• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN

STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK

KABUPATEN

Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa Center for Agrifood Policy and Agribusiness Studies

PENINGKATAN EFISIENSI SISTEM PRODUKSI

STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK

KABUPATEN BOYOLALI JAWA TENGAH

Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa Center for Agrifood Policy and Agribusiness Studies

Universitas Padjadjaran

Bekerjasama dengan

Bandung, 15 November 2013

SISTEM PRODUKSI PADI

STUDI KASUS PETANI PADI SAWAH ORGANIK DI

I JAWA TENGAH

Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa Center for Agrifood Policy and Agribusiness Studies

(2)

i

RINGKASAN

Revolusi Hijau yang menggunakan benih rekayasa, pestisida, dan pupuk kimia bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pangan nasional. Teknologi ini membuktikan telah mampu meningkatkan produktivitas padi nasional menjadi dua kali lipat. Namun pada sisi lain muncul permasalahan lingkungan dan penurunan daya dukung lahan sebagai dampak aplikasi pupuk dan pestisida kimia berlebih yang lambat laun menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi dan pada akhirnya permasalahan lingkungan yang menyebabkan turunnya pendapatan petani.

Salah satu inovasi sistem yang menunjukan hasil menonjol dan memberikan harapan baru adalah pertanian organik. Sistem Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai sumber daya hayati. Pertanian padi organik telah mulai dikenal dan berkembang di Kabupaten Boyolali sejak 2003.

Hasil studi menunjukan bahwa dengan sistem padi organic terjadi peningkatan efisiensi usahatani utamanya pada pengolahan lahan, penggunaan air, benih, pupuk dan pestisida. Sistem pertanian organic juga meningkatkan efisiensi secara ekonomis dengan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan biaya yang dikeluarkan.

Dengan sistem padi organic secara teknis ada perbedaan waktu kerja yang dikeluarkan dalam aktivitas pengolahan lahan karena menjadi relatif lebih mudah diolah karena tanah menjadi lebih lembut, tidak lengket, dan mudah dicangkul. Juga terlihat bahwa dengan sistem padi organik, kebutuhan dan frekuensi pengairan mengalami penurunan, tenaga kerja yang digunakan cukup dengan hanya bersumber pada tenaga kerja dalam rumah tangga dan biaya tunai yang dikeluarkan berupa tambahan input bahan bakar mesin pompa untuk mengedot air ke lahan sawah lebih kecil.

Selain itu, jumlah benih yang digunakan sistem organik lebih sedikit (hanya 50%) dari cara konvensional sehingga biaya benih turun 55% dan meningkatan efisiensi pada penggunaan benih, waktu dan penggunaan tenaga kerja. Terjadi peningkatan efisiensi tenaga kerja yang digunakan dalam aktivitas pesemaian sehingga biaya lebih rendah. Setelah menerapkan sistem pertanian organik, biaya tunai untuk Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) digunakan aktivitas pesemaian turun sebesar 39%.

Pada sistem padi organic aktivitas pemupukan menunjukan perbedaan cara perlakukan dan jumlah biaya yang dikeluarkan, sehingga memperlihatkan adanya peningkatan efisiensi. Pada tingkat penerapan sistem padi organic yang tersertifikasi tidak ada lagi kebutuhan untuk pupuk kimia. Penurunan jumlah input ini berdampak pada biaya pupuk yang dikeluarkan. Pada saat menerapkan usahatani padi sehat, biaya pupuk masih mencapai Rp 264 per kg gabah sudah turun dari sebelumnya Rp 413 per kg gabah dengan sistem konvensional. Sedangkan pada usahatani organik tersertifikasi biaya mengalami penurunan sampai dengan 33% atau sebesar Rp 135 per kg gabah.

(3)

ii

Pada aktivitas pengendalian hama dan penyakit perubahan cara perlakuan juga sangat signifikan. Sebelumnya dengan menggunakan pestisida kimia dan frekuensi yang relatif lebih tinggi. Pada sisten non organik biaya tunai untuk kebutuhan input pestisida dapat mencapai Rp 275 per kg gabah yang dihasilkan pada MT I dan Rp 127 per kg pada MT II sedangkan setelah melakukan usahatani organik pengeluaran biaya tunai untuk pestisida organik hanya berkisar Rp 4 per kg untuk usahatani organik sehat dan rata-rata Rp 14 per kg gabah yang dihasilkan pada sistem usahatani organik tersertifikasi. Perbedaan biaya yang dikeluarkan untuk input ini karena bahan yang digunakan sistem organik tidak dibeli tetapi didapatkan dengan mudah disekitar lingkungan rumah atau sawah.

Studi kasus ini menunjukan bahwa dengan mengusahakan sistem padi organik terjadi peningkatan pendapatan usahatani, terlihat dari adanya nilai R/C rasio yang lebih tinggi. Nilai R/C ratio usahatani padi sehat lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani non-organik pada MT I dan MT II, yaitu 1,8 dan 2,0 sedangkan sebelumnya hanya 1,3 dan 1,6. Artinya terjadi peningkatan keuntungan sebesar 31% dan 24% setelah menerapkan sistem usahatani padi sehat. Dengan beralih ke usahatani organik tersertifikasi, maka keuntungan meningkat lebih tinggi yaitu 57% dan 49% pada masing-masing musim tanam. Hal ini juga menjelaskan bahwa setelah menerapkan sistem pertanian organik terjadi peningkatan efisiensi secara ekonomis.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Studi kasus ini disusun oleh Ronnie S. Natawidjaja, Haris F. Harahap, dan Henri W. Perkasa, tim peneliti dari Center for Agricultural Policy and Agribusiness Studies (CAPAS) Universitas Padjadjaran. Ronnie S. Natawidjaja adalah penanggung jawab dan editor dari tulisan laporan ini.

Studi kasus ini dilakukan melalui interview dengan Key Informant Petani padi organik dan petani padi konvensional, pengurus Asosiasi APPOLI, serta stakeholder lainnya seperti penyuluh pertanian, kelompok tani dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berperan sebagai pendamping di Kab. Boyolali. Wawancara focus pada penggalian informasi secara mendalam mengenai usahatani padi organik. Untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai keadaan daerah, tim menggunakan pendekatan PRA (Participatory Rural Apprisal) serta FGD (Focus Group Discussion) dengan melibatkan stakeholder (Pengurus APPOLI), petani padi organik, Dinas Pertanian, dan kelompok tani dan tokoh tani. Tim juga melakukan obsevasi lapangan ke lokasi kegiatan usahatani padi organik dan terlibat langsung dalam kegiatan FFS (Farmer Field School) yang dilaksanakan oleh APPOLI.

Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suswadi (Ketua LSKBB), Bapak Susatyo (Ketua APPOLI) dan Bapak Nana Suhartana (VECO Field Coordinator). Tanpa pengorbanan waktu yang mereka berikan, informasi, pandangan dan pengalaman yang disampaikan studi kasus ini tidak mungkin bisa diselesaikan dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rogier Eijken dan Ibu Yuliati dari Veco Indonesia HQ atas bantuan administrasinya yang sangat memperlancar proses penyelesaian studi kasus ini.

.

Bandung, 15 Nopember 2013

Ronnie S. Natawidjaja Haris F. Harahap Henri W. Perkasa.

(5)

iv

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ... 1

USAHATANI PADI SAWAH DI BOYOLALI ... 2

POLA TANAM PADI SAWAH ... 3

BUDIDAYA PADI SAWAH ... 4

1. Pengelolaan Lahan Air ... 5

2. Persemaian Benih ... 9

3. Penanaman ... 10

4. Penyiangan ... 12

5. Pemupukan ... 13

6. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 17

7. Panen dan Pasca Panen ... 19

PENDAPATAN USAHATANI PADI ORGANIK ... 22

KESIMPULAN ... 23 LAMPIRAN

(6)

1 PENDAHULUAN

Penerapan Panca Usaha Tani pada masa Revolusi Hijau yang menggunakan benih rekayasa, pestisida, dan pupuk kimia bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pangan nasional. Teknologi ini membuktikan telah mampu meningkatkan produktivitas padi dari 2,21 ton per hektar pada tahun 1986 menjadi 4,61 ton per hektar tahun 1994 (B. Saragih, 2001).1 Namun pada sisi lain muncul permasalahan lingkungan dan penurunan daya dukung lahan sebagai dampak aplikasi pupuk dan pestisida kimia berlebih yang lambat laun menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi dan pada akhirnya permasalahan lingkungan yang menyebabkan turunnya pendapatan petani. Hasil penelitian K. Pirngadi dan A. Karim Makarim (2006)2 menunjukan adanya fenomena yang saling mempengaruhi antara kondisi lahan marginal dan kondisi ekonomi petani. Pada lahan marginal, usahatani memerlukan input yang banyak sedangkan hasilnya rendah, sehingga pendapatan usahatani juga rendah. Akibatnya, perbaikan kesuburan tanah sulit dilakukan, sehingga produktivitas makin rendah dan petani makin miskin.

Berbagai upaya dan inovasi teknologi untuk meningkatkan produkstifitas padi telah dilakukan baik berupa inovasi sistem maupun inovasi komponen. Salah satu inovasi sistem yang menunjukan hasil menonjol dan memberikan harapan baru adalah pertanian organik. Sistem Pertanian Organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai sumber daya hayati.

Berkembangnya pertanian organik di Kabupaten Boyolali diawali LSM Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat (LSKBB) dan JTM Andong yang melakukan demplot Metode SRI pada tahun 2003. Dengan kerjasama VECO Indonesia dan LSKBB sejak tahun 2007 kemudian terbentuk APPOLI (Asosiasi Petani Padi Organik Boyolali). APPOLI berhasil memperoleh sertifikat organik dari Biocert, lembaga sertifikasi organik nasional pada tahun 2011. Sertifikasi ini mencakup lahan pertanian padi seluas 77,17 hektar, terdiri dari 29,2 hektar milik kelompok tani Pangudi Boga, 33,54 hektar milik kelompok tani Pangudi Raharjo, dan 13,71 hektar milik kelompok tani Budi Rahayu. Seluruhnya dikelola oleh 270 petani dari 605 anggota yang sudah menerapkan sistem pengendalian internal (ICS).

Pada tahun 2012, APPOLI yang beranggotakan 3.228 petani ini mendapatkan sertifikat organik dari Institute of Marketecology (IMO) yang berkantor di Swiss pada tanggal 13 Desember 2012 untuk spesifikasi EU, NOP, JAS dan fair trade. Dengan diperolehnya sertifikat organic dari IMO, petani anggota APPOLI bisa mengekspor beras organik ke pasaran internasional, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.

1 B. Saragih. 2001 Kumpulan Pemikiran Agribisnis, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis

Pertanian. Jakarta

2 K. Pirngadi dan A. Karim Makarim. 2006. Peningkatan Produktivitas Padi pada Lahan Sawah Tadah

Referensi

Dokumen terkait

Pembentukan pohon keputusan diperoleh dengan melakukan perhitungan Entropy dan Information Gain pada data sampel uji laboratorium klinis.. Data sampel uji laboratorium

Berdasarkan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan keuangan pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui

116 sumberdaya manusia (masyarakat/petani) dan sumberdaya alam desa Alo (pisang), kecamatan Bone Raya, kabupaten Bone bolango, dengan sistematika sebagai berikut;

Menurut Imam Malik pada dasarnya seorang istri yang sudah pernah digauli oleh suaminya tetapi suatu saat diketahui suami tersebut mengidap penyakit yang dapat

Dengan memiliki geran tanah sama ada secara individu atau berkumpulan, pemilik akan dapat kepastian serta perlindungan undang-undang dan mencegah berlakunya konflik

Perhatian ekowisata yang menekankan pada nilai-nilai konservasi dari lingkungan dan budaya lokal, multiplier effect bagi masyarakat, dan partisipasi masyarakat

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada anak sekolah dasar di Distrik

Berdasarkan patokan tersebut, maka a-viniferin (1) termasuk senyawa bersifat toksik tetapi tidak aktif terhadap sel kanker mucin leukemia P-388, sedangkan vatikanol B (2)