setelah Salat Fardu Warga Nahdlatul Ulama (NU)
dan Jamaah Persatuan Islam (PERSIS)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
MUHAMMAD KUKUH ANGGRIO NIM: 11160360000052
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
▸ Baca selengkapnya: bagaimana cara mengamalkan salat dan zikir secara istikamah
(2)dan Jamaah Persatuan Islam (PERSIS)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Muhammad Kukuh Anggrio
NIM 11160360000052
Pembimbing
Dr. Abdul Hakim Wahid, SHI, MA.
NIP 19780424 201503 1 001
PROGRAM STUDI ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Salat Fardu Warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Jamaah Persatuan Islam (PERSIS). Telah diujikan sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 – Desember – 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program studi Ilmu Hadis.
Jakarta, 03 – Desember – 2020 Sidang Munaqashah
Ketua Sekretaris
Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, MA Dr. Abdul Hakim Wahid, MA
197701202003121003 197804242015031001
Penguji 1 Penguji 2
Dr. Bustamin, M.Si Drs. Harun Rasyid, M.Ag
196307011998031003 196009021987031001
Pembimbing
Dr. Abdul Hakim Wahid, MA 197804242015031001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Muhammad Kukuh Anggrio NIM : 11160360000052
Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 - Desember - 2020
i Muhammad Kukuh Anggrio
Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga Nahdlatul Ulama (NU) dan jamaah Persatuan Islam (PERSIS)
Penelitian ini di latar belakangi oleh adanya praktik beribadah dua kelompok organisasi masyarakat Islam yakni Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam dalam zikir setelah salat fardu, yang mana salah satu mengeraskan dan lainnya menggunakan suara pelan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek (praktik ritual keagamaan) dan melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa faktor penyebab perbedaan antara kelompok Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam masyarakat Pancoran adalah yang bersumber pemahaman dan pemaknaan hadis yang kemudian tertuang dalam praktik ibadah mereka.
ii
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya, serta tidak lupa selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw dan keluarganya, serta para sahabat yang senantiasa mengikuti ajaran-ajarannya.
Skripsi ini tidak dapat rampung tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan dan kontribusi banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc., M.A. beserta jajaran staf-stafnya.
2. Dekan Fakultas Dr. Yusuf Rahman M.A beserta jajaran staf-stafnya.
3. Ketua Program Studi Ilmu Hadis Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi M.A 4. Sekretaris Program Studi Ilmu Hadis Dr. Abdul Hakim Wahid, S.H.I, M.A, yang sekaligus menjadi Dosen Pembimbing bagi penulis yang telah membimbing hingga proses skripsi ini selesai dan rampung.
5. Pembimbing Akademik Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH selaku orang tua di kampus/ perkuliahan yang telah membimbing selama empat tahun lamanya.
6. Segenap Dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Bapak Harun Rasyid, Bapak Eva Nugraha, Bapak Sandi Santosa, Ibu Atiyatul Ulya, Bapak Ahmad Fudhaili, Ibu Lisfa Sentosa. yang tidak bisa dituliskan namanya satu-persatu. Terima Kasih atas ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan ilmu yang tela diberikan kepada
iii
7. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional Indonesia. Telah membantu pengadaan sumber bacaan dari awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini. 8. Kedua Orang Tua penulis, tiada yang lebih indah selain bernaung pada keluarga karena pada hakikatnya seorang anak akan kembali kepada kedua orang tuanya khususnya buat Bapaku Chadzaroh Shofa dan Ibuku Ade Siti Shochibah yang telah mendoakan juga memberi semangat dan membantu dalam segala aspek selama empat tahun ini, entah penulis harus berterima kasih dan membalas kebaikan seperti apa agar terbalas jasa-jasa Bapak dan Ibu kepada penulis. Tapi yang jelas penulis akan terus mendoakan Bapak dan Ibu dan terus membuat bahagia. Terima Kasih Bapak dan Ibu. 9. Kakak-Kakak dan Adik penulis, Mas Sandi (M Bahru Sandi), Mba
Kiki (Nurul Azkia), Mba Anis (Khairun Nisa) dan Adit (M. Haidar Aditya) yang tidak henti-hentinya juga terus mendorong, membantu, menyemangati dan mendoakan penulis mulai dari proses awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
10. Sahabat-sahabat penulis, Mila yang Penyemangat, Nada IAT yang Ramah, Julian yang Absurd, Fahmi yang Openminded, Yafi yang Galau, Hafiz yang Positivthink, Nizar yang Garing, Bang Sur yang Panutan, Miqdad yang Menyenangkan, Aji yang Skuy, Zao yang Hoax, Nana yang Petakilan, Arif yang Bijak, Wiki yang Semangat, Ajad yang Gokil, Umam yang Ambyar, Hasan yang Diam, Aidil yang Cerdas, Farid yang Ketawamulu, Dwiki yang Misionaris,
iv
Happyterus, Rina yang Apaansi?, Nada yang Pendiam, Babay yang Futsalan, Asrofi yang Juaraterus, Akram yang Wagelaseeeh, Farhan yang Ramah, Anak KKN 123 Edensor Fikri FDI- Dwi FEB- Jihan FITK- Upi FITK- Heri FST- Amel FST- Maya FDK- Salma FITK- Eliza FISIP- Khanah FAH- Hayyu FSH- Edi FEB- Inten FSH- Maul FITK- Jan FST- Shila FST dan Avip FAH serta Sekret Bawakiep Official buat nyusun skripsi anak IH B 2016.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis sadar tidak ada sesuatu yang sempurna keculai Allah Swt. Begitu pula dengan skripsi ini, skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis sampaikan, karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan sebagai bahan perbaikan di masa mendatang bagi penulis.
Jakarta, 03 - Desember - 2020
v ARAB – LATIN
Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 - Januari - 1988
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf
Latin Keterangan
Alif - Tidak dilambangkan
Ba B Be
Ta T Te
Sa ṡ es (dengan titik di atas)
Jim J Je
Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)
Kha Kh Ka dan ha
Dal D De
Zal Ż Zet (dengan titik di atas)
Ra R Er
Zai Z Zet
Sin S Es
Syin Sy Es dan ye
Sad ṣ Es (dengan titik di bawah)
Dad ḍ de (dengan titik dibawah)
Ta ṭ te (dengan titik di bawah)
vi B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap. Contoh: ةملسم ditulis Musallamah
C. Ta Marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan dituliss h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya. Contoh: ةيملاسإ ditulis Islamiyyah
2. Bila dihidupkan ditulis t
Contoh: ةمركلماةكم ditulis Makkatul Mukarramah
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, Contoh:بتك ditulis Kataba Kasrah ditulis i, Contoh: بسح ditulis Hasiba Dammah ditulis u Contoh: نسح ditulis Hasuna
‘ Gain G Ge Fa F Ef Qaf Q Ki Kaf K Ka Lam L El Mim M Em Nun N En Waw W We Ha H Ha Hamza h ` Apostrof Ya Y Ye
vii
a Panjang ditulis a, Contoh: ditulis Ja a ءاج i Panjang ditulis i, Contoh:ميلع ditulis ‘Alimun u Panjang ditulis u, Contoh: بويع ditulis ‘Uyubun
F. Vokal Rangkap
Vokal rangkap (Fathah dan ya) ditulis ai ي Contoh: ditulis Lailatun ةليل
Vokal rangkap و (Fathah dan waw) ditulis au Contoh:نول ditulis Launun
G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata
Dipisah dengan apostrof (‘) متنأأ Ditulis A’antum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Ditulisبتكلا Al-kitabu
2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.
Ditulisةداهشلا As-syahadah
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.
J. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat
1. Ditulis kata per kata, atau ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam ragkaian tersebut.
viii
Cover Page... i
Judul ... i
Lembar Pengesahan Pembimbing ... i
Lembar Pengesahan Penguji ... i
Lembar Pernyataan ... i Abstrak ... i Kata Pengantar ... ii Pedoman Transliterasi ... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1 B. Permasalahan ... 5 1. Identifikasi Masalah ... 5 2. Pembatasan Masalah ... 5 3. Rumusan Masalah ... 6C. Tujuan dan Manfaat ... 7
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian ... 12
1. Jenis Penelitian ... 12
2. Lokasi Penelitian ... 12
3. Sumber Data... 12
4. Metode Pengumpulan Data... 13
ix
A. Pengertian Zikir ... 16
B. Tinjauan Sejarah Zikir ... 17
1. Al-Quran ... 17
2. Hadis ... 18
C. Macam-macam Zikir ... 24
1. Zikir dengan Lisan ... 24
2. Zikir dengan Hati ... 25
3. Zikir dengan Jiwa ... 26
4. Zikir dengan Amal ... 27
5. Zikir dengan Salat ... 28
D. Fatwa Ulama Seputar Zikir ... 29
E. Keutamaan Berzikir ... 30
BAB III NAHDLATUL ULAMA DAN PERSATUAN
ISLAM DI KECAMATAN PANCORAN
A. Kondisi Geografis dan Demografi Kec. Pancoran ... 341. Letak Geografis ... 34
2. Kondisi Demografi ... 35
B. Nahdlatul Ulama di Kec. Pancoran ... 36
C. Persatuan Islam di Kec. Pancoran ... 40
x
A. Redaksi Zikir setelah Salat Fardu ... 45
1. Nahdlatul Ulama ... 45
2. Persatuan Islam ... 48
B. Dasar Dalil Zikir setelah Salat Fardu ... 52
1. Nahdlatul Ulama ... 52
2. Persatuan Islam ... 54
C. Penggunaan Hadis Zikir setelah Salat Fardu ... 56
1. Nahdlatul Ulama ... 56 2. Persatuan Islam ... 59
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 62 B. Saran ... 63 C. Daftar Pustaka ... 64 D. Lampiran ... 671
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat manusia telah diajarkan banyak hal tentang kehidupan di muka bumi yaitu untuk patuh kepada Allah Swt. Salah satu bentuk kepatuhan kepada Allah Swt adalah dengan selalu mengingat-Nya. Mengingat kepada Allah Swt bisa dengan berzikir setelah salat baik salat fardu maupun salat sunah. Namun, di masyarakat telah terjadi problematika baru yaitu perdebatan tentang berzikir boleh dengan mengeraskan suara setelah mengucapkan salam di akhir salat fardu yang dipimpin oleh imam, sedangkan ada pendapat lain yang menyatakan bahwa lebih baik zikir memelankan suara. Dalam hal tersebut yang menganjurkan mengeraskan dan sebaliknya memelankan suara, masing-masing dari mereka mempunyai dalil dan dasar hukum yang terbilang kuat dan bahkan dijadikan hujah oleh mereka. Sumber yang mereka ambil, tidak dan bukan sebuah dalil yang palsu bahkan mengambil sumber yang sangat kredibel keasliannya dengan mengutip langsung kepada Al-Quran dan Hadis yang menjadi pedoman utama umat Islam.
Umat Islam diperintahkan untuk selalu mengingat Allah agar terjaga dari perbuatan dosa sebagaimana yang tertera dan sudah di nash dalam Al-Quran dan Hadis yaitu salah satu bentuknya dengan berzikir. Kata terebut mengakar pada Bahasa Arab dzakara berarti mengingat1.
Berzikir dilakukan secara lisan maupun hati dalam situasi dan kondisi
1Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap,
apapun dengan menyendiri ataupun berjamaah. Sebagaimana firman Allah Swt,
اًْیِْثَك اًرْكِذ َٰۤللّا اوُرُكْذا اوُنَمۤا َنْیِذَّلا اَهُّ یَ
ا
ۤیٰ
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah dengan menyebut nama Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab: 41)2
Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah Swt memerintahkan umat Islam untuk selalu mengingat kepada-Nya dalam bentuk bacaan yaitu kalimat tahlil (Laailaahaillallah), tahmid (Alhamdulilah), tasbih (Subhanallah), takbir (Allahuakbar), dan bacaan lainnya yang mendekatkan diri kepada-Nya. Zikir pagi dan petang, setelah salat fardu maupun salat sunah dan sebab akibat terjadi sesuatu yang akhirnya akan terbiasa untuk mengingat kepada Allah Swt. Demikian pula hendaknya seseorang membiasakan hal itu dalam setiap waktunya, dan dalam semua keadaan, karena zikir merupakan ungkapan yang diamalkan dengan terus-menerus dan berulang kali dengan menyebut nama-nama Allah Swt, mengajaknya mencintai dan mengenal-Nya, membantu kepada kebaikan dan menjaga lisan dari ucapan yang buruk. Sebagaimana firman Allah Swt,
ُرُكْذاَف
ِنْوُرُفْكَت َلَ َو ْیِل اْوُرُكْشا َو ْمُكْرُكْذَا اْیِنْو
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152)3
Ayat di atas menjelaskan, bahwa Allah Swt memerintahkan manusia untuk selalu mengingat-Nya. Dalam hal ini Al-Quran memberi petunjuk bahwa zikir bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan
2 QS. Al-Ahzab (33): 41 3 QS. Al-Baqarah (2): 152
dengan bacaan-bacaan lidah sambil duduk merenung. Tetapi, zikir adalah perpaduan berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Al-Quran menjelaskan zikir berarti membangkitkan daya ingatan, ingat akan hukum-hukum Allah Swt, mengambil pelajaran dan peringatan, serta juga meneliti proses alam. Zikir dilaksanakan oleh semua umat Islam. Tidak terkecuali di Indonesia, khususnya bagi organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Hal yang berkaitan antara kedua organisasi masyarakat Islam baik Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam mempunyai dalil masing-masing untuk menguatkan atas argumennya dengan dasar pengamalan zikir setelah salat fardu yang secara pelaksanaanya menganjurkan dibaca keras atau dipelankan. Sebagaimana firman Allah Swt,
ْخَأ :َلاَق ٍجْیَرُج ُنْبا َنَََبَْخَأ :َلاَق ِقاَّزَّرلا ُدْبَع اَنَ ثَّدَح :َلاَق ٍرْصَن ُنْب ُقاَحْسِإ اَنَ ثَّدَح
وورَْْع ْ ََِِبَ
َنْبا َّنَأ ُهََبَْخَأ ٍساَّبَع ِنْبا َلَْوَم ٍدَبْعَم َبََأ َّنَأ
ْ نَع ُالله َيِضَر ٍساَّبَع
ِِ ْوَّصلا ََْفَر َّنَأ :ُهََبَْخَأ اَُْه
َّبَع ُنْبا َلاَقَو . ِِٰبَّنلا ِدْهَع ىَلَع َناَك ِةَبوُتْكَْْلا َنِم ُساَّنلا ُفِرَصْنَ ی َينِح ِرْكِٰذلِبَ
ُمَلْعَأ ُتْنُك ٍسا
ُهُتْعَِسَ اَذِإ َكِلَذِب اوُفَرَصْنا اَذِإ
Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi Saw bersabda, Mengeraskan suara pada zikir setelah salat wajib ada di masa Nabi Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku mengetahui bahwa salat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika aku mendengarnya”. (HR. Bukhari)4
Mengeraskan suara bagi warga Nahdlatul Ulama melainkan tergantung pada situasi dan kondisi, jika dalam kondisi ingin mengajarkan, membimbing dan menambah kekhusyukkan, maka mengeraskan suara
zikir itu hukumnya sunah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sebagaimana kita melihat, bahwa di masjid-masjid dimana warga Nahdlatul Ulama pada setiap kali sesudah salat biasa melaksanakan zikir berjamaah dengan suara keras, yang dipimpin oleh imam salat. Kemudian dilanjutkan dengan doa yang dipimpin imam dan diamini oleh makmum. Bukan hanya zikir setelah salat, NU juga mempunyai tradisi melakukan puji-pujian seperti selawat, syair dan lain-lain, yang dilantunkan sebelum salat berjamaah.
Dikalangan NU juga biasa digelar zikir akbar, yakni sebuah acara yang intinya adalah doa dan zikir bersama dalam sebuah majelis zikir tersebut biasanya dilakukan dilapangan, masjid, atau tempat-tempat lain dengan mengeraskan suara. Sementara di masjid-masjid dimana warga Persatuan Islam tidak ada zikir berjamaah yang dipimpin oleh imam setelah salat dan tidak juga melakukan zikir atau doa bersama sebagaimana yang dilakukan NU.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang dalil yang mereka gunakan untuk menjadi dasar pengamalan zikir setelah salat fardu sehingga dapat diketahui dasar hukum dan sebab-sebab pendapat diantara organisasi masyarakat Islam baik Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam dalam memutuskan hukum zikir setelah salat fardu dalam praktiknya, yang selanjutnya akan penulis bahas dalam suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)”.
B. Permasalahan 1. Idenfikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil data-data yang di dapatkan, maka identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
a. Faktor internal maupun eksternal yang menjadikan individu mengalami disorientasi seperti gamang dan gelisah.
b. Pandangan manusia yang berujung pada positivistik sering menghantui mereka sehingga cenderung pendapatnya yang paling benar.
c. Zaman modern yang dengan masifnya teknologi menjadi kambing hitam atas buruknya tingkah laku manusia sebab minimnya kesadaran dan potensial dalam jiwanya hanya menjadi pra-wacana, dalam arti tidak ada transfigurasi mendalam soal kejiwaan terkait kebutuhan spiritualnya.
d. Hadis sebagai pemantik penjelas dalam tahap praktik adalah nihil, sehingga hadislah yang seharusnya mengkritik sikap individu-individu, khususnya dalam kehidupan.
e. Sebuah tolak ukur untuk menentukan apa, mengapa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana seseorang itu menerapkan perilaku Nabi Saw atau tidaknya karena dengan begitu akan terlihat yang benar-benar menjalankan perintah-Nya dengan menaati apa yang telah diutus-Nya dan sesuai apa yang disebut Living Hadis.
2. Pembatasan Masalah
Pandangan atau persepsi individu itu berbeda sudah biasa namun bagaimana jika berasal dari sebuah organisasi masyarakat Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) yang memang timbul pro-kontra antara keduanya menjadikan penelitian begitu menarik untuk dikaji lebih lanjut dan terkadang keduanya memilih jalannya
masing-masing dengan memiliki acuan dan rujukannya tersendiri yang membuat keduanya berbeda, tetapi dengan begitu keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu kepada rahmat Ilahi yaitu Allah Swt.
Penulis akan membatasi permasalahan dalam penelitian dengan topik terkait penggunaan dan praktik hadis dari kedua organisasi tentang zikir setelah salat fardu. Serta melihat dari segi kualitas. Tanpa menjelaskan Takhrijnya secara rinci dan mendetail. Temuan tentang hadis zikir setelah salat fardu tersebar di karya ilmiah, buku, media sosial dan lain sebagainya, namun menggunakan hadis yang serupa bahkan mirip tanpa menampilkan hadis yang lain untuk menjadi pendukung, pembanding atau bahkan bertolak belakang dengan hadis tersebut.
Dari sini penulis menemukan sebagian hadis yang belum terungkap dan akhirnya membuat dugaan yang kuat agar penerapan zikir setelah salat fardu itu dapat dilaksanakan bagi organisasi masyarakat Islam yaitu Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam terlebih bagi masyarakat umum. Dan sejauh ini penulis akan membatasi pencarian dengan delapan kitab utama hadis yaitu Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Musnad Imam Ahmad dan Muwatha Imam Malik.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penulis mencoba mengambil beberapa rumusan masalah yang menjadi kajian dalam karya ilmiah ini. Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana praktik warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam dalam zikir setelah salat fardu di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan?
2. Apa dasar hadis zikir setelah salat fardu yang dijadikan hujah oleh warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan karya ilmiah tentu tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai, sehingga dapat bermanfaat bagi penulis itu sendiri maupun bagi para pembaca. Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah berikut:
1. Untuk mengetahui penggunaan dan praktik warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam mengenai zikir setelah salat fardu di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui mengapa terjadi perbedaan dan apa dasar hadis zikir setelah salat fardu yang dijadikan hujah oleh Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangsih dan informasi terhadap masyarakat luas. Secara Teoritis yaitu penelitian ini dapat memperkaya bahan pustaka diskursus living hadis, sehingga diharapkan bisa berguna terutama bagi yang memfokuskan pada kajian sosio-kultural-masyarakat Muslim Indonesia pada umumnya dalam bentuk perilaku zikir setelah salat fardu dan lebih khusus menurut warga Nahdlatul Ulama dan jamaah Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Secara Praktis yaitu Pertama, bagi lembaga ataupun komunitas zikir sebagai masukan dan mengambil kebijakan terhadap nilai-nilai pengamalan zikir setelah salat fardu. Kedua, bagi peneliti untuk mengungkap pengamalan zikir setelah salat fardu di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini bisa
dijadikan bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang berhubungan dengan pengamalan zikir setelah salat fardu. Keempat, bagi pembaca. Penelitian ini berguna untuk memberikan pemahaman kepada pembaca bagaimana pengamalan zikir setelah salat fardu.
D. Tinjauan Pustaka
Menurut penulis sampai saat ini belum ada yang melakukan penelitian yang membahas terkait berapa banyak hadis yang menjadi landasan dua aliran kelompok ini. Tetapi ada beberapa referensi karya ilmiah, buku-buku dan jurnal terdahulu melakukan penelitian tentang zikir dari pendekatan yang berbeda seperti:
Skripsi dengan judul “Hukum Zikir secara Jihar Menurut Muhammadiyah Dan Nahdlatul Ulama” karya Tuti Maya Sari tahun 2016. Fokus pada hukum zikir secara keras menurut Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Pembedanya menampilkan beberapa hadis zikir setelah salat fardu dan penggunaan serta praktik menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis-hadis Zikir dalam kitab Al-Qaul As-Sadiq” karya Ashar tahun 2010. Fokus pada hadis-hadis zikir secara umum. Pembedanya hanya menampilkan hadis zikir setelah salat fardu dalam cakupan Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Hadis Nabi tentang Larangan Berzikir dengan Suara Keras” karya Shofwatul Mala tahun 2004. Fokus pada hadis melarang berzikir dengan suara keras. Pembedanya menampilkan hadis boleh berzikir dengan suara keras dan pelan.
Skripsi dengan judul “Resepsi Hadis tentang Zikir Setelah Salat Maktubah Jamaah Syahadatain Di Desa Banteng Mati Kecamatan Mijen
Demak” karya Silma Ariyani tahun 2019. Fokus pada zikir setelah salat fardu versi Jamaah Syahadatain. Pembedanya menampilkan hadis zikir setelah salat fardu menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS).
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani (Telaah Atas Kitab Sirr Al-Asrar)” karya Mukhamad Ma’ruf tahun 2009. Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun dengan konsep tasawufnya Syeikh Abd Qadir. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Menurut Syaikh Abdus-Shamad Al-Palimbani dalam Kitab Hidayatussalikin” karya Intan Permata tahun 2018. Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd Shamad. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Konsep Zikir Abdul Rauf Singkel dalam Kitab Tanbih Al-Masyi” karya Susi Ambarwati tahun 2018. Fokus pada zikir di suatu kondisi apapun perspektif Abd Rauf. Pembedanya menampilkan penggunaan dan praktik zikir setelah salat fardu boleh dikeraskan dan dipelankan.
Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Tuntas dalam Meningkatkan Kemampuan Melakukan Zikir Setelah Salat Siswa kelas IV SDN 010 Delima Jaya Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan” karya Umi Salamah tahun 2009. Fokus pada praktik zikir dalam cakupan pembelajaran anak remaja. Pembedanya menampilkan praktik zikir setelah salat fardu dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Hubungan Pemahaman Materi Fikih Zikir dan Doa Setelah Salat dengan Sikap Optimis Siswa Di Madrasah
Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru” karya Rika Anisa tahun 2019. Fokus pada zikir dan doa dalam cakupan materi fikih. Pembedanya menampilkan penggunaan hadis zikir setelah salat fardu dalam masyarakat tertentu.
Skripsi dengan judul “Metode Pemahaman Hadis Dewan Hisbah Persatuan Islam (PERSIS) (Kajian Terhadap Keputusan Sidang Dewan Hisbah PERSIS Ke-IV Tahun 2002)” karya Siti Shobriyah Hawasy tahun 2005. Fokus pada satu organisasi Islam dalam mengambil keputusan bersama. Pembedanya menampilkan dua keputusan kemaslahatan bersama dalam organisasi Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Pernikahan Tanpa Wali (Studi Komparatif Putusan Dewan Hisbah Persatuan Islam Bandung dan Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama Malang)” karya Usman Adhim tahun 2013. Fokus pada satu organisasi Islam dalam mengambil keputusan bersama. Pembedanya menampilkan dua keputusan kemaslahatan bersama dalam organisasi Islam yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) dengan studi kasus yang berbeda.
Skripsi dengan judul “Konflik dan Integrasi: Analisis terhadap Pemahaman Keagamaan Kelompok Persatuan Islam (PERSIS) dan Nahdlatul Ulama (NU) (Studi kasus masyarakat Kelurahan Mekarsari, Depok Jawa Barat)” karya Muhammad Ayub tahun 2011. Fokus pada kasus pemecahan masalah secara bersama. Pembedanya menampilkan dengan studi kasus yang berbeda yaitu zikir setelah salat fardu.
Tesis dengan judul “Konsep Syaikh Abdurrauf As-Singkili Tentang Tauhid dan Zikir dalam Kitab ‘Umdatul-Muhtajin Ila Suluki Maslakil Mufarriddin” karya Sulaiman tahun 2010. Fokus pada zikir di suatu kondisi
apapun perspektif Abd Rauf dalam suatu kitab khusus. Pembedanya hanya menampilkan hadis zikir setelah salat fardu serta praktiknya.
Tesis dengan judul “Pengaruh Mazhab Terhadap Syarah Hadis dan Perkembangan Literaturnya Di Indonesia” karya Farah Nuril Izza tahun 2009. Fokus pada akulturasi pemahaman-pemahaman mazhab yang dianut oleh bebrapa golongan. Pembedanya menampilkan dua organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS) yang berbeda dalam pengambilan aliran mazhab.
Buku dengan judul “Amaliyah Nahdlatul Ulama dan Dalilnya” karya KH. Abdul Manan Abdul Ghani tahun 2011. Fokus pada keutamaan mengeraskan suara di saat zikir. Pembedanya menampilkan hadis yang harus dibaca pelan pada saat berzikir setelah salat fardu.
Disamping karya-karya tersebut disadari juga bahwa masih banyak penelitian yang membahas mengenai kegiatan zikir pada umumnya. Meskipun demikian penelitian ini akan menekankan pada seberapa banyak hadis yang membahas secara khusus dan kualitasnya terkait zikir setelah salat fardu bahkan kemudian menjadi hujah bagi organisasi masyarakat Islam Nahdlatul Ulama dan Persatuan Islam di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan.
Penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 dibuat oleh tim penyusun dari LPM (Lembaga Penjamin Mutu) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penulisan karya ilmiah diperlukan data-data yang lengkap dan objektif serta mempunyai metode dan cara tertentu sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Langkah yang hendak ditempuh adalah sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Kualitatif dengan model living hadis. Pada studi living hadis peneliti mencoba menggambarkan penelitian didalam keseluruhan tingkah laku yang dilakukan, yakni mulai dari riwayat timbulnya tingkah laku, tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang melingkunginya. Salah satu tujuan dilakukannya penelitian dengan living hadis adalah untuk memotret persepsi masyarakat terhadap hadis-hadis yang di implementasikan di tengah-tengah masyarakat Islam.
2. Lokasi Penelitian
Peneliti memilih lokasi penelitian ini di suatu masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Tepatnya di setiap Masjid kecamatan Pancoran yang memang mengamalkan dan tidaknya zikir setelah salat fardu.
3. Sumber Data
Sumber data yang akan dijadikan rujukan yaitu data primer dan sekunder. Sebagai berikut:
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh dengan populasi 57 masjid yang kemudian dengan sampel 39 masjid yang diteliti.
Lalu dikumpulkan langsung dari informan yang terdiri dari lima jamaah dari lima belas jamaah masyarakat Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan berbagai kalangan muda sampai tua.
Sumber data sekunder yaitu sumber data sekunder untuk penelitian ini diambil dari buku penunjang seperti karya ilmiah, buku-buku, software, maupun Internet dan data hasil observasi yang berkaitan dengan fokus penelitian. Semua data tersebut diharapkan memberikan deskripsi tentang pelaksanaan zikir setelah salat fardu. Penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel atau pemilihan
subjek penelitian atau sumber data dengan pertimbangan tertentu.
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: Metode Kajian Lapangan yaitu data yang diambil dengan cara mengikuti atau observasi langsung pada lokasi yang menjadi sasaran penelitian. Dalam mengumpulkan data ada beberapa metode yang digunakan untuk menggali data antara lain:
Metode Observasi, penulis menggunakan sistem observasi partisipan, yaitu pengamatan yang dilakukan dengan cara melibatkan peneliti secara langsung di dalam praktik zikir setelah salat fardu. Akan tetapi metode ini penulis gunakan sebagai metode sekunder atau pelengkap saja, yang fungsinya untuk memeperkuat serta menguji kebenaran data yang telah di peroleh dari hasil wawancara. Dengan metode ini penulis berharap untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dari seluk-beluk tentang zikir setelah salat fardu dan dapat merasakan langsung baik penggunaan dan praktik.
Metode dokumentasi adalah metode data mengenai variabel berupa catatan, buku panduan, serta buku-buku lain yang berkaitan.
Metode Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung pada responden untuk mendapatkan informasi.
Metode Analisis Data, analisis data dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan living hadis, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat studi kepustakaan, peneliti akan meneliti buku-buku yang ada kaitannya. Kemudian Langkah selanjutnya mereduksi data dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting, menyajikan data dengan menampilkan hasil yang diperoleh dan terakhir dengan verifiksi data dengan berkesimpulan awal yang sewaktu-waktu bisa berubah.
F. Sistematika Pembahasan
Laporan ini ditulis untuk melaporkan hasil penelitian kami yang berjudul “Penggunaan dan Praktik Hadis Zikir setelah Salat Fardu warga Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Islam (PERSIS)”. Laporan hasil penelitian ini terdiri dari Bab I sampai Bab V yang masing-masing Bab akan memperinci semua hal terkait penelitian.
Bab I yaitu Pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjaun pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II membahas tentang Zikir setelah Salat Fardu yang menjelaskan secara umum tentang Pengertian Zikir, Tinjauan Sejarah Zikir, Macam-macam Zikir, Kumpulan Fatwa Ulama seputar Zikir dan Bacaan-bacaan Zikir juga Keutamaannya.
Bab III berisi tentang penyajian data yang di dalamnya bagaimana organisasi masyarakat Islam NU dan PERSIS di Kecamatan Pancoran
demografi dan melihat bagaimana terlibatnya organisasi masyarakat Islam NU dan PERSIS dalam daerah tersebut.
Bab IV memaparkan tentang hasil dan pembahasan penelitian dengan melihat Praktik Zikir setelah Salat Fardu bagi warga NU dan
jamaah PERSIS di Pancoran Jakarta Selatan. Pembahasan Hasil Penelitian.
Dalam bab ini berisi tentang paparan data yang diperoleh dari lapangan. Bab V yaitu Penutup yang berisikan tentang simpulan dan saran. Pada simpulan akan memaparkan inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Sedangkan pada saran berisi penjelasan kepada pembaca untuk ikut menyempurnakan penelitian ini dengan memberikan kritik dan masukan yang membangun.
16
BAB II
ZIKIR SETELAH SALAT FARDU
A. Pengertian Zikir
Zikir dilihat dari segi bahasa yaitu mengingat, sedangkan zikir secara istilah itu membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah.1 Zikir secara etimologi berasal dari kata dzakara berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat. Oleh karena itu zikir berarti mensucikan dan mengagungkan, juga dapat diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan.2
Ibadah hati dan lisan yang tidak mengenal batasan waktu itu definisi zikir. Bahkan Allah Swt menyifati mereka-mereka yang senantiasa mengingat kepada-Nya, baik dalam keadaan berdiri, duduk bahkan juga berbaring. Oleh karenanya zikir bukan hanya ibadah yang bersifat lisaniyah, namun juga qalbiyah. Lebih utama dilakukan bersamaan di lisan dan di hati. jika harus salah satunya, maka zikir di hati lebih utama menurut Imam Nawawi. Penyebutan Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah apabila meninjau lebih dalam lagi pada hal zikir, sedangkan secara Ilmu Tasawuf, zikir itu digolongkan menjadi sebuah aliran atau mazhab. Mazhab pada tasawuf yang dimaksud itu mazhab untuk mencapai ma’rifatullah atau puncak teratas dengan pendekatan melalui zikir.
1 Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa: Terapi Prilaku Lahir & Batin
Dalam Perspektif Tasawuf (Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008), 244
B. Tinjauan Sejarah Zikir
Orang yang sedang berzikir itu hakikatnya orang yang sedang berhubungan dengan Allah. Senantiasa seseorang yang mengajak orang lain untuk kembali kepada Allah akan memerlukan dan melakukan zikir yang lebih dari seorang muslim biasa. Alasan mendasarnya karena ia ingin menghidupkan hati mereka kembali yang mati akibat berbuat maksiat, ia tidak akan mampu melakukan menghidupkan hati orang lain sebelum hatinya sendiri yang terlebih dahulu dihidupkanya dengan sarana zikir.
1. Al-Quran
Sebanyak 267 kali telah disebut di dalam Al-Quran tentang zikir sendiri dengan berbagai bentuk kata. Dengan makna mengingat akan Allah dalam artian menghadirkan dalam hati. Sebagaimana firman Allah Swt,
ْيِنَّنِا
ْييِريكِذِلَْةوهلَّصلاِْمِقَاَوْي ِنِيدُبيعاَفَْنََاْ َّلَِاَْههلِاْ َلَُْهٰللّاَْنََا
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku (QS. Taha: 14).3
Zikir dalam ayat lain telah disebutkan bahwa orang-orang yang mengingatnya akan mendapatkan ketenangan dalam hatinya seperti.Sebagaimana firman Allah Swt,
َْميطَتَوْايوُ نَمهاَْنييِذَّلا
ْيوُلُقيلاُّْنِٕىَميطَتِْهٰللّاِْريكِذِبْ َلََاِْهٰللّاِْريكِذِبْيمُُبُيوُلُ قُّْنِٕى
ُْب
Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenang dengan mengingat Allah. Ingatlah. hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’d: 28)4
3 QS. Taha (20): 14 4 QS. Ar-Ra’d (13): 28
Perintah mengingatnya yaitu berzikir dalam ayat lain yang membuat makhluknya agar berserah diri dan selalu mengingatnya. Sebagaimana firman Allah Swt,
ُْمُتي يَضَقْاَذِإَف
َْةوهلَّصلا
ْ
ْاوُرُكيذاَف
َْهٰللّا
ْ
َْذِإَفْيمُكِبوُنُجْهىَلَعَوْاًدوُعُ قَوْاًماَيِق
ْاوُميِقََْفْيمُتي نَ نيَْميْاْا
َْةوهلَّصلا
ْ
َّْنِإ
ْ
َْةوهلَّصلا
ْ
ًْتوُقيوَمًْبًاَتِكَْينِنِميؤُميلاْىَلَعْيتَناَك
Maka apabila kamu telah menyelesaikan salatmu, ingatlah Allah diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu. Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa’: 103)5
2. Hadis
Kumpulan Hadis Nabi dari beberapanya merupakan ada yang berisi perintah mengenai pembahasan ibadah zikir ini. Sebagaimana sabda Nabi Saw,
ِْدييَ بُعِْنيبَْليِعَيسِْإْينَعِْٰيِعاَزيوَيلْاْينَعْ ٍبَعيصُمُْنيبُْدَّمَُمُْاَنَ ثَّدَحٍْريكَبْوُبَأْاَنَ ثَّدَح
ْا
ْهٰللّ
ْ
ْ ِٰمُأْينَع
ْىَّلَصِِْٰبَّنلاْينَعَْةَري يَرُهْ ِبَِأْينَعِْءاَديرَّدلا
ا
ْهٰللّ
ْ
ِْإْ َلاَقَْمَّلَسَوِْهييَلَع
َّْن
ا
ْهٰللّ
ْ
َْعَمَْنََأْ ُلوُقَ يَّْلَجَوَّْزَع
ُْهاَتَفَشْ ِبِْ يتَكَّرََتََوْ ِنَِرَكَذَْوُهْاَذِإْيِديبَع
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt berfirman “Aku akan menyertai hamba-Ku ketika berzikir kepada-Ku dan ketika bibirnya menyebut nama-Ku”. (HR. Ibnu Majah)6
Pada hadis lain Nabi Saw bersabda,
5 QS. An-Nisa (4): 103
َْ ثَّدَحْ َلاَقْ ِبَِأْ ِنَثَّدَحَْلاَقْ ِثِراَويلاِْديبَعِْنيبِْدَمَّصلاِْديبَعُْنيبْ ِثِراَويلاُْديبَعْاَنَ ثَّدَح
ُْنيبُْدَّمَُمُْاَن
َْيِضَرْ ٍكِلاَمِْنيبْ ِسَنَأْينَعْ ِبَِأْ ِنَثَّدَحُِّْنِاَنُ بيلاْ ٍتِبَثَ
ا
ْهٰللّ
َْْع
ْ َلوُسَرَّْنَأُْهين
ا
ْهٰللّ
ْ
ْىَّلَص
ا
ْهٰللّ
ْ
ِْهييَلَع
ْ
ِْٰذلاُْقَلِحَْلاَقِْةَّنَيلْاُْضَيَِرْاَمَوْاوُلاَقْاوُعَ تيراَفِْةَّنَيلْاِْضَيَِرِبْيُتُيرَرَمْاَذِإَْلاَقَْمَّلَسَو
ريك
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila kalian melewati Taman Surga, maka perbanyaklah zikir!" Aku katakan; Apakah Taman Surga itu wahai Nabi? Beliau mengatakan: "Kelompok-kelompok zikir" (HR. Tirmidzi)7
Nabi Saw di kesempatan lain bersabda tentang apa keutamaan orang yang melakukan zikir secara bersama-sama,
َْنَ ثَّدَحْ َلَاَقْ ٍبييَرُكْ ِبَِِلُْْظيفَّللاَوْ ٍبييَرُكْوُبَأَوَْةَبي يَشْ ِبَِأُْنيبِْريكَبْوُبَأْاَنَ ثَّدَح
ْينَعَْةَيِواَعُمْوُبَأْا
ُْلوُسَرَْلاَقَْلاَقَْةَري يَرُهْ ِبَِأْينَعٍْحِلاَصْ ِبَِأْينَعِْشَميعَيلْا
ا
ْهٰللّ
ْ
َّْلَص
ْى
ا
ْهٰللّ
ْ
ْ ُلوُقَ يَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ا
ْهٰللّ
ْ
َْكَذِْه ِسيفَ نْ ِفِْ ِنَِرَكَذْينِإَفْ ِنُِرُكيذَيَْينِحُْهَعَمَْنََأَوْيِديبَعِْٰنَظَْدينِعَْنََأَّْلَجَوَّْزَع
ْي ِسيفَ نْ ِفُِْهُتير
ِْإْ ُتيبَّرَقَ تْاًيبِْشََّْلَِإْ َبََتَيقاْينِإَوُْهينِمٍْييَْخٍَْلََمْ ِفُِْهُتيرَكَذٍَْلََمْ ِفِْ ِنَِرَكَذْينِإَو
اًعاَرِذِْهييَل
ْ
ْينِإَو
ًْةَلَويرَهُْهُتي يَ تَأْيِشيَيَْ ِنَِتَأْينِإَوْاًعَبًِْهييَلِإُْتيبََتَيقاْاًعاَرِذََّْلَِإَْبََتَيقا
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman; “Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia
mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Muslim)8
Hadis tersebut menyatakan bolehnya zikir yang dilakukan secara bersama-sama atau dengan berjamaah. Hadis Nabi menyebutkan bahwa orang-orang yang berzikir akan dapat memperbaiki amal dan meninggikan derajat.
ِْديبَعْينَعْىَسوُمُْنيبُْليضَفيلاْاَنَ ثَّدَحْ ٍثييَرُحُْنيبُْيينَسُيلْاْاَنَ ثَّدَح
ا
ْهٰللّ
ْ
ْ ِبَِأُْنيباَْوُهٍْديِعَسِْنيب
َّْيِريَبَْ ِبَِأْينَعٍْشاَّيَعِْنيباْ َلَيوَمٍْدَيَِزْينَعٍْدينِه
َْرِْءاَديرَّدلاْ ِبَِأْينَعَْة
َْيِض
ا
ْهٰللّ
ْ
ُِّْبَّنلاْ َلاَقْ َلاَقُْهينَع
ْىَّلَص
ا
ْهٰللّ
ْ
َْوْيمُكِكيِلَمَْدينِعْاَهاَكيزَأَوْيمُكِلاَميعَأِْييَِْبِْيمُكُئِٰبَ نُأْ َلََأَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ْيمُكِتاَجَرَدْ ِفِْاََِعَفيرَأ
َْوْ ِبَهَّذلاْ ِقاَفي نِإْينِمْيمُكَلٌْييَْخَو
َْ فْ يمُكَّوُدَعْايوَقيلَ تْينَأْينِمْيمُكَلٌْييَْخَوْ ِقِرَويلا
ْيمََُ قاَنيعَأْاوُبِريضَت
ُْريكِذَْلاَقْىَلَ بْاوُلاَقْيمُكَقاَنيعَأْاوُبِريضَيَو
ا
ْهٰللّ
ْ
ْ َلَاَعَ ت
Dari Abu Darda ra bahwa Nabi Saw bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian mengenai amalan kalian yang terbaik, dan yang paling suci di sisi Raja (Allah) kalian, paling tinggi derajatnya, serta lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggel leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?" Mereka berkata; Ya. Beliau berkata: "Berzikir kepada Allah" (HR. Tirmidzi)9
8 Abu Abdullah, Sahih Al-Bukhari, (Riyadh: Darus Salam, 1997), IX, 301 9 Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, VI, 106
Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah digambarkan seperti orang yang hidup, sementara orang yang tidak berzikir kepada Allah sebagai orang yang mati.
ِْديبَعِْنيبِْدييَرُ بْينَعْ،َةَماَسُأْوُبَأْاَنَ ثَّدَحْ:ِْءَلاَعلاُْنيبُْدَّمَُمُْاَنَ ثَّدَح
ا
ْهٰللّ
ْوُمْ ِبِأْينَعَْةَديرُ بْ ِبِأْينَعْ،
َْيِضَرْىَس
ا
ْهٰللّ
ْ
َْيْيِذَّلاُْلَثَمْ:َْلاَقْ،َمَّلَسَوِْهييَلَعُْاللهْىَّلَصِِْٰبَّنلاْ:َْلاَقُْهينَع
َْلَْيِذَّلاَوُْهَّبَرُْرُكيذ
ِْتِٰيَلماَوِْٰيَلْاُْلَثَمُْهُرُكيذَي
Dari Abu Musa ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Perumpamaan orang yang berzikir kepada Allah dan yang tidak bagaikan orang yang hidup dan orang yang mati” (HR. Bukhari)10Sebagaimana dalam waktu-waktu tertentu seperti pagi dan sore sudah tentu bahwa zikir dapat dilakukan kapan saja. Berzikir sebanyak-banyaknya sudah dianjurkan, tidak ada batasan waktu untuk berzikir.
ْيعُشْاَنَ ثَّدَحٍْرَفيعَجُْنيبُْدَّمَُمُْاَنَ ثَّدَحْ َلَاَقٍْراَّشَبُْنيباَوْ َّنََّثُميلاُْنيبُْدَّمَُمُْاَنَ ثَّدَح
َْبًَأْ ُتيعَِسُْْةَب
يِعَسْ ِبَِأَوَْةَري يَرُهْ ِبَِأْىَلَعُْدََيشَأْ َلاَقُْهَّنَأٍْمِليسُمْ ِبَِأِْٰرَغَيلْاْينَعْ ُثِٰدَُيَُْقَحيسِإ
ِْٰيِريدُيلْاٍْد
ْ
ْىَّلَصِِْٰبَّنلاْىَلَعْاَدََِشْاَمَُّنََّأ
ا
ْهٰللّ
ْ
ُْدُعيقَ يْ َلَْ َلاَقُْهَّنَأَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ْ
َْنوُرُكيذَيٌْميوَ ق
ا
ْهٰللّ
ْ
َّْلَجَوَّْزَع
َُّْللّاْيمُهَرَكَذَوُْةَنيِكَّسلاْيمَِييَلَعْيتَلَزَ نَوُْةَيحَّْرلاْيمَُي تَ يِشَغَوُْةَكِئ َلاَميلاْيمَُي تَّفَحْ َّلَِإ
ُْهَدينِعْينَميِفْ
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum yang duduk berkumpul untuk mengingat Allah, kecuali dinaungi oleh para Malaikat, dilimpahkan kepada mereka rahmat, akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah Swt akan
menyebut-nyebut mereka di hadapan para makhluk yang ada di sisi-Nya” (HR. Muslim)11
Pengulangan yang ditekankan oleh Allah Swt dengan memerintahkan kepada Nabi Saw, yaitu makhluk yang paling baik mulia untuk memelihara zikirnya, terlebih khusus kepada umatnya. Keutamaan berzikir juga tertera pada sabda Nabi Saw.
ْيبِْريكَبْوُبَأْاَنَ ثَّدَح
ْييَزُرِْنيبِْراَّمَعْينَعَْمَدآُْنيبْ َيَيَيُْاَنَ ثَّدَحَْةَبي يَشْ ِبَِأُْن
ْينَعَْقَحيسِإْ ِبَِأْينَعْ ٍق
ْىَّلَصِِْٰبَّنلاْىَلَعِْهِبِْناَدََيشَيٍْديِعَسْ ِبَِأَوَْةَري يَرُهْ ِبَِأْينَعٍْمِليسُمْ ِبَِأِْٰرَغَيلْا
ا
ْهٰللّ
ْ
َْمَّلَسَوِْهييَلَع
ٌْميوَ قَْسَلَجْاَمَْلاَق
َْنوُرُكيذَيْاًسِليَمَ
ا
ْهٰللّ
ْ
َْ تَوُْةَكِئ َلاَميلاْيمَُي تَّفَحْ َّلَِإِْهيِف
ْ يتَلَّزَ نَ تَوُْةَيحَّْرلاْيمَُي تَّشَغَ
ْيمُهَرَكَذَوُْةَنيِكَّسلاْيمَِييَلَع
ا
ْهٰللّ
ْ
ُْهَدينِعْينَميِف
ْ
Dari Abu Hurairah ra dan Abu Sa'id ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah ada suatu kaum duduk sambil berzikir kepada Allah, kecuali para Malaikat akan mengelilingi mereka, dan akan diselubungi rahmat, akan turun kepada mereka ketenangan, dan Allah akan menyebut-nyebut orang-orang yang ada disisi-Nya” (HR. Ibnu Majah)12
Pembahasan terkait periwayatan hadis lain oleh Imam Al-Tirmidzi yang menjadi penguat bahkan bisa saja dijadikan sebagai pembanding. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
11 Abu Hussain, Sahih Muslim, (Riyadh: Darus Salam, 2007), VII, 74 12 Yazid Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, V, 74
َْأِْنيبْ ِلييََُسْينَعَّْيَِرَكَزُْنيبُْليِعَيسِْإْاَنَ ثَّدَحُْزاَّزَ بيلاِْحاَّبَّصلاُْنيبُْدَّمَُمُْاَنَ ثَّدَح
ِْهيِبَأْينَعْ ٍحِلاَصْ ِبِ
ْىَّلَصَِّْللّاُْلوُسَرَْلاَقَْلاَقَْةَري يَرُهْ ِبَِأْينَع
ا
ْهٰللّ
ْ
ْينِمْاَمَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ِْليَمَْينِمَْنوُموُقَ يٍْميوَ قْ
ْ َلَْ ٍس
َْنوُرُكيذَي
ا
ْهٰللّ
ْ
ًْةَريسَحْيمَُلََْناَكَوٍْراَِحِْْةَفيِجِْليثِمْينَعْاوُماَقْ َّلَِإِْهيِف
ْ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum bangkit dari tempat duduknya, dan mereka tidak menyebut nama Allah dalam majlis tersebut, melainkan mereka seperti bangun dari tempat yang semisal dengan Bangkai Keledai, dan kelak akan menjadi penyesalan baginya di Akhirat” (HR. Abu dawud)13
Peringatan tegas juga sudah tertera pada hadis Nabi bagi orang-orang yang melalaikan zikir untuk mengingat-Nya.
َْعِْٰيُِبْيقَميلاٍْديِعَسْينَعَْن َلايجَعِْنيباْينَعُْثييَّللاْاَنَ ثَّدَحٍْديِعَسُْنيبُْةَبي يَ تُ قْاَنَ ثَّدَح
َْةَري يَرُهْ ِبَِأْين
ْ ِلوُسَرْينَع
ا
ْهٰللّ
ْ
ْىَّلَص
ا
ْهٰللّ
ْ
ْيرُكيذَيْيَلَْاًدَعيقَمَْدَعَ قْينَمَْلاَقُْهَّنَأَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ْا
ْهٰللّ
ْيِف
ِْهييَلَعْ يتَناَكِْه
ْينِم
ا
ْهٰللّ
ْ
ُْرُكيذَيْ َلَْاًعَجيضَمَْعَجَطيضاْينَمَوٌْةَرِت
ا
ْهٰللّ
ْ
ِْهييَلَعْيتَناَكِْهيِف
ْ
ْينِم
ا
ْهٰللّ
ْ
ٌْةَرِتْ
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Barangsiapa yang duduk pada suatu tempat, lalu tidak menyebut nama Allah di dalamnya, maka di sisi Allah itu akan menjadi kerugian baginya. Dan barangsiapa berbaring lalu ia tidak menyebut nama Allah, maka itu akan menjadi kerugian baginya di sisi Allah” (HR. Abu Dawud)14
13 Sulaiman bin Ash’ath, Sunan Abu Dawud, (Riyadh: Darus Salam, 2008), V,
292
Telah jelas bahwa dikatakan apabila seseorang dalam suatu majlis yang tanpa mengingat Allah yaitu dengan berzikir kepada Allah sekalipun, maka kelak akan merugi di akhirat.
C. Macam-macam Zikir
Apabila melihat bagaimana macam-macam dari zikir itu memang menjadi permasalahan yang belum usai karena banyak pihak yang mengklaim apapun atas kehendaknya sendiri dan tanpa melihat keadaan sekitarnya, mengapa demikian? Ya! Sudah sangat jelas dan terbaca situasinya dengan melihat bahwasannya mereka bertindak semaunya sendiri dan menghakimi secara langsung tanpa melihat prosesnya terlebih dahulu karena mereka beranggapan pendapatnyalah yang paling benar dan mazhabnyalah yang paling benar tanpa menghiraukan yang lainnya. Telah jelas bahwa banyaknya seluruh ketaatan kepada Allah Swt. Hati lisan dan anggota tubuh manusia sebagai mediasi untuk berzikir kepada-Nya, adapun macam-macam zikir banyak ragamnya, bahkan zikir terdiri dari lima macam yaitu:
1. Zikir dengan lisan
Lafaz-lafaz yang diucapkan berisi pujian kepada Allah, dan zikir tersebut berupa tasbih, tahmid dan tahlil. Segala bentuk ibadah secara umum jika niatnya baik dan meengharap ridha Allah pasti balasannya akan mendapat pahala dan surga pada akhirnya terlebih pada ibadah zikir ini yang memfokuskan seseorang pada daya ingatnya pada Sang Pencipta, berbeda jika memiliki tujuan lain yaitu pujian dan sanjungan. Sebagaimana firman Allah Swt:
ْاوُرَكَذْيمََُسُفي نَأْاوُمَلَظْيوَأًْةَشِحاَفْاوُلَعَ فْاَذِإَْنيِذَّلاَو
َْهٰللّا
ْ
ْيغََ تيساَف
َْبوُنُّذلاُْرِفيغََ يْينَمَوْيمِِبُوُنُذِلْاوُرَف
ْ َّلَِإ
ُْهٰللّا
ْ
َْنوُمَليعَ يْيمُهَوْاوُلَعَ فْاَمْهىَلَعْاوُّرِصُيْيَلََو
Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali-Imran: 135)15
Ayat tersebut menjelaskan perbuatan keji ialah dosa besar yang mana dampaknya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina dan riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana dampaknya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil. Akhirnya akan mengerti jika dia melakukan sebuah dosa maka harus memohon ampunan dengan kata lain mengingat kepada Allah untuk meminta ampunan-Nya.
2. Zikir dengan Hati
Hadirnya sifat-sifat Tuhan dalam diri seorang hamba, dan memikirkan seluruh aturan, keutamaan, dan kenikmatan dari-Nya itu juga disebut zikir hati. Hati seseorang yang sedang berzikir dia tidak akan lalai dari segala perintahnya dan selalu akan menjauhi segala larangannya, karena dia menyadari bahwa Allah Swt, Maha melihat lagi Mah mengetahui segala apa saja yang dilakukan oleh hambanya. Seseorang yang senantiasa berzikir dengan kata lain selalu memikirkan aturan-aturan atau hukum-hukum yang dibuat oleh Allah Swt dan telah ditetapkan di alam jagad raya ini. Sebagaimana firman Allah Swt:
َْنوُرُكيذَيَْنيِذَّلا
َْهٰللّا
ْ
َْوْاًماَيِق
ِْقيلَخْ ِفَِْنوُرَّكَفَ تَ يَوْيمِِبُوُنُجْهىَلَعَوْاًدوُعُ ق
ْ
ِْتهوهمَّسلا
ْ
ْاَمْاَنَّ بَرِْضيرَيلْاَو
راَّنلاَْباَذَعْاَنِقَفَْكَناَحيبُسْ ًلاَِْبًْاَذهَهَْتيقَلَخ
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ali-Imran: 191)16
Ayat tersebut menjelaskan zikir dari hati mempunyai dampak positif seperti akrabnya yang semakin besar, Setiap anggota tubuhnya adalah sebuah hati yang mengingat Allah.
3. Zikir dalam Jiwa
َْوِْلاَص يلْاَوِْٰوُدُغَيلِبًْ ِليوَقيلاَْنِمِْريََيلْاَْنوُدَوًْةَفيِخَوْاًعُّرَضَتَْكِسيفَ نْ ِفَِْكَّبَرْيرُكيذاَو
ُْكَتْ َلَ
َْنِمْين
َْينِلِفاَغَيلا
Dan sebutlah Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf: 205)17
Apabila jiwanya selalu ingat kepada Allah maka akan pula di ingat oleh-Nya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
َْنَ ثَّدَحْ َلَاَقْ ٍبييَرُكْ ِبَِِلُْْظيفَّللاَوْ ٍبييَرُكْوُبَأَوَْةَبي يَشْ ِبَِأُْنيبِْريكَبْوُبَأْاَنَ ثَّدَح
ْينَعَْةَيِواَعُمْوُبَأْا
ُْهْ ِبَِأْينَعٍْحِلاَصْ ِبَِأْينَعِْشَميعَيلْا
ُْلوُسَرَْلاَقَْلاَقَْةَري يَر
ا
ْهٰللّ
ْ
َّْلَص
ْى
ا
ْهٰللّ
ْ
ْ ُلوُقَ يَْمَّلَسَوِْهييَلَع
ا
ْهٰللّ
ْ
16 QS. Ali Imran (3): 191 17 QS. Al-A’raf (7): 205َْكَذِْه ِسيفَ نْ ِفِْ ِنَِرَكَذْينِإَفْ ِنُِرُكيذَيَْينِحُْهَعَمَْنََأَوْيِديبَعِْٰنَظَْدينِعَْنََأَّْلَجَوَّْزَع
ْي ِسيفَ نْ ِفُِْهُتير
َْمْ ِفُِْهُتيرَكَذٍَْلََمْ ِفِْ ِنَِرَكَذْينِإَو
َْ تْاًيبِْشََّْلَِإْ َبََتَيقاْينِإَوُْهينِمٍْييَْخٍَْلَ
ْينِإَوْاًعاَرِذِْهييَلِإْ ُتيبَّرَق
ًْةَلَويرَهُْهُتي يَ تَأْيِشيَيَْ ِنَِتَأْينِإَوْاًعَبًِْهييَلِإُْتيبََتَيقاْاًعاَرِذََّْلَِإَْبََتَيقا
Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw bersabda, “Allah Swt berfirman; “Bagi hamba-Ku adalah sebagaimana perasangkanya kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya selama ia berdoa kepada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam sekumpulan orang, maka Aku akan mengingatnya dalam sekumpulan yang lebih baik dan lebih bagus darinya. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal maka Aku akan mendekat kepada-Nya satu hasta, jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu depa, dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari” (HR. Muslim)18
Dalam hadis tersebut betapa seseorang mudah untuk berzikir, bahkan Allah selalu mengingat dalam jiwanya, tatkala ada seorang hamba yang mengingat Allah dalam jiwanya.
4. Zikir dengan Amal
Menjadikan anggota tubuh melaksanakan ketaatan kepada Allah, dan selalu bersyukur apa-apa nikmat yang telah diberikannya kepada kita itu termasuk kategori zikir dalam hal amal. Sebagaimana firman Allah Swt:
َْتَميعِنْاوُرُكيذاُْساَّنلاْاََُّ يَأَْيَ
ِْهٰللّ
ُْييَْغٍْقِلاَخْينِمْيلَهْيمُكييَلَع
ِْهٰللّ
ْ
َّْسلاَْنِمْيمُكُقُزيرَ ي
ْ َلَِْضيرَيلْاَوِْءاَم
َْنوُكَفيؤُ تْهَّنَََّْفَْوُهْ َّلَِإَْههَلِإ
Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi tidak ada Tuhan selain dia, maka mengapakah kamu berpaling dari ketauhidan. (QS. Al-Fatir: 3)19
5. Zikir dengan Salat
َُّْثُْيمُكيِق َلاُمُْهَّنِإَفُْهينِمَْنوُّرِفَتْيِذَّلاَْتيوَميلاَّْنِإْيلُق
ْهَلَِإَْنوُّدَرُ ت
ْْاَِِْيمُكُئِٰبَ نُ يَ فِْةَداَََّشلاَوِْبييَغَيلاِِْلَاَعْ
َْنوُلَميعَ تْيمُتي نُك
-َْيِدوُنْاَذِإْاوُنَمآَْنيِذَّلاْاََُّ يَأَْيَ
ِْةوهلَّصلِل
ْ
َْفِْةَعُمُيلْاِْميوَ يْينِم
ِْريكِذْهَلَِإْايوَعيسا
ا
ِْهٰللّ
ْ
ْينِإْيمُكَلٌْييَْخْيمُكِلهَذَْعييَ بيلاْاوُرَذَو
ْْ
َْنوُمَليعَ تْيمُتي نُك
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada-Nya, yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” - “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”. (QS. Al-Jumu’ah: 8-9)20
Ayat tersebut menjelaskan bagaimana di satu sisi zikir bermakna salat dan di sisi lain bermakna interaksi dengan sesama manusia. Masuk ke mesjid untuk salat berjamaah dan keluar mesjid untuk bekerja dan berusaha sama-sama dihubungkan dengan Allah. Artinya, kedua hal itu dipandang sebagai zikir kepada Allah, maka di ujung ayat terdapat perintah untuk berzikir kepada Allah dalam segala situasi.
19 QS. Fatir (35): 3
D. Kumpulan Fatwa Ulama Seputar Zikir 1. Imam Atha’illah Al-Iskandari
Menurut Pendapat Imam Atha’illah Al-Iskandari mengatakan ajaran tarekat harus dilakukan menurut penglihatan batin dan timbul dari pemikiran yang paling dalam. Dan timbulnya perlakuan zikir seseorang itu berasal dari pemikiran dan penglihatan batin.21
2. Imam Ibn Qadamah
Pendapat yang diungkapkan oleh Ibnu Qadamah mengatakan bahwa ibadah lisan yang lebih utama itu berzikir dan letaknya diposisikan setelah Al-Quran karena pada hakikatnya untuk mengingat Allah, maka akan tersampaikan segala kebutuhan melalui doa yang bersungguh-sungguh.22
3. Imam Al-Ghazali
Sedangkan pendapat Imam Al-Ghazali ilmu marifat didapatkan atas dasar argumentasi dari peranan zikir itu sendiri. Dan bahwasannya hati manusia itu tak ubahnya seperti kolam yang didalamnya mengalir bermacam-macam air. Zikir kepada Allah adalah sebuah hiasan bagi kaum sufi yang merupakan syarat utama bagi orang yang menempuh jalan-Nya. Zikir merupakan pembuka alam gaib, penarik kebaikan dan bermanfaat untuk membersihkan hati.23
Pengklasifikasian zikir itu bisa sesuai dengan berdasarkan pada apa yang kita baca. Menurut Atha’illah Al-Iskandari, pengkelompokan zikir bermacam-macam seperti menjadi zikir yang berisi pujian kepada Allah Swt, yaitu Subhanallah Tasbih, Alhamdulillah Hamdalah, Laa Ilaaha
21 Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi,
(Surabaya: Karya Agung, 2008), 105
22 Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 105 23 Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 106
Illallah Tahlil, tetapi ada juga zikir yang berisi doa kepada Allah. Serta ada
juga zikir yang berisi percakapan kita dengan-Nya. Bahkan dalam zikir bisa saja hanya terdapat ungkapan perasaan kita kepada-Nya. zikir seperti itu disebut juga dengan munajat, dan seseorang yang telah mencapai maqam tertentu biasanya mereka bermunajat kepada-Nya.24
Nikmat yang banyak akan Allah berikan kepada orang yang pandai bersyukur dan berzikir bahkan akan ditambah. Jelas bahwasannya jika selalu mengingat-Nya maka dipermudah segala macam urusannya. Disimpulkan bahwa zikir harus di mulai dengan pembersihan hati dari berbagai macam penyakit hati, seperti iri hati, dengki, egoisme dan perbuatan-perbuatan yang sifatnya tercela.
E. Keutamaan Berzikir
Pentingnya berzikir kepada Allah membuat banyak sekali manfaat dan kegunaanya bagi siapapun yang mengerjakannya, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menjelaskan dalam kitabnya Al-Wabil As-Shayyib dan Raafi’ Al-Kalimi Al-Thayyib, beliau menyebutkan bahwa ada seratus keutamaan bagi orang yang mengerjakan zikir, dan beliau merinci tujuh puluh tiga keutamaan saja.25 Lantaran begitu banyaknya paparan keutamaan bagi
orang yang berzikir dari beberapa ulama berikut Pendapat Shaleh bin Ghanim As-Sadlan tetang keutamaan orang yang berzikir, meliputi: a. Zikir sebagai Pendekatan Diri
Pendekatan diri yang benar itu pada hakikatnya dengan selalu mengingat kepada Allah dan dengan begitu akan mudah apabila kita menghadapi sebuah situasi yang bisa di bilang benar dan buruknya kita bsa
24 Ismail Nawawi, Risalah Dzikir dan Doa. Penerobos Tirai Rahasia Ilahi, 107 25 Ibn Qoyyim Al-Jawziyyah, Al-Wabil As-Shayyib, (terj. Abd. Rohim Mu’thi