• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN ORANG TUA PADA KEHAMILAN REMAJA DENGAN KASUS KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN. Lia Mulyanti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DUKUNGAN ORANG TUA PADA KEHAMILAN REMAJA DENGAN KASUS KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN. Lia Mulyanti"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

| 1 DUKUNGAN ORANG TUA PADA KEHAMILAN REMAJA DENGAN KASUS

KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN Lia Mulyanti

Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang Corresponding author: lia.mulyanti@unimus.ac.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Kehamilan tidak diinginkan (KTD) merupakan terminologi yang biasa dipakai untuk memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita yang bersangkutan maupun lingkungannya. Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan di luar nikah. Merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggaan orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat. Apapun respon keluarga ketika mengetahui KTD anak remajanya, pada akhirnya keluarga harus menerima kenyataan tersebut. Diperlukan kejujuran dan keterbukaan dalam membicarakan masalah ini di keluarga. Kejujuran dan keterbukaan keluarga ketika membicarakan KTD remaja merupakan titik awal penyelesaian masalah yang timbul. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Responden pada penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki remaja yang mengalami KTD. Penelitian ini dilakukan di kota Semarang. Hasil: Sebagian besar responden mengungkapkan bahwa peran orang tua pada kehamilan yang dialami oleh remaja dengan kasus KTD yaitu dengan mengantarkan atau mendampingi anak remajanya pada saat periksa ke tenaga kesehatan (bidan), mengingatkan agar tidak lupa untuk meminum vitamin atau obat yang diberikan oleh bidan. Kesimpulan: Orang tua sangat berperan dalam kehamilan remaja terutama dengan kasus kehamilan tidak diinginkan. Dukungan moral dan material dari orang tua kepada remaja dengan kasus KTD sangat mempengaruhi dari psikologi remaja tersebut.

Kata Kunci: Orang Tua, Remaja, KTD

ABSTRACT

Background: Unwanted pregnancy (KTD) is a term commonly used to describe the unwanted pregnancy of the woman and her environment. Adolescents may say that free sex or premarital sex is safe to do. However, if adolescents see and understand the consequences of that behavior, it turns out that it will cause more harm. One of the risks is pregnancy outside of marriage. It is a complex problem that can destroy everything, youth, education, parents' trust and pride, as well as negative views from society. Whatever the response of the family when they find out about their teenage KTD, in the end the family must accept this fact. Honesty and openness are needed in discussing this issue in the family. Honesty and openness of the family when discussing adolesents KTD is the starting point for solving problems that arise. Methods: This study uses a qualitative approach with a case study design. Respondents in this study were parents who had adolescents who experienced KTD. This research was conducted in the city of Semarang. Results: Most of the respondents revealed that the role of parents in pregnancy experienced by adolescents with KTD cases is by delivering or accompanying their teenage children when they check with health workers (midwives), reminding them not to forget to take vitamins or medicines given by midwives. Conclusion: Parents play a big role in teenage pregnancy, especially in cases of unwanted pregnancy. Moral and material support from parents to adolescents with KTD cases greatly affect the psychology of these adolescents.

(2)

| 2 PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial. Remaja harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang kadang saling bertentangan.

Berdasarkan data US Cencus Bureau pada tahun 2018, remaja di dunia usia 15-19 tahun berjumlah 603 juta 8% dari keseluruhan penduduk dunia. Menurut data BPS pada tahun 2012 penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa, 26,67% penduduk merupakan usia remaja yang berjumlah 32.164.436 remaja putra (50,70%) dan 31.279.012 remaja putri (49,30%). Indonesia merupakan negara peringkat ketiga yang mempunyai remaja putri berusia 10-17 tahun terbanyak dibandingkan negara lainnya atau berkisar 17,4% dari total seluruh kelompok usia remaja seluruh dunia (Kwesley, 2014).

Di Indonesia angka KTD juga cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2013 diketahui bahwa dari jumlah penduduk remaja terdapat 34 juta atau 19,6% mengalami KTD dan angka seks bebas diseluruh kota besar di Indonesia

melampaui angka 50%. (Emilia, et al., 2016).

Remaja bisa saja mengatakan bahwa seks bebas atau seks pranikah itu aman untuk dilakukan. Namun, bila remaja melihat dan memahami akibat dari perilaku itu, ternyata lebih banyak membawa kerugian. Salah satu resikonya adalah kehamilan di luar nikah. Merupakan suatu permasalahan kompleks yang dapat menghancurkan segalanya, masa muda, pendidikan, kepercayaan dan kebanggaan orang tua, serta pandangan negatif dari masyarakat (Nirwana, 2011).

Remaja yang hamil merupakan klien obstetrik yang beresiko tinggi. Remaja hamil juga sering mengekpresikan sikap yang tidak realistik yang dapat ditunjukkan di sekolah, tempat kerja, proses parenting dan proses sosialisasi. Remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan (KTD), mengalami beberapa perlakuan baik dari pihak laki-laki, keluarga maupun masyarakat secara umum. Remaja perempuan lebih banyak mendapatkan tekanan sosial daripada remaja laki-laki. Sikap sosial terhadap remaja laki-laki cenderung fleksibel dan hak pendidikan bagi remaja laki-laki dipertahankan daripada remaja perempuan. Remaja perempuan yang mengalami KTD memandang diri mereka keluar dari

(3)

| 3 definisi ideal dan menyalahi struktur

normatif keluarga dari sudut pandang sosial dan agama. Hal ini menyebabkan ketakutan, kebingungan, stress, rasa malu, rasa bersalah, dan bahkan depresi. Mereka akan lebih cenderung mencari layanan yang aman secara sosial daripada aman secara kesehatan fisik (PKBI, 2011).

Menurut survey yang telah dilakukan oleh Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada tahun 2013, bahwa sekitar 62,7% remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seksual pra nikah. Resiko terbesar dari hubungan seks pra nikah adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).

Menurut Nawati & Nurhayati (2018) kehamilan pada remaja memiliki resiko yang tinggi, tidak hanya merusak masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat berbahaya untuk kesehatannya.

KTD remaja secara psikologis menimbulkan gangguan yang sangat berat. Hal itu didukung karena perkembangan psikologis, mental dan kognitif yang belum optimal. Stress, depresi bahkan resiko bunuh diri dapat dialami oleh remaja yang mengalami KTD. Kondisi remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan terutama terkait organ reproduksinya juga dapat

menyebabkan gangguan dalam proses kehamilan dan kelahiran.

Menurut penelitian VH dan Berg. BJV (Dini et.al, 2016) menyatakan bahwa bu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan rentan bersikap kasar dalam perawatan kehamilan karena terjadi penolakan dan memiliki sikap bermusuhan dengan janin sehingga terjadi kurangnya perawatan kehamilan dan perawatan bayi setelah dilahirkan karena membutuhkan waktu untuk menerima bayi.

Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, sehingga keluarga mempunyai fungsi mengedukasi dan membentukan perilaku serta kepribadian anak. Terdapat 8 fungsi keluarga adalah membina anak menjadi baik sehingga keluarga dapat menerangkan beberapa manfaat pengetahuan seksualitas, perbedaan seksualitas antara pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan dan seluruh kehidupan yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap masyarakat dan kebudayaan, mengerti tentang peranana seksual dalam kehidupan manusia, mengembangkan pengertian tantang diri sendiri dan membantu untuk mengembangkan kepribadian sehingga remaja mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab (Sarwono, 2011).

(4)

| 4 METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus untuk mengumpulkan informasi secara mendalam tentang bagaimana pengalaman orang tua dalam merawat anak remajanya yang mengalami kehamilan tidak diinginkan. Responden dalam penelitian ini ada orang tua yang memiliki anak remaja yang hamil dengan kasus

KTD yang berjumlah 7 orang. Tempat penelitian yaitu kota semarang. Intrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam (indepth interview).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karateristik Responden

Tabel 1

Karateristik Responden Utama No. Kode Informan Umur (Tahun) Pendidikan Terakhir Pekerjaan

1 IU1 35 tahun SMA Swasta

2 IU2 40 tahun SD Wiraswasta

3 IU3 33 tahun SMA Swasta

4 IU4 40 tahun SMA Pedagang

5 IU5 47 tahun diploma PNS (Pegawai Negeri Sipil)

6 IU6 37 tahun SMA Wiraswasta

7 IU7 45 tahun diploma Swasta

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan dari informan utama adalah baik hal ini dilihat dari 7 orang informan utama 4 diantaranya lulusan SMA, 2 lulusan diploma, dan hanya 1 yang lulusan SD. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan serta

nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ibu dengan pendidikan yang relatif tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber daya keluarga yang lebih baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Ibu dengan tingkat pendidikannya rendah, memberi dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya dibidang kesehatan untuk penerapan dalam kehidupan keluarga.

(5)

| 5 Hal ini sesuai dengan penelitian

Rusmanindar menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mempangaruhi kehamilan tidak diinginkan.

Responden yang ditemui oleh peneliti adalah orang tua (ibu) yang memiliki anak remaja dengan kehamilan. KTD. Orang tua (khususnya ibu) adalah tokoh yang mendidik anak-anaknya, yang memelihara perkembangan anak-anaknya dan juga mempengaruhi aktivitas-aktivitas anak diluar rumahnya. Ibu merupakan tokoh yang dapat melakukan apa saja untuk anaknya, yang dapat mengurus serta memenuhi kebutuhan fisiknya dengan penuh pengertian.

Respon Terhadap KTD

KTD pada remaja disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, pergaulan bebas dan kurangnya informasi tentang pendidikan seks (Kusmiran, 2011).

Berbagai respon orang tua muncul saat mengetahui anak remajanya telah hamil, mulai dari keget, marah, bingung, malu. Hasil wawancara mendalam dengan informan utama rata-rata mereka mengatakan bahwa saat mengetahui anak remajanya hamil adalah perasaan marah dan malu dengan orang disekitar. Hal ini dikarenakan anak remajanya telah hamil sebelum diadakannya suatu pernikahan dan

kehamilan ini dianggap sebagai aib keluarga.

Seperti yang diungkapkan oleh IU4, dia menjelaskan bahwa saat mengetahui kehamilan anak remajanya orang tua merasa malu dengan lingkungan atau masayarakat disekitar tempat tinggal akhirnya dengan kesepakatan keluarga informan dipindahkan atau tinggal dengan bibinya.

Ketika keluarga mengetahui, respon keluarga bermacam-macam, baik verbal maupun non verbal, baik dilakukan secara terbuka maupun tertutup. Respon non verbal ditunjukkan melalui sikap. Kata-kata yang dikeluarkan berupa pertanyaan, kata-kata kasar, menyalahkan dan mengeluh. Sedangkan respon melalui sikap ditunjukkan melalui tatapan tajam dan pandangan asing. Respon secara tertutup dilakukan dengan cara “menggosip”, diam, dan acuh tak acuh..

Apapun respon keluarga ketika mengetahui KTD anak remajanya, pada akhirnya keluarga harus menerima kenyataan tersebut. Diperlukan kejujuran dan keterbukaan dalam membicarakan masalah ini di keluarga. Kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga ketika membicarakan KTD remaja merupakan titik awal penyelesaian masalah yang timbul. Penggunaan teknik komunikasi

(6)

| 6 yang baik adalah kunci utama dalam setiap

permasalahan keluarga.

Pada kehamilan pranikah, rasa malu dan perasaan bersalah yang berlebihan dapat dialami remaja. Apalagi jika kehamilan tersebut diketahui pihak lain seperti orang tua. Hal yang memperberat masalah adalah terkadang orang tua atau orang yang mengetahui tidak mampu menghadapi persoalan tersebut secara proporsional, bahkan cenderung mengakibatkan suatu tindak kekerasan yang traumatic terhadap anak. Hal ini menambah tekanan psikologis yang berat yang pada akhirnya mengarah ke depresi (rasa tertekan yang mendalam).

Konflik nilai pada keluarga dengan anak remaja KTD dapat merupakan konflik nilai individu dengan keluarga, individu dan keluarga dengan masyarakat. Dan pada akhirnya, penyelesaian konflik ini sangat tergantung dari nilai yang dipegang dan disepakati bersama oleh keluarga adalah melanjutkan kehamilan dengan menikah atau tidak menikah, melanjutkan kehamilan dengan merawat anak sendiri atau menjadikan anak tersebut menjadi anak adopsi, atau pilihan yang sebenarnya sangat tidak diharapkan adalah aborsi.

Konsekuensi Melanjutkan Kehamilan pada Remaja

Keputusan untuk melanjutkan kehamilan anak remajanya dengan kasus KTD yaitu dengan menikahkan anak remajanya dengan pasangan atau pacar yang menghamilinya. Berbagai alasan yang diungkapkan oleh informan pendukung melanjutkan kehamilan pada anak remajanya dengan KTD yaitu untuk menutupi rasa malu dengan orang disekitar dimana kehamilan tidak bisa ditutup-tutupi karena perut akan bertambah besar.

Keluarga termasuk orang terdekat dengan remaja. Pemberian makna terhadap kehamilan dan reaksi keluarga terhadap kehamilan terutama yang tidak diinginkan menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan terhadap menghadapi KTD. Keluarga yang memahami bahwa si bayi adalah makhluk yang tidak berdosa tentu tidak akan menyetujui pengambilan keputusan aborsi. Bagi keluarga yang memahami ini, aborsi hanya akan menambah dosa zina yang mengakibatkan KTD dengan dosa pembunuhan bayi yang mungkin lebih besar.

Dukungan Keluarga pada Kehamilan Remaja

Hasil wawancara mendalam dengan informan utama menunjukkan bahwa yaitu adanya dukungan dari pasangan atau pacar dari anak remajanya telah bersedia

(7)

| 7 bertanggung jawab atas kehamilan yang

terjadi pada anak remajanya, sehingga keluarga dapat melangsungkan pernikahan anak remajanya walaupun sedang hamil.

Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. Remaja membutuhkan dukungan yang berbeda dari masa sebelumnya, karena pada saat ini remaja sedang mencari dalam mengeksplorasi diri sehingga dengan sendirinya keterikatan dengan orang tua berkurang. Pengertian dan dukungan orang tua, sangat bermanfaat bagi perkembangan remaja.(Widyoningsih, 2011).

Kehamilan yang tidak diinginkan akan selalu menimbulkan problem kesehatan bagi perempuan, terutama kesehatan mentalnya. Pada saat seperti ini seorang perempuan membutuhkan dukungan baik dari keluarganya maupun dari masyarakat sekitarnya.

Selain orang tua (keluarga) dukungan dari pasangan juga tidak kalah pentingnya. Bersedianya pasangan informan remaja dengan KTD bersedia

untuk bertanggung jawab atas tindakannya dengan menikah, hal ini juga menunjukkan suatu adanya dukungan dari pasangan selain menemani atau mengantarkan memeriksakan kehamilan remaja KTD. Keluarga akan merasa tenang dan dapat diterima oleh masyarakat sekitar apabila anak remajanya yang KTD sudah menjalani proses pernikahan yang sah menurut anggapan masyarakat tempat tinggal mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan utama memberikan dukungan ke anak remajanya yang mengalami KTD. Bentuk dukungan yaitu dengan menemani informan memeriksakan kehamilannya, sedangkan bentuk dukungan dari pasangannya adalah dengan bersedia untuk menikahi informan. Hal ini menunjukkan bahwa posisi pasangan atau pacar cukup dominan dalam mendukung pengambilan keputusan remaja untuk melanjutkan kehamilan, yang artinya dapat menentukan nasib remaja dan bayi yang dikandungnya. Posisi ini merupakan bentuk pertanggung jawaban atas perbuatan atau perilaku seksual yang dilakukannya, yang sangat diharapkan oleh remaja dengan KTD. Posisi orang tua sebagai pembuat keputusan sekaligus juga sebagai mediator antara remaja dengan KTD dan pasangannya atau pacarnya, agar

(8)

| 8 bertanggung jawab pada kehamilan remaja

yang mengalami KTD.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih bahwa fungsi keluarga pada kehamilan tidak diinginkan mendukung kehamilan yang tidak diinginkan sebesar 63,5%.

Dukungan keluarga dalam merawat remaja yang mengalami KTD menjadi hal yang sangat berarti bagi keluarga itu sendiri maupun bagi keluarga yang lain. Dukungan keluarga tersebut dapat dijadikan contoh dan bahan evaluasi bagi keluarga dan masyarakat mengingat tingginya tingkat kerentanan remaja baik dari aspek bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual serta kompleksnya dampak yang ditimbulkan baik bagi remaja itu senditi, keluarga, maupun masyarakat, maka peneliti tertarik untuk meggali lebih dalam tentang dukungan keluarga dalam melakukan perawatan pada remaja yang

mengalami kehamilan tidak diinginkan. (Maisya & Susilowati, 2017).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Orang tua sangat berperan dalam kehamilan remaja terutama dengan kasus kehamilan tidak diinginkan. Dukungan moral dan material dari orang tua kepada remaja dengan kasus KTD sangat mempengaruhi dari psikologi remaja tersebut.

Saran

Bagi orang tua yaitu orang tua lebih menanamkan nilai-nilai moral dan nilai agama dan menjadi teman bagi anak remajanya sehingga orang tua menjadi lebih perhatian dengan perubahan perilaku pada anak remajanya.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2012). Hasil Sensus Penduduk Tahun 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistika

Dini, L et.al. (2016). Pengaruh Status Kehamilan Tidak Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama Kehamilan dan Setelah Kelahiran di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika Kwesley, E. (2014). Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kehamilan di Wilayah Kerja

(9)

| 9 Maisya Iram Barinda dan Susilowati Andi. (2017). Peran Keluargan dan Lingkungan

Psikososial Ibu Usia Remaja. Jurnal Kesehatan Reproduksi

Nawati & Nurhayati. (2018). Dampak Kehamilan Tidak Diinginkan terhadap Perawatan Kehamilan dan Bayi. Jurnal Kesehatan

Nirwana BA. (2011). Psikologi Kesehatan Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Daerah Istimewa Yogyakarta. (2011), Studi Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja. Yogyakarta: PKBI Yogyakarta

Sarwono. (2011). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers

Wahyuningsih Lisa Dwi, (2019). Permisifitas Orang Tua Dan Fungsi Keluarga Terhadap Kehamilan Tidak Diinginkan Remaja Daerajh Perbatasan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Widyoningsih. (2011). Pengalaman Keluarga Merawat Anak Remaja dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) Di Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah: Studi Fenomenologi. FIK UI. Tesis.

Referensi

Dokumen terkait

Specifically, the chapter had the objectives to enable the students to: (1) develop both one- and two-tailed null and alternative hypotheses that can be tested in a business setting

Menyediakan informasi yang lengkap mengenai informasi sparepart dan informasi data service yang dibutuhkan pelanggan dan sistem ini juga akan menyediakan fitur booking service

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan hukuman mati ke masa depan adalah dengan mematuhi secara konsisten dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Tim Kesehatan Pada Arus Mudik Lebaran dan Natal Tahun 2017

Tetapi ditemukan fenotipe baru pada lili dimana terjadi perubahan sempurna dari benang sari menjadi kelopak bunga tapi tetap mempertahankan identitas bunga awalnya (wild-type) yaitu

16 (revisi 2011) yang konvergensi dengan IFRS, untuk mengetahui apakah penyajian aset tetap berwujud pada laporan keuangan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company,