlah keseluruhan sekitar 600

siswa. Pelanggaran tersebut

mencakup pelanggaran

keterlambatan dan

pelanggaran-pelanggaran lainnya. Pelanggaraan yang terjadi merupakan indikasi menurunnya motivasi belajar siswa. Ilahi dkk (2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa faktor yang

dominan mempengaruhi displin

siswa adalah kondisi psikologis siswa itu sendiri.

Upaya yang dilakukan

sekolah untuk mengurangi angka

pelanggaran terhadap peraturan

sekolah adalah dengan di

tambahkannya pelajaran BK atau bimbingan konseling dalam mata pelajaran. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith (2011) yang mengatakan

ada bahwa layanan konseling

(9)

4

disiplin belajar siswa. Mata pelajaran

BK diisi dengan

pengarahan-pengarahan dan sharing-sharing

permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar yang dikomunikasikan oleh Guru BK secara santai dan tidak kaku sehingga siswa dapat terbuka

mengkomunikasikan permasalahan

yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi penting dalam kehidupan sehari- hari.

Komunikasi yang terjadi

dalam kegiatan belajar mengajar merupakan komponen penting dalam kelacaran proses belajar mengajar. Hasil penelitan Lisa Hsu (2010) dalam jurnalnya yang berjudul The

Impact of Perceived Teachers’ Nonverbal Immediecy on Students’ Motivation for Learning English

menyatakan bahwa perilaku

komunikasi nonverbal guru

berkorelasi positif dengan motivasi

belajar siswa. Cara guru

mengajar/menyampaikan materi

pelajaran merupakan salah satu contoh bentuk komunikasi. Bahasa dan pemilihan kata yang tepat dalam berkomunikasi dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.

Ketika siswa dapat memahami

pelajaran dengan mudah bukan tidak mungkin nilai-nilai dalam mata

pelajaran dapat meningkat dan

termotivasi untuk mempelajari suatu

mata pelajaran. Selain itu

komunikasi yang baik dengan guru juga dapat menimbulkan kondisi yang kondusif untuk lingkungan

belajar sehingga siswa merasa

nyaman saat belajar. Komunikasi antara guru dengan siswa atau komunikasi antara sesama siswa

disebut komunikasi interpesonal.

Pontoh (2013) juga menyebutkan

dalam penelitianya bahwa ada

peranan komunikasi interpersonal guru dalam peningkatan pengetahuan anak baik verbal maupun non verbal

sehingga mampu meningkatkan

prestasi anak.

Kata komunikasi

interpersonal merupakan dua suku

kata yaitu komunikasi dan

interpersonal. Kata “komunikasi”

berasal dari bahasa Latin

communicare, berarti berpartisipasi

atau memberitahukan. Sedangkan

interpersonal merupakan keturunan

(10)

5

“antara” dan kata person, yang

berarti “orang”. Komunikasi

interpersonal secara umum terjadi di antara dua orang. Menurut Buber

mengidentifikasi komunikasi

interpersonal sebagai proses

transaksi (berkelanjutan) yang

selaktif, sistematis, dan unik, yang mampu merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan bersama orang lain. Prinsip-prnsip dalam komunikasi interpersonal antara lain kita tidak mungkin hidup tanpa

berkomunikasi, komunikasi

interpersonal adalah hal yang tidak

dapat diubah, komunikasi

interpersonal melibatkan masalah etika, manusia menciptakan makna

dalam komunikasi interpersonal,

metakomunikasi memengaruhi

makna, komunikasi interpersonal

menciptakan hubungan yang

berkelanjutan, komunikasi tidak

dapat menyelesaikan masalah,

efektivitas komunikasi interpersonal adalah sesuatu yang dapat dipelajari. (Wood, 2013)

Komunikasi interpersonal

adalah cara utama untuk membangun dan memperbaiki sebuah hubungan.

Ketika di dalam kelas hubungan antara guru dengan siswa atau

hubungan antara sesama siswa

sangatlah penting. Dalam

penelitiannya Nugrahani dan

Margunani (2014) mengatakan

bahwa persepsi mengenai

kepemimpinan dan kemampuan

komunikasi guru secara simultan berpengaruh pada motivasi belajar siswa sebesar 65%. Komunikasi interpersonal yang terjadi dalam hubungan interpersonal yang baik dapat meningkatkan motivasi siswa ketika di kelas contohnya seperti guru memberikan pujian kepada siswa yang mendapat nilai yang tinggi dalam suatu ujian, pujian yang diberikan guru merupakan suatu

penguatan (reinforcement) untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

Hal ini senada dengan hasil

penelitian Setyowati dan Sukidjo (2013) yang mengemukakan bahwa ada pengaruh positif pemberian

reinforcement terhadap motivasi belajar siswa

Hubungan interpersonal yang baik mampu meningkatkan intensitas

(11)

6

menimbulkan keakraban antara satu dengan yang lain sehingga berusaha untuk selalu saling berhubungan. Berdasarkan uraian diatas dapat

diketahui bahwa intensitas

komunikasi interpersonal antara guru dengan siswa atau antar sesama siswa perlu ditingkatkan untuk

menurunkan tingkat pelanggaran

yang terjadi sehingga mampu

meningkatkan prestasi di sekolah.

Uno (2008) menjelaskan

bahwa motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sadirman (2001) yang menyebutkan

bahwa dalam kegiatan belajar,

motivasi belajar dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya

pengggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai. dari pendapat kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah

sebagai keseluruhan daya penggerrak

internal dan eksternal yang

menimbulkan kegiatan belajar

ditandai dengan adanya perubahan

tingkah laku yang menjamin

kelangsungan dan memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

Motivasi belajar terdiri dari

beberapa aspek, seperti yang

dikemukakan oleh Gottlieb

(Lestari,2012) antara lain: kesadaran, kemauan, kesenangan untuk belajar.

Brophy (Uno, 2008) juga

mengemukakan dua aspek dalam

motivasi belajar yaitu kondisi

lingkungan dan harapan berhasil. Berdasarkan pendapat kedua tokoh dapat disimpulkan bahwa

aspek-aspek motivasi belajar adalah

kesadaran, kemauan, kesenangan untuk belajar, kondidi lingkungan dan harapan berhasil yang muncul dari dalam dan luar untuk mencapai tujuan.

Komunikasi interpersonal

menurut Devito (Liliweri, 1997) merupakan pengiriman pesan dari sesorang dan diterima oleh orang lain dengan efek umpan balik yang langsung. Menurut Chaplin (2000) intensitas yaitu kedalaman atau

(12)

7

reaksi emosi dan kekuatan yang mendukung suatu pendapat atau

sikap. Jadi dapat disimpulkan

intensitas komunikasi interpersonal adalah kedalaman dan kekuatan yang

mendukung proses pengalihan

informasi serta memindahkan

pengertian dengan simbol-simbol tertentu yang dilakuakan dua orang dengan efek umpan balik yang langsung.

Menurut Devito (Sulaeman, 2011) untuk mengukur intensitas

komunikasi interpersonal anatar

individu dapat ditinjau dari enam aspek, yaitu: frekuensi komunikasi,

durasi yang digunakan untuk

berkomunikasi, perhatian yang

diberikan saat komunikasi,

keteraturan dalam komunikasi,

tingkat keluasan pesan dan jumlah orang yang diajak bicara, dan tingkat kedalaman pesan dalam komunikasi.

Berdasarkan uraian yang

dikemukakan maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif antara intensitas komunikasi interpersonal dengan morivasi belajar.” Semakin

tinggi intensitas komunikasi

interpersonal semakin tinggi pula

motivasi belajar dan sebaliknya

semakin rendah intensitas

komunikasi interpersonal maka

semakin rendah motivasi belajar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dengan

variabel bebas intensitas komunikasi interpersonal dan variabel tergantung

motivasi belajar. Penelitian ini

mengambil populasi seluruh siswa SMA yang ada di Surakarta, dengan sampel SMA Muhammadiyah 3

Surakarta dan SMA Warga

Surakarta. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan

cluster random sample, yaitu cara

atau teknik pengambilan sampel dengan cara random atau acak dari tiap-tiap kelas.

Pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan skala intensitas komunikasi interpersonal dan skala motivasi belajar yang disusun oleh peneliti sendiri.

Metode analisis data yang

digunakan untuk mengetahui

hubungan intensitas komunikasi

(13)

8

adalah analisis product moment dari

Pearson (Hadi,1994). Analisis

product moment diolah dengan SPSS for windows versi 15.0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara intensitas komunikasi interpersonal

dengan motivasi belajar yang

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,666; p = 0,000; (p < 0,01). Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan penulis, yaitu ada hubungan positif antara intensitas komunikasi interpersonal dengan motivasi belajar. Semakin tinggi tingkat intensitas komunikasi interpersonal yang dimiliki maka semakin tinggi pula tingkat intensitas

komunikasi interpersonal.

Sebaliknya, jika subjek memiliki

tingkat intensitas komunikasi

interpersonal yang rendah maka akan semakin rendah motivasi belajar. Dengan demikian hipotesis diterima.

Menurut Sadirman (2001) mengatakan fungsi dari motivasi adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan,

dan menyeleksi perbuatan. Motivasi belajar membuat siswa lebih giat

dalam belajar sehingga dapat

menghasilkan prestasi yang baik di sekolah. Siswa yang mempunyai

motivasi tinggi akan memiliki

karakteristik seperti beroentasi

terhadap penguasaan materi

pelajaran, mempunyai hasrat ingin tahu/ keinginan siswa untuk mencari hal-hal baru dan mencarinya lebih

jauh lagi, keuletan dalam

mengerjakan tugas dan tidak mudah

menyerah/ putus asa, menaruh

perhatian dan minat terhadap pelajaran dan merasa senang sewaktu mengerjakan tugas sekolah,

kondisi lingkungan mendukung,

memiliki harapan berhasil yang

tinggi. Sedangkan siswa yang

mempunyai motivasi rendah

memiliki karakteristik seperti siswa

kurang berorientasi terhadap

penguasaan materi pelajaran, tidak ada hasrat untuk ingin tahu mencari

hal-hal yang baru, cepat

menyerah/putus asa ketika

mengerjakan tugas, malas belajar dan cepat bosan dalam mengerjakan tugas, kondisi lingkungan yang

(14)

9

kurang mendukung, memiliki

harapan berhasil yang rendah.

Samtrock (2009)

mengemukakan faktor yang

memepengaruhi motivasi belajar

yaitu adanya motif sosial, hubungan sosial, dan konstek budaya. Hal yang

paling mendasar dari sebuah

hubungan sosial adalah intensitas

komunikasi interpersonal. Siswa

yang mempunyai intensitas

komunikasi yang baik akan memiliki karakteristik seperti interaksi dengan guru berjalan mulus, santai dan

menyenangkan, siswa mau

mendengarkan, fokus, dan merespon

pelajaran, siswa mampu

mengungkapkan apa yang dirasakan

secara tepat dan jelas, saling

memberikan dukungan antar guru

dengan siswa, siswa mampu

menagani hal-hal yang bertentangan. Sedangkan siswa yang mempunyai intensitas komunikasi interpersonal

yang rendah akan cenderung

memiliki interaksi dengan guru dan teman cenderung kaku dan kurang

menyenangkan, acuh tak acuh,

kurang fokus dan jarang merespon

pelajaran, kurang mampu

mengungkapkan apa yang dirasakan

secara tepat dan jelas, kurang mampu memberi dukungan baik guru dengan siswa, kurang mampu menangani hal-hal yang bertentangan.

Pengaruh intensitas

komunikasi interpersonal terhadap motivasi belajar didukung oleh penelitian Fraser (2010) dalam jurnal

yang berjudul Instructor-Student

Interpersonal Interaction and

Student Outcomes at the University Level in Indonesia mengemukakan

bahwa efektifitas guru adalah

penciptaan dan pemeliharaan iklim kelas yang positif dan kondusif untuk belajar serta meningkatkan motivasi belajar siswa, dalam hal ini intensitas

komunikasi interpersonal guru

dengan siswa memberikan kontribusi untuk tujuan fundamental kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Penelitian lain yang di lakukan oleh Lisa Hsu (2010) dalam jurnalnya yang berjudul The Impact

of Perceived Teachers’ Nonverbal Immediecy on Students’ Motivation for Learning English menyatakan

bahwa perilaku komunikasi

nonverbal guru berkorelasi positif dengan motivasi belajar siswa.

(15)

10

Hal tersebut juga didukung dari hasil analisis data diketahui

bahwa sumbangan efektif (se)

variabel intensitas komunikasi

interpersonal terhadap motivasi

belajar siswa sebesar 44,4% yang

ditunjukkan oleh koefisien

determinan = 0,444. Berarti masih

terdapat 55,6% yang mempengaruhi motivasi belajar selain variabel intensitas komunikasi interpersonal seperti faktor internal yang meliputi keadaan fisik dan psikis, minat, ekspektasi dan nilai, tujuan, atribusi;

faktor emosional; dan faktor

eksternal yang meliputi motif sosial, ekspektasi dan atribusi guru, jender,

sosialekonomi, konteks sosial

budaya.

Variabel intensitas

komunikasi interpersonal dalam

penelitian memiliki Rerata Empirik (RE) sebesar 67,39 dengan Rerata

Hipotetik (RH) sebesar 57,5

termasuk pada kategori tinggi karena Rerata Empirik (RE) sebesar 67,39 berada di antara +0,6 Standart Deviasi (SD) yaitu 64,4 dan +1,8 Standart Deviasi (SD) sebesar 78,2. Siswa yang termasuk pada kategori tinggi sebesar 3,54% sebanyak 4

orang, kategori tinggi sebesar

61,06% sebanyak 69 orang, kategori sedang sebesar 35,40% sebanyak 40 orang, sedangkan pada kategori rendah dan sangat rendah sebesar 0% atau tidak orang yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah.

Tabel 1. Kategorisasi Intensitas Komunikasi Interpersonal

Variabel motivasi belajar

mempunyai Rerata Empirik (RE)

sebesar 109,66 dengan Rerata

Hipotetik (RH) sebesar 95 termasuk pada kategori tinggi, karena Rerata Empirik (RE) sebesar 109,66 berada di antara +0,6 standart deviasi (SD) yaitu 106, 4 dan +1,8 Standart

0 10 20 30 40 50 60 70 Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah pr o se nt ase (% ) Kategorisasi

Intensitas Komunikasi Interpersonal

Kategoris asi Interval Skor RE RH Freku ensi Prose ntase (%) Sangat Tinggi 78,2 ≤ X < 92 4 3,54 Tinggi 64,4 ≤ X < 78,2 67,3 9 69 61,06 Sedang 50,6 ≤ X < 64,4 57,5 40 35,40 Rendah 36,8 ≤ X < 50,6 0 0 Sangat Rendah 23 ≤ X < 36,8 0 0 Total 113 100

(16)

11

Deviasi (SD) sebesar 129,2. Pada kategori sangat tinggi ada sebesar 6,20% sebanyak 7 orang, kategori tinggi sebesar 54,87% sebanyak 62

orang, kategori sedang sebesar

36,28% sebanyak 41 orang, kategori rendah sebesar 2,65% sebanyak 3 orang, sedangkan kategori rendah sebesar 0% atau tidak orang yang termasuk kategori rendah.

Tabel 2. Kategorisasi Motivasi Belajar

Hal ini menunjukkan bahwa intensitas komunikasi interpersonal sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajar yang tercermin

dalam sikap siswa ketika menerima pelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat

signifikan antara intensitas

komunikasi interpersonal dengan

motivasi belajar. Setiap penelitian

memiliki kelemahan, adapun

kelemahan dalam penelitian ini antara lain:

a. Alat pengumpul data hanya menggunakan skala sehingga belum mampu mengungkapkan aspek-aspek motivasi belajar dan

intensitas komunikasi

interpersonal.

b. Ruang lingkup populasi yang berada Surakarta sehingga tidak mampu mencerminkan keadaan di daerah lainnya

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1). ada hubungan

positif yang signifikan antara

intensitas komunikasi interpersonal

dengan motivasi belajar, 2).

Sumbangan Efektif (SE) pada

0 10 20 30 40 50 60 Sangat Tinggi

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah pr o se nt ase (% ) kategorisasi Motivasi Belajar Kategor isasi Interval Skor RE RH Freku ensi Prose ntase (%) Sangat Tinggi 129,2 ≤ X < 152 7 6,20 Tinggi 106,4 ≤ X < 129,2 109,66 62 54,87 Sedang 83,6 ≤ X < 106,4 95 41 36,28 Rendah 60,5 ≤ X < 83,6 3 2,65 Sangat Rendah 38 ≤ X < 60,5 0 0 Total 113 100

(17)

12

variabel intensitas komunikasi

interpersonal terhadap motivasi

belajar sebesar 44,4%. 3). Tingkat intensitas komunikasi interpersonal tinggi. 4). Tingkat motivasi belajar tinggi.

Berdasarkan kesimpulan

diatas, maka penulis memberikan saran- saran sebagai berikut: 1).

Siswa diharapkan mampu

meningkatkan dan mempertahankan motivasi belajar yang tergolong

tinggi dengan cara meningkat

frekuensi, durasi, perhatian,

keteraturan, keluasan dan jumlah orang, dan kedalaman pesan ketika berkomunikasi interpersonal baik

komunikasi siswa dengan guru

maupun antar sesama siwa untuk mempererat hubungan interpersonal

sehingga mampu meningkatkan

prestasi belajar. 2). Bagi Kepala

Sekolah diharapkan

mempertahankan dan meningkatkan intensitas komunikasi interpersonal antara guru dan siswa sehingga

mampu meningkatkan motivasi

belajar siswa mengadakan

pertemuan serta sharing baik formal maupun nonformal secara intensif

untuk mempererat hubungan antara kepala sekolah, guru dan siswa sehingga memiliki perasaan nyaman,

tidak canggung antara kepala

sekolah, guru dan siswa, tidak

mengalami kesulitan dalam

berkomunikasi dan berinteraksi

antara satu sama lain. 3). Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengayaan ilmu bidang psikologi khususnya

psikologi pendidikan. Perlu

dipertimbangkan bahwa intensitas

komunikasi interpersonal

memberikan peran terhadap

motivasi belajar sebesar 44,4% sehingga terdapat 55,6% faktor lain

yang mempengaruhi motivasi

belajar. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi

motivasi belajar, melengkapi

penelitan selanjutnya dengan teknik pengumpulan data yang lain serta memperluas ruang lingkup populasi penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

BBC. (2012). Sistem Pendidikan

Indonesia Menempati

(18)

13 Dunia. Artikel. (http://www.bbc.co.uk/indon esia/majalah/ 2012/11/121127 education_ranks.shtml). Diakses 26 April 2013 Chaplin, C. P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Djiwandono,S.E.W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo Fraser, B.J. dkk. (2010). Instructor-Student Interpersonal

Interaction and Student

Outcomes at theUniversity Level in Indonesia. The Open

Education Journal. Vol 3,

21-33

Hadi, S. (1994). Analisis Regresi. Yogyakarta. Andi Offset Hamdu, G. dan Lisa, A. (2011).

Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar IPA Di Sekolah Dasar.

Jurnal pendidikan. Vol 12,

No. 1, 81-86

Ilahi, R., Syahniar. dan Ibrahim, I.

(2013). Faktor yang

Mempengaruhi Pelanggaran

Disiplin Siswa dan

Implikasinya Terhadap

Layanan Bimbingan dan

Konseling. Jurnal Ilmiah

Konseling. Vol 2, No. 2,

20-25

Lestari, R. D. (2012). Hubungan Antara Motivasi Belajar dan

Dukungan Orang Tua

Dengan prestasi Belajar

Siswa. Skripsi. (Tidak

Diterbitkan). Surakarta.

Fakultas Psikologi Universita Muhammadiyah Surakarta Liliweri. (1997). Komunikasi Antar

Pribadi. Bandung: PT.Citra

Aditya Bakti

Lisa, Hsu. (2010). The Impact of

Perceived Teachers’

Nonverbal Immediecy on Students’ Motivation for Learning English. Asian EFL

Journal. Vol 12, 1-17

Nugrahani, R. dan Margunani.

(2014). Pengaruh Persepsi

Siswa Mengenai

Kepemimpinan dan

Kemampuan Komunikasi

Guru Terhadap Motivasi

Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Ekonomi Kelas IX IPS SMA Negeri 1 Sayung Tahun Ajaran 2013/2014.

Economic Education

Analysis Journal. Vol 3, No.

3

Pearson. (2012). Index of Cognitive

Skills and Educational

Attainment.(http:// the

learning

curve.pearson.com/index/ind ex-ranking). Diakses 19 Mei 2013

Pontoh, W. P. (2013). Peranan

Komunikasi Interpersonal

Guru dalam Meningkatkan Pengetahuan Anak. Jurnal

Acta Diurna. Vol 1, No 1

Santrok, J. W. (2009). Psikologi

Pendidikan. Terjemahan

Diana Angelica. Jakarta:

Selemba Humanika

Sardiman, A. M. (2001). Interaksi

(19)

14 Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada

Setyowati, U. D. dan Sukidjo. (2013). Pengaruh Pemberian

Penguatan (Reinforcement)

dan Fasilitas Belajar

Terhadap Motivasi Belajar

dan Prestasi Belajar

Ekonomi. Jurnal Pendidikan

dan Ekonomi. Vol 3, No. 5

Smith, M. B. (2011). Pengaruh Layanan Konseling Terhadap Disiplin Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Atinggola Kabupaten Gorontalu Utara.

Jurnal Penelitian dan

Pendidikan. Vol 8, No. 1,

22-32

Sulaeman, B. (2011). Perbedaan

Intensitas Komunikasi

Melalui Fitur Blackberry

Messenger Berdasarkan Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara.

Skripsi. (Tidak Diterbitkan).

Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Bina Nusantara

Rafiqah, M. Yumansyah. dan

Mayasari, S. (2013).

Pengaruh Motivasi Belajar

Siswa Terhadap Prestasi

Belajar Siswa. Jurnal

Bimbingan Konseling. Vol 2,

No. 2

Uno, H. B. (2008). Teori Motivasi &

Pengukurannya. Jakarta:

Bumi Aksara

Wood, J.T. (2013). Komunikasi

Interpersonal. Edisi Keenam

(Terjemahan Rio Dwi R). Jakarta: Salemba Humanika

Gambar

Tabel 1. Kategorisasi Intensitas Komunikasi  Interpersonal
Tabel 2. Kategorisasi Motivasi Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Memenuhi Tersedia Dokumen V-Legal untuk seluruh kegiatan ekspor di PT Padma Citra Amahi dan tidak ada Dokumen V-Legal yang disalahgunakan untuk mengekspor hasil produksi dari bahan

peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri  (seperti  sin ,  cos

Biaya yang dikeluarkan dari pelaksana kegiatan ini dibebankan pada Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT

3 Perkiraan ini juga mendapat dukungan dari apa yang ditulisnya dalam 1 Yohanes pasal 1:1 yang berbunyi: “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang

Air perasan jeruk nipis dan madu merupakan tanaman obat yang terbukti mempunyai efek antibakteri.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa sediaan

Melalui penelitian tersebut telah ditemuan bahwa pada dasarnya para pelaksana kebijakan telah memiliki pemahaman yang baik terhadap kebijakan; kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di- simpulkan bahwa: penyikatan gigi menggu- nakan pasta gigi yang mengandung baking soda dan pasta gigi yang mengandung mentol

Sistem sub struktur yang akan digunakan untuk bangunan Gedung Departemen Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Univeristas Diponegoro adalah pondasi sumuran..