JENIS SKALA DAN
FREKUENSI LETUSAN
PENDAHULUAN
Erupsi dari gunungapi
memperlihatkan berbagai
macam karakter, seperti :
Tipe Erupsi
Produk yang dihasilkan
Karakter/tipe Erupsi dan Produk Erupsi akan bergantung pada :
Komposisi yang terkandung dari magma
.
Skala dan Frekuensi Erupsi
Endapan Piroklastik, Aliran Lava
Chemical
Composition
and Styles
Of Volcanic
Activity
Letusan bersifat sementara atau berkelanjutan
sangat pada setiap tipe letusan gunungapi
dipengaruhi oleh kecepatan munculnya magma.
Hal ini terjadi, akibat adanya pengaruh
komposisi viskositas, yang mengontrol
kecepatan munculnya gelembung gas di dalam
magma dan kemampuan fluida yang bergerak
untuk bercampur
Peningkatan volume gas dari magma sangat kecil, terjadi exsolution, fraksi gas
menyebabkan fregmnentasi magma
Keadaan dimana magma kehilangan gas pada saat naik ke permukaan dan
menurun hingga dapay terjadi fragmentasi
Lingkungan submarine
effusive terjadi bukan karena fragmentasi lagi akan tetapi exsolution gas dari magma yang mendapat tekanan Hidrostatis, bisa dijelaskan !!!
Effusif juga dapat terjadi jika viskositas magma besar yang menghambat
fragmentasi magma, range dacite – rhyolit. Chiling membuat magma menjadi lebih
kental, akan tetapi reruntuhankubah membuat gas terbuang dan terjadi
Transient
and sustained
explosive activity
Letusan bersifat sementara atau berkelanjutan
sangat pada setiap tipe letusan gunungapi
dipengaruhi oleh kecepatan munculnya magma.
Hal ini terjadi, akibat adanya pengaruh
komposisi viskositas, yang mengontrol
kecepatan munculnya gelembung gas di dalam
magma dan kemampuan fluida yang bergerak
untuk bercampur
Transient
and sustained
explosive activity
1. Viskositas magma mempengaruhi kemampuan gelembung bergerak ke atas . Besar viskositas magma semakin lambat munculnya
gelembung relatif terhadap magma.
2. Viskositas magma juga mempengaruhi kecepatan kenaikan dari magma itu sendiri, viskositas yang lebih besar cenderung mengurangi kecepatan kenaikan. Hal ini akan meningkatkan waktu yang tersedia gelembung naik relatif terhadap
magma.
3. Isi gas dari magma juga mempengaruhi kemungkinan
gelembung tercampur terjadi. Isi gas cenderung lebih besar untuk lebih kaya silika.
Sehingga magma ini cenderung akan meningkatkan kesempatan untuk
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
Dua tipe erupsi transien:
Strombolian (magma basaltic)
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
Strombolian
pemisah (gap) antar letusan terlalu
pendek untuk mencegah banyak magma
yg mendingin diatas kolom magma dan
‘kulit’ yg dingin tsb mengembang keluar
dgn mudah sebagai gelembung gas yang
terakumlasi dibawahnya lalu
Komposisi
kimia dan
aktivitas
letusan transien
Vulcanian
• magma yg berada diatas kolom magma mendingin jauh lebih banyak diantara letusan2 membentuk ‘cap’ yg solid dan maka tekanan dibawahnya harus dibuat jauh lebih besar levelnya sebelum terjadi letusan
• Hal ini terjadi karena perbedaan viskositas magma yg keluar. Magma basaltic viskositasnya rendah sehingga kenaikan gelembung gas yg relative cepat dan
merusak permukaan kolom magma (keluar)
• Magma intermediate viskositasnya tinggi sehinnga kenaikan gelembung gas lambat dan memberikan banyak waktu untuk magma mendingin. Ini berarti tekanan yg dibutuhkan untuk merusak kolom magma lebih besar
Sustained explosive eruptions atau erupsi eksplosif
yang berkelanjutan terjadi ketika kecepatan kenaikan
magma cukup besar untuk mencegah pemisahan yang
signifikan dari gelembung gas magmatik yang dari
magma dimana mereka berasal.
CHEMICAL
COMPOSITION
AND SUSTAINED
EXPLOSIVE
Macam Sustained Explosive Eruption
Letusan tipe Hawaiian
Macam Sustained Explosive Eruption
Letusan tipe Plinian
• Perbedaan utama antara erupsi tipe Hawaiian dan tipe Plinian adalah derajat fragmentasi dari erupsi klastik.
• Erupsi tipe Hawaiian menghasilkan klastik kasar dimana dapat dilontarkan umumnya hanya beberapa ratus meter diatas vent dan selanjutnya terjatuh disekitar vent membentuk kerucut dan aliran lava.
• Pada erupsi tipe Plinian, derajat fragmentasi dari magma lebih besar dan klastika nya lebih kecil. Hal ini memungkinkan transportasi daerah penyebarannya lebih luas.
• Fragmentasi dapat terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu percepatan atau dekompresi yang cepat dari magma.
• Dekompresi secara cepat merupakan pemicu untuk fragmentasi dan aktivitas eksplosif dalam situasi dimana ada pengurangan tekanan secara cepat pada magma, seperti ketika kubah lava runtuh contohnya pada letusan Gunung St Helens di Mei 1980.
• Kandungan gas pada magma juga memainkan peran penting untuk mengatur style dari erupsi eksplosif yang berkelanjutan. Misalnya, magma basaltik berbeda dari yang lainnya dengan kandungan gas rendah (viskositas rendah). Ada kemungkinan bahwa kandungan gas yang rendah dari magma basaltik juga mempengaruhi proses fragmentasi.
• Jumlah gas dalam magma mempengaruhi energi yang dilepaskan selama proses naiknya magma, dengan demikian kemungkinan akan mempengaruhi jumlah percepatan yang terjadi sebelum fragmentasi dan mempengaruhi tingkat regangan yang dialami oleh magma, dengan isi gas yang lebih tinggi menyebabkan tingkat regangan yang lebih tinggi dan fragmentasi yang lebih besar.
• Kandungan gas pada magma juga mempengaruhi kecepatan material yang keluar dalam
sustained explosive eruptions dengan mempengaruhi kedalaman dimana fragmentasi terjadi
dan energi total dilepaskan, dengan kandungan gas yang lebih rendah menyebabkan kecepatan keluar juga rendah.
• Kecepatan keluar letusan tipe Hawaiian, dimana kandungan gas rendah yaitu ~100 ms-1,
sedangkan pada letusan Plinian ~300 ms-1.
• Perbedaan ini mempengaruhi kemampuan dari letusan untuk membentuk Volcanic Plume. Kandungan gas rendah dari magma basaltik membuat perkembangan Volcanic Plume yang stabil, dan lava fountain yang mencirikan letusan Hawaiian.
compositional
controls on
eruption
character
Transient explosion dan sustained explosion
sangat ditentukan oleh kecepatan munculnya
magma dan kemampuan gelembung gas naik
dan memisahkan dari magma.
Transient explosion terjadi ketika gas dapat
memisahkan, dan naik melalui magma dalam
bentuk gelembung besar sedangkan sustained
explosion terjadi ketika kandungan gas dalam
magma tidak dapat memisahkan diri dari
magma tersebut ditandai dengan gelembung
kecil.
compositional
controls on
eruption
character
2 main type of transient explosion:
Strombolian
Low viscosity – rapid rise of gas bubble – little
time to cooling – weak explosion
Vulcanian
Intermediet viscosity – rise speed of gas
slower – more explosive
compositional
controls on
eruption
character
Sustained explosion:
Hawaiian
Memproduksi gumpalan lava besar - viskositas
rendah magma menyebabkan tingkat
regangan yang relatif rendah selama
pendakian dan fragmentasi progresif terjadi
Plinian
tingkat regangan lebih tinggi dan fragmentasi
bersifat brittle sehingga menghasilkan clast
yang kecil.
• Para ahli vulkanologi selalu merekam jejak aktivitas vulkanik semenjak dahulu.
• Salah satu institusi yang merekam / menyimpan data aktivitas vulkanik terdapat di Washington DC.
(http://www.volcano.si.edu/gvp/index.htm).
• Disitu terdapat data aktivitas vulkanik seperti erupsi mulai dari 10.000 tahun yang lalu. • Mereka membuat skala atau mengklasifikasikan erupsi gunung api di dunia dengan
menggunakan index VEI (Volcanic Explosivity Index).
• VEI merupakan metode untuk mengklasifikasikan aktivitas erupsi vulkanik berdasarkan magnitude dan intensitasnya. • Mangnitude pada sebuah erupsi didefinisikan sebagai jumlah
total volume atau massa material yang dikeluarkan pada saat erupsi.
• Sedangkan intensitas adalah ukuran rata-rata volume atau massa material erupsi.
• Terdapat 9 skala VEI, yaitu dari skala 0 sampai 8 :
Semakin besar magnitude dan intensitas maka semakin besar pula skala VEI-inya
VEI
Volcanic
Explosivity
Index
Tabel
Skala
VEI
Volcanic
Explosivity
Index
Magnitude letusan gunung berapi dalam catatan geologi
Frekuensi Letusan Gunung Berapi
• Setiap gunung berapi memiliki ciri frekuensi letusan yang
berbeda-beda
• Ada yang berfrekuensi dengan cepat seperti gunung stromboli yaitu
setiap + 12 menit
• Ada yang berfrekuensi dengan waktu yang lama seperti Mt St
Helens dan Gunung Tambora
Dapur Magma dan Besarnya Letusan Gunung Berapi
Besar kecilnya volume dalam dapur magma dapat menentukan
seberapa besarnya letusan
Material pada magma juga dapat mempengaruhi besarnya letusan
karena berpengaruh pada ruang penyimpanan di dalam magma
Siklus Gunung Api yang Elastis
Magma chamber dipasok oleh magma baru dinding magma chamber membesar gunung api mengembang (ukuran)
inflasi pada puncak magma chamber tilt meningkat letusan dalam volume tertentu deflasi puncak magma
chamber tilt menurun reinflasi magma chamber (dipompa kembali oleh magma) kembali ke awal.
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Sifat Elastis Gunung Api
• Tipe GA yang elastis adalah tipe GA yang memiliki siklus inflasi dan deflasi. Deformasinya tidak menimbulkan
deformasi permanen yang signifikan. • Dipengaruhi oleh :
1. Dinding magma chamber
Menampung magma (volume yang akan dierupsikan) dan mempengaruhi tekanan keatas dari Gunung Api.
2. Pasokan magma
Yang mempengaruhi tilt gunung api, inflasi magma chamber, variasi waktu istirahat gunung api.
3. Kandungan magma
Yang menyebabkan tipe erupsi Gunung Api dan
menghasilkan volume letusan atau deflasi tersendiri.
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Erupsi Gunung Api yang Tidak Elastis
• Deformasi tubuh vulkanik signifikan, menyebabkan
tidak terjadinya siklus inflasi-deflasi (irreversible).
• Deformasi biasanya menghasilkan suatu runtuhan
tubuh vulkanik yang membentuk suatu kaldera.
Contohnya Gunung Krakatau dan St. Helens (tipe
GA Plinian); dan calon erupsi yang tidak elastis
adalah letusan tipe Hawaii.
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Siklus Gunung Api yang Tidak Elastis
Magma chamber dipasok oleh magma magma
chamber mengembang hingga melewati batas
elastisnya dan tekanan terus membesar tilt terus
meningkat erupsi besar; bagian atas gunung api
terlontar hampir keseluruhan; ambles terbentuknya
kaldera.
Elastic
and
Inelastic
Eruption
Tipe letusan ini merupakan letusan terbesar yang berhubungan dengan pembentukan kaldera.
Letusan terbesar memiliki skala minimal sekitar 10 km3. Skala letusan dikontrol oleh ukuran dapur magmanya,
dimana dapur magma yang lebih besar memiliki lebih banyak volume magma pada saat meletus.
Mengapa letusan ini dapat membentuk Ignimbrite?
Umumnya, letusan diawali dengan aktivitas Plinian yang jugaseiring pembentukan Ignimbrite, sebagian besar volume material letusan terbentuk dalam fase ini.
Pada tipe letusan Plinian dapat terjadi proses pembentukan Ignimbrite jika kandungan gas pada magma turun, atau jika flux
massa meningkat secara signifikan selama letusan.
Pada kasus ini, magma tidak selalu memiliki kandungan gas yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa proses exsolution gas dari
magma terus berlanjut melampaui critical point dimana tekanan tinggi dalam dapur magma dilepaskan.
Large
ignimbrite
-forming
eruptions
Hal ini menunjukkan bahwa patahan mulai terbentuk pada batuan penutup dan caldera mulai runtuh.
Istilah "super-volcano" menggambarkan gunungapi dengan reservoir magma bervolume besar dan meletus dengan tipe ini,
tapi pada dasarnya tidak ada yang membedakan antara mekanisme letusannya.
Large
ignimbrite
-forming
eruptions
• Merupakan letusan yang terjadi ketika magma secara langsung muncul dari dasar litosfer tanpa adanya
penyimpanan magma di kerak terlebuh dahulu.
• Volume magma yang besar yang dihasilkan di dalam kepala
plume diakumulasi di dasar litosfer yang kemudian terjadi
letusan secara langsung menuju permukaan melalui sistem
dike.
Flood
Basalt
Terdapat opini berbeda tentang mekanisme letusan:
1. Letusan terjadi pada tingkat letusan yang sangat tinggi tetapi berlangsung tidak lebih dari hitungan hari.
2. Letusan mungkin terjadi pada tingkat yang jauh lebih lambat selama periode tahun untuk beberapa dekade.
Flood
Basalt
Kenapa itu bisa terjadi?
Letusan dipengaruhi oleh ukuran dari area penyimpanan magma di dasar litosfer.
Letusan akan dipengaruhi oleh berapa lama magma bisa terus dipasok melalui sistem dike dari zona sumber mantel, ketika pasokan berhenti maka terjadi pembekuan pada dike yang menyebabkan berhentinya letusan.
Flood
Basalt
Flood
Basalt
Eruptions
Terdapat tiga ciri mendasar dari perilaku sistem vulkanik: 1. Terdapat hubungan antara magnitude dan frekuensi
aktivitas erupsi bahwa erupsi kecil terjadinya sering sedangkan erupsi besar terjadi lebih jarang.
2. Volume erupsi magma dipengaruhi oleh ukuran dapur magma. Semakin besar dapur magma semakin besar erupsinya.
3. Erupsi terbesar dalam catatan geologi terdiri dari dua jenis yang berbeda: Large ignimbrite-forming eruptions dan
Flood basalt eruptions.
http://mste.illinois.edu/courses/ci407su01/students/south/magrini/finalproject/lavatypes.htm http://volcano.oregonstate.edu/book/export/html/587
http://elements.geoscienceworld.org/content/1/5/283/F3.expansion.html
Parfitt, Elisabeth A. and Lionel Wilson. 2008. Fundamentals Of Physical Volcanology. Oxford : Blackwell Science Ltd.