• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Keberadaan gotong royong tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pedesaan. Secara turun temurun gotong royong menjadi warisan budaya leluhur yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat pedesaan sekaligus merupakan kepribadian bangsa Indonesia.

Gotong royong merupakan adat istiadat berupa tolong menolong antara warga desa dalam berbagai macam aktivitas-aktivitas sosial, baik berdasarkan hubungan tetangga, hubungan kekerabatan, maupun hubungan yang berdasarkan efisiensi dan sifat praktis yang dianggap berguna bagi kepentingan umum. Melalui aktivitas gotong royong ini tercipta rasa kebersamaan dan hubungan emosional antarwarga, keakraban dan saling mengenal satu sama lain. Bintarto (1980, hlm. 14) mengungkapkan bahwa,“Dalam artian yang sebenarnya gotong royong dilaksanakan oleh sekelompok penduduk di suatu daerah yang datang membantu atau menawarkan tenaganya tanpa pamrih atau dengan lain perkataan secara sukarela menolong secara bersama”.

Perilaku gotong royong tersebut tentu saja dapat menjadi asset bangsa jika tetap dipelihara oleh masyarakat pedesaan karena merupakan sebuah manifestasi budaya yang telah ada dalam berbagai sendi kehidupan bermasyarakat. Namun melihat kondisi saat ini harapan kehidupan masyarakat pedesaan sebagai standar dan pemeliharaan adat istiadat gotong royong sepertinya sulit terwujud. Hal ini dapat dilihat dari kondisi masyarakat pedesaan mulai berkembang yang menjadikan keberadaan gotong royong mulai punah.

Perkembangan masyarakat pedesaan dapat disebabkan oleh saling mempengaruhinya masyarakat satu dengan masyarakat lain. Hal itu disebabkan karena kebudayaan dengan masyarakat sistem terbuka. Dengan keadaan tersebut, maka kebudayaaan lambat laun akan mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan masyarakat terutama di pedesaan. Proses tersebut secara

(2)

bertahap-Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berkesinambungan dinamakan “Evolusi kebudayaan”. Evolusi kebudayaan ini berlangsung sesuai dengan perkembangan budidaya atau akal pikiran manusia dalam menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu. Tonnies (dalam Setiadi dan Kolip 2011, hlm. 612) mengungkapkan bahwa, „Gejala ini dapat dilihat di dalam struktur sosial masyarakat desa yang identik dengan masyarakat pedesaan yang bergerak ke arah pola-pola masyarakat perkotaan yang justru menekankan pada aspek individualisme‟.

Keadaan evolusi kebudayaan tersebut menyebabkan suatu kondisi ditandai dengan perkembangan masyarakat yang lebih kompleks. Perkembangan masyarakat yang terjadi di pedesaan merupakan suatu bentuk perubahan yang mencakup perubahan dalam segala aspek kehidupan, tidak hanya dialami, dihayati, dan dirasakan oleh anggota masyarakat, melainkan telah diakui serta didukungnya. Jika proses tersebut telah terjadi demikian, maka dapat dikatakan masyarakat itu telah mengalami “perubahan sosial”. Pada masyarakat tersebut, struktur, organisasi, dan hubungan sosial telah mengalami perubahan. Menurut Soemardjan (dalam Setiadi dan Kolip 2011, hlm. 610) mendefinisikan bahwa, „Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola peri kelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat‟.

Disadari atau tidak sifat kegotong royongan ini secara perlahan namun pasti telah semakin memudar. Suatu bentuk dan sikap hubungan gotong royong akan mundur ataupun punah sama sekali sebagai akibat pergeseran nilai-nilai budaya. Kondisi ini umumnya dipicu oleh pemikiran materialistik yang sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat kita dewasa ini. Semua aktivitas diukur dengan untung rugi secara materi. Dalam penelitian yang berjudul “Kajian Tentang Pergeseran Makna Dan Pola Gotong Royong Pada Masyarakat Desa Gandamekar Dalam Konteks Tradisi Dan Modernisasi” pada tahun 2012 oleh Dini Andriani dapat disimpulkan bahwa dalam arus globalisasi dan modernisasi sekarang ini, menyebabkan masyarakat desa yang terkenal dengan tradisi

(3)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegotong-royongan mulai mengalami pergeseran dikarenakan adanya peralihan nilai-nilai yang bersifat tradisional ke proses modernisasi.

Semenjak faham modernisasi dan globalisasi melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, tanpa disadari lambat laun budaya gotong royong mulai memudar. Karena mau tidak mau suka tidak suka dapat kita rasakan bersama bangsa ini mulai kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya yang salah satunya adalah eksistensi budaya gotong royong. Bintarto (1980, hlm. 14) mengatakan bahwa, ”Modernisasi telah banyak memberi pengaruh terhadap kehidupan ekonomi, kehidupan sosial, kebudayaan, gaya hidup manusia Indonesia dan sebagainya”. Dalam penelitian yang berjudul “Dilema Perkembangan Masyarakat Ternate Menghadapi Tarikan Tradisi & Modernitas (Studi Tentang Orientasi Nilai Bangsawan Ternate)” pada tahun 2011 oleh Syahril Muhammad dapat disimpulkan bahwa konsekuensi modernitas yaitu mengubah masyarakat tradisional ke arah modern. Ini terjadi akibat dari dinamika masyarakat ikut mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan mentalitas bangsawan terhadap modernitas. Bentuk sikap dan mentalitas bangsawan terhadap modernitas meliputi: pemeliharaan tradisi, gaya hidup, respon politik lokal dan demokrasi, serta respon pendidikan.

Padaherang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Pangandaran. Mayoritas masyarakat Padaherang mulai menunjukkan ke arah pola-pola baru mengikuti arus globalisasi yang mereka terima dari luar. Hal ini berdampak pada adanya pergeseran atau mulai minimnya perilaku gotong royong. Berdasarkan pengamatan peneliti ada beberapa faktor yang melatarbelakangi mulai memudarnya perilaku gotong royong yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran warga tentang pentingnya gotong royong; 2. Kurangnya peran serta elemen atau lapisan masyarakat;

3. Kurangnya dukungan dari pemerintah;

4. Mulai munculnya budaya individualisme dan materialisme yang telah merambah daerah pedesaan.

(4)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan kurangnya semangat gotong royong sudah mendekati titik yang mengkhawatirkan maka masyarakat menjadi tidak peka terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Dalam penelitian yang berjudul “Kajian Tentang Pergeseran Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Pada Masyarakat Pedesaan Pangguh Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung” pada tahun 2007 oleh Linda Rinda Mulyani mengungkapkan bahwa perubahan aktivitas gotong royong ditandai oleh semakin menguatnya sikap individualis pada masyarakat desa sebagai akibat masuknya industri dalam lingkungan desa.

Kehidupan gotong royong pada masyarakat pedesaan dahulu dengan sekarang sangat dirasakan berbeda. Perubahan tersebut dirasakan semenjak masuknya hal-hal yang baru seiring dengan inovasi-inovasi yang dilakukan masyarakat. Jika dahulu masyarakat berpartisipasi dan saling bantu membantu secara sukarela dalam kegiatan gotong royong tanpa mengaharapkan imbalan, namun sekarang masyarakat menginginkan imbalan dari setiap kegiatan yang ia kerjakan. Perubahan ini pula yang mencerminkan kehidupan gotong royong tidak ramai seperti dahulu. Kegiatan gotong royong pada masyarakat pedesaan kini telah mengalami penurunan dan hanya bersifat formal dengan upah berupa uang.

Seperti yang peneliti amati, contoh riil yang sekarang ini sudah sulit ditemui pada masyarakat kecamatan Padaherang, misalnya apabila dahulu masih menjumpai masih adanya budaya gotong royong dalam mata pencarian pertanian tradisional dimana ketika orang menggarap tanah, mereka memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk mencangkul tanah, menanam benih, mengatur saluran air, memupuk tanaman dan menyiangi tanaman. Demikian juga pada saat musim panen tiba. Warga masyarakat itu bergotong royong memetik padi, mengeringkannya, serta memasukkannya ke dalam lumbung. Namun sekarang aktivitas tersebut jarang terjadi, kegiatan dalam mata pencaharian pertanian kini hanya dikerjakan oleh buruh tani saja.

Contoh lain misalnya gotong royong dalam mendirikan rumah, kerja bakti membersihkan lingkungan desa, memperbaiki jalan lingkungan dan jembatan, merenovasi mesjid, memasang gapura dan umbul-umbul, gotong royong dalam

(5)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bentuk ngalayad dan tahlilan, iuran berupa beas perelek, kegiatan keagamaan, siskamling, sekarang ini sudah mulai jarang kita jumpai dalam masyarakat pedesaan. Selain itu kebiasaan di masyarakat pedesaan yang sudah turun temurun, apabila ada seorang warga yang berhajat melaksanakan pesta perkawinan, maka selama berminggu-minggu seluruh jiran tetangga ikut sibuk bekerja, mulai dari mengumpulkan kayu bakar, membuat tungku untuk memasak, membuat/memasang tenda, membuat berbagai masakan, dan membuat pelaminan. Dalam kehidupan sehari-hari kehidupan ekonomi misalnya, yang semula masyarakat pedesaan sebagian besar pada sektor pertanian, setelah masuknya masa industrialisasi, semangat gotong royong masyarakat berkurang, hal ini disebabkan karena masyarakat sekarang cenderung besifat individualistis, sehingga ada anggapan umum ” hidup bebas asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”. Bintarto (1980, hlm. 51) mengungkapkan bahwa, “Keadaan kegoncangan masyarakat tradisional akibat adanya teknologi dapat merubah hidup bermasyarakat menjadi hidup secara “individualistik” atau perseorangan yang menjauh dari jiwa gotong royong”.

Pada era modernisasi yang serba sibuk dan semua aktivitas dipacu oleh waktu dengan istilah time is money, maka pergeseran nilai seperti ini menjadi sebuah keniscayaan. Seiring dengan perkembangan zaman inilah masyarakat sekarang lebih sibuk dengan pekerjaannya untuk memenuhi tuntutan hidup yang semakin mendesak. Hal ini yang menyebabkan kegiatan gotong royong semakin ditinggalkan. Akhirnya berdasarkan dari kondisi riil tersebut di atas maka dikhawatirkan budaya gotong royong pada masyarakat mulai memudar yang dapat dimaknai sebagai sebuah keprihatinan yang sangat mendalam.

Oleh karena itu berdasarkan gejala-gejala kesenjangan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui dan mengkaji masalah ini karena masalah ini terlihat sangat menonjol dalam lingkungan masyarakat, untuk itu peneliti tertarik untuk menulis mengenai penelitian ini dengan mengangkat judul ”Perubahan Kehidupan Gotong Royong Masyarakat Pedesaan Di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran”

(6)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan dan melihat kondisi yang terjadi di lapangan, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu sebagai berikut:

1. Keberadaan budaya gotong royong pada masyarakat pedesaan yang semakin lama semakin memudar sebagai akibat pergeseran nilai-nilai budaya.

2. Terdapat perubahan mental dan bentuk sikap hubungan gotong-royong yang terjadi pada masyarakat desa pada kehidupan sehari-hari.

3. Budaya gotong royong mulai memudar dipicu oleh mulai munculnya budaya individualisme dan materialisme.

4. Masyarakat desa lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dibandingkan ikut serta dalam kegiatan gotong-royong pada kehidupan sehari-hari.

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai sasaran, dan tujuan yang hendak dicapai peneliti, maka rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perubahan Kehidupan Gotong Royong Masyarakat Pedesaan di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran?”

Agar ruang lingkup penelitian konsisten pada masalah yang diteliti dan tidak terlalu luas ruang lingkupnya serta terarah pada tujuan yang hendak dicapai maka peneliti merasa perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran?

2. Apa sajakah yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran?

(7)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari terjadinya perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran?

4. Bagaimana upaya dan solusi yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi perubahan kehidupan gotong royong dalam masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran di era modernisasi sekarang ini?

D. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan umum:

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran.

b. Tujuan khusus:

1. Mendeskripsikan perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran;

2. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya perubahan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran; 3. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari perubahan kehidupan

gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran;

4. Menganalisis upaya dan solusi yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran di era modernisasi sekarang ini.

E. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

(8)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta memperluas wawasan keilmuan dan memberikan kontribusi terhadap sosiologi, khususnya pada disiplin ilmu sosiologi pedesaan.

b. Manfaat praktis 1. Bagi peneliti

Penelitian ini berguna untuk mengkaji lebih dalam tentang budaya luhur kita sebagai implementasi mempertahankan warisan nilai-nilai gotong royong yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat guna menambah pengalaman peneliti pada kearifan lokal masyarakat tentang nilai-nilai gotong royong.

2. Bagi masyarakat

Sebagai stimulus kepada masyarakat agar memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga budaya gotong royong sebagai ciri khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia khususnya masyarakat pedesaan.

3. Bagi pemerintah

Sebagai masukan bagi pemerintah desa untuk mengambil kebijakan dalam upaya mempertahankan aktivitas budaya gotong royong pada masyarakat pedesaan.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan merupakan bagian awal dari penyusunan skripsi, dalam bab ini terbagi-bagi dalam beberapa sub bab seperti: latar belakang penelitian, yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan apa yang menjadi alasan peneliti mengangkat masalah tersebut. Selain itu dalam bab ini terdapat sub bab identifikasi masalah penelitian, yakni pengenalan masalah atau inventarisasi masalah. Kemudian rumusan masalah penelitian dibuat agar penelitian menjadi lebih terfokus. Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin

(9)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, terdapat pula manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka

Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis. Dalam kajian pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti. Berdasarkan kajian tersebut, peneliti menjelaskan posisi atau pendirian peneliti disertai alasan-alasannya. Adapun bab II ini berisi teori-teori dan konsep-konsep yang relevan dengan fokus penelitian, yaitu perubahan sosial, solidaritas sosial, masyarakat pedesaan, gotong royong, serta penelitian terdahulu.

3. BAB III Metode Penelitian

Pada BAB III metode penelitian ini merupakan penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang ingin digunakan dan jenis penelitian apa yang dipilih oleh penulis. Lebih jelasnya yaitu langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh dalam penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif.

4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada BAB IV terdiri atas dua hal utama yakni, tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur tahap-tahap kualitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas pada bab Kajian Pustaka dan temuan sebelumnya.

5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada BAB V akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan, yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Kesimpulan

(10)

Cucu Widaty, 2014

PERUBAHAN KEHIDUPAN GOTONG ROYONG MASYARAKAT PEDESAAN DI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukan kepada para pembuat kebijakan, kepada para pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, serta pemecahan masalah di lapangan atau follow up dari hasil penelitian.

Setelah memaparkan beberapa isi dari beberapa bab, maka bagian yang terakhir adalah menampilkan daftar pustaka. Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis yang digunakan dalam penyusunan skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Kasim maupun Ketua Muhammadiyah pada waktu itu, dimutasi paksa oleh Pemerintah Belanda ke Makassar (1934). Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa struktur politik yang

Perusahaan  ini  berada  di  garis  depan  dalam  pengurangan  emisi  gas  rumah  kaca  karena  perusahaan  ini  adalah  pabrik  besar  di  negara  berkembang 

- Mempunyai capsula articularis yang menutupi daerah medial, lateral dan posterior persendian. - Bagian anterior, ditutupi

I. tentang perubahan nama , yaitu judul yaitu kata Akademi diganti dengan A rademia, tetapi karena kemarin k.!_ ta sudah putus sesuai dengan judul RQU yang

Meskipun belasan tahun silam saya pernah lulus mata kuliah Pengantar Ilmu Politik dan Sistem Politik Indonesia dengan nilai sempurna pada jurusan saya Ilmu

Pada saat terdakwa LASMAULI Br SIRINGO-RINGO melihat tanda tangan milik saksi ALBINUS NAIBAHO yang tercantum dalam Surat Penyerahan / Ganti Rugi tanggal 25 Mei

Pada umumnya manusia sekarang ini, sudah memiliki ketergantungan pada suatu sistem informasi yang sudah terintegrasi dengan baik sehingga dapat melakukan komunikasi antara